DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Herlina Jayanti NIM : 039114117
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Herlina Jayanti
NIM : 039114117
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA
NSI KEPRIBADIAN ENAM FAKTOR DENGAN
DIME
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
DIMENSI KEPRIBADIAN ENAM FAKTOR
DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Oleh :
Herlina Jayanti
NIM : 039114117
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. tanggal 10 September 2007
DIMENS
I KEPRIBADIAN ENAM FAKTOR DE
NGAN
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
iii
DIMENSI KEPRIBADIAN ENAM FAKTOR
DENGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Dipersiapkan dan Ditulis oleh
Herlina Jayanti
NIM : 039114117
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 10 September 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda tangan
Ketua P. Eddy Suhartanto, S.Psi., Msi. ………...
Anggota Minta Istono, S.Psi., M.si. ………
Anggota YB. Cahya Widiyanto, S.Psi. ………
September 2007
Yogyakarta, 10 September 2007
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
All the best you can,
In all times you can,
In all places you can,
For all the creatures you can
.
v
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
vi
Herlina Jayanti (2007). Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Enam Faktor dengan Kepemimpinan Transformasional. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara dimensi kepribadian enam faktor dengan kepemimpinan transformasional. Hipotesis mayor yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara dimensi kepribadian enam faktor dengan kepemimpinan transformasional. Sedangkan enam hipotesis minor lainnya yang diajukan adalah setiap dimensi kepribadian yang terdiri dari dimensi extraversion, agreeableness, independence, openness to experience, metodicalness, dan industriousness berhubungan dengan kepemimpinan transformasional.
Penelitian ini dilakukan di kantor stokist Tianshi Yogyakarta, subjek penelitian ini adalah leader berjumlah 41 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan skala. Alat pengumpulan data terdiri dari 2 skala, yaitu skala kepemimpinan transformasional (MLQ 5X short) yang disusun oleh Bass dan Avolio (1995) dan skala dimensi kepribadian enam faktor yang berasal dari self report dan disusun sendiri oleh penulis. Uji kesahihan dan reliabilitas untuk skala kepemimpinan transformasional adalah 0,929, sedangkan untuk skala dimensi kepribadian enam faktor adalah 0,800 untuk dimensi extraversion; 0,788 untuk dimensi
agreaableness; 0,744 untuk dimensi independence; 0,793 untuk dimensi openness to experience; 0,846 untuk dimensi methodicalness; dan 0,833 untuk dimensi
industriouness.
Hasil analisis data menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa p=0,078, p> 0,05. Hipotesis mayor dalam penelitian ini ditolak, artinya dimensi kepribadian enam faktor tidak mempengaruhi kepemimpinan transformasional para leader Tianshi. Demikian juga dengan keenam hipotesis yang menunjukkan tidak ada hubungan tiap dimensi kepribadian enam faktor dengan kepemimpinan transformasional, antara dimensi extraversion dengan kepemimpinan transformasional (p>0,05), antara dimensi agreeableness dengan kepemimpinan transformasional (p>0,05), antara dimensi independence dengan kepemimpinan transformasional (p>0,05), antara dimensi openness to experience dengan kepemimpinan transformasional (p>0,05), antara dimensi methodicalness dengan kepemimpinan transformasional (p>0,05), dan antara dimensi industriousness
vii
Herlina Jayanti (2007). The Relationship between The Six Factors of Personality
Dimensions with Transformasional Leadership. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
This research aims to find out the relationship between the six factors of personality dimensions with transformasional leadership. The major hypothesis which proposed in this reseach is there is relationship between the six factors of personality dimension with transformasional leadership. Meanwhile the six hypothesis minor which proposed in this leadership is each personality dimension which is consists of extraversion, agreaableness, independence, openness to experience, methodicalness, and industriousness related to transformasional leadership.
This research has done at Tianshi stockist office in Yogyakarta and the research subjects are 41 leaders.
