• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASPEK KELEMBAGAAN DI KABUPATEN PESISIR BARAT - DOCRPIJM 82314b588e BAB VIBAB 6 ASPEK KELEMBAGAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI ASPEK KELEMBAGAAN DI KABUPATEN PESISIR BARAT - DOCRPIJM 82314b588e BAB VIBAB 6 ASPEK KELEMBAGAAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 10 - 1

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal

diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat

dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya

manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada

lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme

kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen

tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap

ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan

kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk

membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi

perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya

urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi

perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,

kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis

dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan

penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana

BAB VI

(2)

dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat

daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang

menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan

pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besarkepada Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat

dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan

daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan

dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah

bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah,sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya

sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007,

bidang PU meliputi bidang Bina

Marga, Pengairan, Cipta Karya dan

Penataan Ruang. Bidang PU

merupakan perumpunan urusan yang

diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas

ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat

dan paling banyak 4 bidang, dengan

sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian

dan masingmasingbidang terdiri dari

paling banyak 3 seksi.

(3)

Bab 10 - 3 4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas

dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan

ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan

penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan

aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk

memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan

standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.

Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah,

seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem

ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan

efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012

tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada

Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada

pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan

panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,

penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai

sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,

yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan

dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan

dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen

(4)

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai

peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi

unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana,

pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,

serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen

pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,

asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,

pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja

Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja

masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses

pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua

instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan

untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan

nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta

kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai

menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan

dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip

(5)

Bab 10 - 5 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang

menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang

ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari

beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya

untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi

penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung

jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan

pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi

yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun

kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.

Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah

(Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan

SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk

memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal

kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat

permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti

perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan

Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai

Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung

kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam

perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja,

(6)

pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota

melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

6.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah

kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi

Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi

pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu

prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang

perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan

menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan

tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu

mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya

juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam

keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam

rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan

(7)

Bab 10 - 7

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan

Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi

dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas

pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata

hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap

pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan

Bidang CK

Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan

Bidang CK

(1) (2) (3) (4)

1 Bappeda 1.Pengoordinasian dan Penyusunan perencanaan pembangunan di bidang Fisik dan Prasarana

2.Penetapan petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan di bidang Fisik dan Prasarana

3.Pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah kabupaten/kota dan antar daerah kabupaten/kota dengan swasta, dalam dan luar negeri dibidang Fisik dan Prasarana.

4.Bimbingan supervisi dan konsultasi penyusunan rencana pembangunan dibidang Fisik dan Perencana.

5.Pengendalian pembangunan dibidang

fisik dan Prasarana. 2 Dinas PU

3 Badan Lingkungan Hidup

(8)

Tabel 6.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No. Nama SOP Instansi yang

Terlibat

Instansi yang

Terlibat

(1) (2) (3) (4)

Pengembangan Permukiman

1

dst

Penataan Bangunan dan Lingkungan

1

dst

Pengembangan Air Minum

1

dst

Pengembangan PLP

1

dst

SOP Non-Teknis

1

dst

3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan system manajemen SDM aparatur

merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan

tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di

keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan

(9)

Bab 10 - 9 Tabel 6.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit

Kerja

Golongan Jenis

Kelamin

Latar Belakang

Pendidikan

Jabatan

Fungsional

(1) (2) (3) (4) (5)

Dinas PU Gol I/II : 23 orang

Gol III: 68 orang

Gol IV: 6 orang

Pria : 69 orang

Wanita : 48 orang

< SMA : 3 orang

SMA : 39 orang

D3 : 2 orang

S1 : 49 orang

S2/S3 : 14 orang

Jafung TBP:

... orang

Jafung TPL:

… orang

dst.

Bappeda

Dinas …

(10)

6.3 Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan

analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta

Karya.

1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang

cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM

Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku?

2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing instansi?

3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi? Pedoman

Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya 323

4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya

yang terkait dengan bidang cipta karya?

Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan

melakukan diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.

2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran

produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang

perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi

masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya

yang terjadi selama ini?

3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41

tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air

(11)

Bab 10 - 11

4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang

terkait dengan bidang Cipta Karya?

5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja

daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta

karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang

Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai

berikut :

1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun

kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah yang

terkait dengan bidang cipta karya?

