1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Industri real estate dan property pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia PDMN No. 5 Tahun 1974, real estate adalah perusahaan property yang bergerak dalam bidang penyedia, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata. Sedangkan definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat No.5/KPTS/BKP4N/1995 Pasal 1, property adalah tanah hak dan atau bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan kepemilikan (Apriliyani, 2011).
Pasar property di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi ke dalam beberapa segmen pasar yaitu: gedung perkantoran (office building); retail market yang meliputi swalayan dan mall; apartemen dan kondominium; pasar kawasan industri (industrial estate market); dan pasar hotel (hotel market) (Kusumaningrum, 2009).
Perusahaan property dan real estate merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri property dan real estate begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap. Dari data www.idx.co.id diawal tahun 1968, industri property dan real estate mulai bermunculan dan tahun 1980-an industri property dan real estate sudah mulai terdaftar di BEI. Adapun jumlah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2003 berjumlah 30 perusahaan, pada tahun 2009 bertambah menjadi 41 perusahaan, hingga pada tahun 2014 yang terdaftar berjumlah 46 perusahaan (Apriliyani, 2011).
Menurut Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Real Estate (REI) Setyo Maharso dikutip dari www.neraca.co.id, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 sedang pesat dengan melihat nilai pendapatan domestik bruto (PDB) diatas 6%, Indonesia termasuk negara triliuner dari segi PDB dan tergabung dalam
2 kelompok 20 negara terkaya di dunia dari sektor PDB. Dengan total PDB sebesar 1 triliun USD dan pendapatan per kapita sebesar 3.000 USD lebih, menjadikan Indonesia masuk dalam negara berpendapatan kelas menengah di dunia. Kondisi ini membawa dampak baik dengan adanya aliran investasi asing atau foreign direct invesment ke Indonesia semakin meningkat dan merupakan yang terbesar di Asia Tenggara sehingga menjadi kegiatan investasi yang booming. Salah satu booming investasi yang berkembang pesat di Indonesia adalah investasi di sektor property. Indonesia masih menjadi negara tujuan untuk investasi di bidang property.
Peningkatan kontribusi perusahaan property real estate dalam ikut serta sebagai penompang perekonomian Indonesia, berdasarkan data pertumbuhan indeks sektoral perusahaan menurut majalah Investor bahwa sektor construction, property and real estate menduduki peringkat pertama dengan pertumbuhan dari 2013 ke 2014 sebesar 55,76%. Peringkat kedua diduduki oleh sektor finance 35,41% dan peringkat ketiga diduduki oleh sektor infrastructure 24,71%. (Investor: 61).
Dengan melihat perkembangan perusahaan property dan real estate, penulis tertarik untuk menjadikan perusahaan-perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian, mengingat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya sebagian besar menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Menurut Fahmi (2013:36), saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Keuntungan seseorang memiliki saham antara lain: dapat memperoleh dividen pada setiap akhir tahun, memperoleh capital gain, dan memilki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa.
3 Sumber: www.idx.co.id
Gambar 1.1
Indeks Harga Saham Gabungan
Pada gambar 1.1 menunjukkan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 2001-2011. Berdasarkan gambar return saham bergerak secara fluktuatif. Data dari www.finance.detik.com, menyebutkan bahwa tahun 2008 menjadi antiklimaks bagi Indeks Harga Saham Gabungan setelah selama 6 tahun berturut-turut berada dalam trend menguat. Kejatuhan IHSG akibat dari memburuknya kinerja bursa saham di seluruh dunia sebagai akibat resesi global. Gejala melemahnya pasar modal mulai terlihat dari terus berlanjutnya efek dari krisis Subprime Mortgage yang mengalami gagal bayar kredit perumahan kemudian mencapai puncaknya pada pertengahan September disaat salah satu bank investasi terbesar di Amerika, yakni Lehman Brothers, mengumumkan pailit.
