• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL (Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang) KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL (Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang) KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

NOVIAN WAHYU PRASETYONINGTIYAS

15.131.0078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

ii

GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG

TIDAK TERKONTROL

(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan

Menyelesaikan Studi di Program Studi Diploma III Analis

Kesehatan

NOVIAN WAHYU PRASETYONINGTIYAS

15.131.0078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)
(4)
(5)

v Oleh :

Novian Wahyu Prasetyoningtiyas* Evi Puspita Sari** Siti Shofiyah*** ABSTRAK

(6)

vi

AN OVERVIEW OF THE NUMBER OF LEUKOCYTE IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2 ARE UNCONTROLLED

(Studi at thePuskesmas BarengDistrictJombang)

ABSTRACT

Premilinary: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease with characteristic hyperglycemia that is characterized by high levels of sugar in the blood exceeds normal values due to the abnormalities in insulin secretion, insulin action or both. DM induce imunitas defisiensi mechanisms through some. Blood sugar levels were uncrontrolled in a long time will lose function fagositosis by leukosite cells so vulnerable to infection and cause inflamatory that increase the number of leukosite. Aims: of this study was to determine an overview of the number of leukocytes in patients with DM type 2 are uncontrolled. Method: The research design used is descriptive. The population in this study were all patients with type 2 DM on the members of prolanis in puskesmasBareng Jombang district during the 2 days the sample obtained a number of the 20 respondents. Sampling was done by purposive sampling technique. The research variables the are number of leukocytes. Analysis of the data using the editing, coding, and tabulating then expressed in percentage. Results: of this study showed that 14 respondents (70%) have the number of leukocytes to normal. Conclusion: of this study is the number of leukocytes in patients with DM type 2 are uncontrolled most of in the category of normal.

(7)
(8)
(9)

ix

“ Tantangan adalah Beban, jika hanya dipikirkan Cita-cita juga menjadi Beban, jika hanya di angan-angan ”

maka,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan gelar Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Gambaran Jumlah Leukosit pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol (Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)”.

Untuk menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila peneliti tidak mendapat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada H. Imam Fathoni, S.KM., M.M selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Evi Puspita Sari, S.ST., M.Imun, selaku pembimbing utama dan Siti Shofiyah, S.ST., M.Kes, selaku pembimbing anggota sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan, keluarga saya Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan dukungan kasih sayangnya dan dukungan secara materil serta ketulusan do’anya sehingga peneliti mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Sahabat-sahabat saya Scaskita Prihandini dan Muhammad Taufiq serta teman-teman saya D3 Analis Kesehatan seperjuangan yang berjuang bersama-sama demi keberhasilan kita.

Karya Tulis Ilmiah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan Karya Tulis Ilmiah ini sangat peneliti harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Jombang, 26 Mei 2018

(11)

xi

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN JUDUL DALAM... ii

SURAT KEASLIAN... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH... vii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... viii

RIWAYAT HIDUP... ix

MOTTO... x

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR SINGKATAN... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 3

(12)

xii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus... 5

2.2 Sel Darah Putih (Leukosit)... 9

2.3 Hubungan jumlah leukosit dengan DM Tipe 2 yang tidak terkontrol 16 2.4 Penelitian yang Relevan... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian... 21

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 21

4.3 Populasi Penelitian,Sampling,dan Sampel... 21

4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)... 22

4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 23

4.6 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian... 24

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data... 27

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil... 30

(13)

xiii

6.2 Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1Kriteria Diabetes Melitus menurut Hasdianah (2012)... 5 Tabel 4.1Definisi Operasional Jumlah Leukosit pada Penderita DM Tipe

2 yang Tidak Terkontrol... 24

Tabel 5.1Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin penderia DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang

tahun 2018... 31 Tabel 5.2Distribusi frekuensi berdasarkan umur penderita DM Tipe 2

yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun

2018... 31 Tabel 5.3Distribusi frekuensi berdasarkan kontrol makanan pada penderita

DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng

Jombang tahun 2018... 31 Tabel 5.4Distribusi frekuensi berdasarkan pengobatan yang dilakukan

penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas

Bareng Jombang tahun 2018... 32 Tabel 5.5Distribusi frekuensi berdasarkan adanya infeksi atau tidak

pada penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di

Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018 ... 32 Tabel 5.6Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah leukosit penderita

DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng

Jombang tahun 2018 ... 32 Tabel 5.7Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan jenis kelamin

penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas

Bareng Jombang tahun 2018... 33 Tabel 5.8Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan umur penderita

DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng

Jombang tahun 2018... 33 Tabel 5.8Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan umur penderita

DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng

Jombang tahun 2018... 34 Tabel 5.9Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan kontrol makanan

(15)
(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1Leukosit, 100x... 10 Gambar 2.2(a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen (c) Eosinofil (d)

Basofil (e) Monosit (f) Limfosit, 100x... 15 Gambar 3.1Kerangka Konseptual Gambaran Jumlah Leukosit pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol... 19 Gambar 4.1Kerangka kerja gambaran jumlah leukosit pada penderita

(17)

xvii Lampiran 1 Lembar Konsultasi

Lampiran 2 Surat Ketersediaan menjadi Responden Penelitian Lampiran 3 Daftar Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Observasional Lampiran 5 Tabulasi Hasil Pemeriksaan

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

ADA :American Diabetes Association AL : Asidosis Laktat

NIDDM :Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus WHO :World Health Organisation

DM : Diabetes Melitus

DMG : Diabetes Melitus Gestasional GDP : Gula Darah Puasa

GD2PP : Gula Darah 2 Pos Prandial HNK : Hiperosmolar Non Ketotik KAD : Keto Asidosis Diabetik mg/dl : Miligram per Desiliter ml : Mililiter

MN : Mononuklear

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang ditandai oleh tingginya kadar gula dalam darah melebihi nilai normal yang disebabkan kelainan dalam pengeluaran insulin, keaktifan insulin atau keduanya (Chodijah dkk, 2013). Diantara penyakit degeneratif, DM menjadi salah satu ancaman kesehatan manusia. Penyakit ini tidak menular tetapi jumlah penderitanya akan terus meningkat di masa mendatang. Diabetes Melitus berkontribusi terhadap munculnya berbagai infeksi dan komplikasi (Sari dan Hisyam, 2014).

