• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yoana Widyasari STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yoana Widyasari STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI WANITA

PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM MELAKUKAN

PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA MANDER

KECAMATAN TAMBAKBOYO

KABUPATEN TUBAN

Yoana Widyasari STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan

ABSTRAK

Pap Smear merupakan tes penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan pra kanker serviks. Sehingga semua wanita yang aktif melakukan hubungan seksual perlu melakukan Pap Smear. Namun tidak semua wanita PUS melakukan pemeriksaan Pap Smear. Dari studi pendahuluan didapatkan 60% wanita PUS yang tidak mengerti tentang Pap Smear dan tidak termotivasi melakukan Pap Smear. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita PUS dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander.

Desain penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah wanita PUS sebanyak 835 orang. Sampel wanita PUS yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 263 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage random sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner. Uji yang digunakan adalah Spearman Rank dengan α = 0,05. Variabel Indepent yaitu Pengetahuan dan Variabel Dependent adalah motivasi.

Hasil penelitian menunjukkan didapatkan sebagian kecil (14,83%) responden berumur 25-27 tahun, setengahnya (43,35%) responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, setengahnya (50,57%) responden berpendidikan SD, setengahnya (63,50%) responden mempunyai pengetahuan kurang, sebagian besar (72,62%) responden mempunyai motivasi kurang, sebagian besar (83,23%) wanita PUS berpengetahuan kurang mempunyai motivasi kurang.

Berdasarkan uji analisa didapatkan menggunakan hasil SPSS versi 16 didapatkan hasil rs = 0,313 dengan ρ = 0,000 > ρ = 0,05 artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita PUS memiliki pengetahuan dan motivasi yang kurang terhadap pemeriksaan Pap Smear. Dalam hal ini sebaiknya Tenaga kesehatan dalam hal preventif lebih banyak memberikan penyuluhan. Dengan pengetahuan yang cukup mereka menyadari bahwa Pap Smear sangat penting dilakukan sehingga memunculkan motivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Kata kunci : pengetahuan, motivasi, Pap Smear PENDAHULUAN

Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes RI, 2008). Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di Negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia, 77% diantaranya ada di Negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru diantara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker pada wanita (Sjamsuddin, 2009).

Yayasan Kanker Indonesia memaparkan, angka kematian kanker serviks terbanyak di antara jenis kanker lain di kalangan perempuan. Diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36% perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000

orang per tahun. Angka harapan hidup lima tahun jika kanker ini diketahui dan diobati pada stadium satu sekitar 70-75%, pada stadium dua sekitar 60%, pada stadium tiga tinggal 25%, dan pada stadium empat penderita sulit diharapkan bertahan. Jika penyakit ditemukan saat masih lesi pra kanker, penderita bisa diobati secara sempurna (Administrator, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban di dapatkan hasil cakupan Pap Smear yang terbanyak terdapat wilayah Tambakboyo dengan prosentase sebanyak 1,6% sedangkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2009 yaitu sebesar 234.632 orang dan wanita PUS yang melakukan Pap Smear sebanyak 2088 orang (0,89%). Sedangkan data dari Puskesmas Tambakboyo jumlah PUS di kecamatan Tambakboyo tahun 2009 sebesar 89.430, dan wanita PUS yang melakukan Pap Smear sebanyak 102 orang (0,114%). Dari data Puskesmas Tambakboyo yang memiliki peringkat terendah dalam pemeriksaan Pap Smear yaitu Desa Mander dengan prosentase 0,56% dengan jumlah PUS sebanyak 835 orang. Dan terdapat 60% wanita Pasangan Usia Subur yang tidak mengerti Pap Smear dan 60% wanita Pasangan Usia Subur yang tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Dari hasil penelitian mutakhir, karsinoma uteri belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor yang menonjol seperti : (a) umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) jumlah

(2)

kehamilan dan partus, (c) jumlah perkawinan atau berganti-ganti pasangan, (d) infeksi virus Herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kondiloma diduga sebagai penyebab, (e) sosial ekonomi, dan (f) hygiene dan sirkumsisi (Admin, 2009).

Hingga saat ini Human Papiloma Virus (HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan 70% penyebab kanker serviks. Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada sistem kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10-20 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan menyebabkan perubahan sel-sel epitel pada mulut

rahim, sel-sel menjadi tidak terkendali

perkembangannya dan bila berlanjut akan menjadi kanker. Pada tahap atau stadium awal (pra kanker) tidak ada gejala yang jelas, setelah berkembang menjadi kanker timbul gejala-gejala keputihan yang tidak sembuh walaupun sudah diobati, keputihan yang keruh dan berbau busuk, perdarahan setelah berhubungan seks, perdarahan di luar siklus haid dan lain-lain. Pada stadium lanjut dimana sudah terjadi penyebaran ke organ-organ sekitar mungkin terdapat keluhan nyeri daerah panggul, sulit BAK, BAK berdarah dan lain-lain (Rina, 2009).

Salah satu keberhasilan terbesar dalam kesehatan masyarakat Amerika di abad ke dua puluh adalah penurunan angka kematian akibat kanker serviks yang cukup besar. Keberhasilan ini sebagian besar berkaitan dengan adanya penemuan dan peningkatan smear sitologi serviks, atau Pap Smear oleh George Papanicolou pada tahun 1940-an. Didukung oleh

adanya teknologi yang semakin mengalami

peningkatan, Pap Smear telah mengurangi kematian akibat kanker serviks. Pemeriksaan Pap Smear saat ini masih menjadi alat penapisan pertama untuk mendeteksi adanya kanker serviks (Varney, 2006).

Pemeriksaan apusan Pap Smear saat ini merupakan suatu keharusan bagi wanita sebagai sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap wanita yang telah menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun bila dalam dua kali pemeriksaan apusan Pap terakhir negatif dan tidak pernah mempunyai riwayat hasil pemeriksaan abnormal sebelumnya (Lestadi, 2009).

Pap Test (Pap Smear) merupakan pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri. Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim

(scrapping) untuk mendapatkan sel-sel leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear yaitu pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa dibawah mikroskop (Ayurai, 2009).