The researcher uses scale as data gathering method. There are two data gathering tools namely transformasional leadership scale (MLQ 5X short) which is done by Bass and Avolio (1995) and the six factors of personality dimension scale which taken from self report and arranged by researcher. The credibility and reliability test for transformasional leadership scale is 0,929, meanwhile for the six factors of personality dimension is 0,800 for extraversion dimension; 0,788 for agreaableness dimension; 0,744 for independence dimension; 0,793 for openness to experience dimension; 0,846 for methodicalness dimension; and 0,833 for industriousness dimension.
The result of data analysis using regression analysis shows that p=0,078, p > 0,05. The hypothesis major in this thesis is rejected, which means that the six factors personality dimension do not influence Tianshi leaders transformasional. The six hypothesis minor also do not show a relationship between each six factors of personality dimension with transformasional leadership, between extraversion dimension and transformasional leadership (p>0,05), agreaableness and transformasional leadership (p>0,05), independence and transformasional leadership (p>0,05), openness to experience and transformasional leadership (p>0,05), methodicalness and transformasional leadership (p>0,05), and industriousness and transformasional leadership (p>0,05).
viii
Syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat memulai dan menyelesaikan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimak kasih kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak membantu penulis dengan memberikan izin
penelitian maupun memberikan waktu, saran-saran dan perbaikan dalam
penulisan skripsi ini.
2. Dosen Penguji Pak Minto dan Pak Cahyo yang telah memberikan saran
dan kritik bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Bapak Agung Santoso selaku dosen statistik, yang sebelum berangkat
melanjutkan studi di luar bersedia mengajarkan SPSS kepada penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah membimbing
dan memberikan ilmu kepada penulis semasa kuliah.
5. Staf dan karyawan di sekretariat Psikologi, Pak Gi’, Mas Gandung, Ibu
Nanik, Mas Doni, dan Mas Muji yang telah banyak membantu penulis.
6. Bapak Daniel selaku pemilik kantor stokist Tianshi kotabaru Yogyakarta,
yang telah bersedia memberikan izin untuk melakukan penelitian dan izin
mengukuti seminar-seminar Tianshi.
7. Kak Suryadi selaku leader Tianshi yang membantu penulis untuk
memberikan kesempatan membagikan skala penelitian pada leader-leader
ix selesai.
9. Segenap keluarga, Papa, Mama, dan kakak-kakak yang selalu mendorong
penulis untuk mengerjakan skripsi.
Beserta pihak-pihak yang telah berproses bersama penulis hingga penulis
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis,
x
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v
ABSTRAK………... vi
A. Kepemimpinan Transformasional ……… 9
1. Pengertian Kepemimpinan ………. 9
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional………... 10
3. Kepemimpinan Transformasional……….. ……... 12
4. Dimensi Kepemimpinan Transformasional 14 B. Kepribadian ………. 15
1. Dimensi Kepribadian Enam Faktor ………... 15
2. Implikasi dari Dimensi Kepribadian Enam Faktor………... 18
3. Pengukuran Dimensi Kepribadian Enam Faktor ……….. 19
C. Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Enam Faktor dengan Kepemimpinan Transformasional leader Tianshi ……… 20
D. Skema dinamika Kepribadian Enam Faktor dengan Kepemimpinan Transformasional ……….. 25 E. Hipotesis ……….. 26
BAB III METODE PENELITIAN ………. 27
A. Jenis Penelitian ………. 27
B. Identifikasi Variabel ………... 27
xi
D. Subjek Penelitian ……….. 30
E. Alat Pengumpul Data ………... 30
1. Skala Kepemimpinan Transformasional ………. 31
2. Skala Dimensi Kepribadian Enam Faktor ……….. 30
F. Validitas dan Reliabilitas ………. 33
1. Validitas Isi ………. 33
2. Seleksi Item ………. 33
3. Reliabilitas……….... 37
G. Metode Hasil Analisis ………... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38
