• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II L ANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II L ANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

L ANDASAN TEORI

A. Teori dan Konsep

1. Efficiency Market Hypothesis (EMH)

Secara umum, Beaver (1989) dan Hartono (2000) menyatakan pasar efesien sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Namun secara detail, terdapat beberapa pandangan yang mendefinisikan pasar dalam beberapa macam definisi, misalnya efesiensi pasar berdasarkan nilai instrinsik sekuritas jadi konsep pasar yang efisien disini adalah pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-nilai intrinsiknya.

Fama (1970) mendefinisikan pasar yang efisien sebagai berikut : “ suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia (a security market is efficient if security prices “fully reflect”the information available).

Beaver (1970) lebih mengarahkan kepada ketersediaan informasi. Pasar dikatakan efisien terhadap suatu informasi yang spesifik, jika harga yang terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang akan mendaptkan informasi tersebut.

(2)

Fama (1970) membagi tingkat efisiensi pasar modal sesuai dengan informasi yang digunakan dalam pengambilan keuputasan sebagai berikut :

a. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form market efficiency)

Pasar modal dimana harga saham saat ini mencerminkan seluruh informasi yang diberikan harga saham pada masa sebelumnya. Implikasinya, dalam bentuk pasar demikian tidak ada investor yang memperoleh abnormal return dengan berpedoman pada informasi harga lalu.

b. Efisiensi pasar bentuk semi kuat (semi strong form efficiency)

Pasar modal dimana harga saham mencerminkan seluruh informasi baik informasi harga masa lalu dan informasi yang dipublikasikan seperti pengumuman dividen, laporan tahunan, stock split, merger, akuisisi, konsolidasi serta pendapat analis ahli yang dipublikasikan dalam media masa. Harga pasar cepat beraksi terhadap munculnya informasi tersebut. selain informasi ini cepat beraksi, juga akurat dalam menetapkan harga saham, jika pasar modal memiliki bentuk seperti ini, maka investor tidak dapat memperoleh abnormal return dengan hanya mengandalkan informasi perubahan harga saham masa lalu dan informasi yang dipublikasikan.

c. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form efficiency)

Pasar modal dimana harga saham tidak hanya mencerminkan informasi yang dipublikasikan, melainkan juga informasi yang tidak

(3)

dipublikasikan, yang dapat diperoleh melalui analisis fundamental atau secara ekonomis. Kondisi ini dibagi menjadi dua yaitu near strong form dan super strong form. Near strong form berhubungan dengan reaksi pasar akan informasi pribadi seperti hasil analisa atas laporan keuangan yang dipublikasikan. Sedangkan super strong form berhubungan dengan monopoli informasi dari orang dalam yang menguasai pasar. Harga pasar disaham ini akan cepat menyesuaikan diri. Sehingga tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal return.

2. Resiko Saham

Menurut Jones (2004;142) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, maka semakin besar risiko yang akan ditanggung.

Dalam dunia investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko yang selalu ada walaupun dengan adanya diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total. (Husnan, 2009:161).

(4)

Umumnya risiko sistematis berasal dari faktor-faktor yang secara sistematik mempengaruhi perusahaan seperti kondisi perekonomian dan kondisi politik, baik nasional maupun internasional yang mempengaruhi semua perusahaan dibursa suatu negara. Ukuran dari risiko yang sistematis disebut juga dengan koefisien beta (β), yaitu ukuran yang menujukkan kepekaan tingkat keuntungan individual (individual return) suatu saham terhadap perubahan tingkat keuntungan indeks pasar (market return). Risiko tidak sistematis bersangkutan dengan risiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian lain yang unik bagi perusahaan. karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Penjumlahan dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik disebut dengan risiko total (total risk).