Diabetes Melitus menjadi salah satu penyakit kronik yang cukup banyak diderita oleh penduduk dunia. Indonesia sendiri menempati urutan keempat dalam daftar negara yang penderita DM terbanyak dibawah India, China, dan Amerika (Chodijah dkk, 2013). Penderita DM terbesar merupakan tipe 2 yaitu NIDDM, yang peningkatan prevalensinya sangat tajam (Syaify, 2012). World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien DM yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang dengan kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Chodijah dkk, 2013).

(20)

2

dan tidakterkontrol dalam waktu lama dapat menurunkan fungsi fagositosis oleh sel leukosit sehingga rentan terkena infeksi dan menyebabkan inflamasi (Syaify, 2012).

Leukosit merupakan komponen darah yang dapat mendeteksi adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus, serta dapat melihat kekebalan tubuh, karena leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Jumlah leukosit dapat membantu diagnostik adanya kerusakan organ dan menjadi sumber informasi mengenai proses penyakit defisiensi imun pada DM yang tidak terkontrol (Mukarromah, 2013). Peningkatan jumlah leukosit juga secara tipikal mengindikasikan adanya suatu infeksi dari perkembangan DM tersebut (Sitepu dkk, 2016).

Perkembangan penyakit DM dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang kurang. Perlu upaya deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit meliputi edukasi, penyuluhan, perencanaan makanan, latihan jasmani, terapi dan obat penurun gula darah. Khususnya dapat memberikan motivasi agar masyarakat mau mengontrol penyakitnya secara rutin untuk mengurangi penderita DM yang tidak terkontrol mengingat pentingnya sistem kekebalan tubuh agar terhindar dari berbagai infeksi dan komplikasi (Fachrudin dkk, 2013). Sesuai uraian diatas, peneliti tertarik meneliti Gambaran Jumlah Leukosit pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.

1.2 Rumusan Masalah

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran jumlah leukosit penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada Prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Menambah ilmu pengetahuan bagi khalayak umum khususnya Mahasiswa STIKes ICMe Jombang program studi Analis Kesehatan mengenai jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol.

1.4.2 Manfaat praktis a. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat menjaga sistem pertahanan tubuh dengan kontrol gula darah rutin agar penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dapat berkurang dengan dilakukan terapi pencegahan dan pengobatan dini sehingga masyarakat terhindar dari rentannya terkena infeksi dan komplikasi.

b. Bagi Mahasiswa Bidang Kesehatan

(22)

4

c. Bagi Peneliti

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi

Diabetes Melitus atau sering disebut kencing manis yaitu penyakit hiperglikemia karena tubuh kurang insulin secara absolut ataupun relatif. Tingkat kadar glukosa menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak (Hasdianah, 2012).

Diabetes juga penyakit kronis ketika pankreas kurang menghasilkan insulin, ketika tubuh tidak efektif menggunakan insulin. Hiperglikemia jadi efek diabetes tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh (Suiraoka, 2012).

2.1.2 Kriteria

Berikut ini adalah kriteria DM yang akan disajikan dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1Kriteria Diabetes Melitus menurut Hasdianah (2012). Bukan DM Puasa Vena <100

Kapiler <80 2 Jam PP -Gangguan

Toleransi DM

Puasa Vena 100-140

Kapiler 80-120 2 Jam PP Vena 100-140Kapiler 80-120

DM Puasa Vena >140

Kapiler >120 2 Jam PP Vena > 200Kapiler >200

2.1.2 Diagnosis

Kriteria diagnosis DM pada lansia tidak berbeda dengan kriteria pada umumnya di masyarakat. Kriteria yang dianjurkan ADA yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini :

(24)

6

a. Kadar glukosa sewaktu ≥200 mg/dl. b. Kadar glukosa puasa ≥126 mg/dl.

c. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (Hasdianah, 2012).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi DM oleh Perkeni yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DMADA. Klasifikasi etiologi DM adalah sebagai berikut : a. Diabetes Melitus Tipe1 (Insulin Dependent)

Diabetes Melitus Tipe 1 atau disebut dengan tergantung insulin(insulin dependent) menggunakan insulin sebab tubuh tidak menghasilkan insulin. Pada DM tipe 1, badan kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik, virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien DM tipe 1. Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan faktor genetika (keturunan), faktor imunologik dan faktor lingkungan. b. Diabetes Melitus Tipe 2 (Insulin Requirement)

(25)

yaitu obesitas dan kekurangan olahraga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya Diabetes Melitus yaitu usia lebih dari 65 tahun, obesitas, riwayat keluarga.

c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Wanita hamil yang belum pernah mengidap DM, tetapi memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat dikatakan telah menderita diabetes gestasional. DM tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang ditemukan pertama kali saat hamil. Pada umumnya DMG menunjukkan adanya gangguan toleransi glukosa yang relatif ringan sehingga jarang memerlukan pertolongan dokter. Kebanyakan wanita penderita DMG memiliki homeostatis glukosa relatif normal selama paruh pertama kehamilan (sekitar usia 5 bulan) dan juga bisa mengalami defisiensi insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar gula darah biasanya kembali normal setelah melahirkan.

2.1.4 Gejala

Secara umum gejala Diabetes Melitus diungkapkan oleh Hasdianah (2012) dibagu menjadi gejala akut dan kronik.

1. Gejala akut

a. Banyak makan (polyphagia). b. Banyak minum (polydipsia). c. Banyak kencing (polyuria). d. Mudah lelah.

