• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL

A. Penanggulangan Kemiskinan: Amanat UUD 1945

Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi sesuai dengan tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 khususnya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan penanggulangan kemiskinan, yang tertuang dalam beberapa pasal sebagai berikut.

1. Pasal 27 ayat (2): “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

2. Pasal 28 dan 28 A, B, C, D, F, G, H, I Pasal 28

a. Ayat (1): “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

b. Ayat (3): “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.

Pasal 28 A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”

Pasal 28 B, Ayat (2): “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”

Pasal 28 C

a. Ayat (1): “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

b. Ayat (2): “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.”

(2)

Pasal 28 D

a. Ayat (1): “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

b. Ayat (2): “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”

c. Ayat (3): “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”

d. Ayat (4): “Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.”

Pasal 28 F: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Pasal 28 G, ayat (1): “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”

Pasal 28 H

a. Ayat (1): “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

b. Ayat (2): “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”.

c. Ayat (3): “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.

d. Ayat (4): “Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun”.

Pasal 28 I

a. Ayat (1): “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk

(3)

tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”

b. Ayat (2): “Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” c. Ayat (4): “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak

asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.”

d. Ayat (5): “Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.”

3. Pasal 31, Ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan”

4. Pasal 33

a. Ayat (1): “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.

b. Ayat (2): “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. c. Ayat (3): “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

d. Ayat (4): “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

5. Pasal 34

a. Ayat (1): “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

b. Ayat (2): “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

c. Ayat (3): “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum”.

(4)

B. Penanggulangan Kemiskinan: Tujuan Pembangunan Millenium Pada tahun 2000, awal pergantian zaman dari abad 20 ke abad 21 yang disebut era Milenium, sebanyak 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk Indonesia mengikuti Sidang Majelis Umum PBB. Pertemuan bertujuan mendiskusikan berbagai permasalahan yang terkait erat dengan peningkatan kesejahteraan dan kelangsungan hidup bangsa, serta penegakan hak asasi dan kerjasama internasional untuk memajukan bangsa dengan target dan indikator yang jelas. Pertemuan ini berhasil mengadopsi Deklarasi Millenium, yang berisi komitmen untuk menjawab berbagai tantangan di era milenium, menetapkan langkah konkrit melalui tujuan, target dan indikator yang ditetapkan dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Dalam MDGs ditetapkan delapan tujuan utama (goal) yang perlu ditindak lanjuti oleh setiap negara yang meliputi: (1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan; (2) Mewujudkan pendidikan dasar; (3) Meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) Mengurangi angka kematian bayi; (5) Meningkatkan kesehatan ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya; (7) Menjamin pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; dan (8) Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan. Kedelapan tujuan utama MDGs ini sebenarnya telah menjadi arahan pelaksanaan pembangunan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 yang selanjutnya tercantum dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), lengkap dengan indikator kinerjanya yang akan dicapai dalam kurun waktu yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa delapan permasalahan utama tersebut dirasakan oleh hampir seluruh negara.

Masing-masing tujuan utama mempunyai target dan indikator kinerja untuk mewujudkan kesejahteraan hidup bangsa yang ditetapkan dari tahun 1999 sampai 2015. Target dan indikator masing-masing tujuan utama tersebut adalah:

1. Pemberantasan Kemiskinan dan Kelaparan

Target (1): tinggal 50 persen proporsi penduduk dengan penghasilan di bawah 1 (satu) dolar sehari.

Indikator: (i) Proporsi penduduk di bawah 1 (satu) dollar sehari; (ii) Rasio kesenjangan kemiskinan; dan (iii) Persebaran kuantil orang miskin dalam konsumsi nasional.

(5)

Target (2): Antara tahun 1990–2015 proporsi penduduk kelaparan tinggal separuhnya.

Indikator: (i) Prevalensi balita kurang berat badan; dan (ii) Proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan konsumsi.

2. Meningkatkan Pendidikan Dasar

Target (3): menjamin semua anak, laki-laki dan perempuan dimanapun berada mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya.

Indikator: (i) Rasio partisipasi di sekolah dasar; (ii) Proporsi murid kelas 1 mencapai kelas 5; (iii) Tingkat melek huruf pada penduduk usia 15-24 tahun.

3. Promosi Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target (4): memperkecil kesenjangan gender pada sekolah dasar dan sekolah menengah pada tahun 2005 dan pada semua jenjang pendidikan pada tahun 2015.