Tabel 1.1
Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
PDB 2007 2008 2009 2010 2011
PDB (perubahan % tahunan) 6,3 6,1 4,6 6,1 6,5 Sumber: Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan Tabel 1.1 yaitu data Pendapatan Domestik Bruto Indonesia yang menunjukkan bahwa krisis global pada tahun 2008 membawa dampak untuk tahun 2009 dengan memburuknya Indeks Harga Saham Gabungan maupun perekonomian Indonesia. Namun tahun 2010 menjadi patokan perbaikan nilai Indeks Harga Saham Gabungan setelah dampak krisis dan diikuti pula perbaikan perekonomian Indonesia.
4 Sumber: www.idx.co.id
Gambar 1.2
Indeks Pasar Harga Saham Sektor Property Tahun 2010 dan 2011 Indeks Pasar Harga Saham pada gambar 1.2 digunakan untuk melihat pergerakan harga saham secara keseluruhan per sektor industri. Berdasarkan gambar 1.2 Indeks Pasar Harga Saham untuk sektor property tahun 2010 mengalami pergerakan yang fluktuatif.
Sumber: www.finance.yahoo.com
Gambar 1.3
Indeks Harga Saham Gabungan Periode Januari-Juli 2010
Indeks Harga Saham Gabungan yang tercantum dalam gambar 1.3 terdiri dari enam (6) perusahaan property dan real estate, antara lain: 1. BIPP (Bhuwanatala Indah Permai Tbk); 2. GMTD (Gowa Makassar Tourism Development Tbk); 3. COWL (Cowell Development Tbk); 4. LPCK (Lippo Cikarang Tbk); 5. FMII (Fortune Mate Indonesia Tbk); dan 6. LCGP (Laguna Cipta Griya Tbk).
Berdasarkan kedua gambar di atas (gambar 1.2 dan gambar 1.3) hubungan antara Indeks Pasar Harga Saham dan Indeks Harga Saham Gabungan mempunyai
5 arah yang berbanding lurus. Karena Indeks Pasar Harga Saham mewakili seluruh harga saham perusahaan sektor property dan real estate di BEI. Artinya jika Indeks Pasar Harga Saham mengalami kenaikan maka Indeks Harga Saham Gabungan juga akan mengalami kenaikan, demikian sebaliknya jika Indeks Pasar Harga Saham mengalami penurunan maka Indeks Harga Saham Gabungan juga akan mengalami penurunan. Berdasarkan data tersebut Indeks Pasar Harga Saham untuk Bulan Januari-Mei 2010 menunjukkan pergerakan yang fluktuatif tidak terlalu signifikan dengan kenaikan pada ujung Bulan Mei. Namun Indeks Harga Saham Gabungan untuk semua perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2010 sejumlah 40 perusahaan tidak semua perusahaan berbanding lurus dengan Indeks Pasar Harga Saham.
Berdasarkan Gambar 1.3 terdapat 1 dari 35 perusahaan yang mempunyai pergerakan harga saham berbanding lurus dengan Indeks Pasar Harga Saham yaitu LPCK (Lippo Cikarang Tbk), 4 perusahaan yang tidak mempunyai pergerakan harga saham (konstan), antara lain: 1. BIPP (Bhuwanatala Indah Permai Tbk); 2. GMTD (Gowa Makassar Tourism Development Tbk); 3. FMII (Fortune Mate Indonesia Tbk); 4. LCGP (Laguna Cipta Griya Tbk) dan 1 perusahaan yang mempunyai pergerakan harga saham berlawanan arah dengan Indeks Pasar Harga Saham (menurun) yaitu COWL (Cowell Development Tbk). Adanya kelima perusahaan yang tidak berbanding lurus dengan Indeks Pasar Harga Saham menggambarkan bahwa ada faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan. Perubahan harga saham pada Bulan Januari-Mei karena adanya kegitan penerbitan laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan informasi yang tersaji adalah tidak semua kenaikan informasi laporan keuangan diikuti dengan kenaikan harga saham. Salah satu perusahaan yaitu COWL (Cowell Development Tbk) yang melakukan penerbitan laporan keuangan menghasilkan informasi bahwa kenaikan total aset (0,03%), laba kotor (47,36%), arus kas dari aktivitas operasi (7,24%), arus kas dari aktivitas investasi (99,42%), dan penurunan arus kas dari aktivitas pendanaan (166,39%) memberikan dampak penurunan harga saham perusahaan tersebut.