(26)

8

b. Kram, capai dan mudah mengantuk.

c. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata. 2.1.5 Komplikasi

Menurut Hasdianah (2012) Komplikasi pada Diabetes Melitus meliputi: 2) Pembuluh darah kaki 3) Pembuluh darah otak

c. Nefropati : mikro dan makrovaskuler 3. Ketoasidosis diabetikum

4. Hipoglikemi

(27)

oleh pemakaian Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea dan insulin.

5. Kardiopati, nefropati dan retinopati diabetik 2.2.0 Pencegahan

Tindakan mencegah diabetes mellitus adalah melakukan modifikasi gaya hidup, diantaranya menurunkan berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi lemak dan kalori. Upaya pencegahannya adalah :

1. Membiasakan makan dengan pola makan gizi seimbang. 2. Mempertahankan berat badan dalam batas normal. 3. Membiasakan diri berolahraga.

4. Menghindari makanan, zat atau obat yang dapat mencetuskan timbulnya diabetes.

5. Pengendalian gula darah agar tidak terjadi infeksi atau komplikasi diabetes.

6. Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan.

2.2 Sel Darah Putih (Leukosit) 2.2.1 Definisi

(28)

10

benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi (Indriani, 2017). Leukosit adalah unit sistem pertahanan tubuh yang bergerak aktif. Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh yang membutuhkannya. Berdasarkan bentuk intinya, leukosit terbagi dalam dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri dari neutrofil, eosinfil, basofil dan agranulosit yang terdiri dari limfosit dan monosit (Prawesti, 2016). Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut lekositosis, sedangkan penurunan jumlah lekosit dibawah normal disebut lekopenia (Lestari, 2016).

Gambar 2.1 Leukosit, 100x (Prawesti, 2016). 2.2.2 Struktur

Bentuknya bias berubah, bisa bergerak dengan pseudopodia, memiliki macam-macam inti sel, jadi ia bisa dibedakan menurut inti sel nya dan tidak berwarna. Jenis golongan sel ini yaitu tidak bergranula yaitu limfosit T dan B; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu eosinofil, basofil, dan neutrofil (Handayani dan Haribowo, 2008).

2.2.3 Fungsi

(29)

a. Secara khusus dikirim menuju daerah yang mengalami infeksi dan mengalami peradangan, dengan demikian leukosit dapat melindungi tubuh dari benda asing masuk dalam tubuh (Prawesti, 2016).

b. Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh bibit penyakit atau bakteri masuk dalam tubuh jaringan atau sistem retikulo endotel (Handayani dan Haribowo, 2008).

c. Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut zat lemak dari dinding usus melewati limpa lalu ke pembuluh darah (Handayani dan Haribowo, 2008).

d. Untuk melindungi tubuh dari infeksi (Mehta dan Hoffbrand, 2014). 2.2.4 Jenis-jenis sel

Menurut Prawesti (2008), adapun beberapa jenis leukosit adalah sebagai berikut :

1. Neutrofil

Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50% neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah. Neutrofil memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai respon terhadap faktor kemotaktik. Migrasi, fagositosis dan pembunuhan adalah fungsi yang bergantung pada energi (Mehta dan Hoffbrand, 2014).

(30)

12

Neutrofil berukuran sekitar 14 µm, inti padat bengan bentuk batang seperti tapal kuda pada neutrofil batang dan inti padat dengan bentuk segmen yang terdiri dari dua sampai lima lobus dengan sitoplasma pucat. Granula neutrofil berbentuk butiran halus tipis dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna basa (biru metilen) pada granula yang menghasilkan warna ungu atau merah muda yang samar. Neutrofil berperan penting dalam garis depan pertahanan tubuh terhadap invasi zat asing. Neutrofil bersifat fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Satu sel neutrofil dapat memfagosit 5-10 bakteri dengan masa hidup sekitar 6-10 jam. 2. Eosinofil

Eosinofil memiliki kinetika produksi, diferensiasi, dan sirkulasi yang serupa dengan kinetika pada neutrofil; faktor pertumbuhan IL-5 penting dalam mengatur produksinya. Sel ini memiliki inti bilobus dan granul yang terwarnai menjadi merah oranye (mengandung histamine). Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan penyakit alergi. Pelepasan isi granulanya ke pathogen yang lebih besar (misalnya helmin) membantu destruksinya dan fagositosis berikutnya (Mehta dan Hoffbrand, 2014).

(31)

yang terjadi reaksi antigen-antibodi karena kemampuan khususnya dalam memfagosit dan mencerna kompleks antigen-antibodi. Eosinofil meningkat jika terjadi infeksi cacing, pembuangan fibrin pada selama proses peradangan dan masuknya protein asing. Masa hidup eosinofil lebih lama dari pada neutrofil sekitar 8-12 jam (Prawesti, 2016).

3. Basofil

Basofil yaitu jenis leukosit paling sedikit jumlahnya yaitu 0-1%. Sel ini memiliki ukuran sekitar 14 µm, granula memiliki ukuran yang bervariasi dan tidak teratur hingga menutupi nukleus yang bersifat basofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan pewarnaan giemsa. Basofil hanya kadang-kadang ditemukan dalam darah normal, terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit dan lain-lain. Penurunan basofil terjadi pada penderita stres dan kehamilan (Prawesti, 2016).

(32)

14

4. Monosit

Monosit bersikulasi selama 20-40 hari, kemudian masuk ke dalam jaringan sebagai makrofag. Di tempat ini monosit matang dan menjalankan fungsi umumnya yaitu fagositosis dan pembunuhan. Dalam jaringan, monosit bertahan hidup selama beberapa hari, mungkin beberapa bulan. Sel ini memiliki morfologi berubah-ubah dalam darah perifer, tetapi berinti satu (mononuklear) dan memiliki sitoplasma keabua dengan vakuola da granul berukuran kecil. Dalam jaringan, monosit sering memiliki proyeksi sitoplasmik panjang yang menyebabkannya dapat berkomunikasi secara luas dengan sel-sel lain (Mehta dan Hoffbrand, 2014).

Sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar yaitu sekitar 18 µm, inti padat dan berlekuk seperti 10 ginjal atau bulat seperti telur. Jumlah monosit perkiraan 2 – 8% dari total jumlah leukosit. Peningkatan monosit terjadi pada infeksi virus, dan bakteri. Jumlah monosit akan mengalami penurunan pada penderita leukemia limposit dan anemia aplastik (Prawesti, 2016).

5. Limfosit

(33)

limfosit darah perifer (70%) adalah sel T, yang mungkin memiliki lebih banyak sitoplasma dibandingkan sel B dan dapat mengandung granul (Mehta dan Hoffbrand, 2014).

Maturasi limfosit terjadi terutama dalam sumsum tulang untuk sel B dan dalam timus untuk sel T, tetapi juga melibatkan kelenjar betah bening, hati, limpa dan bagian lainnya. Antigen yang diekspresikan pada permukaan suatu sel bereaksi dengan reagen antibodi monoklonal. Limfosit memiliki masa hidup terlama di antara semua leukosit dapat hidup selama beberapa tahun (Mehta dan Hoffbrand, 2014).

Merupakan sel yang berbentuk bulat dengan ukuran 12 µm. Sel ini kompeten secara imunologik karena kemampuannya membantu fagosit dan jumlahnya mencapai 20 – 40%. Sebagai imunosit, limfosit memiliki kemampuan spesifisitas antigen dan ingatan imunologik. Peningkatan limfosit terdapat pada leukemia limfositik, infeksi virus dan infeksi kronik. Sedangkan penurunan limfosit terjadi pada penderita kanker,anemia aplastik dan gagal ginjal (Prawesti, 2016).

Gambar 2.2 (a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen (c) Eosinofil (d) Basofil (e) Monosit (f) Limfosit, 100x

(34)

16

2.2 Hubungan Jumlah leukosit dengan DM Tipe 2 yang Tidak Terkontrol Diabetes Melitus merupakan kelompok penyakit yang berkaitan dengan meningkatnya glukosa darah yang disebabkan kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. DM sering disertai infeksi dan tidak jarang dengan infeksi berat, sepsis atau ulkus. DM menginduksi defisiensi imun melalui beberapa mekanisme. Salah satunya yaitu peningkatan kadar gula darah akan mengganggu fungsi fagosit dalam kemotaksis dan imigrasi sel-sel inflamasi di tempat peradangan (Chodijah dkk, 2013).

Peran sistem imun terus berkembang secara dinamis. Kemampuan tubuh secara imunologis yang berkurang pada DM merupakan sifat bawaan yang melekat bersamaan dengan kejadian DM itu sendiri. Leukosit yang terdiri dari sel PMN dan MN pada penderita DM, kemampuan mobilisasi dan kemotaksis dari PMN menurun (Manaf, 2008). Penderita diabetes tidak terkontrol respon imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terkena infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru-paru serta infeksi kaki (Hasdianah, 2012).

(35)

2.3 Penelitian yang Relevan

Sitepu, Djafar, & Panda (2016) mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Jumlah Leukosit pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUP Prof.Dr.D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2015 menggunakan jenis penelitian deskriptif observasional menggunakan data rekam medik pasien yang didapatkan hasil gambaran jumlah leukosit berdasarkan 45 sampel lebih dari setengah jumlah sampel mengalami peningkatan jumlah leukosit.

Pada penelitian dengan judul “Perbandingan Jumlah Leukosit pada penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami Gangren Diabetik dengan yang Tidak Mengalami Gangren di RSUD Kabupaten Badung” oleh Ayu Rosita, Oka T.G, dan Prasetya Didik (2013) menggunakan metode observasional analitik dengan mengambil 40 sampel pasien DM yang tidak mengalami gangren dan mengalami gangren. Diperoleh hasil bahwa rata-rata jumlah leukosit pada DM yang mengalami gangren (12.490/mm3) > dari jumlah leukosit penderita DM yang tidak mengalami gangren (7.790/mm3).

(36)

18

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian yaitu rincian hubungan variabel satu dengan variabel lain yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Jumlah Leukosit pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang banyak diderita dikalangan masyarakat. Dari berbagai Tipe DM yang sering dijumpai ialah DM Tipe 2 karena faktor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan olahraga. Salah satu karekteristik DM ditandai adanya Hiperglikemi yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah.

Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol

Hiperglikemia

Defisiensi Imunitas

Rentan terjadinya Infeksi

Peningkatan Jumlah Leukosit Inflamasi

(38)

20

Penderita DM yang kadar glukosanya terus meningkat atau tidak terkontrol akan menyebabkan imun menurun. Mengakibatkan rentan terkena infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan kaki. Infeksi tersebut jika dibiarkan karena tidak sepengetahuan penderita penyakit DM tidak terkontrol, akan mengakibatkan inflamasi. Bagian luka tidak akan bisa sembuh pasalnya pembuluh darah tersumbat karena glukosa tidak terkontrol.

(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan ialah deskriptif. Deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan fenomenal yang terjadi di masa sekarang (Notoatmodjo, 2010).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan tugas akhir yaitu bulan Maret sampai September 2018.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Bareng dan pemeriksaan sampel akan dilakukan di Laboratorium Hematologi STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Jawa Timur.

4.3 Populasi Penelitian,Sampling, dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang sejumlah 67 orang.

4.3.2Sampling

Tekniksampling yang digunakan ialah Purposive Sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan memilih sampel pada populasi

(40)

22

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, agar sampel bisa mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). 4.3.3 Sampel

Sampel ialah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini ialah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang sebanyak 20 sampel yang sesuai kriteria.

Penentuan kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi ialah kriteria yang perlu dipenuhi setiap anggota populasi yang diambil jadi sampel. Kriteria inklusinya yaitu penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol dilihat dari kadar HbA1C diatas normal (≥6,5%) yang berfungsi mamantau kadar glukosa darah 3 bulan terakhir.