3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas

SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Tabel 6.4 Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No. Instansi Tingkat

1 Bappeda SMA/Sederajat

(12)

No. Instansi Tingkat

4. Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan

mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan

ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara

menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian

menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting

kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan,

maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek

organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari

peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah

keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi

(13)

Bab 10 - 13

yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru

(strategi W-T).

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata

laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan

Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan

berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan

(14)

Tabel 6.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Kabupaten Pesisir Barat No 21 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat,

Belum maksimalnya pelaksanan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat No 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir dengan jumlah yang relatif cukup. validasi dan akurasi data – data yang terkait dengan pembangunan bidang keciptakaryaan.

OPPORTUNITIES ( O ) ( SO ) ( WO )

Undang - Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional ( SPPN ); dan Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

Percepatan Peningkatan kapasitas pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat No 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat, dalam rangka memenuhi amanat Undang - Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( SPPN ); dan Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara

(15)

Bab 10 - 15 Pembangunan Nasional. Perencanaan

Pembangunan Nasional ( SPPN ); dan Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

Pemberlakuan masyarakat ekonomi pasar bebas dan arus globalisasi

Tersedianya Sumber Daya manusia dengan jumlah relatif cukup.

Tuntutan kecepatan ketepatan dalam penyajian data data pembangunan di segala sektor keciptakaryaan

Tersedianya peralatan dan perlengkapan kerja organisasi dengan jumlah yang relatif cukup.

Tuntutan percepatan pencapaian gerakan 100-0-100 serta orientasi tujuan

pembangunan permukiman berkelanjutan

Tuntutan capaian SPM dan target capaian SPM (Standar pelayanan Minimal) Bidang Cipta Karya

Rendahnya fungsi hubungan diagonal Organisasi dari aspek koordinatif, informative dan konsultatif.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat No 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat

Belum maksimalnya pelaksanan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat No 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat,

Tingginya tingkat pertumbuhan angka kerusakan / Pencemaran alam

Tersedianya Sumber Daya manusia dengan jumlah relative besar.

Terbatasnya ketersediaan lahan Tersedianya peralatan dan perlengkapan kerja organisasi dengan jumlah yang relative

Kurangnya ketersediaan peralatan dan

(16)

cukup. organisasi yang kapasitasnya selaras dengan perkembangan informasi dan teknologi.

Rendahnya akses masyarakat terhadap prasarana dasar permukiman Kurang akuratnya tingkat validasi data

keciptakaryaan

6.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang

menangani bidang Cipta Karya.

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat

dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi

pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan

strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis

SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur

organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi

tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural

dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam

rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di

masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT

(17)

Bab 10 - 17

prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansiataupun lintas

instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada

analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan

kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian,

maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai

dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan

serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup

kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa

pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat

menjadi referensi dipaparkan pada tabel 10..6

Tabel 6.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan

dan Lingkungan

5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

Bangunan Gedung dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat

Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

(18)

No Jenis Pelatihan

Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam

Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik

Negara

13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

(19)

Bab 10 - 19

Tabel 6.7 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas

Kelembagaan

Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi

(1) (2) (3)

Organisasi Peningkatan kualitas manajemen

Sosialisasi/Pelatihan

Tata Laksana Peningkatan kualitas manajemen

Sosialisasi/Pelatihan

Sumber Daya

Manusia

Peningkatan kualitas manajemen

Gambar

Gambar 6.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Tabel 6.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
Tabel 6.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya di dalam pasal 47 dan 54 juga diatur didalam UU KPU No 4 Tahun 2017 tentang penggunaan media untuk berkampanye, 45 “partai politik atau gabungan partai politik,

permasalahan ini dalam skripsi dengan judul : Sanksi Kebiri bagi Pelaku Tindak Pidana Pedofilia dalam Perspektif Hukum Islam..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “Evaluasi

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran SKI di MA Walisongo Kayen adalah dengan menerapkan metode investigasi kelompok membuat diskusi kelompok sesuai dengan

“ BagaimanaTingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan melalui Iklan Layanan Masyarakat

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja (Usia 15-17) Tahun Siswa Kelas XI Di SMA PGRI 3 Tuban.. Tuban:

Asch (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009: 25) menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan persepsi terhadap sifat-sifat dalam hubungannya satu sama lain, sehingga sifat tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keberhasilan pelatihan kerja da- pat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti : reaksi karyawan, bahan pembelaja- ran,