Sementara itu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kanker dilakukan melalui advokasi, sosialisasi termasuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk masyarakat. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat termasuk menghindari faktor risiko penyakit kanker seperti merokok atau terpajan asap rokok (passive smoking), mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, serta menjaga

kebahagiaan pasangan suami-istri untuk

menghindarkan perilaku seks tidak sehat (Depkes RI, 2009).

Selain KIE, untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia subur (PUS) dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan pada wanita PUS tentang penting melakukan pemeriksaan Pap Smear terutama bagi mereka wanita yang sudah menikah atau aktif melakukan hubungan seksual dan wanita dengan usia lebih dari 45 tahun.

Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan dapat memberikan informasi atau fakta yang benar mengenai perilaku seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang dalam hal ini tentang Pap Smear maka akan semakin termotivasi seseorang tersebut untuk melakukan Pap Smear. Semakin luasnya pengetahuan dan wawasan berpikir seseorang wanita mengenai Pap Smear, maka diharapkan dapat berpikir lebih baik dan lebih banyak kemungkinan yang dapat dijadikan pertimbangan

untuk memotivasinya melakukan Pap Smear

(Permatasari, 2006).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasional. Penelitian analitik korelasional yaitu penelitian dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2008). Dalam penelitian digunakan desain analitik koresional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan

Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban.

Di samping itu penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independent dan variabel dependent hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2008)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Tahun 2009 sebanyak 835 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita Pasangan Usia

(3)

Subur (PUS) yang bertempatan di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 263 orang.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008), sedangkan kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah dan bertempatan di Desa Mander kecamatan Tambakboyo.

2). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah dan dapat berkomunikasi, membaca dan menulis dengan benar.

3). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah dan bersedia menjadi responden.

4). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah dan belum melakukan pemeriksaan Pap Smear. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria eksklusi karena berbagai sebab antara lain :

1. Wanita Pasangan Usia Subur yang didiagnosa kanker serviks

Dalam penelitian ini pengambilan sampel yaitu dengan teknik sampel probability sampling cara

Multistage random sampling yaitu cara pengambilan sample bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasi heterogen. Cara samplingnya adalah berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan, dengan melakukan randomisasi

cluster, kemudian dilakukan stratifikasi atas cluster

terpilih dan terakhir dilakukan randomisasi unit populasi dari masing-masing strata. (Hidayat, 2009)

Pada penelitian ini variabel independentnya adalah pengetahuan wanita PUS dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear. Sedangkan variabel dependentnya adalah motivasi wanita PUS dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Instrument yang digunakan dalam data penelitian ini adalah kuesioner yang dipakai dalam penelitian. Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner terbuka berupa pernyataan yang jawabannya terdiri dari 3 alternatif jawaban, 1 jawaban benar dan 2 jawaban salah. Bila menjawab benar atau ya skornya 1 dan jika menjawab salah atau tidak skornya 0.

HASIL DAN ANALISA DATA

Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bentuk yaitu data umum dan data khusus. Data umum mengenai karakteristik responden yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan, sedangkan data khusus mengenai karateristik responden yaitu pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear, serta hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Hasil Penelitian Data Umum

Umur Wanita Pasangan Usia Subur

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Wanita Pasangan Usia Subur

(PUS) Di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 1 menunjukkan bahwa setengahnya (63,88%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) berumur 20-35 tahun sedangkan minoritas (0,76%) berumur < 20 tahun.

Pekerjaan Wanita Pasangan Usia Subur

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita Pasangan Usia

Subur (PUS) Di Desa Mander

Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 2 menunjukkan bahwa setengahnya (43,35%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang bekerja sebagai petani sedangkan minoritas (1,52%) responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri.

Pendidikan Wanita Pasangan Usia Subur

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita Pasangan Usia

Subur (PUS) Di Desa Mander

Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 3 menunjukkan bahwa setengahnya (50,57%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpendidikan sekolah dasar sedangkan minoritas (1,52%) berpendidikan tinggi.

Data Khusus

Pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Desa No. Umur f % 1 < 20 tahun 2 0,76 2 20-35 tahun 168 63,88 3 > 35 tahun 93 35,36 Jumlah 263 100 No. Pekerjaan f %

1 Ibu Rumah Tangga 102 38,78

2 Petani 114 43,35 3 Swasta 35 13,31 4 Wiraswasta 8 3,04 5 PNS 4 1,52 Jumlah 263 100 No. Pendidikan f % 1 Sekolah Dasar 133 50,57

2 Sekolah Menengah Pertama 97 36,88

3 Sekolah Menengah Atas 29 11,03

4 Perguruan Tinggi 4 1,52

(4)

Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 4 menunjukkan bahwa setengahnya (63,50%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) berpengetahuan kurang yang melakukan pemeriksaan

Pap Smear sedangkan minoritas (9,13%)

berpengetahuan baik yang melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Data Khusus

Pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Wanita Pasangan Usia

Subur (PUS) Yang Melakukan

Pemeriksaan Pap Smear Di Desa

Mander Kecamatan Tambakboyo

Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa setengahnya (63,50%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) berpengetahuan kurang yang melakukan pemeriksaan

Pap Smear sedangkan minoritas (9,13%)

berpengetahuan baik yang melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Motivasi wanita Pasangan Usia Subur

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan

Motivasi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Melakukan Pemeriksaan Pap

Smear Di Desa Mander Kecamatan

Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (72,62%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang mempunyai motivasi kurang yang melakukan pemeriksaan Pap Smear sedangkan minoritas (2,28%) yang mempunyai motivasi baik yang melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Desa

Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten

Tuban

Tabel 7 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (83,23%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan kurang mempunyai motivasi kurang

dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear,

setengahnya (63,89%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan cukup mempunyai motivasi kurang. Dan setengahnya (62,50%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan baik mempunyai motivasi cukup.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dengan menggunakan teknik komputerisasi di dapatkan hasil rs = 0,313 dengan ρ = 0,000 > ρ = 0,05 artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia Sbur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 5 didapatkan setengahnya (63,50%) adalah wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang mempunyai pengetahuan kurang, sebagian kecil (27,38%) adalah wanita Pasangan Usia Subur (PUS)