Kriteria eksklusi adalah kriteria ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini ialah penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol dan tidak sedang terkena infeksi atau luka dari jamur, bakteri atau virus.

4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja yaitu langkah yang dilakukan dalam penelitian berbentuk kerangka hingga analisis data (Hidayat, 2010).

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Desain Penelitian

(41)

Gambar 4.1 Kerangka kerja gambaran jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.

4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel 4.5.1 Variabel

Variabel ialah obyek penelitian yang menjadi titik penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini ialah jumlah leukosit pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dipakai untuk mempermudah pengumpulan data dan membatasi lingkup variabel (Saryono, 2011). Definisi operasional variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1.

Populasi

Seluruh penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada prolanisdi Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang sejumlah 67 orang.

Sampling

Purposive Sampling

Sampel

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol pada anggota prolanis di Puskesmas Bareng Kabupaten

Jombang sebanyak 20 sampel yang sesuai kriteria

Pengolahan dan Analisis Data

Editing, Coding, Tabulating

(42)

24

Tabel 4.1 Definisi Operasional Jumlah Leukosit pada Penderita DM Tipe 2 yang Tidak Terkontrol.

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Kriteria

Operasional Data

Jumlah Banyaknya sel darah Jumlah 1. Mikroskop Ordinal 1. Normal (4.000 leukosit pada putih (leukosit) pada leukosit 2. Kamar Hitung - 10.000/mmᶟ) DM Tipe 2 penderita Diabetes dalam darah 3. Lembar 2. Leukositosis yang tidak Melitus yaitu gangguan per mmᶟ Observasional (tinggi : terkontrol metabolik yang

ditandai darah >10.000/mmᶟ)

dengan peningkatan 3. Leukopenia

glukosa dalam darah (rendah :

(hiperglikemi). DM <4.000/mmᶟ)

tipe 2 yang tidak ter (Gandasoebrata

kontrol didapatkan dari , 2013)

kadar HbA1C diatas normal (≥6,5).

4.6 Instrumen Penelitian dan Posedur Kerja 4.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Alat

1. Kaca Penutup atau deckglass 2. Kamar HitungImproved Neubauer 3. Mikroskop

4. Penghisap

5. Pipet Thoma Leukosit 6. Spuit 3cc

b. Bahan

1. Darah vena dengan antikoagulan EDTA 2. Larutan Turk dengan komposisi :

(43)

Aquadest add 100 ml 4.1.2 Prosedur Kerja

A. Pengambilan Sampel Darah Vena

1. Memasang torniquet pada lengan pasien.

2. Mengusap dengan kapas alkohol pada sekitar area yang akan ditusuk.

3. Menusuk pembuluh vena sampai jarum masuk dalam lumen vena.

4. Melepaskan torniquet dan perlaha tarik torax sampai jumlah darah sesuai.

5. Menaruh kapas kering di atas bekas tusukan jarum tadi. 6. Mengangkatjarum dan mengalirkan dalam tabung melalui

dinding.

7. Membuang jarum pada tempat pembuangan jarum. B. Pemeriksaan Jumlah Leukosit

a. Mengisi Pipet Thoma Leukosit

1. Menghisap darah sampai tanda 0,5. 2. Menghapus sisa darah pada ujung pipet. 3. Menghisap larutan Turk sampai tanda 11.

4. Mengangkat pipet dan menutup ujung pipet lalu melepas karet penghisap.

(44)

26

b. Mengisi Kamar Hitung

1. Meletakkan kamar dengan deck glass terpasang di permukaan.

2. Mengkocok pipet selama 3 menit secara terus-menerus. 3. Membuang cairan sebanyak 3 atau 4 tetes dan

menyentuhkan ujung pipet di permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir deck glass. Membiarkan kamar hitung terisi sendiri.

4. Membiarkan selama 2 atau 3 menit agar leukosit mengendap. (Gandasoebrata, 2007).

c. Menghitung Jumlah Sel

1. Memakai lensa objektif kecil 10x.

2. Meletakkan kamar hitung di bawah objektif dan fokuskan. Sendirinya leukosit terlihat.

3. Menghitung semua leukosit dalam keempat “bidang besar”. d. Perhitungan

AL=

A P x1t

Keterangan : AL : Anthal Leukosit

X : jumlah sel yang ditemukan t : tinggi kamar hitung

P : Pengenceran

(45)

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 4.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yaitu langkah memperoleh data sebagai hasil yang berarti (Notoatmodjo, 2010). Sesudah data terkumpul dilakukan tahapanEditing,CodingdanTabulating.

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten jawaban dengan pertanyaan (Riyanto, 2010).

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan (Riyanto, 2010). Berikut pengkodean pada penelitian ini :

A. Data Umum

1) Responden Kode R

Responden no.1 Kode R1

Responden no.2 Kode R2

Responden no.n Kode Rn

2) Jenis Kelamin Kode J

Laki-laki Kode J1

Perempuan Kode J2

3)Umur U

<60 tahun U1

(46)

28

4)Pengobatan yang dilakukan Kode P

Rutin Kode P1

Tidak Rutin Kode P2

5) Kontrol Makanan Kode K

Diet Kode K1

Tidak Diet Kode K2

6) Adanya Infeksi Kode V

Ada Kode V1

Tidak ada Kode V2

B. Data Khusus

Jumlah Leukosit pada Penderita DM Tipe 2 yang Tidak terkontrol :

a. Normal Kode N

b. Leukositosis (Tinggi) Kode T

c. Leukopenia (Rendah) Kode L

c. Tabulating

Tabulating ialah tabel data sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data disajikan sesuai jenis variabel yang menggambarkan hasil jumlah leukosit pada penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol.

4.7.2 Analisa Data

(47)

Penyajian data disajikan dalam bentuk persentase yang menggambarkan karakteristik dan tujuan penelitian.

