• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II - DOCRPIJM 37db20da59 BAB IIBAB II NEW ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab II - DOCRPIJM 37db20da59 BAB IIBAB II NEW ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Bab II

Arahan Perencanaan Pembangunan

Bidang Cipta Karya

2.1. KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA

Konsep perencanaan dan pelaksanaan bidang Cipta Karya merupakan suatu

arahan dalam pencapaian pembangunan permukimn yang layak huni dan

berkelanjutan. Dalam konsep perencanaan dan pelaksanaan bidang Cipta Karya

memuat arahan kebijakan tentang amanat penataan ruang, amanat pembangunan

nasional, amanat pembangunan bidang PU/CK, serta amanat internasional mengenai

pembangunan berkelanjutan secara global.

Dalam arahan konsep ini perlu diperhatikan juga kondisi eksisting dari

pembangunan bidang Cipta Karya, isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan

serta permasalahan-permasalahan dan potensi-potensi yang dimiliki daerah.

Keterkaitan dari kebijakan-kebijakan amanat pembangunan berkelanjutan dengan

kondisi eksisting dari pembangunan Bidang Cipta Karya, isu-isu strategis, serta

permasalahan dan potensi yang dimiliki daerah akan menghasilkan rencana dan

(2)

Dengan dukungan dari stakeholder di Kabupaten Lamongan, dunia usaha dan

masyarakat secara tepat, maka cita-cita untuk mewujudkan permukiman yang layak

huni dan berkelanjutan di Kabupaten Lamongan akan dapat terlaksana dan tercapai.

2.2. AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL TERKAIT BIDANG CIPTA KARYA

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan

nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,

mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab

itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan

pembangunan nasional.

2.2.1. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL 2005-2025 A. Umum

Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang No. 25 tahun Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara

Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional.

Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana

dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Untuk itu dalam 20 tahun mendatang sangat penting dan mendesak bagi

Bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah

antara lain dibidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,

lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar, serta daya saing yang kuat

(3)

Diagram 2.1. Konsep Perencanaan dan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dengan ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai

pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi

daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,

maka untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang No. 25

tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang

memerintahkan penyusunan RPJP Nasional yang menganut paradigma perencanaan

yang visioner, maka RPJP Nasional hanya memuat arahan secara garis besar.

Kurun waktu RPJP Nasional adalah 20 tahun. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005 – 2025 terbagi dalam tahap-tahp perencanaan pembangunan dalam periodesasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunanyang

dituangkan dalam RPJM Nasional I tahun 2005 – 2009, RPJM Nasional II tahun 2010 –

2014, RPJM Nasional III tahun 2015 – 2019, dan RPJM Nasional IV tahun 2020 –

2024.

B. Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2005 – 2025

Berdasarkan kondisi Bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi

dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki

(4)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan

Nasional tahun 2005 – 2025 adalah, INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN

MAKMUR.

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8

(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut :

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab berdasarkan falsafah Pancasila

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan

6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,

dan berbasiskan kepentingan nasional

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia

Untuk mendukung visi pembangunan nasional, maka Kabupaten Lamongan

merumuskan visi pembangunan yang sesuai dengan potensi dan masalah yang ada.

2.2.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2010-2014

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No.25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dipandang perlu

menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010 – 2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014, yang

selanjutnya disebut RPJM Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan

nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga tahun

2010 – 2014, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga,

adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun

terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut

(5)

tahun sesuai periode masing-masing pemerintah daerah. RPJM Nasional memuat

strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga,

kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup

gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam

rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat

indikatif. RPJM Nasional berfungsi sebagai :

a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga

b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas

pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam RPJM

Nasional

c. Pedoman pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.

2.2.3. MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya

saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah

yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur. Berdasarkan pertimbangan, maka

perlu ditetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

(6)

Gambar 2.1. Kedudukan MP3EI dalam Konteks Perencanaan

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, maka ditetapkan

Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut MP3EI.

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung

sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen

perencanaan.

MP3EI tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Presiden ini. MP3EI berfungsi sebagai :

a. Acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian untuk

menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi Indonesia di bidang tugas masing-masing,

yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masing

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sebagai bagian dari

dokumen perencanaan pembangunan.

b. Acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota terkait.