Beta suatu saham sebagai risiko sistematis mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of return) saham tersebut. Hubungan beta saham dengan required rate of return saham dapat dilihat dengan beberapa pendekatan:

1. Model Indeks Tunggal

Dengan menggunakan data time series, beta saham dapat dihitung melalui hubungan fungsional (regresi linier) antara excess return of stock sebagai variabel dependent dan excess return of market portfolio (indeks pasar) sebagai variabel independent. Hubugan fungsional tersebut dikenal

(5)

sebagai model indeks tunggal atau market model. Seperti pada persamaan :

Ri = α + βi (Rm) – e

Keterangan: Ri adalah tingkat keuntungan saham i

α adalah konstanta

βi adalah risiko sistematis (beta) saham i Rm adalah tingkat keuntungan saham

e adalah error

2. Capital Assets Pricing Model

Capital assets pricing model (CAPM) merupakan salah satu model keseimbangan. Dengan menggunakan model ini memungkinkan untuk menentukan pengukuran risiko, relevan dan bagaimana hubugan antara risiko untuk setiap aset apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Dalam model ini faktor risiko diukur dengan beta. Karena nilai suatu aktiva tergantung antara lain terhadap keuntungan yang layak dari suatu investasi sehubungan dengan risiko yang akan dihadapi. Seperti pada persamaan :

βi = (Rit -- Rft) (Rmt -- Rft) Keterangan:

Rit adalah return saham perusahaan ke-i pada bulan ke-t Rft adalah return aktiva bebas risiko

(6)

Rmt adalah indeks pasar pada bulan ke-t

βi adalah beta untuk masing-masing perusahaan ke-i

3. Beta Saham

Beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. “Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar.” (Hartono, 2010:375) Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap resiko pasar. Sedangkan definisi Volatilitas, menurut Hartono (2010:365) “Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-reurn suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode tertentu. Husnan (2009:166) mendifinisikan kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa disebut sebagai beta investasi.

Mengetahui Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung beta portofolio, maka beta masing-masing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing sekuritas. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga

(7)

berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Beta tidak lain merupakan koefesien regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan keuntungan portofolio pasar (excess return of market portfolio), dan keuntungan suatu saham (excess return of stock).

Pengukuran beta dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Dimana beta pasar sama dengan 1, maka secara umum dapat dilihat bahwa :

Perusahaan yang memiliki beta = 1, risiko pasar rata-rata harga sahamnya tidak lebih bergejolak ataupun lebih kecil dari risiko pasar yang ada.

Perusahaan yang memiliki beta > 1, risiko lebih besar dibandingkan dengan risiko pasar.

Perusahaan yang memiliki beta < 1, risiko di bawah risiko pasar.

4. Mengestimasi Beta

Beta perusahaan dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi Beta masa datang. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar, data akuntansi, dan data fundamental. Beta yang dihitung dengan data pasar disebut Beta pasar. Beta yang dihitung dengan data

(8)

akuntansi disebut Beta akuntansi dan Beta yang dihitung dengan data fundamental disebut Beta fundamental. (Hartono,2010: 376)

1) Beta Pasar

Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertetu. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi.

2) Beta Akuntansi

Beta akuntansi dapat diestimasi dengan data akuntansi seperti laba akuntansi. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama dengan Beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return dengan data laba akuntansi.

3) Beta Fundamental

Beta fundamental diestimasi dengan menggunakan variabel fundamental. Variabel-variabel yang dipilih merupakan variabel-variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena Beta merupakan pengukur dari risiko. Beaver, Kettler, dan Scholes menggunakan 7 macam variabel yang merupakan variabel-variabel fundamental. Walaupun variabel-variabel tersebut secara umum

(9)

dianggap bervariasi dengan risiko, tetapi secara teori mungkin tidak semuanya berhubungan dengan risiko.

5. Size Perusahaan

Ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang berrsangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubungannya dengan stuktur perusahaan. ( Suryani ,2007)

Terdapat 3 cara dalam mengukur ukuran perusahaan dalam penelitian, yaitu :

a. Total aktiva yang diambil dari neraca akhir tahun. b. Penjualan bersih yang diambil dari neraca akhir tahun.

c. Kapitalisasi pasar, yang dapat diambil dari harga saham akhir tahun dikali dengan jumlah saham beredar. ( Fitriani, 2001).