No. Nama Desa Jumlah wanita PUS % Cakupan Pap Smear (%) Peringkat 1 Dasin 637 7,22 0,36 17 2 Klutuk 676 7,67 0,87 13 3 Sawir 586 6,65 0,39 16 4 Kenanti 278 3,15 2,1 6 5 Plajan 325 3,69 0 18 6 Gadon 234 2,65 3,06 1 7 Dikir 385 4,37 2,15 5 8 Pulogede 460 5,22 0,73 14 9 Cokrowati 678 7,69 1,72 9 10 Tambakboyo 682 7,74 1,88 8 11 Mander 835 9,47 0,56 15 12 Glondonggede 629 7,13 0,94 12 13 Sobontoro 547 6,20 2,16 4 14 Pabeyan 454 5,15 1,89 7 15 Sotang 267 3,03 1,33 11 16 Ngulahan 272 3,08 2,42 3 17 Belikanget 383 4,34 2,46 2 18 Merkawang 489 5,55 1,65 10 Jumlah 8817 100

No. Pasangan Usia Subur Pengetahuan wanita f %

1 Pengetahuan baik 24 9,13 2 Pengetahuan cukup 72 27,38 3 Pengetahuan kurang 167 63,50 Jumlah 263 100 No. Motivasi wanita Pasangan Usia Subur f % 1 Motivasi baik 6 2,28 2 Motivasi cukup 66 25,10 3 Motivasi kurang 191 72,62 Jumlah 263 100 No. Pengetahuan Motivasi f % Kurang Cukup Baik

f % f % f % 1 Pengetahuan Kurang 139 83,23 28 16,77 0 0,00 167 100 2 Pengetahuan Cukup 46 63,89 23 31,94 3 4,17 72 100 3 Pengetahuan Baik 6 25,00 15 62,50 3 12,50 24 100 Jumlah 191 72,62 66 25,10 6 2,28 263 100 rs = 0.313 ρ = 0.000

(5)

yang mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan minoritas (9,13%) adalah wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang mempunyai pengetahuan baik.

Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut ”pengetahuan”. Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki, manusia dapat mengatasi masalah yang muncul dimasa mendatang (Suhartono, 2005).

Pengetahuan banyak didapatkan di berbagai media cetak dan elektronik. Namun dalam memperoleh pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah pekerjaan. Dimana setengahnya wanita Pasangan Usia Subur (PUS) bekerja sebagai petani. Dimana pada umumnya petani banyak menghabiskan waktunya mulai dari pagi hingga sore berada di sawah. Hal ini ditunjang pada saat melakukan penelitian dilakukan pada waktu sore hari. Sehingga kecil kemungkinan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) ini untuk mengakses pengetahuan yang ada di masyarakat.

Selain faktor pekerjaan, pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Di Desa Mander sebagian besar wanita Pasangan Usia Subur (PUS) berpendidikan SD sehingga sangatlah sulit untuk menerima informasi mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan Pap Smear. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah pula menerima informasi sehingga banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan sebagian besar (72,62%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) mempunyai motivasi kurang, sebgain kecil (25,10%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) mempunyai motivasi cukup sedangkan minoritas (2,28%) wanita Pasangan Usia Subur mempunyai motivasi baik.

Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Motivasi adalah kekuatan psikologi yang menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Bastable, 2002).

Setengah dari pendidikan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Mander berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Dimana pengetahuan yang didapatkan oleh wanita Pasangan Usia Subur sedikit sehingga pengetahuan mereka akan pentingnya kesehatan pun kurang. Dan kesadaran mereka untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear juga kurang. Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan motivasi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) kurang diantaranya faktor lingkungan. Dimana banyak wanita Pasangan

Usia Subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Dari hasil cakupan pemeriksaan Pap Smear di dapatkan Desa Mander memiliki jumlah cakupan pemeriksaan Pap Smear yang relatif rendah dengan urutan ke-11 dengan jumlah wanita Pasangan Usia Subur yang terbanyak. Dengan cakupan yang rendah maka fasilitas yang ada pun kurang memadai seperti sarana bagi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) untuk mencari informasi tentang Pap Smear yang kurang misalnya kurangnya peran serta dari tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang Pap Smear (door to door), tidak adanya fasilitas pemeriksaan Pap Smear di BPS.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (83,23%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan kurang mempunyai motivasi kurang

dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear,

setengahnya (63,89%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan cukup mempunyai motivasi kurang. Dan setengahnya (62,50%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan baik mempunyai motivasi cukup. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dengan menggunakan teknik komputerisasi di dapatkan hasil rs = 0,313 dengan ρ = 0,000 > ρ = 0,05 artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia Sbur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu (Wikipedia, 2009).

Dalam hasil penelitian terdapat hasil pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) kurang tetapi motivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear kurang, hal ini disebabkan para wanita Pasangan Usia Subur (PUS) enggan untuk diperiksa oleh karena rasa malu, rasa takut, faktor biaya dan kurangnya kesadaran mereka tentang kesehatan.

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan suatu penyakit, secara tidak langsung akan mempengaruhi seseorang tersebut untuk melakukan pencegahan. Tetapi pengetahuan tentang kanker serviks yang dimiliki oleh wanita Pasangan Usia Subur (PUS) sangatlah kurang sehingga mereka tidak terdorongnya untuk melakukan pencegahan dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear.

Dengan adanya pengetahuan dapat menimbulkan motivasi dari seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Maka sebaiknya petugas kesehatan agar memberikan

(6)

konseling yang sangat jelas dan lengkap sehingga dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh wanita Pasangan Usia Subur (PUS). Disarankan agar petugas kesehatan dalam hal usaha preventif pencegahan penyakit kanker serviks, lebih banyak memberikan penyuluhan secara umum dan menyeluruh tentang kanker rahim, tidak hanya himbauan untuk melakukan Pap Smear saja, tetapi lebih menekankan pada informasi tentang apa itu kanker serviks, gejala, penyebab, pencegahan, dan pengobatannya. Dengan itu mereka dapat menyadari bahwa Pap Smear sangat penting dilakukan.

Hasil penelitian ini pada umumnya mencapai tujuan dalam arti dapat diperoleh identifikasi pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban, diperoleh identifikasi motivasi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban dan diperoleh analisa hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban. Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) mengetahui pentingnya dilakukan pemeriksaan Pap Smear.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Setengahnya dari wanita Pasangan Usia Subur

(PUS) di Desa Mander Kecamatan

Tambakboyo Kabupaten Tuban mempunyai

pengetahuan kurang yang melakukan

pemeriksaan Pap Smear.

