• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NAIKNYA KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO DARI TAHUN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NAIKNYA KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO DARI TAHUN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I

ANALISIS NAIKNYA KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO DARI TAHUN 2012-1013 TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar

Ekonomi Pembangunan

Oleh :

Nama: NURUL HIDAYAT Nim:150231100001

Kelas: EP A 2015

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

(2)

II

KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat, Hidayah, dan Ridho-Nya, saya bisa menyelesaikan essay ini sebagai ujian tengah semester pengantar ekonomi pembangunan yang berjudul “analisis kemiskinan di kabupaten Ponorogo terhadap pembangunan ekonomi”.

Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang sudah ikut terlibat dalam pembuatan essay ini terutama bapak Andri Wijanarko S.E., M.E, selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar ekonomi pembangunan, terima kasih juga kami ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu mendo’akan untuk kelancaran dan kesuksesan, serta teman-teman ekonomi pembangunan 2015 yang telah menemani dalam setiap perkuliahan.

Essay ini akan menjelaskan mengenai pertumbuhan jumlah peduduk miskin di kabupaten Ponorogo yang semakin meningkat, serta upaya rekomendasi atau solusi dari penulis maupun dari pemerintah terkait yang diharapkan dapat membantu untuk mengatasi jumlah penduduk miskin yang ada di kabupaten Ponorogo. Paper ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur kebijakan yang akan diterapkan dalam mengatasi kemiskinan, sehingga dapat terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di kabupaten Ponorogo.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan essay ini jauh dari kata sempurna, karena sifat manusia yang terbatas akan pengetahuan, refrensi, waktu, dan pemahaman. Masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan sehingga diperlukan kritik dan saran yang dapat membangun untuk penyempurnaan Essay ini. Harapan terakhir dari penulis yaitu semoga essay ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan pertimbangan.

Bangkalan, 02 November 2016

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan proses perbaikan perekonomian masyarakat sehingga membawa kemajuan dalam arti meningkatkan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan (Sukirno,1982;13). Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada masah sosial ekonomi terutama dalam kemiskinan. Pada umumnya di Negara berkembang termasuk Indonesia dihadapkan pada masalah pendapatan yang rendah dan masalah kemiskinan yang merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi, dengan tujuan menyelesaikan masalah ini dijadikan satu kalimat yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan mengurangi kemiskian (Suharjo, 1997).

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi standart minimum atau ketimpangan antara pendapatan dan pengeluaran, kemiskinan merupakan kondisi serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan pokok yang diakibatkan oleh sampingan dari suatu kebijakan yang tidak dapat dihindari yang berakibat pada persoalan multidimensional yaitu persoalan non-ekonomi (sosial, budaya, dan politik),(Kuncoro,1997;103).Permasalahan kemiskinan juga dihadapi oleh kabupaten Ponorogo, pada tahun 2013 garis kemiskinan di Ponorogo meningkat 239.963 ribu jiwa penduduk (BPS jatim 2013). Dari indikator jumlah kemiskinan tersebut dibagi menjadi indeks yaitu P0 (presentase penduduk miskin), P1 (kedalam kemiskinan), dan P2 (keparahan kemiskinan). Dari ketiga indikator tersebut, kabupaten Ponorogo mengalami kenaikan semua dari tahun 2012-2013.

Terkait dengan hal itu penulis ingin menganalisis pokok permasalahan kemiskinan yang terdapat di kabupaten Ponorogo tentang naiknya jumlah penduduk miskin dan presentase serta indikator yang ada didalamnya yang meningkat dari tahun 2012-2013.

(4)

2 BAB II PEMBAHASAN

Kondisi Kemiskinan

Kabupaten Ponorogo adalah salah satu dari beberapa kabupaten di Jawa Timur yang mengalami peningkatan dalam kemiskinan, kabupaten yang mempunyai 21 kecamatan dan 307 desa yang sebagian besar luas wilayahnya terdiri dari kehutanan dan persawahan serta memiliki komuditas unggulan dibidang pertanian dan perkebunan. Dan memiliki 14 sungai yang dijadikan sumber irigasi untuk lahan pertanian. Selain itu Ponorogo juga terkenal sebagai kota tujuan wisata (kesenian pertunjukan reog ponorogo) dan basis berbagai pendidikan pondok pesantren (pondok modern darussalam gontor).