Indikator: (i) Rasio perempuan terhadap laki-laki di sekolah dasar, menengah pertama dan sekolah menengah atas; (ii) Rasio perempuan melek huruf terhadap laki-laki usia 15-24 tahun; (iii) Kontribusi perempuan dalam angkatan kerja di luar sektor pertanian; dan (iv) Proporsi perempuan yang duduk di parlemen.

4. Penurunan Angka Kematian Anak

Target (5): menurunnya 2/3 (dua pertiga) angka kematian anak di bawah lima tahun pada tahun 1990-2015.

Indikator: (i) Tingkat kematian anak di bawah lima tahun; (ii) Tingkat kematian bayi; dan (iii) Proporsi anak usia satu tahun yang mendapat imunisasi campak

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target (6): menurunkan 2/3 (dua pertiga) ratio kematian ibu pada tahun 1990- 2015.

Indikator: (i) Rasio kematian ibu; dan (ii) Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih.

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Lainnya

Target (7): pada tahun 2015 turun separuhnya dan mulai penyebaran HIV/AIDS. menghentikan

Indikator: (i) Prevalensi HIV di kalangan wanita hamil umur 15-24 tahun; (ii) Tingkat prevalensi kontrasepsi; (iii) Jumlah anak yatim piatu korban HIV/AIDS.

(6)

Target (8): tahun 2015 tidak ada lagi kejadian malaria dan penyakit lainnya.

Indikator: (i) Tingkat prevalensi dan tingkat kematian akibat malaria; (ii) Proporsi penduduk di wilayah berisiko malaria yang menggunakan pencegahan malaria secara efektif serta melakukan langkah pengobatan; (iii) Tingkat prevalensi dan tingkat kematian akibat TBC; dan (iv) Proporsi kasus TBC yang terdeteksi dan yang menjalankan perngobatan.

7. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan

Target (9): mengintegrasikan prinsip-prinsip pengembangan lingkungan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program negara dan mencegah kerusakan sumber-sumber alam.

Indikator: (i) Proporsi luas hutan; (ii) Wilayah cagar alam; (iii) Efisiensi penggunaan energi; dan (iv) Emisi karbondioksida.

Target (10): pada tahun 2015 proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air minum sehat menurun 50 persen.

Indikator: Proporsi penduduk yang mempunyai akses berlanjut terhadap sumber air yang memadai.

Target (11): pada tahun 2020, 100 juta penghuni daerah kumuh mengalami peningkatan taraf hidup yang bermakna.

Indikator: (i) Proporsi penduduk yang mempunyai akses terhadap sanitasi yang memadai; dan (ii) Proporsi penduduk yang mempunyai akses terhadap pemukiman

8. Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan

Target (12): Pengembangan sistem perdagangan bebas, berdasar aturan, dapat diramalkan serta tidak diskriminatif dan sistem keuangan, termasuk kesepakatan mengenai pemerintahan yang bersih, pembangunan dan pengentasan kemiskinan baik nasional maupun internasional.

Target (13): perhatian kepada kebutuhan negara-negara berkembang di kepulauan, termasuk tarif dan akses terhadap kuota ekpor negara berkembang dan miskin.

Target (14): memperhatikan kebutuhan khusus negara landlocked dan negara kepulauan.

Target (15): kesepakatan terhadap masalah hutang negara berkembang melalui standar nasional dan internasional untuk ditangguhkan masa pengembaliannya.

(7)

Indikator: Subsidi pertanian domestik dan ekport di negara.

Target (16): kerja sama dengan negara berkembang dan negara maju untuk menciptakan lapangan kerja bagi para pemuda.

Indikator: Tingkat pengangguran kelompok umur 15-24 tahun.

Target (17): kerja sama dengan perusahaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku obat bagi negara sedang berkembang.

Indikator: Proporsi penduduk yang mempunyai akses terhadap obat yang dibutuhkan secara berkesinambungan.

Target (18): kerja sama dengan pihak swasta untuk mengembangkan teknologi baru terutama informasi dan komunikasi.

Indikator: (i) Saluran telepon per 1.000 penduduk; dan (ii) Komputer per 1.000 penduduk.

C. Penanggulangan Kemiskinan: RPJMN Tahun 2010-2014

Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, beberapa hal yang diatur terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan, adalah sebagai berikut:

1. Wujud akhir dari perbaikan kesejahteraan adalah peningkatan pendapatan, penurunan tingkat pengangguran dan perbaikan kualitas hidup rakyat. Hal ini dilakukan dengan terus mendorong berkembangnya sektor riil dan pemihakan kepada UKM dan Koperasi serta terus menjaga stabilitas ekonomi makro.