2. Sebagian besar dari wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban mempunyai

motivasi kurang dalam melakukan

pemeriksaan Pap Smear.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan

Usia Subur (PUS) dalam melakukan

pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban. DAFTAR PUSTAKA

Administrator. 2008. 52 Juta Perempuan Indonesia Berisiko kanker Serviks. Rabu, 17 Februari 2010. http://cpddokter.com. Ana. 2008. Pap Smear dan Kanker Leher rahim (Serviks). Kamis,

18 Februari 2010. http://mratrianimultiply.com. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Ayurai. 2009. Pap Smear. Jumat, 13 November 2010.

http://ayuraiwordpress.com.

Bastable, Susan. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. EGC. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2008. Deteksi Dini kanker Leher Rahim

dan Kanker Payudara. Rabu, 17 Februari 2010. http://www.majalah-farmacia.com.

Evennett, Karen. 2003. Pap Smear, Apa Yang Anda Ketahui?. Jakarta : Arcan.

Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Machfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.

Lestadi, Julisar. 2009. Sitologi Pap Smear Alat pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, Panduan Dokter Umum dan Bidan. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam dan Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologu Riset

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Rina. 2009. Kanker Serviks. Selasa, 16 Februari 2010. http://www.suaradokter.com.

Sjamsuddin, Sjahrul. 2009. Pencegahan dan Deteksi Dini. Kamis, 17 Februari 2010. http://www.kalbe.co.id.

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Widayatun, (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta : CV. Agung Seto. Yulia. 2009. Pasangan Usia Subur. Rabu, 17 Februari 2010.

(7)

sekitar kemaluan lembab dan kondisi tubuh, perawatan saat menstruasi kurang benar (Susi, 2009).

Keputihan merupakan momok yang sangat menakutkan bagi wanita. Ketika mengalaminya, para wanita menjadi resah, risih, merasa bersalah, tidak percaya diri dan perasaan gundah lainnya. Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Tidak banyak wanita yang tahu tentang keputihan dan terkadang menganggap mudah persoalan keputihan. Padahal keputihan tidak bisa dianggap mudah, karena akibat dari keputihan ini bisa sangat fatal bila terlambat ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa berujung pada kematian (RS Mitra, 2009).

Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan untuk sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang tidak terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga menyebabkan banyak wanitamencoba untuk mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas (Wahyurini, 2005). Keputihan ada dua macam, yaitu keputihan normal dan keputihan yang di sebabkan oleh penyakit. Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar). Keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stress dan kelelahan. Sedangkan keputihan yang tidak normal keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya

banyak, timbul terus menerus, warnanya

berubah(misalnya kuning, hijau, abu-abu menyerupai susu/ yoghurt) di sertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau. (Wijayanti, 2009)

Berdasarkan data dari Rumah Sakit RSUD Dr. Koesma pada tahun 2008 di dapatkan 13 remaja mengalami keputihan dengan prosentase 32 % dari 41 semua penderita keputihan. Dan Pada tahun 2009 di dapatkan 3 remaja putri mengalami keputihan dengan prosentase 21 % dari 14 penderita keputihan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan januari 2010 di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban dengan mengambil 20 responden di dapatkan (100%) siswi mengalami keputihan,13 (65%) siswi mengalami keputihan fisiologis yang terjadi sebelum

dan ssesudah menstruasi, 7 (35%) siswi mengalami keputihan yang berbau dan gatal. Pada siswi yang mengalami keputihan fisiologis saat menstruasi sebanyak 8 (61,5 %), dan sesudah menstruasi sebanyak 5 (38,5%).

(8)

Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, personal hygiene kurang tepat, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi.

Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kemih wanita (vagina). Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Keputihan apabila tidak segera di obati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. sehingga alasan peneliti memilih faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan di atas karena faktor-faktor tersebut yeng paling rentan terjadinya keputihan (wahyurini, 2005).

Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukkan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah (Wahyurini, 2005).

Untuk mengatasi masalah keputihan dapat dicegah dengan cara selalu jaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang, cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Selalu gunakan panty liner dan gantilah pada waktunya. Jangan terlalu lama agar bakteri tidak terkumpul, hindari terlalu sering memakai talk disekitar vagina, tissue harum, atau tissue toilet ini akan membuat vagina kerap teriritasi, hindari suasana vagina lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat, penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu,

lakukan konsultasi medis dahulu sebelum

menngunakan cairan pembersih vagina, hindari

pemakaian barang-barang yang memudahkan

penularan seperti meminjam perlengkapan mandi, pola hidup yang sehat yaitu diet seimbang, olahraga yang rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan (Hendrawan, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan Di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau

pemecahan suatu masalah. pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2005 : 19). Pada bab ini disajikan desain penelitian, populasi, sampel, kriteria sampel dan sampling (sampling desain), identifikasi variabel, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data dan

analisis data, teknik pengolahan data, alat ukur yang digunakan, etika penelitian, dan keterbatasan.

Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2003 : 80).

Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan suatu keadaan secara obyektif.

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan survey yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Survey bertujuan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoatmodjo, 2005 : 140).

Populasi adalah setiap subyek misalnya manusia, pasien atau yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2008 : 89)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban sejumlah 139 siswi

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian siswi SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban, Tahun ajaran 2009/2010 yang memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut:

1. Siswi yang bersedia menjadi responden.

2. Siswi yang hadir saat dilakukan pengumpulan data. 3. Siswi yang sudah mengalami menstruasi

4. Siswi yang mengalami keputihan

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel (Nursalam dan Pariani, 2002). Pada penelitian ini besar sampel yang akan diambil adalah dengan menggunakan rumus:

n = 2

)

(

1

N

d

N

+

n = 2

)

05

,

0

(

139

1

139

+

=

)

0025

,

0

(

139

1

139

+

=

3475

,

0

1

139

+

= 103,153 = 103 Responden Keterangan: N : Besar populasi n : Besar sampel d : Tingkat signifikan (0,05) (Nursalam, 2008)

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian siswi SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban sejumlah 103 siswi

(9)

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008 : 93).

Penelitian ini menggunakan tehnik non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Cara pengambilan sampel ini memilih sampel di antara populasi sesui dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki/ didapatkan oleh sesuatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran Faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban.

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2008 : 106).