Riset jumlah kemiskinan di kabupaten Ponorogo tahun 2013 mencapai 102.600 ribu jiwa penduduk di kabupaten Ponorogo (BPS Ponorogo). Berikut data indikator kemiskinan kabupaten Ponorogo dan jumlah dan presentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota.

INDIKATOR KEMISKINAN DI PONOROGO

Indikator yang mempengaruhi kemiskinan di kabupaten Ponorogo yakni presentase dan P0 (jumlah penduduk miskin) terlihat bahwa dari tahun 2009-2012 mengalami penurunan, akantetapi pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai 102.600 jiwa yang dibarengi dengan kenaikan presentase mencapai 11.07%. yang memperlihatkan jumlah kemiskinan pada tahun 2013 yang mengalami peningkatan yang harus ditekan dengan solusi dalam mengurangi jumlah peduduk miskin di kabupaten Ponorogo. Meningkatnya presentase jumlah kemiskinan di Ponorogo, yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain banyak pertumpu di sektor pertanian sehingga kurang terserap di dunia kerja, dan hal lain yang menjadi penyebabnya adalah masih minimnya penanganan dan pengnanggulangan kemiskinan serta pengangguran di Ponorogo, yang disebabkan oleh pendidikan, kesehatan, dan infrstruktur yang belum memadai, terutama di masyarakat terpencil atau pedesaan.

(5)

3

Dari data diatas pergerakan indikator kemiskinan presentase, P0 pada tahun 2013 meningkat 101.0, P1 1.67 lebih tinggi dari pacitan, dan P2 0.36 yang masih tinggi dibandingkan trenggalek. Dari banyak permasalahan yang telah disebutkan diatas yang mempengaruhi tingkat, persentase, P0, P1, dan P2, yang menarik untuk dibahas ialah sebagian besar dipengaruhi oleh masyarakat Ponorogo yang tinggal di daerah pedesaan yang bermata pencaharian sebagai petani. Karena pendapatan masayrakat yang di dapat adalah pendapatan musiman yang bergantung pada musim panen di musim penghujan, selain itu faktor penyebab kemiskinan di Ponorogo ialah rendahnya tingkat pendidikan dan banyaknya penyandang Tunagrahita (idiot). Kemiskinan di Ponorogo sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi, karena varibel kemiskinan memiliki pengaruh nigatif terhadap PDRB di suatu daerah, karena ada ketimpangan antara pendapatan dan pengeluaran individu atau kelompok yang pengaruhnya signifikan terhadap PDRB di Ponorogo. Hal ini menyebabkan pembangunan ekonomi di Ponorogo melambat dan tidak berjalan dengan yang di rencanakan yang mengakibatkan masalah terhadap pembangunan ekonomi di suatu negara.

Rekomendasi Penulis atau Solusi Baru

Dari beberapa penyebab kemiskinan yang ada di Ponorogo, maka dari hal itu penulis mencoba merekomendasi solusi dari permasalahan kemiskinan di kabupaten Ponorogo dengan mengacu pada keadaan kemiskinan di daerah tersebut, di antaranya:

(6)

4

1. Memperbaiki birokrasi yang berhubungan dengan bantuan rakyat miskin dan pendidikan dengan pemerataan penyelenggaraan KIP (kartu indonesi pintar) dan KIS (kartu indonesia sehat) yang tepat sasaran guna meningkatkan kualitas SDM dan tingkat melek huruf penduduk kabupaten Ponorogo sebagai penunjang kualitas manusia di masa yang akan datang.

2. Ekonomi kratif, dengan memberikan keterampilan bagi masyarakat desa guna menciptakan kreatifitas dan keahlian agar dapat memperkaya usaha kreatif sebagai penambah penghasilan masyarakat. Seperti halnya membuat masyarakat tertarik untuk perpartisipasi dalam UMKM dan pembuatan kerajinan untuk menuju ekonomi kreatif, dihususkan kepada masyarakat penyandang Tunagrahita.

3. Menyelenggarakan pelatihan entrepreneurship bagi para petani di kabupaten Ponorogo supaya tidak tergantung terhadap hasil panen yang tidak menentu tetapi kedepannya bisa menciptakan usaha lain diluar pertanian.