Semakin besar aktiva perusahaan maka akan semakin banyak modal yang ditanam, semakin besar penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin dikenal pula perusahaan tersebut dalam masyarakat. (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Dapat disimpulkan bahwa Size Perusahaan adalah penentuan besaran, dimensi atau kapasitas dari suatu perusahaan, sebagai penentuan sebuah perusahaan besar atau kecil yang dapat dilihat dari total aktiva, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Seperti pada persamaan :

(10)

6. Financial Leverage

Financial leverege adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. (Sartono, 2001:263)

Secara umun Financial leverage adalah proporsi penggunaan utang oleh perusahaan sebagai modalnya atau menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, pada persamaan :

Financial leverage = Total Utang Total Aktiva

Financial leverage yang semakin tinggi sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka utang yang dimiliki akan semakin besar. Jika utang makin besar maka interest expense semakin besar yang membuat degree of financial leverage (DFL) makin besar, hal ini menunjukkan risiko keuangan perusahaan yang semakin besar. Degree of financial leverage sendiri adalah earning before interest and tax dibandingkan dengan earning before tax, yang berarti jika DFL semakin besar maka nilai interest expense suatu perusahaan semakin besar. Interest expense yang semakin besar menandakan total utang perusahaan yang semakin besar pula.

7. Return On Asset

Asset atau disebut juga aktiva di dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 49 (IAI:2004) adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

(11)

manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh di perusahaan. Menurut Boyton, et al. (2003:36), mengemukakan bahwa

Pengembalian atas aktiva adalah suatu pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan. Semakin tinggi angka yang diperoleh semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.

Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan (Lukas,2003). Apabila debt rasio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar.

Total hutang semakin besar berarti rasio financial perusahaan gagal untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila debt rasio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Seperti dalam persamaan :

Return On Asset = Laba Bersih Total Aktiva

B. Saham LQ45

Saham LQ45 adalah saham-saham yang berasal dari perusahaan besar, mapan dan stabil yang memiliki sejarah pertumbuhan yang baik, juga manajemen serta produk atau jasa yang baik. Saham LQ45 merupakan 45 saham terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan kapitalisasi pasar yang disesuaikan

(12)

setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu setiap awal bulan februari dan agustus. (Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhrudin,2001:96). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Setiap tiga bulan indeks LQ45 akan ditinjau kembali. Di dalam menentukan saham-saham yang termasuk LQ45, menggunakan dua tahap seleksi. Kriteria yang harus dipenuhi pada tahap pertama yaitu :

1. Emiten harus berada pada top 90% dari total rata-rata nilai transaksi saham di pasar reguler.

2. Emiten berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar 3. Tercatat di Bursa Efek Indonesia minimun 30 hari bursa.

Kriteria kedua yang harus dipenuhi adalah :

1. Emiten berada pada urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Memiliki porsi sama dengan sektor-sektor lain

3. Menduduki urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria, maka saham tersebut harus dikeluarkan dari perhitungan indeks LQ45 dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Untuk menjamin kewajaran pemilihan saham, Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki komisi penasihat yang terdiri dari para ahli dari BAPEPAM, Universitas, Profesional dibidang pasar modal yang independen.

(13)

C. Peneliti Terdahulu

Studi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pernah diteliti oleh Salama dan Nguyen (2005) meneliti The Association Between Accounting and Market-Based Risk Measures dengan variabel Operating Leverage dan Financial Leverage yang menghasilkan bahwa Financial Leverage berpengaruh positif terhadap resiko sistematis. Kheder Alaghi (2013) juga meneliti variabel Financial leverage yang memperoleh hasil yang sama. Berbeda dengan penelitian Lisa Kartikasari (2007) menunjukkan bahwa Financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap resiko sitematis. Begitu juga dengan penelitian Hadianto dan Tjun (2009) menghasilkan bahwa Financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap resiko sistematis.

Lisa Kartikasari (2007) meneliti pengaruh variabel fundamental terhadap resiko sitematis yang menghasilkan bahwa Size berpengaruh negatif terhadap resiko sistematis. Berbeda dengan penelitian Javid et al. (2013) menunjukkan bahwa Size berpengaruh signifikan terhadap beta.