Peneliti memberikan nilai terhadap pemeriksaan dengan melihat nilai normal jumlah leukosit yakni 4.000-10.000 per µl darah (Gandasoebrata, 2013). Setelah hasil diperoleh, membuat tabel hasil pemeriksaan, disesuaikan dengan kategori di atas yaitu hasil normal dijumlah ada berapa dan begitu juga dengan abnormal (tinggi atau rendah), masing-masing hasil yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus :

P= f x 100 % N

Keterangan : P = Persentase

f = Jumlah responden berdasarkan jumlah leukosit N = Jumlah populasi

Hasil pengolahan data diinterpretasikan menggunakan skala berikut (Arikunto, 2010) :

1. 100% = Seluruh sampel

2. 76-99% = Hampir seluruh sampel 3. 51-75% = Sebagian besar sampel 4. 50% = Setengah sampel

(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel pada tanggal 10 dan 12 Juli 2018 di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol sebanyak 20 responden dari prolanis yang diambil secara Purposive Sampling dan diperiksa di laboratorium STIKes ICMe Jombang.

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Bareng Jombang

Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang terletak di Jalan Dr. Sutomo, No.47 Bareng, Kec. Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61419, Indonesia. Lokasi puskesmas cukup strategis terletak ditengah kawasan yang cukup ramai dengan disekitarnya rumah masyarakat, dan dekat dengan pasar Bareng, sehingga banyak pasien yang datang melakukan pemeriksaan kesehatan. Puskesmas ini adalah salah satu puskesmas yang cukup besar di Kabupaten Jombang yang merupakan jenis puskesmas rawat inap. Puskesmas Bareng merupakan puskesmas anak dari Dinas Kesehatan Jombang yang melayani pasien rawat inap atau rawat jalan sehingga pelayanan yang diberikan maksimal.

Penelitian dilakukan di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang tepatnya pada anggota prolanis yang ada di Puskesmas Bareng. Program prolanis mempermudah pelayanan kesehatan peserta JKN atau BPJS bagi masyarakat usia lanjut yang perlu diperhatikan.

(49)

Prolanis di Puskesmas Bareng dilaksanakan setiap satu bulan sekali pada minggu kedua di hari selasa dan kamis.

5.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin penderia DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 7 35.

2. Perempuan 13 65

Total 20 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 13 orang (65%).

b. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan umur penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No. Umur Frekuensi Persentase (%)

1. <60 tahun 6 30

2. ≥60 tahun 14 70

Total 20 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur ≥60 tahun yaitu sejumlah 14 orang (70%) c. Karakteristik responden berdasarkan kontrol makanan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan kontrol makanan pada penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No. MakananKontrol Frekuensi Persentase (%)

1. Diet 4 20

2. Tidak Diet 16 80

Total 20 100

(50)

32

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengontrol pola makan yaitu sejumlah 16 orang (80%).

d. Karakteristik responden berdasarkan pengobatan yang dilakukan Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pengobatan yang

dilakukan penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No. Pengobatanyang Frekuensi Persentase (%) dilakukan

1. Rutin 17 85

2. Tidak Rutin 3 15

Total 20 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden rutin melakukan pengobatan yaitu sejumlah 17 orang (80%).

e. Karakteristik responden berdasarkan adanya infeksi

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan adanya infeksi atau tidak pada penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No. Adanya Infeksi Frekuensi Persentase (%)

1. Ada 0 0

2. Tidak Ada 20 100

Total 20 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh responden tidak ada atau tidak terdapat infeksi yaitu sejumlah 20 orang (100%).

5.1.3 Gambaran Khusus Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan jumlah leukosit

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah leukosit penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No. Jumlah Leukosit Frekuensi Persentase (%)

1. Normal 14 70

(51)

3. Leukositosis 6 30

Total 20 100

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah leukosit normal yaitu sejumlah 14 orang (70%).

5.1.4 Tabulasi Silang

a. Tabulasi silang hasil pemeriksaan jumlah leukosit berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.7 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan jenis kelamin penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018

No Jenis

Kelamin Jumlah Leukosit Jumlah

Normal Leukositosis Leukopenia

1. Laki-laki 4 3 - 7

2. Perempuan 10 3 - 13

Jumlah 14 6 - 20

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa setengah responden yang mengalami leukositosis yaitu berjenis kelamin laki-laki sejumlah 3 responden dan perempuan sejumlah 3 responden.

b. Tabulasi silang hasil pemeriksaan jumlah leukosit berdasarkan umur

Tabel 5.8 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan umur penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018.

No Umur Jumlah Leukosit Jumlah

Normal Leukositosis Leukopenia 1. <60

(52)

34

2. ≥60

tahun 8 6 - 14

Jumlah 14 6 - 20

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 5.8 menunjukkan bahwa seluruh responden yang mengalami leukositosis yaitu memiliki umur ≥60 tahun sejumlah 6 responden dan yang normal sejumlah 8 responden.

c. Tabulasi silang hasil pemeriksaan jumlah leukosit berdasarkan kontrol makanan

Tabel 5.9 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan kontrol makanan penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018.

No Kontrol

Makanan Jumlah Leukosit Jumlah

Normal Leukositosis Leukopenia

1. Diet 4 0 - 4

2. Tidak Diet 10 6 - 16

Jumlah 14 6 - 20

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa seluruh responden yang mengalami leukositosis yaitu tidak mengontrol makanan sejumlah 6 responden dan yang normal sejumlah 10 responden.

d. Tabulasi silang hasil pemeriksaan jumlah leukosit berdasarkan pengobatan yang dilakukan

Tabel 5.10 Tabulasi silang jumlah leukosit berdasarkan pengobatan yang dilakukan penderita DM Tipe 2 yang tidak terkontrol di Puskesmas Bareng Jombang tahun 2018.

No Pengobatan Jumlah Leukosit Jumlah

(53)

dilakukan

1. Rutin 14 3 - 17

2. Tidak Rutin 0 3 - 3

Jumlah 14 6 - 20

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa setengah responden yang mengalami leukositosis yaitu tidak melakukan pengobatan rutin sejumlah 3 responden dan melakukan pengobatan tidak rutin sejumlah 3 responden.