4. Pengelolaan pariwisata dan kebudayaan yang sudah terkenal yaitu reog dan wisata alam seperti telaga ngebel, taman ngembak, air terjun pletuk, gunung bayangkaki, guo lowo, hutan wisata dll yang jika dimanfaatkan dengan pengelolaan yang baik rakyat sekitar wisata bisa terserap kerja, yaitu menyelenggarakan ekonomi kreatif di pariwisata.

5. Program-program di atas membutuhkan dana dengan membangun KSP (koperasi simpan pinjam) dengan konsep bagi hasil yang diperuntukkan kepada masyarakat desa dengan ekonomi kreatif serta bisa dijadikan modal usaha pertanian perkebunan, dan peternakan. Dan Pemerintah mensosialisasikan KUR (kredit usaha rakyat) dan KUD (kredit usaha dagang) untuk pengembangan usaha.

Pihak-pihak yang Ikut Serta dalam Rekomendasi

Dalam menyukseskan rekomendasi yang penulis ajukan perlu bantuan atau campurtangan dari pihak-pihak yang terkait dalam rekomendasi, diantaranya: PEMKAB. BAPEDDA. Dinas Pendidikan. Dinas Koperasi dan UMKM. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dinas Pariwisata.

Alasan Penulis Memilih Solusi Diatas

Alasan penulis memilih solusi diatas mengacu terhadap pendapat Dumairy dan Sadono sukirno, menurut Dumairy (1996:110) perluasan dan peningkatan sektor industri mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan alokasi investasi, dengan adanya tuntutan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di sektor industri diharapkan dapat menuju sasaran yang akan dicapai yaitu menunjang pembangunan yang dapat menghasilkan devisa negara. Dan menurut Sadono Sukirno penciptaan kawasan industri di daerah ditujukan untuk mempertinggi daya tarik daerah tersebut dengan harapan mengurangi pengeluaran pemerintah, untuk menciptakan perkembangan daerah yang lebih cepat, dan memaksimumkan peran pembangunan daerah secara keseluruhan.

Solusi yang penulis rekomendasikan ialah, melihat keadaan dan potensi yang ada di kabupaten Ponorogo yaitu pariwisata dan budaya dengan cara mengembangkan potensi pariwisata melalui teknologi modern, dan melihat banyaknya masyarakat penyandang Tunagrahita di kabupaten Ponorogo, dengan cara mengembangkan UMKM dan industri kreatif, serta memberikan pelatihan wirausaha dan minciptakan wirausaha terhadap masyarakat yang berada di daerah terpencil atau pedesaan yang hanya berpendapata pada sektor pertanian.

(7)

5 DAFTAR PUSTAKA http://bappeda.ponorogo.go.id/index.php/data-info/data-statistik/item/134-produk-domestik-regional-bruto-kabupaten-ponorogo-2014(data-diakses-21-10) http://www.kompasiana.com/felixkusmanto/eko-mulyadi-dari-kampung-idiot-ponorogo-untuk-indonesia_552983d0f17e616a7dd623ae(data-diakses-31-10) http://www.terasjatim.com/tingkat-kemiskinan-di-ponorogo-menurun/(data-diakses-31-10)

Ponorogo Dalam Angka 2012 dan Olahan Pokja Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo

Referensi

Dokumen terkait

Flowchart sistem ini menggambarkan hubungan antara sistem aplikasi dan sensor curah hujan, dimana sistem akan mengambil informasi data pada curah hujan

Limit switch adalah salah satu jenis sensor yang ada di dunia industri yang berfungsi untuk mendeteksi gerakan dari bagian mesin yang bergerak seperti cylinder dan

Transfer langsung hasil fotosintesa oleh zooxanthella ke jaringan inangnya di- buktikan dari hasil pengamatan terhadap daur carbon (C ) baik secara in vitro pada

pengabsahan, distribusi dan penyimpanan serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan. Tulisan dinas adalah semua bentuk tulisan yang berisi keterangan atau pendapat

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENDUDUK DAN TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA JAWA TENGAH TAHUN

 Dari tiga indikator kemiskinan diatas, yaitu Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Blitar

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 06 Tahun 2008 tentang Organisasi

Arah pembangunan yang bertumpu pada upaya pencapaian pembangunan manusia (SDM), peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur, serta upaya untuk meningkatkan