Melihat pentingnya informasi laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan maka penerbitan laporan keuangan diharapkan akan direaksi oleh pasar.
6 Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham perusahaan tertentu. Akibatnya terdapat perbedaan antara return yang terjadi dengan return yang diharapkan. Dengan kata lain terjadi return kejutan atau abnormal return pada saat penerbitan laporan keuangan. Dari penerbitan laporan keuangan investor akan menilai kinerja perusahaan selama satu periode yang akan menjadi keputusan untuk kegiatan investasi.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian dividen kepada pemegang saham, dan lain sebagainya. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara teoritis dan empiris telah menyebabkan perubahaan harga saham. (Meythi, 2002).
Menurut Jogiyanto (2010:29), pasar modal merupakan tempat bertemu antara penjual dan pembeli dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Dalam pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan semua informasi publik yang relevan yang tersedia di pasar (Husnan, 2008:5). Informasi publik tersebut antara lain laporan keuangan yang terdiri dari: (a) laporan posisi keuangan (neraca), (b) laporan laba rugi komprehensif, (c) laporan perubahan ekuitas, (d) laporan arus kas dan (e) catatan atas laporan keuangan.
Menurut Jogiyanto (2010:534), keterbatasan informasi yang ada di pasar modal dapat menyebabkan adanya asymmetric information. Asymmetric information merupakan kondisi yang menunjukkan sebagian investor memiliki informasi, sedangkan investor yang lain tidak memiliki informasi. Investor yang memiliki informasi pada saat tersebut dapat menikmati abnormal return. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan investor). Dengan demikian, abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasian.
7 Salah satu metode yang biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis fundamental. Analisis fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat (Kodrat dan Indonanjaya 2010).
Menurut Jogiyanto (2010:131), analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai instrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Data-data kunci yang ada di dalam laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan sehingga berpengaruh terhadap keputusan investor. Ketika kinerja suatu perusahaan dinilai baik, maka banyak investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan itu sehingga harga saham menjadi tinggi. Investor berharap akan mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal pada perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lima sinyal fundamental, diantaranya arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor, dan ukuran perusahaan.
Menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan sebagai berikut: a) arus kas dari aktivitas operasi, b) arus kas dari aktivitas investasi, dan c) arus kas dari aktivitas pendanaan.
Menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi (operating activities) merupakan aktivitas yang terkait dengan laba. Aktivitas operasi yang meliputi laba bersih, depresiasi dan perubahan dalam aktiva lancar dan kewajiban lancar diluar kas dan utang jangka pendek (Brigham dan Houston, 2009:59).
Menurut PSAK No.2 Tahun 2009 aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Aktivitas investasi meliputi pembelian dan penjualan aset tetap (Subramanyam dan Wild, 2010: 94).
8 Menurut PSAK No.2 Tahun 2009 aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Aktivitas pendanaan (financing activities) merupakan cara untuk mendistribusikan, menarik dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha (Subramanyam dan Wild, 2010: 94).