MP3EI dapat menjadi acuan bagi badan usaha dalam menanamkan modal di

Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Koordinasi

pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI. KP3EI mempunyai

tugas:

a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI

b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI

c. Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian

permasalahan dan hambatan pelaksanaan MP3EI.

MP3EI digagas untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi

(7)

energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan

strategis. Kedelapan program tersebut dibagi lagi ke dalam 22 kegiatan ekonomi

utama (lihat gambar 2.2)

Gambar 2.2. Kegiatan Ekonomi Utama

Sedangkan strategi pengembangan 22 kegiatan ekonomi tersebut adalah

mengintegrasikan tiga elemen utama, meliputi:

1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia,

yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi

Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara,

dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku;

2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung

secara global (locally integrated, globally connected);

3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung

(8)

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot

pada 8 program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan

ekonomi) dan berlangsung lintas wilayah di 6 koridor, terkoneksi, dan terintegrasi.

Pada gilirannya strategi tersebut diharapkan menunjang penguatan kapasitas SDM

dan penguasaannya terhadap pengembangan IPTEK.

Gambar 2.3. Tema Pembangunan Masing Masing Koridor Ekonomi

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan

pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang

ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut

pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan

masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta

Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI

Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan

Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih

(9)

identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi

yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Gambar 2.4. Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

Di dalam Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari Kawasan Perhatian

Invesatasi (KPI) Koridor Jawa. Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan

Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih

faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah

identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi

yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. Penetapan Lokasi

Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Koridor Jawa Berdasarkan Arahan Perpres Nomor

32 Tahun 2011 adalah;

Tabel 2.1. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

NO KORIDOR KPI

1 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten, DKI Jakarta, Karawang Bekasi, Purwakarta, Cilacap, Surabaya

Gresik, Lamongan, Pasuruan

(10)

Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema Pendorong Industri

dan Jasa Nasional. Selain itu, strategi khusus Koridor Ekonomi Jawa adalah

mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan

lingkungan.

Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di

bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk

berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini

dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam

rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri

tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai.

Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara

lain:

• Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di antara provinsi di dalam koridor;

• Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;

• Kurangnya investasi domestik maupun asing;

• Kurang memadainya infrastruktur dasar.

Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa adalah pada kegiatan

ekonomi utama makananminuman, tekstil, dan peralatan transportasi. Selain itu

terdapat pula aspirasi untuk mengembangkan kegiatan ekonomi utama perkapalan,

(11)

Gambar 2.5. Kawasan Perhatian Investasi Koridor Jawa MP3EI

(12)

Gambar 2.6. Peta Investasi Koridor Ekonomi Jawa

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

(13)

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

2.2.4. MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENGENTASAN KEMISKINAN INDONESIA

Ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi menciptakan kesenjangan,

ketidakstabilan dan meluasnya ketidaksejahteraan. Sehingga, membuat pemerintah

merasa perlu untuk melengkapi master plan pertumbuhan ekonomi dengan master

plan pengurangan kemiskinan agar dunia seimbang (equilibrium). Master plan

tersebut adalah Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan

(MP3KI), yang bertujuan memeratakan pertumbuhan ekonomi dalam mengurangi

kesenjangan.

MP3KI adalah affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang

terwujud tidak hanya growth, tetapi juga Poor, job dan

Pro-environment; termasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin.

Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan melalui MP3KI

dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan)

2. Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas

3. Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas

4. Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter)

5. Rendahnya kualitas SDM usia muda

6. Rendahnya penyerapan kerja sector industri

7. Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah

8. Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif

9. Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit kronis,

dsb.

Tahapan Pelaksanaan MP3KI

Periode 2013-2014:

• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun 2014;

• Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

(14)

• Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;

• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 . Periode 2015 – 2019:

• Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;

• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

• Penguatan sustainable livelihood. Periode 2020-2025:

• Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

• Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

Gambar 2.7. Kerangka Desain MP3KI

(15)

Gambar 2.9. Kolaborasi MP3EI dengan MP3KI

(16)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu

diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu,

telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan

untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan

penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat.

Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI

bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan

goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga

dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)

masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di

tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan

penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb)

serta Program Pro Rakyat.