2. Perbaikan kesejahteraan rakyat ditempuh melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur dasar.

3. Prioritas penanggulangan kemiskinan, akan diarahkan untuk mencapai sasaran penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% (tahun 2009) menjadi sekitar 8-10% (akhir tahun 2014) dan perbaikan distribusi pendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Substansi inti program aksi penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut: a. Bantuan Sosial Terpadu. Integrasi program perlindungan sosial

berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai (BLT) baik yang bersifat insidensial atau kepada kelompok marginal, bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan,

(8)

beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011- 2012.

b. PNPM Mandiri. Penambahan anggaran PNPM Mandiri dari Rp10,3 triliun pada 2009 menjadi Rp 12,1 triliun pada 2010, pemenuhan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 3 miliar per kecamatan untuk minimal 30% kecamatan termiskin di pedesaan, dan integrasi secara selektif PNPM Pendukung.

c. Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011.

d. Tim Penanggulangan Kemiskinan. Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden, penggunaan unified database untuk penetapan sasaran program mulai 2009-2010, dan penerapan sistem monitoring dan evaluasi yang akurat sebagai dasar keputusan dan alokasi anggaran.

Untuk mencapai target sasaran penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% (tahun 2009) menjadi sekitar 8-10% (akhir tahun 2014) seperti yang dituangkan dalam dokumen RPJMN Tahun 2010-2014, akan dilakukan arah kebijakan dan fokus program sebagai berikut:

1. Arah Kebijakan 1: Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan dan dapat dinikmati sebanyak banyaknya masyarakat terutama masyarakat miskin.

Fokus dan Prioritas Program/Kegiatan:

a. Meningkatkan dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi dalam sektor-sektor yang memiliki dampak terhadap penurunan kemiskinan secara signifikan, misalnya penumbuhan dan pengembangan pasar tradisional, peningkatan produktivitas dan nilai tambah usaha pertanian, dan pengembangan usaha mikro dan kecil.

b. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada industri yang banyak menggunakan sumber daya alam lokal untuk meningkatkan perekonomian daerah.

2. Arah Kebijakan 2: Meningkatkan kualitas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan melalui kebijakan afirmatif/ keberpihakan.

(9)

Fokus dan Prioritas Program/Kegiatan:

Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada era 2010-2014 yang merupakan inti dari Prioritas 4 (Penanggulangan Kemiskinan), ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kebijakan dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan, dengan:

a. Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan perlindungan sosial berbasis keluarga dalam rangka membantu pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, untuk memutus rantai kemiskinan dan mendukung peningkatan kualitas SDM;

b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bantuan sosial untuk PMKS;

c. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri;

d. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan;

e. Harmonisasi antarpelaku dan para pihak agar efektif dalam menurunkan tingkat kemiskinan.

Fokus 1: Peningkatan dan penyempurnaan kualitas kebijakan perlindungan sosial berbasis keluarga. Beberapa kegiatan prioritas dalam fokus ini di antaranya adalah:

a. Menyempurnakan pelaksanaan program perlindungan sosial berbasis keluarga dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin;

b. Menyempurnakan data kemiskinan dan targeting program penanggulangan kemiskinan;

c. Menyediakan kebijakan dan intervensi khusus untuk membantu masyarakat dalam mengatasi dampak dari bencana alam dan gejolak perekonomian nasional;

d. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial anak terlantar, lansia terlantar dan penyandang cacat terlantar dan/atau berat; bantuan sosial bagi korban bencana alam dan bencana sosial; serta bantuan pemberdayaan sosial bagi fakir miskin dan komunitas adat terpencil.

Fokus 2: Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri. Penyempurnaan dan peningkatan efektivitas PNPM

(10)

Mandiri akan dilakukan, antara lain, dengan: (i) Memperkuat dan meningkatkan kualitas pelaksanaan PNPM Mandiri di kecamatan miskin; (ii) Meningkatkan fungsi kelembagaan yang dibangun melalui PNPM Mandiri sebagai perwujudan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa/daerah; (iii) Mengintegrasikan secara selektif PNPM Pendukung untuk mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan.