Penelitian mengenai manfaat arus kas dan hubungannya dengan abnormal return saham diantaranya dilakukan oleh Baridwan (1997), Suadi (1998), Hastuti (1998), Kurniawan (2000), Triyono (2000), Hermawan (2002), dan Ferry (2004). Suadi (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa laporan arus kas mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun setelah terbitnya laporan arus kas. Hal ini menunjukkan bahwa laporan arus kas mempunyai kandungan informasi dan bermanfaat bagi investor. Triyono (2000) menguji hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham memperoleh kesimpulan bahwa perbedaan komponen arus kas (operasi, investasi, dan pendanaan) seperti yang disyaratkan dalam PSAK No.2 mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return saham. Kurniawan (2000) menguji hubungan arus kas operasi dan data akrual terhadap return saham menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak berhasil menunjukkan adanya hubungan antara arus kas operasi dan komponen earning dengan return saham dalam Suhairi dan Ninna (2006).
Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tantang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa depan (PSAK No. 25 Tahun 2009).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya terhadap abnormal return dari investasi terhadap saham perusahaan. Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dibandingkan dengan dua angka laba lainnya (laba operasi dan laba bersih), artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan angka laba lainnya. Semakin rinci suatu
9 perhitungan suatu angka laba, maka akan semakin banyak pilihan metode akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba (Daniati dan Suhairi, 2006).
Ini didasarkan dari hasil penelitian Febrianto (2005) yang membuktikan bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham.
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur dengan melihat besar kecilnya penjualan, jumlah modal atau juga melalui total aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan (Nelvianti, 2013). Dalam penelitian ini melihat dari total aktiva. Menurut Indriani (2005), salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil.
Menurut Ramadhano et al (2011), ukuran perusahaan yang besar akan membuat harga saham perusahaan berada pada posisi kuat di pasar modal. Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Martani et al (2009) justru memperlihatkan hasil tidak berpengaruh ukuran perusahaan terhadap harga saham.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan dan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui “Pengaruh Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian yang akan dibahas yaitu:
10 1. Bagaimana arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor, ukuran perusahaan dan abnormal return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013?
2. Apakah arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap abnormal return saham?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial:
a. Apakah arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap abnormal return saham?
b. Apakah arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh terhadap abnormal return saham?
c. Apakah arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh terhadap abnormal return saham?
d. Apakah laba kotor berpengaruh terhadap abnormal return saham?
e. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap abnormal return saham?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan permasalahan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor, ukuran perusahaan, dan abnormal return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013.
2. Untuk mengetahui pengaruh arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap abnormal return saham.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial:
a. Untuk mengetahui arus kas dari aktivitas operasi terhadap abnormal return saham.
b. Untuk mengetahui arus kas dari aktivitas investasi terhadap abnormal return saham.
11 c. Untuk mengetahui arus kas dari aktivitas pendanaan terhadap abnormal
return saham.
d. Untuk mengetahui laba kotor terhadap abnormal return saham.
e. Untuk mengetahui ukuran perusahaan terhadap abnormal return saham.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Aspek Teoritis (Keilmuan)
Kegunan penelitian ini ditinjau dari aspek teoritis adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ekonomi terutama mengenai pengaruh arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor dan ukuran perusahaan terhadap abnormal return saham.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pengembangan teori dan menjadi bahan informasi untuk pendalaman penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
1.5.2 Aspek Praktis (Guna Laksana)
Kegunaan penelitian ini ditinjau dari aspek praktis adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi perusahaan dalam meningkatkan kualitas strategi di masa yang akan datang khususnya dalam mengkaji pengaruh arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, laba kotor dan ukuran perusahaan terhadap abnormal return saham.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan investasi.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Untuk lebih mudah dalam memahami materi yang ada dalam skripsi ini, maka sistematika penulisan skripsi disusun sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.
12 BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang teori konsep BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji asumsi klasik, teknik analisis data dan pengujian hipotesis.
BAB IV Hasil Penelitian dan Analisis
Bab ini berisi tentang karakteristik responden, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini memberikan kesimpulan dan hasil temuan penelitian dan memberikan masukan atau saran yang dapat disampaikan kepada perusahaan mengenai analisis masalah yang diteliti oleh penulis.