Setyowati dan Andayani (2010) meneliti pengaruh variabel internal dan eksernal perusahaan terhadap resiko sistematis yang menghasilkan bahwa variabel Current ratio, Quick ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio, Net profit Margin, Return on investment, return on equity, Price earning ratio, price to book value, asset size, inflasi, SBI, Kurs secara simultan berpengaruh signifikan terhadap resiko sistematis sedangkan secara parsial variabel Total Asset Turn Over, Debt to Equity

(14)

Ratio, Return on investment, Price earning ratio berpengaruh signifikan terhadap resiko sitematis pada kondisi bullish, sedangkan pada kondisi bearish variabel Current ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio, Price earning ratio, asset size berpengaruh signifikan terhadap resiko sitematis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2.1

(15)

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel penelitian Hasil penelitian

1. Lisa kartikasari 2007 Pengaruh variabel fundamental terhadap resiko sistematik Operating leverage, financial leverage,firm size, profitability Size berpengaruh negatif terhadap risiko sistematik, sedangkan finansial leverge berpengaruh tidak signifikan terhadap risiko sistematik 2. Bram Hadianto dan Lauw Tjun Tjan 2009 Pengaruh leverage operasi, leverage keuangan, dan karakteristik perusahaan terhadap risiko sistematik saham Leverage operasi, leverage keuangan Leverage operasi dan leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan 3. Aly Salama dan Duc Tuan Nguyen 2005 The Association Between Accounting and Market-Based Risk Measures Operating Leverage, Financial Leverage, Financial leverage berpengaruh positif terhadap beta 4. Kheder Alaghi 2013 Financial Leverage

and Systematic Risk

Financial Leverage, Beta Financial leverage berpengaruh positif terhadap resiko sistematis 5. Darush Javid , Asgar Seif Dan Maryam Mirzaei 2013 The Relationship between Accounting Earnings Beta and Size

Accounting earning beta, firm size Firm Size berpengaruh signifikan terhadap beta 6. Nining Setyowati dan Dwi Andayani 2010 Pengaruh variabel internal dan eksternal perusahaan terhadap resiko sistematis

Current ratio, Quick ratio,Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio, Net profit Margin, Return on investment, return on equity, Price earning ratio, price to book value, asset size, inflasi, SBI, Kurs

Return on Investment berpengaruh signifikan terhadap resiko sistematis secara simultan dan parsial.

(16)

D. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam melakukan suatu investasi, investor akan dihadapkan pada ketidakpastiaan atau risiko. Investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh dalam melakukan suatu investasi. Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis.

Penelitian ini menganalisis pengaruh size Perusahaan, financial leverage, dan Return On Asset terhadap risiko sistematis (β). Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka kerja teoritis yang akan menjadi arahan dalam melakukan pegumpulan dan pengolahan data serta analisisnya.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Financial Leverage Ratio Return On Asset

Beta Saham Size Perusahaan

(17)

E. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Size Perusahaan Terhadap Beta Saham

Variabel ini diprediksi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap risiko. Penelitian Lisa kartikasari (2007) mendapatkan hasil bahwa size berpengaruh secara negatif terhadap beta saham. Size perusahaan bisa didasarkan pada total penjualan. Pemilihan total penjualan sebagai size perusahaan karena investor tidak jarang melihat total penjualan perusahaan sebagai perkiraan besar kecil atau maju tidaknya suatu perusahaan. Dengan keadaan dan semua gejala yang terjadi, ingin mengetahui apakah mempengaruhi hubungan size yang didasarkan pada total penjualan tetap mempunyai hubungan negatif dengan risiko saham perusahaan. (Fitriani,2001)

Ukuran yang didapat dari total penjualan ini merupakan seluruh pejualan yang dilakukan perusahaan. Total penjualan yang dihasilkan perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan aktivitas usaha. Total penjualan mencerminkan pertumbuhan perusahaan yaitu dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Semakin baik penjualan suatu perusahaan berarti semakin baik perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya, serta hal itu merupakan salah satu indikator yang menjadi daya saing perusahaan dalam suatu industri. (Sudarmaji dan Sularto,2007).