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan agar pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002).Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini pada variabel personal hygiene, perawatan saat menstruasi, dan pemilihan jenis bahan pakaian dalam instrumennya berupa checklist. Pada variabel keputihan instrumennya berupa kuesioner.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2010.

Setelah mendapat ijin dari Prodi D III Kebidanan STIKES NU Tuban untuk melakukan penelitian, kemudian peneliti mengajukan surat permohonan penelitian pada kepala sekolah. Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah, peneliti melakukan pendekatan kepada sebagian siswi SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden. Data dikumpulkan melalui cheklist dan kuesioner oleh peneliti.

Pengolahan data atau disebut juga pra-analisis mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut :

Editing adalah memeriksa data yang telah terkumpul baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register kemudian memeriksa data, menjumlah dan melakukan koreksi (Budiarto, 2002 : 29).

Coding adalah cara untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variabel diberi kode terutama data klasifikasi (Budiarto, 2002 : 30).

Tabulasi data ini adalah tindakan pencacahan terhadap setiap data dalam bentuk frekuensi sehingga memudahkan analisi (Istijanto,2005).

Dalam penelitian ini, proses tabulasi dilakukan secara manual, yaitu dengan membuat tabel frekuensi.

HASIL DAN ANALISA DATA

Analisa merupakan tindakan mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat untuk menjawab masalah penelitian (Istijanto, 2005).

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan dan dikalikan 100% kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase .

Dalam pengolahan ini data menggunakan metode deskriptif dengan rumus proporsi sebagai berikut: P = N nk x 100% Keterangan : P : Proporsi

nk : Banyaknya subyek dalam kelompok

N : Banyaknya subyek seluruhnya (Arikunto, 2006).

Kemudian dikelompokkan sesuai dengan ketegori:

100% = seluruhnya 76% - 99% = hampir seluruhnya 51% - 75 % = sebagian besar 41% - 50% = hampir setengahnya 26% - 40% = setengahnya 1% - 25% = sebagian kecil 0% = tidak satupun (Arikunto, 1997).

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala sekolah untuk mengambil sampel di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban, setelah mendapatkan persetujuan kemudian kuesioner diberikan kepada responden yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:

Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada seluruh responden yang akan diteliti, dengan maksud supaya responden mengetahui tujuan penelitian. Jika subyek bersedia diteliti harus menandatangai lembar persetujuan tersebut, tetapi, jika tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak responden.

Kerahasiaan identitas responden dengan tidak

mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data yang diisi pada lembar tersebut dan hanya di berikan kode tertentu.

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan dirahasiakan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam meneliti (Nursalam,2003).

Instrumen pengumpulan data dirancang sendiri oleh peneliti tanpa diuji coba terlebih dahulu, sehingga validitas dan realiabilitas masih perlu diuji coba. Alat ukur pengumpulan data menggunakan pertanyaan, kemungkinan responden menjawab pertanyaan tidak jujur atau responden tidak mengerti yang dimaksud dan manimbulkan persepsi yang berbeda.

(10)

Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan mengenai hasil penelitian mengenai “Gambaran Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Kejadian Keputihan di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban). Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Juni 2010 pada 103 responden didapatkan hasil yang diuraikan pada tabel hasil pengolahan data.

Hasil penelitian ini disajikan dalam data khusus. Yaitu meliputi kutihan normal, maupun keputihan tidak normal dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan prosentase kemudian diuraikan agar dapat memberikan informasi yang jelas. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya keputihan ditinjau dari personal hygiene,

perawatan saat menstruasi dan pemilihan jenis bahan pakaian dalam dengan dilakukan penyajian menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Tabel 1 Distribusi Remaja Putri Berdasarkan Umur Di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010

No Umur F % 1. 2. 3. 13-13,2 14-14,2 15-15,2 8 53 42 7,76 51,45 40,77 Jumlah 103 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 103 Remaja Putri sebagian besar berusia 14-14,2 sebanyak 53 siswi (51,45%), dan sebagian kecil siswi berusia 13-13,2 sebanyak 8 (7,76%).

Data Khusus

Kejadian Keputihan Normal dan Tidak Normal Tabel 2. Distribusi Remaja Putri Berdasarkan

Kejadian Keputihan Normal dan Tidak Normal di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, periode April-Juli 2010

No Keputihan f % 1. 2. Normal Tidak Normal 72 31 69,91 30,17 Jumlah 103 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 103 remaja putri sebagian besar yang mengalami keputihan normal yaitu sebanyak 72 Siswi (69,91%), dan setengahnya Remaja putri yang mengalami keputihan tidak nornal yaitu sebanyak 31 siswi (30,17%).

Personal Hygiene Genetalia Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban 2010

Tabel 3. Distribusi Remaja Putri Berdasarkan Faktor Personal Hygiene Genetalia Pada Remaja Putri di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010 No Personal Hygiene Genetalia f % 1. 2. Benar Tidak Benar 44 59 42,71 57,28 Jumlah 103 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 103 remaja putri sebagian besar tidak melakukan personal hygiene genetalia dengan benar yaitu sebanyak 59 siswi (57,28%), dan hampir setengahnya Remaja Putri melakukan personal hygiene genetalia dengan benar yaitu sebanyak 44 siswi (42,71%).

Perawatan Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban 2010

Tabel 4 Distribusi Remaja Putri Berdasarkan Faktor Perawatan Saat Menstruasi Pada Remaja Putri di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010 No Perawatan Saat Menstruasi f % 1. 2. Benar Tidak Benar 43 60 41,74 58,25 Jumlah 103 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 103 Remaja Putri sebagian besar tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu sebanyak 60 Siswi (58,25%), dan hampir setengahnya Remaja Putri yang melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu sebanyak 43 Siswi (41,74%).

Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Dalam Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban 201

Tabel 5 Distribusi Remaja Putri Berdasarkan Faktor Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Dalam Pada Remaja Putri di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010 No Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Dalam f % 1. 2. 3. Katun Nylon Campuran (Katun / Nylon) 24 38 41 23,3 36,89 39,8 Jumlah 103 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 103 Remaja Putri setengahnya yang memiliki celana dalam yang berbahan campuran yaitu sebanyak 41 siswi (39,85), dan sebagian kecil Remaja Putri yang memiliki celana dalam yang berbahan katun yaitu sebanyak 24 siswi (23,3%).