A. Orientasi Kancah Penelitian ………. 38
B. Pelaksanaan Penelitian ………. 40
C. Deskripsi Data Penelitian ………. 40
D. Analisis Data ……… 41
E. Pembahasan ………. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 55
A. Kesimpulan ……….. 55
B. Saran ………. 55
DAFTAR PUSTAKA ……….. 57
LAMPIRAN A………. 59
1. Reliabilitas 2. Uji Normalitas 3. Uji Linearitas 4. Uji Regresi LAMPIRAN B………. 76
xii
Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Skala MLQ ……… 30
Tabel 2. Spesifikasi Skala SFPQ………... 32
Tabel 3. Item SFPQ sebelum dan sesudah pengujian………... 35
Tabel 4. Item Kepemimpinan Transformasional sebelum dan sesudah pengujian………... 36
Tabel 5. Rincian Karakteristik Subjek Penelitian ………... 40
Tabel 6. Rangkuman Tes Kolmogorov-Smirnov………... 41
Tabel 7. Rangkuman Mean dan Standar Deviasi Variabel Penelitian…... 41
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Linearitas……….. 42
Tabel 9. Rangkuman Korelasi antara Kepribadian Enam Faktor dengan Kepemimpinan Transformasional……… 45
Tabel 10. Rangkuman Efektifitas Kepribadian Enam Faktor……….. 45
1
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan lingkungan bisnis yang pesat membuat perusahaan harus
berusaha keras untuk bisa bertahan di dalam persaingan yang mendunia. Sumber
daya manusia sebagai modal perusahaan yang utama menjadi kunci berhasil
tidaknya suatu organisasi bisnis. Kebutuhan sumber daya manusia yang mandiri,
memiliki sikap, komitmen, dan kemampuan yang terus menerus berkembang
sesuai dengan perkembangan yang dinamis menjadi suatu tuntutan bagi organisasi
bisnis. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki kinerja yang
optimal (high performance team) dibutuhkan leader atau pemimpin yang mampu
mengembangkan kompetensi dan komitmen bawahan dengan cara mendukung,
membimbing dan memotivasi bawahan.
Pemimpin akan mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama. Proses mempengaruhi orang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama ini disebut kepemimpinan
(Mangunhardjana,1986). Kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dapat
disesuaikan dengan perkembangan organisasi bisnis di masa kini. Multi Level
Marketing Tianshi sebagai contoh organisasi yang sedang berkembang saat ini
mampu bersaing dengan multi level marketing lainnya seperti CNI, Amway, dan
Forever Young. Leader Tianshi menerapkan kepemimpinan yang dinamis sejalan
dengan persaingan bisnis saat ini agar menghasilkan prestasi yang maksimal. Di
dukung oleh support system yakni Unicore yang bertujuan mendidik leader
Pendidikan atau training kepemimpinan dan kepribadian menunjukkan
bahwa kepemimpinan secara ekologis akan menjadikan seorang pemimpin yang
sukses bila memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan mempunyai kesempatan
untuk dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan. Teori ekologis
disepakati oleh para ahli menjadi teori yang relevan dan menjadi dasar teori-teori
kepemimpinan modern (Kartono, 1982 & Syamsu, 1991). Sedangkan kepribadian
melalui pendekatan modified trait approach menyebutkan bahwa sifat-sifat
unggul dapat diubah, diganti atau dibatasi, sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi (Kartono, 1982).
Peneliti beberapa kali mengikuti program acara yang diadakan Tianshi,
mengamati sistem kerja Tianshi dan wawancara dengan beberapa leader, maka
peneliti mengansumsikan bahwa leader MLM Tianshi menerapkan kepemimpinan
transformasional. Perilaku yang ditunjukkan leader Tianshi yakni menekankan
visi dan misi serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan dalam diri
pengikutnya (idelisme perilaku), mengkomunikasikan harapan-harapan, impian,
mengekspresikan tujuan yang penting dan cara yang dapat dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pada anggotanya (stimulasi inspirasi), mengembangkan
rasionalitas dan intelegensi pemecahan masalah secara kreatif (stimulasi
intelektual), dan memberi perhatian kepada pengikutnya secara pribadi sehingga
mampu bertumbuh melalui cara home sharing atau follow up (pertimbangan
individual).