Total penjualan yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan telah mapan dan makin besar keuntungan yang diperolehnya. Perusahaan

(18)

yang besar diasumsikan memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar mempunyai akses yang lebih ke pasar modal sehingga memiliki risiko yang kecil. (Sudarmaji dan Sularto, 2007). Hal ini menandakan bahwa nilai size diprediksi akan mempunyai hubungan negatif dengan beta saham.

Hipotesis 1: Size Perusahaan berpengaruh negatif terhadap beta saham perusahaan yang tergabung dalam LQ45

2. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Beta Saham

Risiko keuangan adalah risiko yang terjadi karena perusahaan menggunakan pinjaman modal atau utang. Pengelolaan suatu perusahaan terhadap tingkat risiko keuangan yang ada selalu berhubungan dengan financial leverage. Financial leverage adalah kemungkinan tambahan keuntungan bersih yang disebabkan oleh adanya biaya tetap yang dibayarkan dalam bentuk bunga dalam struktur modal perusahaan. Masalah financial leverage terjadi apabila menggunakan dana dengan biaya tetap. (Gitman, 2006:538)

Pada dasarnya perusahaan yang menggunakan financial leverage bertujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, akibatnya dividen yang akan diterima pemegang saham akan semakin kecil. Financial leverage menguntungkan kalau pendapat yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besat dari pada beban tetapnya, begitupun sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat financial leverage

(19)

perusahaan maka semakin tinggi risiko financialnya. (Sembel dan Permadi, 2005). Peneliti Salama dan Nguyen (2005) menghasilkan bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap beta. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kheder Alaghi (2013) dan memperoleh hasil yang sama.

Untuk penelitian digunakan leverage ratio yaitu total utang dibagi dengan total aktiva. Makin tinggi utang maka makin besar leverage ratio. Selanjutnya makin besar leverage ratio makin besar pula risiko keuangan perusahaan yang menyebabkan beta makin meningkat. Semakin besar risiko keuangan menunjukkan risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi ataupun sebaliknya. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis dua.

Hipotesis 2 : Financial leverage berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan yang tergabung dalam LQ45

3. Pengaruh Return On Asset Terhadap Beta Saham Menurut Lukman Syamsuddin (2004:63) menyatakan bahwa

Return On Assets adalah kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktivanya sehingga menghasilkan pendapatan. ROA mengukur efektivitas dalam mengahasilkan laba melalui aktiva perusahaan.

Semakin tinggi Return on Assets (ROA) akan semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya, rendahnya Return on Assets (ROA) disebabkan oleh banyak aset perusahaan yang menganggur, investasi dalam

(20)

persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang cash, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain. Peneliti Nining Setyowati dan Dwi Andayani (2010) menghasilkan bahwa Return on Investment berpengaruh signnifikan terhadap resiko sistematis.

Hipotesis 3 : Return On Asset berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan yang tergabung dalam LQ45

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Grafik hubungan antara ketahanan aus agregat pada putaran 500 dan faktor air semen (FAS) Menurut hasil pengujian yang dilhat pada Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa perendaman

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemahaman dan persepsi Wajib Pajak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun

Metodologi yang digunakan akan menjamin kesesuaian antara kebutuhan pengguna, dengan cara memetakan setiap kebutuhan organisasi yang berada dalam lingkup

3) dilaporkan dalam neraca dengan klasifikasi (classification) akun yang tepat dan periode akuntansi yang sesuai dengan terjadinya transaksi (cutoff). Bagian flowchart yang

Namun jika dibandingkan bakteri berdasarkan pewarna asalnya, di antara ke empat jenis pewarna asal, bakteri yang berasal (diisolasi menggunakan) dari pewarna hitam dan biru

Bacillus subtilis merupakan bakteri tidak patogen yang dapat diisolasi dari tanah dan menghasilkan antibakteri yang mampu menghambat bakteri Gram negatif dan Gram

yang sudah melanggar UU. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Hukum positif adalah suatu ketentuan yang mengatur tentang aturan berbagai kejahatan

Marcel Waline mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan yang menguasai kegiataqn-kegiatan alat-alat perlengkapan Negara yang bukan alat