5.2 Pembahasan

Hasil menunjukkan 6 orang (30%) memiliki jumlah leukosit diatas normal, sedangkan 14 orang (70%) normal. Hasil penelitian didapatkan seluruh respondenyang mengalami leukositosis adalah pada responden yang berusia ≥60 tahun. Sistem imun pada usia lanjut mengalami penurunan sehingga tubuh rentan terjadi infeksi dan inflamasi yang dapat meningkatkan jumlah leukosit.Fatmah (2006) mengatakan bahwa peningkatan usia dapat meningkatkan leukosit sewaktu-waktu jika limfosit terpapar pada hormon timus. Pada lansia sebagian besar kelenjar timus tidak berfungsi karena fungsi organnya mengalami penurunan. Organ kurang efisien dibandingkan usia muda.

(54)

36

sitokin proinflamasi, seperti interleukin 6 (IL-6) dan interleukin 8 (IL-8) yang kemudian akan memacu produksi sel darah putih atau leukosit.

Setengah dari responden yang memiliki jumlah leukosit di atas normal melakukan pengobatan tidak rutin sehingga hiperglikemi menjadi tidak terkontrol dan memicu meningkatnya jumlah leukosit. Sesuai dengan teori Santoso, dkk (2018) kondisi hiperglikemi ini menyebabkan pembentukan radikal bebas melalui proses non enzymatic glycation dari protein, oksidasi glukosa dan meningkatkan peroksidasi lipid yang memicu perusakan dari enzim-enzim, sehingga menyebabkan jaringan rentan terhadap stres oksidatif dan meningkatkan resistensi insulin akibat stres oksidatif tersebut. Inflamasi yang terjadi pada tubuh dapat diukur menggunakan biomarker tertentu salah satunya sel darah putih atau leukosit.Hitung jumlah leukosit menjadi salah satu yang memegang peranan penting dalam patogenesis resistensi insulin.

(55)

Hasdianah (2012) mengatakan diabetes melitus dapat didiagnosis berdasarkan kriteria A1C atau kriteria glukosa plasma, baik dengan GDP atau glukosa darah 2 jam post prandial (GD2PP). Penderita DM perlu melakukan manajemen kadar glukosa darah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium rutin. Pemeriksaan HbA1c telah direkomendasikan oleh ADA untuk memantau hiperglikemi pada DM. Batas nilai HbA1c terkontrol adalah <6,5% karena dapat menurunkan komplikasi vaskuler dan tidak terkontrol apabila nilai ≥6,5%.

(56)

38

38

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang, Jawa Timur bisa disimpulkan bahwa sebagian besar penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang tidak terkontrol memiliki jumlah leukosit dalam kategori normal (70%).

6.2 Saran

Dari hasil penelitian peneliti dapat menyarankan : 6.2.1 Bagi masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat menjaga sistem pertahanan tubuh dengan menjaga pola makan, melakukan pengobatan dan mengontrol kadar gula darah secara rutin sehingga masyarakat terhindar dari rentannya terkena infeksi dan komplikasi.

6.2.2 Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk memberikan informasi dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat, nutrisi, sistem pertahanan tubuh dan juga sistem pengobatan serta kontrol gula darah sehingga penyakit DM tipe 2 dapat diobati dan menurunkan resikonya.

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Chodijah, S, Nugroho, A, dan Pandelaki,K. 2013. Hubungan Kadar Gula Darah Puasa dengan Jumlah Leukosit pada Pasien Diabetes Melitus dengan Sepsis. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 602-606.

Fachruddin, Ismi I, Citrakesumasari, dan Alharini, S. 2013. Upaya Penanganan dan Perilaku Pasien Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bara-baraya Kota Makassar Tahun 2013.Hasanuddin Makassar.

Fatmah. 2006. Respon Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara, Kesehatan, Vol.10, No.1, Juni 2006 : 47-53. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Gandasoebrata, R. 2013.Penuntun Laboratorium Medik. Dian Rakyat, Jakarta. Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan

Anak-anak dengan Solusi Herbal.Nuha Medika, Yogyakarta. Lestari, S. 2016.Hematologi 2. Stikes Icme, Jombang.

Manaf, Asman. 2008. Genetical Abnormality and Glucotoxicity in Diabetes Mellitus: The Background of Tissue Damage and Infection.Padang. Mehta, Atul dan Hoffbrand, Victor. 2014. At a Glance Hematologi. Erlangga,

Jakarta.

Mukarromah, Siti B, dkk. 2013. Pengaruh Latihan Aquarobik Terhadap Jumlah Hitung Lekosit Pada Wanita Obesitas Di Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Muslim, Azhari. 2014. Hubungan Jumlah Leukosit dengan Kadar Mikroalbumin Urin pada Penderita Diabetes Melitus. Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Prawesti, Dias W. 2016. Pemeriksaan Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit pada Pasien Tuberkulosis Rawat Inap di RSUD Ciamis Tahun 2016.STIKes Muhammadiyah Ciamis.

(58)

40

Santoso S, Rachmawati B, dan Retnoningrum D. 2018. Perbedaan Jumlah Leukosit, Neutrofil dan Limfosit Absolut pada Penderita DM Tipe 2 terkontrol dan Tidak Terkontrol. JKD, Vol.7,Mei 2018 : 854-862. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

Sari, N dan Hisyam, B. 2014.Hubungan antara Diabetes Melitus Tipe II dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Januari 2011 sampai Oktober 2012. JKKI, Vol.6 No.1, Jan-Apr 2014. Indonesia.

Saryono dan Mekar, Dwi A. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Nuha Medika, Yogyakarta.

Sitepu, Ade M, Djafar, Dewi U, dan Panda, Agnes L. 2016. Gambaran jumlah leukosit pada pasien infark miokard akut di RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado periode Januari-Desember 2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016.