(17)

Gambar 2.12. Strategi MP3KI Pada Koridor Ekonomi Jawa

2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilaksanakan

pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional.

Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi

ekonomi, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan

kesempatan dan dukungan pada usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi

dan sekaligus memberikan manfaat bagi industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal

itu, dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) disediakan lokasi bagi UMKM dan

koperasi agar dapat mendorong terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan

perusahaan besar, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung Pelaku

Usaha lain.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,

diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang

Strategi Utama

• Meningkatkan penyerapan tenaga kerja miskin usia produktif ke sektor formal di wilayah perkotaan

• Penguatan dan pembinaan ekonomi informal perkotaan

• Penjaminan pelayanan dasar dan perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan, khususnya di daerah terpencil

(18)

memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan

untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain

yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk

mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan

kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan

perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur

dengan Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur

kebijakan tersendiri mengenai KEK dalam suatu Undang-Undang.

Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi,

bentuk, dan kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan,

lalu lintas barang, karantina, dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan.

KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk

melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri,

pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan

telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri

atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri,

pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan

untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK

adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu

kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam

pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber

daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan

pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang

terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi.

(19)

pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di

KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing

agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal,

yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah,

dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian,

investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat

diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti

halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan

kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan

tetap mengutamakan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau

pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana ekonomi.

Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan

pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia

dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000

tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK,

baik dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang telah

ditetapkan. Dengan berlakunya Undang-Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan

(20)

2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan

untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional

sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, maka diinstruksikan

kepada para menteri dan seluruh pimpinan lembaga yang berwenang untuk

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan

masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang

berkeadilan, yang meliputi program :

1. Program pro rakyat, memfokuskan pada :

• Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga

• Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat

• Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil

2. Program keadilan untuk semua, memfokuskan pada :

• Program keadilan bagi anak

• Program keadilan bagi perempuan

• Program keadilan di bidang ketenagakerjaan

• Program keadilan di bidang bantuan hukum

• Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan

• Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan

3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), memfokuskan

pada :

• Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan

• Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua

• Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

• Program penurunan angka kematian anak

• Program kesehatan ibu

• Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

• Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup

(21)

Dari ke tiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di

bidang Cipta Karya tertuang didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium. Adapun program-program pembangunan bidang Cipta Karya yang

tertuang didalam Rencana tindak upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

No. Program Tindakan Sasaran Keluaran

(22)

2.3.

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT BIDANG PU/CK

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi

peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU

No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

2.3.1. UU No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat

(1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tempat

tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta

kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia

seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya kebutuhan

tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang akan terus ada

dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia.

Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu

bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam

lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah

Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus

dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah

dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara

juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan

rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan

rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang,

kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin kelestarian

lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan

keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada

(23)

ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam pembangunan perumahan

dan kawasan permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung

jawab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada

masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai

aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan,

industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan,

kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan

perundang-undangan yang mendukung.

Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:

a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan

yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum

secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat

yang berkepribadian Indonesia

b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk

pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan

hunian perkotaan dan perdesaan

c. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang

serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna

d. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara

e. Mendorong iklim investasi asing.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan

dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di

daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya

ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah

daerah perlu memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat

berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan

secara bertahap dalam bentuk

pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana,

sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya

melakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta

(24)

melakukan pengembangan, penataan, atau peremajaan lingkungan hunian perkotaan

atau perdesaan serta pembangunan kembali terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh. Untuk itu, penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman perlu dukungan anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan

dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah, lembaga pembiayaan,

dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan perumahan

dan permukiman secara menyeluruh dan terpadu.

Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut

menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh United Nations Centre for Human Settlements. Jiwa

dan semangat yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa

rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang

untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter

for all). Dalam Agenda 21 ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia.

Hal itu telah sesuai pula dengan semangat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta

penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian

dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan

keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil

guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan

kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaan maupun

lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni

dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,

terpadu, dan berkelanjutan.

Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah

sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan

kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan, pembangunan

(25)

Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah

keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan ini,

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan

dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan

secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah

bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan, berupa

pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya

perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.

Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan

wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu,

dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan kawasan

permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat

tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta

menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan

pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.

Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga mencakup

pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan

dan kawasan permukiman agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk

kepentingan peningkatan kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan

terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan,

permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga

dilakukan pengaturan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan untuk meningkatkan mutu

kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan

permukiman kumuh. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim

yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau

menikmati tempat tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan

(26)

2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana

dimuat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang

menekankan pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan

batiniah, dalam suatu masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial

berdasarkan Pancasila.

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan

produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan

gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta

penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang

fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan

lingkungannya.

Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh

karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan

penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan

bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.

Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan

gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,

termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap

tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan

pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas

kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan

lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan

berkeadilan.

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya

(27)

mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan

gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa

konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi

baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun

jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan

gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring

dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan

bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di

wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta,

masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang

tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.

Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi

maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan

tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan

karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai

kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.

Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan

pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang

sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong,

memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi

ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan,

keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan bangunan gedung

dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan dijiwai

semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai dengan

pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.

Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif,

sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk Peraturan

Daerah, dengan tetap mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain yang

(28)

2.3.3. UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan

manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam

segala bidang. Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang

cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air

wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi

secara selaras.

Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan

keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi. Sejalan

dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran

dalam pengelolaan sumber daya air. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang

Pengairan sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan

perubahan dalam kehidupan masyarakat sehingga perlu diganti dengan

undang-undang yang baru. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan

tersebut, maka perlu dibentuk undang-undang tentang sumber daya air.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20 ayat (2), Pasal 22

huruf D ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (5) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan bersama Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia

memutuskan menetapkan Undang-Undang tentang Sumber Daya Air.

Ketentuan Umum Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air, yang dimaksud dengan :

1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di

dalamnya.

2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan

tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan

air laut yang berada di darat.

3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.

4. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah

(29)

5. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat

pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

6. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air

yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan

penghidupan manusia serta lingkungannya.

7. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,

memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

8. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,

melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya

air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

9. Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara

menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan

pengelolaan sumber daya air.

10. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam

satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya

kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

11. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau

ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan

batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas

daratan.

12. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses

pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

13. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan

air untuk berbagai keperluan.

14. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.

15. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.

16. Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom

(30)

17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presiden beserta para menteri.

18. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta

keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa

tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi

kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan

datang.

19. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,

penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal

agar berhasil guna dan berdaya guna.

20. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi,

dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya

rusak air.

21. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.

22. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan

pengelolaan sumber daya air.

23. Operasi adalah kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan

sumber air untuk mengoptimalkan pemanfaatan prasarana sumber daya air.

24. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana

sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber air

dan prasarana sumber daya air.

25. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang

menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak

langsung.

26. Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk

melaksanakan pengelolaan sumber daya air.

Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan,

kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta

transparansi dan akuntabilitas. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu,

dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber

(31)

air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan

dan diwujudkan secara selaras. Negara menjamin hak setiap orang untuk

mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi

kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.

Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum

adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan

kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan. Hak ulayat masyarakat

hukum adat atas sumber daya air tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada

dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat. Atas dasar penguasaan

negara ditentukan hak guna air.

Hak guna air berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna air

tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya. Hak guna

pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi

perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. Hak

guna pakai air memerlukan izin apabila:

a. Cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air.

b. Ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah

besar.

c. Digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.

Izin diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya. Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke

tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Hak guna

usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari

Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Pemegang hak

guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan

persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Persetujuan dapat

berupa kesepakatan ganti kerugian atau kompensasi.

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam

(32)

sumber daya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan

antara air permukaan dan air tanah. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air

dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya.

Pola pengelolaan sumber daya air didasarkan pada prinsip keseimbangan antara

upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air.