Fokus 3: Peningkatan akses usaha mikro dan kecil kepada sumberdaya produktif. Pelaksanaan fokus prioritas ini akan dilakukan, antara lain, melalui:

a. Peningkatan budaya usaha dan kewirausahaan dalam kemampuan pengelolaan/manajemen usaha;

b. Peningkatan penyediaan layanan informasi dan konsultasi usaha (teknis, manajemen usaha dan keuangan, teknologi dan pemasaran);

c. Fasilitasi untuk penguatan produksi, pemasaran dan kerja sama pemasaran;

d. Peningkatan fasilitasi dan skema pendanaan usaha termasuk Kredit Usaha Rakyat dan modal awal usaha (start up capital) yang mudah dan cepat.

Fokus 4: Peningkatan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antarpelaku. Pelaksanaan fokus prioritas ini dilakukan melalui kegiatan:

a. Revitalisasi komite nasional penanggulangan kemiskinan;

b. Peningkatan kapasitas dan fungsi Kementerian/Lembaga serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam suatu forum bersama penanggulangan kemiskinan di tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota;

c. Peningkatkan kerjasama dan partisipasi swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan lembaga masyarakat;

d. Penerapan sistem monitoring dan evaluasi yang akurat sebagai dasar keputusan dan alokasi anggaran.

3. Arah Kebijakan 3: Peningkatan efektivitas penurunan kemiskinan di daerah, terutama daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.

(11)

Fokus dan Prioritas Program/Kegiatan:

a. Pemberdayaan sektor informal dan UMKM serta koperasi merupakan kebijakan dasar bagi semua daerah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dalam rangka penurunan kemiskinan. Dalam kaitan ini, Pemda terutama kabupaten/kota perlu memiliki keberpihakan dan memberi kesempatan usaha yang jelas kepada sektor informal terutama UMKM serta Koperasi dalam rangka meningkatkan pendapatan kaum miskin di daerah.

b. Pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan melalui agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang didukung oleh pembangunan infrastruktur perdesaan.

D. Penanggulangan Kemiskinan: Amanat Perpres No.15 Tahun 2010 Sesuai dengan pengertian yang tercantum dalam Perpres No. 15 Tahun 2010, Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

Berdasarkan Perpres No. 15 Tahun 2010, Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan: (i) Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; (ii) Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; (iii) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil (UKM); (iv) Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

Sementara itu, program percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan model / sistem klaster sebagai berikut: (i) Klaster 1: Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin; (ii) Klaster 2: Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kapasitas kelompok

(12)

masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat; (iii) Klaster 3: Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil; dan (iv) Klaster 4: Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

Dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalam penyiapan perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan diperlukan upaya penajaman yang meliputi penetapan sasaran, perancangan dan keterpaduan program, monitoring dan evaluasi serta efektifitas anggaran, perlu dilakukan penguatan kelembagaan di tingkat nasional dan daerah untuk penanggulangan kemiskinan.

Pengelola kelompok program percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari: Pertama, kementerian/lembaga pemerintah dan pemerintah daerah yang melaksanakan program-program percepatan penanggulangan kemiskinan. Kedua, organisasi masyarakat, dunia usaha, dan lembaga internasional yang memiliki misi untuk percepatan penanggulangan kemiskinan. Di tingkat nasional dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Di tingkat daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten/ Kota.

E. Penanggulangan Kemiskinan: SPKD Provinsi Jawa Tengah

Kemiskinan masih menjadi isu utama dalam pembangunan sosial ekonomi di Indonesia maupun di Provinsi Jawa Tengah. Upaya mengatasi kemiskinan telah dilakukan antara lain dengan menyediakan beberapa kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan pembangunan pertanian. Bahkan pemberian bantuan langsung tunai juga telah ditempuh sehubungan dengan kenaikan harga BBM tahun 2005.

Dalam dokumen SPKD Provinsi Jawa Tengah telah disebutkan berbagai isu strategis dan permasalahan yang dialami masyarakat miskin di Provinsi Jawa Tenah, pada umumnya bersumber dari: (i) ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar; (ii)

(13)

kerentanan masyarakat menghadapi persaingan usaha; (iii) lemahnya penanganan masalah kependudukan; (iv) ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender; dan (v) kesenjangan pembangunan yang menyebabkan masih banyaknya wilayah tertinggal dan terisolir.