Hasil-hasil penelitian menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional
lebih efektif daripada kepemimpinan transaksional ataupun laizzes-faire. Hal ini
mengubah perilaku pada diri seseorang maupun perubahan perilaku dalam
organisasi. Perubahan tersebut diperlukan karena kehidupan ini mengalami
perkembangan atau kemajuan yang dinamis setiap saat seperti teknologi,
informasi, pendidikan, dan lain-lain (Usman, 2006).
Ada salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pemimpin untuk
mencapai tujuan organisasi yaitu faktor kepribadian (Moenir, 1998). Kepribadian
adalah sifat individu dalam berperilaku yang membedakan satu dengan yang
lainnya. Menurut Phares (dalam Nindyati, 2006) kepribadian dijelaskan sebagai
pola dari karakteristik berpikir, merasa, dan perilaku yang membedakan satu
orang dari orang lain dan cenderung menetap sepanjang waktu dan situasi yang
ada.
Pendekatan kepribadian telah mengalami perkembangan dalam berbagai
perspektif teori dan setiap teori mempunyai tingkatan atau kategori yang memiliki
karakteristik yang unik (Nindyati, 2006). Pendekatan sifat kepribadian dapat
digunakan untuk memprediksikan perilaku pemimpin yang efektif. Contohnya
adalah hasil penelitian Stogdill (1948) mengenai sifat-sifat pemimpin yang efektif
adalah berpengetahuan, berinisiatif, kooperatif, adaptasi, dan sosialisasi. Gardner
dan Bass (Poespadibrata, 1998) dalam penelitiannya ditemukan bahwa pemimpin
didiskripsikan sebagai individu yang jujur, kompeten, berpandangan ke depan,
mampu membangkitkan semangat, dapat dipercaya, dan diandalkan. Sedangkan
penelitian lain Kirkpatrick & Locke (Poespadibrata, 1998) diperoleh hasil bahwa
ciri-ciri pribadi yang dianggap sebagai landasan kepemimpinan ialah dorongan
semangat, motivasi, kejujuran, integritas, keyakinan diri, inteligensi, pengetahuan,
penelitian tersebut yaitu kepribadian seseorang, langsung atau tak langsung, akan
berpengaruh terhadap perilakunya, khususnya pada waktu ia berperan selaku
pemimpin.
Pendekatan kepribadian yang populer dan banyak digunakan adalah
dimensi kepribadian Big Five (Raad & Perugini, 2002). Dimensi kepribadian Big
Five sering digunakan untuk menjelaskan profil kepribadian di bidang klinis dan
non klinis. (Raad & Perugini, 2002).
Kelemahan pengukuran menggunakan kepribadian Big Five adalah
prediksi dan keterbatasan untuk menjelaskan sifat-sifat yang lebih khusus. Nilai
koefisien validitas prediktif Big Five rendah ketika mengukur sifat yang
mempunyai facet lebih umum dibandingkan dengan mengukur sifat yang
mempunyai facet lebih khusus (Hogan & Roberts, 2002). Hal ini juga diperkuat
dengan penelitian Hough’s (1992) dengan menggunakan model sembilan faktor
untuk memprediksikan performansi para sales. Performansi para sales dipengaruhi
oleh sifat potency dengan nilai validitas sebesar 0,28 dan achievement dengan
nilai validitas sebesar 0,41. Lain halnya dengan penelitian Vinchur, Schippmann,
Switzer, dan Roth (Hogan & Roberts, 2002) yang juga memprediksi performansi
sales menggunakan model Big Five, hasilnya adalah dimensi extraversion dengan
nilai validitas 0,21 dan conscientiousness dengan nilai validitas 0,31
mempengaruhi kesuksesan para sales. Perbedaan koefisien validitas prediktif
membuat Vinchur et.al (1998) menjelaskan bahwa aspek potency merupakan
bagian dari sub dimensi extraversion. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa
semakin spesifik sifat dimensi maka semakin akurat untuk memprediksikan
Kelemahan kedua menggunakan kepribadian Big Five terletak pada
penginterpretasiannya. Contohnya, facet conscientiousness yang memprediksi
tingginya produktivitas dari para pekerja. Apa penyebab tingginya produktivitas
kerja belum dijelaskan lebih khusus, apakah dikarenakan oleh sifat keteraturan,
tanggung jawab, atau motivasi berprestasi (Hogan & Roberts, 2002).