(11)

Kejadian Keputihan Ditinjau Dari Segi Personal Hygiene Di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban Tabel 6. Kejadian Keputihan Remaja Putri Di

Tinjau Dari Segi Personal Hygiene Di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010

Keputihan

Personal Hygiene Genetalia

Total Benar Tidak Benar

n % n % n %

Normal 35 48,61 37 51,38 72 100

Tidak

Normal 9 29 22 70,96 31 100

Jumlah 44 42,71 59 57,28 103 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar Remaja Putri yang mengalami keputihan normal tidak melakukan personal hygiene genetalia dengan benar sebanyak 37 siswi (51,38%), dan sebagian besar Remaja Putri yang mengalami keputihan tidak normal tidak melakukan personal hygiene genetalia dengan benar sebanyak 22 siswi (70,96%).

Tabel 7.Kejadian Keputihan Remaja Putri Di Tinjau Dari Perawatan Saat Menstruasi Di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010 Keputihan Perawatan Saat Menstruasi Total Benar Tidak Benar n % n % n % Normal 32 44,44 40 55,55 72 100 Tidak Normal 11 35,48 20 64,51 31 100 Jumlah 43 41,74 60 58,25 103 100

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar Remaja Putri yang mengalami keputihan normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu sebesar 40 Siswi (55,55%), dan sebagian besar Remaja Putri yang mengalami keputihan tidak normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar sebesar 20 siswi (64,51%).

Kejadian Keputihan Ditinjau Dari Segi Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Dalam Di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban

Tabel 8. Kejadian Keputihan Remaja putri Di Tinjau Dari Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Dalam Di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli 2010

Keputih Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Total

an dalam

Katun Nylon Campur

an n % N % n % n % Normal 1 4 19,4 4 24 33,3 3 3 4 47,2 2 72 10 0 Tidak Normal 1 0 32,2 5 14 45,1 6 7 22,5 8 31 10 0 Jumlah 2 4 23.3 38 36,8 9 4 1 39,8 10 3 10 0 Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa hampir setengahnya remaja putri yang mengalami keputihan normal yang menggunakan celana dalam berbahan campuran (Katun/Nylon) sebesar 34 siswi (47,22%), dan hampir setengahnya remaja putri yang mengalami keputihan tidak normal menggunakan celana dalam berbahan nylon sebesar 14 siswi (45,16%).

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dalam bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian yaitu: Mengidentifikasi kejadian keputihan serta faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan ditinjau dari segi personal hygiene, perawatan saat menstruasi, dan pemilihan jenis bahan pakaian dalam di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban pada bulan juni 2010. Pembahasan ini akan menguraikan hasil dari faktor personal hygiene, perawatan saat menstruasi, dan jenis pemilihan pemakaian dalam serta menguraikan kejadian keputihan ditinjau dari segi personal hygiene, perawatan saat menstruasi dan pemilihan jenis bahan pakaian dalam.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 103 remaja putri sebagian besar yang mengalami keputihan normal yaitu sebanyak 72 Siswi (69,91%), dan setengahnya Remaja putri yang mengalami keputihan tidak nornal yaitu sebanyak 31 siswi (30,17%).

Keputihan (Leukorea) adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009). Adapun keputihan merupakan cairan yang keluar dari vagina selain darah, sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi vulva, sekresi serviks, atau sekresi tuba fallopi, yang dipengaruhi fungsi ovarium (Mansjoer, 1999).

Flour albus merupakan sekresi vagina abnormal pada wanita. Keputihan ini disebabakan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar, yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini juga bisa menjalar dan menimbulkan peradangan kesaluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil (wijayanti, 2009).

Adapun keputihan disebabkan oleh non infeksi yaitu, masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak sengaja yang dapat melukai epitel vagina, daerah sekitar vagina yang lembab, kondisi tubuh stres, seperti kondisi tubuh yang selalu tegang, cemas, menahan buang air kecil, duduk dan jongkok sembarangan ditanah, personal hygiene yang buruk, celana dalam yang kurang menyerap keringat, dan

(12)

kurangnya menjaga personal hygiene pada saat menstruasi (Djuanda, 2005).

Menurut Wijayanti (2009) keputihan keputihan dibedakan menjadi 2 macam yaitu, keputihan normal dan tidak normal:

Keputihan normal ciri-cirinya adalah warnanya kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar) keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kekelahan.

Sedangkan keputihan tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri: jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/ yoghurt) disertai adanya keluhan (sepert gatal, panas, nyeri) serta berbau apek atau amis.

Keputihan bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang paling sering dijumpai dalam ginekologi, Keputihan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan menimbulkan keluhan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk diketahui penyebabnya. Karena keputihan bisa mengakibatkan kemandulan dan kanker.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 103 remaja putri sebagian besar tidak melakukan personal hygiene genetalia dengan benar yaitu sebanyak 59 siswi (57,28%), dan hampir setengahnya remaja putri melakukan personal hygiene genetalia dengan benar yaitu sebanyak 44 siswi (42,71%).

Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat kelamin perempuan yaitu perawatan organ eksternal kemudian bagian yang terkait disekitarnya seperti uretra, vagina, perinium dan anus (Alimul, 2006)

Secara umum, menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, apalagi buat , yang tinggal di daerah tropis. Udara yang panas cenderung lembab sering bikin kita merasa gerah dan keringetan.

Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama di bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan, yang akan menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga menimbulkan penyakit. Seperti yang diajarakan oleh nenek moyang kita, mandi dua kali sehari itu baik untuk kesehatan. Untuk menjaga kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah secara teratur membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik, karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus terbawa masuk ke vagina. Gunakan air bersih, lebih baik lagi air hangat, tetapi jangan terlalu panas karena bisa menyebabkan kulit yang sensitif di daerah vagina melepuh dan lecet (Siswono, 2001).

Perawatan genetalia sangatlah penting, banyak remaja yang tidak memeperhatikan bagaimana merawat genetalia dengan benar. Mereka cenderung

memeperhatikan perawatan pada wajah dan

mengabaikan cara merawat genetalia dengan baik dan benar, padahal membersihkan daerah vital

membutuhkan cara khusus agar bakteri yang ada di bagian belakang khususnya di daerah anus tidak berpindah ke depan. Karena hal tersebut dapat menyebabkan kelembapan.