Wewenang dan Tanggung Jawab Wilayah sungai dan cekungan air tanah

ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Presiden menetapkan wilayah sungai dan

cekungan air tanah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Sumber Daya Air

Nasional. Penetapan wilayah sungai meliputi wilayah sungai dalam satu

kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

Penetapan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah dalam satu

kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas

provinsi, dan cekungan air tanah lintas negara. Ketentuan mengenai kriteria dan tata

cara penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah meliputi:

a. Menetapkan kebijakan nasional sumber daya air;

b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;

c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;

d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai

lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional;

e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;

f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,

penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

(33)

g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,

peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah

lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara;

h. Membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah

sungai lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis

nasional;

i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengelolaan sumber

daya air;

j. Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber daya

air;

k. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan

sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas

negara, dan wilayah sungai strategis nasional; dan

l. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi meliputi:

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan

kebijakan nasional sumber daya air dengan memperhatikan kepentingan

provinsi sekitarnya

b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota;

c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;

d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai

lintas kabupaten/kota;

e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;

f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,

penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

(34)

g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,

pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada

cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;

h. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi

dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;

i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam pengelolaan

sumber daya air;

j. Membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan

pokok masyarakat atas air;

k. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan

sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; dan

l. Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada

pemerintah kabupaten/kota.

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota meliputi :

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan

kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air

provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;

b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu

kabupaten/kota;

c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam

satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota

sekitarnya;

d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai

dalam satu kabupaten/kota;

e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu

kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota

sekitarnya;

f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan,

penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air

pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;

g. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat

(35)

h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di

wilayahnya; dan

i. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan

sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa atau yang disebut dengan

nama lain meliputi:

a. Mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan oleh

masyarakat dan/atau pemerintahan di atasnya dengan mempertimbangkan

asas kemanfaatan umum;

b. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan

sumber daya air yang menjadi kewenangannya;

c. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atas air sesuai

dengan ketersediaan air yang ada; dan

d. Memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan

sumber daya air di wilayahnya.

Sebagian wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat

diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal pemerintah daerah belum dapat melaksanakan sebagian

wewenangnya, pemerintah daerah dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada

pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

sebagian wewenang pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah daerah wajib

diambil oleh pemerintah di atasnya dalam hal:

a. Pemerintah daerah tidak melaksanakan sebagian wewenang pengelolaan

sumber daya air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum; dan/atau

b. Adanya sengketa antarprovinsi atau antarkabupaten/kota.

Konservasi Sumber Daya Air

Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan

keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Konservasi

sumber daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber

air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

(36)

wilayah sungai. Ketentuan tentang konservasi sumber daya air menjadi salah satu

acuan dalam perencanaan tata ruang.

Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan

melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan

atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang

disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air

dilakukan melalui:

a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;

b. Pengendalian pemanfaatan sumber air;

c. Pengisian air pada sumber air;

d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;

e. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan

dan pemanfaatan lahan pada sumber air;

f. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;

g. Pengaturan daerah sempadan sumber air;

h. Rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau

i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.

Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar dalam

penatagunaan lahan. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilaksanakan secara

vegetatif dan/atau sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya.

Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sumber air diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah.

Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air

atau kuantitas air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengawetan air dilakukan

dengan cara:

a. Menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada

waktu diperlukan;

b. Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif; dan/atau

c. Mengendalikan penggunaan air tanah.

Ketentuan mengenai pengawetan air diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan

(37)

sumber-sumber air. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara memperbaiki

kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Pengendalian

pencemaran air dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada

sumber air dan prasarana sumber daya air. Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas

air dan pengendalian pencemaran air diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang

mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya

pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.

Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,

cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam,

kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai. Pengaturan

konservasi sumber daya air yang berada di dalam kawasan suaka alam, kawasan

pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Ketentuan mengenai pelaksanaan konservasi sumber daya air

diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pendayagunaan Sumber Daya Air

Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan,

penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan

mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap

wilayah sungai. Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan

sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan

pokok kehidupan masyarakat secara adil. Pendayagunaan sumber daya air

dikecualikan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.

Pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan secara terpadu dan adil, baik

antarsektor, antarwilayah maupun antarkelompok masyarakat dengan mendorong

pola kerja sama. Pendayagunaan sumber daya air didasarkan pada keterkaitan antara

air hujan, air permukaan, dan air tanah dengan mengutamakan pendayagunaan air

permukaan. Setiap orang berkewajiban menggunakan air sehemat mungkin.

Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial

untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat air

membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan dengan melibatkan peran

(38)

Penatagunaan sumber daya air ditujukan untuk menetapkan zona

pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air. Penetapan zona

pemanfaatan sumber air merupakan salah satu acuan untuk penyusunan atau

perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana pengelolaan sumber daya air

pada wilayah sungai yang bersangkutan. Penetapan zona pemanfaatan sumber daya

air dilakukan dengan:

a. Mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budi daya;

b. Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis;

c. Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber

air;

d. Memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;

e. Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan; dan

f. Memperhatikan fungsi kawasan.

Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap wilayah sungai

dilakukan dengan memperhatikan:

a. Daya dukung sumber air;

b. Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;

c. Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air; dan

d. Pemanfaatan air yang sudah ada.

Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengawasan pelaksanaan

ketentuan peruntukan air.

Penyediaan sumber daya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan

daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.

Penyediaan sumber daya air dalam setiap wilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan

penatagunaan sumber daya air yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok,

sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan,

kehutanan dan keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem,

estetika, serta kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi

pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama

(39)

sumber daya air selain ditetapkan pada setiap wilayah sungai oleh Pemerintah atau

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan-nya. Apabila penetapan urutan

prioritas penyediaan sumber daya air menimbulkan kerugian bagi pemakai sumber

daya air, Pemerintah atau pemerintah daerah wajib mengatur kompensasi kepada

pemakainya.

Penyediaan sumber daya air direncanakan dan ditetapkan sebagai bagian

dalam rencana pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai oleh

Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan-nya.

Penyediaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan

sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Pemerintah atau

pemerintah daerah dapat mengambil tindakan penyediaan sumber daya air untuk

memenuhi kepentingan yang mendesak berdasarkan perkembangan keperluan dan

keadaan setempat.

Penggunaan sumber daya air ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya air

dan prasarananya sebagai media dan/atau materi. Penggunaan sumber daya air

dilaksanakan sesuai penatagunaan dan rencana penyediaan sumber daya air yang

telah ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai

bersangkutan. Penggunaan air dari sumber air untuk memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari, sosial, dan pertanian rakyat dilarang menimbulkan kerusakan pada

sumber air dan lingkungannya atau prasarana umum yang bersangkutan.

Penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari yang dilakukan

melalui prasarana sumber daya air harus dengan persetujuan dari pihak yang berhak

atas prasarana yang bersangkutan. Apabila penggunaan air ternyata menimbulkan

kerusakan pada sumber air, yang bersangkutan wajib mengganti kerugian. Dalam

penggunaan air, setiap orang atau badan usaha berupaya menggunakan air secara

daur ulang dan menggunakan kembali air. Dalam keadaan memaksa, Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah mengatur dan menetapkan penggunaan sumber daya

air untuk kepentingan konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan

pemenuhan prioritas penggunaan sumber daya air.

Pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan untuk

peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air

Gambar

Gambar 2.2. Kegiatan Ekonomi Utama
Gambar 2.3.Tema Pembangunan Masing Masing Koridor Ekonomi pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No
Gambar 2.4.
Gambar 2.5. Kawasan Perhatian Investasi Koridor Jawa MP3EI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rituals, Ritual Objects, and Their Superstitious Meanings among The Confucian Chinese-Indonesian Families In Semarang ” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang

Hasil analisa data yang diperoleh menyatakan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan psychological well-being.. Hasil

Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan rnasukan bagi sekolah dan gnru dalarn pengernbangan kernandirian anak usia dini rnelalui rnetode-rnetode pendidikan yang

Tange merasa tidak mungkin jika hanya mampu mengail satu ikan padahal sudah berusaha keras untuk belajar mengail ikan dari adiknya itu.... “Adikku, aku mengaku kalah

Activity Diagram Mengubah Data Order Type .... Activity Diagram Menghapus Data Order Type

Pompa ini menggunakan difragma atau membran yang bekerja bolak-balik untuk menghisap masuk dan mendorong keluar air dalam ruang pompa ( chamber ) dan terdapat

Fenomena yang berkembang di Indonesia, yaitu mendapatkan pasangan dari internet dan hasil wawancara dengan partisipan terkait self disclosure menarik perhatian peneliti