Instrumen lain yang juga mengukur kepribadian selain menggunakan
dimensi kepribadian Big Five adalah dimensi kepribadian enam faktor (Six Factor
Personal Questionnaire). Dimensi kepribadian enam faktor merupakan perluasan
dari dimensi kepribadian Big Five dan mempunyai facet yang lebih khusus.
Perbedaan kepribadian Big Five dan enam faktor terletak pada dimensi
conscientious dan neuroticism. Pada kepribadian enam faktor, dimensi
conscientious dibedakan menjadi dua, yaitu industriousness dan methodicalness.
Dimensi neuroticism pada kepribadian Big Five berubah menjadi dimensi
independence. Sehingga dimensi kepribadian enam faktor terdiri dari
extraversion, agreeableness, independence, openness to experience,
methodicalness, dan industriousness.
Dimensi kepribadian enam faktor mempunyai 6 faktor skala yang terdiri
dari 3 facet dan mempunyai total 108 item (Raad & Perugini, 2002). Pada
dasarnya dimensi kepribadian enam faktor adalah sama dengan kepribadian Big
Five. Sifat-sifat yang terkandung pada dimensi kepribadian enam faktor
mempunyai kesamaan dengan dimensi kepribadian Big Five.
Dimensi Extraversion terdiri dari facet affilation, facet dominance, dan
facet exhibiton. Dimensi ini mengukur keaktifan, sosialisasi, dan dominasi pada
Dimensi Agreeableness terdiri dari facet abasement, facet even-tempered,
dan facet good-natured. Dimensi ini mengukur kekooperatifan, menghindari
konflik, dan permusuhan (Raad & Perugini, 2002).
Dimensi Independence terdiri dari facet autonomy, facet individualism,
dan facetself relience. Dimensi mengungkap kemandirian, kebebasan, dan kurang
mementingkan reputasi (Raad & Perugini, 2002).
Dimensi Openness to Experience terdiri dari facet change, facet
understanding, dan facet breadth of interest. Dimensi ini berkaitan dengan
intelektualitas, keterbukaan ide-ide baru, dan menerima pengalaman baru (Raad &
Perugini, 2002) .
Dimensi Methodicalness meliputi facet cognitive structure, facet
deliberateness, dan facet order. Dimensi ini mengukur perilaku yang menyukai
kepastian, berpikir sebelum bertindak, dan terorganisir (Raad & Perugini, 2002).
Dimensi Industriousness mempunyai facet achievement, facet endurance,
dan facet seriousness. Dimensi ini mengukur perilaku yang berorientasi pada
tujuan yang telah ditetapkan, ketahanan kerja, dan keseriusan (Raad & Perugini,
2002).