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 103 Remaja Putri sebagian besar tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu sebanyak 60 Siswi (58,25%), dan hampir setengahnya Remaja Putri yang melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu sebanyak 43 Siswi (41,74%).

Untuk menampung darah yang keluar itu wanita menggunakan pembalut wanita. Di pasaran bisa ditemui berbagai macam pembalut dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan. Maka pilih pembalut yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kantung. Tetapi, yang penting adalah bahwa pembalut itu harus berbahan yang lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bikin alergi (seperti parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut itu perlu diganti sekitar empat sampai lima kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut tersebut, dan menghindari masuknya bakteri tersebut kedalam vagina (Siswono,2001).

Perawatan diri saat menstruasi genetalia sangatlah penting, banyak remaja yang tidak memeperhatikan bagaimana merawat genetalia dengan benar. Karena kurang menjaga personal hygiene saat menstruasi, karena pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman lebih mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada alat reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman saat menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel.

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 103 Remaja Putri setengahnya yang memiliki celana dalam yang berbahan campuran yaitu sebanyak 41 siswi (39,85), dan sebagian kecil remaja putri yang memiliki celana dalam yang berbahan katun yaitu sebanyak 24 siswi (23,3%).

Pakaian dalam (celana dalam) yang baik bukan berarti harus yang mahal dan bermerek. Menggunakan celana dalam yang sesuai adalah yang bahannya terbuat dari bahan alami (katun), sehinga dapat menyerap keringat, membiarkan kulit bernapas sehingga membuat wanita merasa nyaman. Bahan sintetis seperti nilon akan membuat kegerahan dan mebuat vagina menjadi lembab. Hal ini sangat disukai oleh bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Ukuran celana dalam juga perlu jadi pertimbangan jangan memilih celana dalam yang terlalu ketat karena selain gerah juga menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Pilih yang ukurannya sesuai, tidak terlalu ketat, tetapi juga tidak kedodoran (Siswono, 2001).

Dari pernyataan diatas bahwa masih banyak remaja putri yang menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan nylon padahal bahan tersebut yang terbuat dari bahan sistesis yang bisa membuat suasana disekitar organ intim panas dan lembab. Apalagi buat kita yang tinggal didaerah tropis, udara yang panas

(13)

cenderung lembab sering membuat keringetan, sehingga celana dalam yang cocok yaitu celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang bisa menyerap keringat.

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar Remaja Putri yang mengalami keputihan normal tidak melakukan personal hygiene genetalia dengan benar sebanyak 37 siswi (51,38%), dan sebagian besar Remaja Putri yang mengalami keputihan tidak normal tidak melakukan personal hygiene genetalia dengan benar sebanyak 22 siswi (70,96%).

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, apalagi buat yang tinggal di daerah tropis. Udara yang panas cenderung lembab sering bikin kita merasa gerah dan keringetan. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama di bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan, yang akan menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga menimbulkan penyakit. Seperti yang diajarakan oleh nenek moyang kita, mandi dua kali sehari itu baik untuk kesehatan. Untuk menjaga kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah secara teratur membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut. setiap habis buang air kecil, buang air besar, dan ketika mandi. Jika alergi dengan sabun yang lembut sekalipun, cukup basuh dengan air hangat. Yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di luar vagina. Bagian dalam vagina biasanya akan mampu menjaga kebersihannya sendiri. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik, karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus terbawa masuk ke vagina, dan gunakan air bersih (Siswono, 2001)

Dari pernyataan diatas banyak remaja putri yang melakukan personal hygiene tidak benar dan banyak pula yang mengeluhkan keputihan, sangat tidak nyaman, gatal, berbau, bahkan terkadang perih, ternyata itu terkait dengan kebiasaan sehari-hari. Salah satu keputihan adalah masalah kebersihan disekitar organ intim. Umumnya wanita sangat peduli dengan kebersihan, terutama yang berhubungan dengan penampilan. Setiap hari tidak lupa mandi dan selalu telaten menyingkirkan sisa-sisa make up dari wajah. Tetapi adapun beberapa banyak wanita yang tidak mengeringkan bagian organ intimnya seusai buang air kecil. Usai dibasuh langsung mengenakan celana dalam, kemudian celana ikut basah akibatnya vaginanya lembab. Organ intim wanita seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering. Kondisi yang lembab akan mengundang perkembangbiaknya jamur dan bakteri pathogen. Ini salah satu penyebab keputihan. Dan hindari pemakaian deodoran, sabun antiseptik yang keras, atau cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau di daerah kewanitaan karena bisa berbahaya untuk kesehatan sebagaimana vagina yang sehat juga hidup berbagai bakteri dan organisma

termasuk yang merugikan dan bisa menyebabkan vaginitis. Biasanya bakteri ini tidak bikin masalah karena masing-masing jumlahnya tidak banyak. Terlalu sering membasuh vagina dengan cairan kimia (douching) dan penggunaan deodorat dan farfume akan merusak kesimbangan yang ada sehingga akan memungkinkan terjadinya infeksi. Perhatikan juga lingkungan karena keputihan bisa muncul lewat air yang tidak bersih, jadi sebaiknya bersihkan bak mandi, ember, gayung dan bibir kloset dengan dengan antiseptik.

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri yang mengalami keputihan normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu sebesar 40 siswi (55,55%), dan sebagian besar remaja putri yang mengalami keputihan tidak normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar sebesar 20 siswi (64,51%).

Untuk menampung darah yang keluar itu cewek menggunakan pembalut wanita. Di pasaran bisa kita temui berbagai macam pembalut dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan. Pilih yang mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kantung. Tetapi, yang penting adalah bahwa pembalut itu harus berbahan yang lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bikin alergi (misalnya parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut itu perlu diganti sekitar empat sampai lima kali sehari atau pada saat hari pertama sampai ketiga atau pada saat banyak-banyaknya darah keluar yang berkembang biak pada pembalut tersebut, dan menghindari masuknya bakteri tersebut kedalam vagina (Siswono, 2001).

Menurut Djuanda (2005) kurang menjaga personal hygiene saat menstruasi, karena pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih di jaga karena kuman lebih mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada alat reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman saat menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan keputihan/iritasi dan timbulnya rasa gatal.