Syaify, Ahmad. 2012. Pengaruh Level Hba1c terhadap Fungsi Fagositosis Neutrofil (PMN) pada Penderita Periodontitis Diabetika. Maj Ked Gr; Desember 2012; 19(2); 93-97. Gadjah Mada Yogyakarta.

(59)
(60)
(61)

GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL

(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: ……….………

Umur/tanggal lahir : ………..……..

Alamat : ………..…………..

Menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Novian Wayu Prasetyoningtiyas, mahasiswa dari Program Studi Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

Demikian pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan/keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.

Jombang, Juni 2018

(62)

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER (Daftar Pertanyaan)

Hari / Tanggal : A. DATA RESPONDEN

1. Nama:

2. Jenis kelamin: 3. Umur :

4. No responden : B. KUESIONER

Petunjuk pengisian lingkarilah jawaban yang anda pilih ! 1. Apakah anda melakukan pengobatan secara teratur?

a. Iya b. Tidak

2. Berapa lama anda melakukan pengobatan? a. < 2 bulan b. > 2 bulan

3. Apakah anda melakukan kontrol makanan? a. Diet b.Tidak Diet

4. Apakah anda rutin mengontrol (periksa) gula darah? a. Rutin b. Tidak Rutin

5. Apakah anda saat ini mengalami infeksi (luka, jamur,virus/ penyakit)?

a. Iya b.Tidak

C. HASIL PEMERIKSAAN 1. HbA1C:

(63)

LEMBAR OBSERVASI

PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL

(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)

Responden Hasil Pemeriksaan Kategori

R1 7.700/mm3 Normal

R2 8.900/mm3 Normal

R3 10.350/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R4 19.300/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R5 13.100/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R6 11.300/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R7 5.000/mm3 Normal

R8 8.400/mm3 Normal

R9 11.700/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R10 14.700/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R11 5.900/mm3 Normal

R12 9.800/mm3 Normal

R13 6.050/mm3 Normal

R14 5.650/mm3 Normal

R15 4.000/mm3 Normal

R16 8.350/mm3 Normal

R17 5.550/mm3 Normal

R18 7.700/mm3 Normal

R19 7.200/mm3 Normal

(64)

Lampiran 5

TABULASI HASIL PEMERIKSAAN

JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TIDAK TERKONTROL

(Studi di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang)

Keterangan : J1 : Laki-laki P1 : Rutin

J2 : Perempuan P2 : Tidak Rutin

U1 : < 60 tahun V1 : Ada

U2 : ≥60 tahun V2 : Tidak Ada

K1 : Diet N : Normal

K2 : Tidak Diet T :Tinggi (Lekositosis)

Responden Jenis Kelamin Umur Kontrol Makanan Pengobatan Adanya Infeksi Hasil Jumlah Leukosit Kategori

(65)

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Soffa Marwa Lesmana, A.Md. AK

Jabatan : Staf Laboratorium Klinik DIII Analis Kesehatan Menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini:

Nama : Novian Wahyu Prasetyoningtiyas NIM : 15.131.0078

(66)

Responden Perhitungan Jumlah Leukosit Kategori Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4

R1 36 40 25 53 7.700/mm3 Normal

R2 35 43 54 46 8.900/mm3 Normal

R3 52 54 52 49 10.350/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R4 84 62 123 117 19.300/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R5 62 60 63 77 13.100/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R6 69 65 51 41 11.300/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R7 23 25 26 26 5.000/mm3 Normal

R8 33 43 41 51 8.400/mm3 Normal

R9 52 53 69 60 11.700/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R10 71 75 81 67 14.700/mm3 Lekositosis (Tinggi)

R11 34 26 20 38 5.900/mm3 Normal

R12 38 36 63 59 9.800/mm3 Normal

R13 29 29 31 32 6.050/mm3 Normal

R14 33 13 30 37 5.650/mm3 Normal

R15 20 15 22 23 4.000/mm3 Normal

R16 44 31 44 48 8.350/mm3 Normal

R17 23 35 32 21 5.550/mm3 Normal

R18 36 40 25 53 7.700/mm3 Normal

R19 36 40 34 40 7.200/mm3 Normal

(67)
(68)
(69)

DOKUMENTASI PENELITIAN 1. Alat dan Bahan

a. Torniquet b. Kamar Hitung Inproved Neubauer

c. Plaster d. Spuit

e. Kapas Alkohol f. Pipet Thoma Leukosit

(70)

i. Larutan Turk j. Counter Cell

k. Handskun dan Masker l. Tisu

(71)
(72)

4. Pengisian dalam kamar hitung

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Diabetes Melitus menurut Hasdianah (2012).
Gambar 2.1 Leukosit, 100x (Prawesti, 2016).
Gambar 2.2 (a) Neutrofil batang (b) Neutrofil segmen (c)Eosinofil (d) Basofil (e) Monosit (f) Limfosit, 100x(Prawesti, 2016).
Gambar 3.1Kerangka Konseptual Gambaran Jumlah Leukosit pada
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar penderita diabetes melitus di Desa Gonilan mempunyai kepatuhan tergolong patuh terhadap pelaksanaan diet diabetes melitus (48,9%). Terdapat hubungan yang

Distribusi jenis bahan makanan sumber karbohidrat, protein hewani dan protein nabati berdasarkan frekuensi makan pada penderita diabetes melitus rawat jalan di Puskesmas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan penderita diabetes melitus dengan faktor risiko terjadinya OSA di Program Layanan

judul Studi Keterkaitan Kualitas Hidup dengan Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Helvetia Kota Medan.. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan penderita diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol terhadap penurunan pendengaran

memperlihatkan adanya perubahan kualitas hidup yang signifikan pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas 2 Baturraden setelah diberikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam kaki DM terhadap penurunan kadar gula pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja

Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penderita Diabetes Melitus tipe 2 memiliki kadar glukosa yang tinggi dan sebagian besar memiliki