Sementara itu, diagnosis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah berdasar dokumen SPKD menunjukkan bahwa faktor utama penyebab kemiskinan (yang lebih bersifat struktural), yaitu: (i) pelaksanaan kebijakan, pengelolaan anggaran dan penataan kelembagaan yang kurang mendukung, dan (ii) perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin yang belum berjalan sebagaimana mestinya.

Berdasar pada berbagai isu strategis dan juga diagnosis kemiskinan dalam dokumem SPKD Provinsi Jawa Tengah, maka beberapa isu dan permasalahan kemiskinan di Jawa Tengah, adalah sebagai berikut:

1. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan banyaknya jumlah penduduk miskin.

2. Tingginya jumlah pengangguran.

3. Tingginya alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian. 4. Belum meratanya pelayanan kesehatan dasar.

5. Belum berimbangnya kondisi layanan pendidikan dasar antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

6. Bencana alam.

7. Masih rendahnya realisasi penanaman modal.

8. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha serta rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.

9. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. 10. Lemahnya partisipasi masyarakat miskin.

11. Besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup masyarakat miskin.

12. Masih rendahnya akses usaha kecil dan mikro terhadap permodalan usaha dan pasar ekspor.

13. Belum optimalnya penyelenggaraan tata kepemerintahan yang amanah (Good Governance).

14. Belum terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.

Strategi Penangulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) di Provinsi Jawa Tengah tidak berdiri sendiri tetapi menjadi bagian integral dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa

(14)

Tengah Tahun 2008 – 2013 yang memuat Kebijakan Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah selama 5 (lima) tahun.

Dalam dokumen SPKD Provinsi Jawa Tengah, penanggulangan kemiskinan dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan strategi utama, sebagai berikut:

1. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin

Agar terjadi optimalisasi dalam pemberdayaan masyarakat, perlu dirumuskan strategi dalam pemberdayaan masyarakat. Rumusan strategi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan kelompok b. Keswadayaan

c. Kesatuan Keluarga d. Kemitraan

e. Bekerja sambil belajar f. Kebersamaan

g. Pendekatan

2. Peningkatan Akses Pelayanan Dasar. 3. Pembangunan yang Inklusif.

4. Mensinergikan Kebijakan dan Pengelompokan Program Penanggulangan Kemiskinan.

Strategi mensinergikan kebijakan dan pengelompokan program penanggulangan kemiskinan di bagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1. Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga;

2. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat;

3. Kelompok Program Penangulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil;

4. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial.

Arah Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Provinsi Jawa Tengah, berdasar dokumen SPKD adalah sebagai berikut: 1. Menjamin agar masing-masing keluarga miskin teridentifikasi secara

akurat dan terpantau perkembangannya;

2. Memberikan kesempatan bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan produktifitas kerjanya;

(15)

4. Memberikan perlindungan terhadap kaum miskin dari tekanan internal dan eksternal;

Kerangka berpikir dalam penangggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah, secara diagramatris, dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Implementasi Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan

Sumber: Dokumen SPKD Provinsi Jawa Tengah.

Sementara itu, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah, berdasar dokumen SPKD dapat dilihat pada tabel berikut.

(16)

Tabel 3.1 Program Penanggulangan Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah

Gambar

Gambar 3.1   Kerangka  Implementasi  Kebijakan  dan  Program  Penanggulangan  Kemiskinan
Tabel 3.1  Program Penanggulangan Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah spermatozoa morfologi normal pada mencit yang diberikan latihan fisik berlebih memiliki perbedaan yang

Tahunan / Annual Period of financial statements submissions Tanggal awal periode berjalan January 01, 2015 Current period start date Tanggal akhir periode berjalan December 31,

sosialnya, serta berhak untuk mencari memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia... NORMA

Metode Kuantitatif (untuk Bisnis) atau Riset Operasi atau nama lain yang sejenis adalah mata kuliah yang diberikan pada program sarjana maupun pasca sarjana jurusan

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa peranan protein tidak hanya fokus terhadap peningkatan produksi dan bobot telur melainkan untuk perbaikan jaringan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan walaupun secara statistik rerata VAS antara grup kontrol dan intervensi tidak berbeda

Skar terbentuk dari proliferasi jaringan fibrosa yang menggantikan jaringan kolagen normal sebelumnya setelah luka atau ulserasi dermis retikular. Warna skar merah

Oleh karena itu perencanaan dan prosedur kinerja PMT 20 KV distribusi pada jaringan tegangan menengah harus diperhatikan dan yang lebih penting lagi, sebelum PMT 20