Dari pernyataan di atas bahwa masih banyak remaja putri yang tidak memperhatikan cara perawata saat menstruasi sehingga dapat menimbulkan iritasi dan keputihan karena pemakaian pembalut yang kurang tepat yaitu kurangnya mengganti pembalut atau pada saat sudah ada banyak gumpalan darah pada pembalut tidak segera diganti karena gumpalan darah yang terdapat dalam permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur.

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa hampir setengahnya remaja putri yang mengalami keputihan normal yang menggunakan celana dalam berbahan campuran (Katun/Nylon) sebesar 34 siswi (47,22%), dan hampir setengahnya remaja putri yang mengalami keputihan tidak normal menggunakan celana dalam berbahan nylon sebesar 14 siswi (45,16%).

(14)

Selain harus sering ganti celana dalam secara teratur, kita juga perlu memilih pakaian dalam yang baik. Pakaian dalam (celana dalam) yang baik bukan berarti harus yang mahal dan bermerek. Yang penting adalah bahan yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan alami (katun), sehinga dapat menyerap keringat, membiarkan kulit bernapas sehingga membuat kita merasa nyaman. Bahan sintetis seperti nilon akan membuat kita kegerahan dan membuat vagina menjadi lembab. Hal ini sangat disukai oleh bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Ukuran celana dalam juga perlu jadi pertimbangan. Jangan pilih celana dalam yang terlalu ketat karena selain gerah juga menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Pilih aja yang ukurannya sesuai, tidak terlalu ketat, tetapi juga tidak kedodoran. (Siswono, 2001).

Dari pernyataan diatas masih banyak remaja putri yang mengalami keputihan tidak normal yang menggunakan celana dalam yang berbahan nylon yang terbuat dari bahan sintetik dimana bahan tersebut dapat mambuat kita kegerahan dan membuat vagina menjadi lembab, sehingga kita harus menghindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat, sehingga gunakan celana dalam yang terbuat dari katun yang bisa menyerap keringat, untuk menghindari suasana yang lembab setelah cebok segera dikeringkan karena suasana yang lembab sangat baik untuk perkembangbiakan bakteri dan jamur.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1

Tambakboyo Tuban mengalami keputihan normal. 2. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1

Tambakboyo Tuban tidak melakukan personal hygiene dengan benar.

3. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar.

4. Setengahnya remaja putri di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban jenis bahan pakaian dalamnya terbuat dari bahan campuran (Katun/Nylon).

5. Sebagian basar remaja putri di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban yang mengalami keputihan

normal tidak melakukan personal hygiene dengan benar.

6. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban yang mengalami keputihan normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi dengan benar.

7. Hampir setengahnya remaja putri di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban yang mengalami keputihan normal jenis bahan pakaian dalamnya terbuat dari bahan campuran (Katun/Nylon).

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.A (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Bandung

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Aziz, Sriana (2009). Hidup Sehat Menyeluruh Dan Alami Penyembuhan Penyakit Reproduksi Perempuan. Indocamp. Jakarta.

Care, Decha. (2009). Cara mengatasi keputihan. Senin 10 Maret 2010.

Clayton (2005). Kejadian Keputihan.

http://www.google.com

Dwiana, 2008. Wanita Tanggap Hadapi Keputihan. Http://frisoft- sehat.blogspot.com

Istijanto, (2005). Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendesi Dimensi- Dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kemayoran, RS Mitra (2008). Awas Keputihan. 5 Januari 2010

http://www.bidanku.comfindex.com

Mansjoer,Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.Media Aeusculapius. Jakarta

(15)

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta Maretha, (2006). Detik News. 6 Desember 2008.

http://www.detiknews.com

Nadesul, Handrawan (2008). Fakta Tentang Keputihan. Senin 10 Maret 2010 http: //

www.wikipedia.com

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian ilmu keperawatan.Selamba Medika.Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kandungan.

YBP-SP. Jakarta

Sastrawinata, Sulaiman (1981). Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung Shadine, Wijayanti (2009). Penyakit Wanita. Keen

Books.Bandung

Siswono. (2001), Merawat organ Reproduksi wanita

Sabtu, 22 September 2001.

http://www.google.com

Susi (2009). Faktor Penyebab Keputihan.

http://www.google.com

Wijayanti, Daru (2009). Fakta Penting Kesehatan Reproduksi Wanita. Book Marks. Jakarta. Wikipedia Bahasa Indonesia (2009). Keputihan. senin,

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Remaja  Putri  Berdasarkan  Umur  Di  SMP  Negeri  1  Tambakboyo  Tuban, Periode April-Juli 2010
Tabel  7.Kejadian  Keputihan  Remaja  Putri  Di  Tinjau Dari Perawatan Saat Menstruasi Di  SMP  NEGERI  1  Tambakboyo  Tuban,  Periode April-Juli 2010    Keputihan  Perawatan Saat Menstruasi  Total  Benar  Tidak  Benar  n  %  n  %  n  %  Normal   32  44,44  40  55,55  72  100  Tidak  Normal  11  35,48  20  64,51  31  100  Jumlah  43  41,74  60  58,25  103  100

Referensi

Dokumen terkait

(DaCit Mu^i Sangharsfi (1985 to tiH date)&#34; suSmittecf 6y T.^ar^fimadfor the award of doctor of^Philbsophy in Hindi is an. originaC research wor^ It is the resuCt of T.^ar^hmad

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru ditemukan beberapa kekurangan antara lain: (1) guru kurang mampu melakukan proses pembelajaran yang

sering menggunakan file jenis TIFF mengingat jenis format ini memiliki dynamic range tinggi sehingga apabila sebuah image/gambar diedit tidak mengakibatkan

Baja amutit ukuran penampang 17 mm x 17 mm dengan panjang ± 120 mm dibentuk menggunakan mesin potong, mesin milling dan mesin surface grinding menjadi menjadi balok

Pembuatan aplikasi Augmented Reality untuk tugas akhir ini menggunakan media kertas sebagai penyimpan informasi dengan metode deteksi marker yang akan dibentuk dengan

Dengan demikian pada level tiga tersebut akan diperoleh sejumlah angka indeks konsistensi yang banyaknya sama dengan unsur-unsur dalam level dua. Langkah selanjutnya adalah

Ini berarti arah dan bentuk pola radiasi dari antena phased array dapat dikontrol melalui beda fasa antara pengumpanan arus kepada tiap-tiap elemen antena dalam