Penelitian kepribadian dengan enam faktor masih jarang digunakan karena
kajian dengan dimensi kepribadian enam faktor relatif masih baru dibandingkan
dengan kepribadian Big Five (Raad & Perugini, 2002). Hasil penelitian
meta-analisis Bono & Judge (2000) menjelaskan peranan kepribadian Big Five yang
berhubungan dengan kepemimpinan transformasional yakni faktor extraversion
dan agreeableness mempunyai kontribusi yang paling berpengaruh dalam
Dimensi kepribadian enam faktor yang memiliki facet yang lebih spesifik
daripada Big Five dan hasil penelitian yang relatif kurang banyak dibandingkan
dengan Big Five, membuat peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut
menggunakan dimensi kepribadian enam faktor. Melalui pengukuran dimensi
kepribadian enam faktor maka akan diketahui profil kepribadian leader Tianshi
hasil dari training Unicore dan hubungan dimensi kepribadian enam faktor leader
Tianshi dengan kepemimpinan transformasional.
B. Rumusan Permasalahan
Apakah ada hubungan antara dimensi kepribadian leader Tianshi dengan kepemimpinan transformasional ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara dimensi kepribadian leader Tianshi dengan
kepemimpinan transformasional.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian kepribadian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
di bidang industri organisasi yakni melihat sifat-sifat kepribadian leader yang
berhubungan dengan kepemimpinan transformasional.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah referensi bagi MLM Tianshi mengenai profil kepribadian dari
9
A. Kepemimpinan Transformasional
1. Pengertian Kepemimpinan
Banyak pemahaman mengenai konsep kepemimpinan, diantaranya adalah
menurut Stoner (Maridjo, 2001), kepemimpinan adalah proses pengarahan dan
pemberian pengaruh terhadap kegiatan-kegiatan sekelompok anggota yang
saling berhubungan.
Heiman dan Scott (Syamsu, 1991) mengartikan kepemimpinan adalah
proses mengatur orang-orang, membimbing dan mempengaruhi dalam memilih
dan mencapai tujuan. Demikian pula dengan Cooley (Syamsu, 1991) yang
mendefinisikan kepemimpinan sebagai individu yang memiliki program dan
bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang
pasti.
Mangunhardjana (1986) mengartikan kepemimpinan merupakan suatu
proses untuk mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan bersama.
Wahjosumidjo (1987) menjelaskan kepemimpinan, sebagai berikut:
a. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang
pemimpun berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan
b. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu
sendiri
c. Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin, bawahan dan situasi.
Berdasarkan pengertian kepemimpinan dari para tokoh, maka kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Davis (Syamsu, 1991) menyampaikan empat faktor yang mempengaruhi
pemimpin dalam kepemimpinan kelompok atau organisasi yaitu:
a. Intelligensi
Para peneliti menunujukkan hasil penelitiannya bahwa para pemimpin
mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya.
b. Kematangan dan keluasan pandangan sosial
Pada umumnya para pemimpin memiliki kestabilan emosi, keluasan
pandangan dan aktifitasnya.
c. Motivasi dan pencapaian prestasi
Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam
d. Relasi sosial
Para pemimpin mempunyai sikap dalam membina relasi sosial.
Kesuksesan para pemimpin ditunjukkan dengan sikap yang yang mampu
menghargai martabat dan kemampuan berempati dengan pengikutnya.
Maridjo (2001) menambahkan sifat-sifat utama yang dikaitkan dengan
kepemimpinan efektif pada dasarnya yaitu :
a. Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu sifat pemimpin dimana adanya
kecenderungan bahwa pemimpin lebih cerdas daripada pengikutnya.
b. Kepribadian
Kepribadian merupakan totalitas sikap dan perilaku yaitu berbagai cara
seorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain, adalah berkaitan erat
dengan kepemimpinan efektif.
c. Kemampuan
Kemampuan orang mempunyai hubungan positif untuk mengawasi dalam
hirarki organisasi.
Sementara Bernard menjelaskan lebih lanjut sifat pribadi yang
mempengaruhi dan harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Wahjosumidjo,
1985), adalah:
a. Sifat pribadi yang meliputi kelebihan fisik, kecakapan, teknologi, daya
tanggap, pengetahuan, daya ingat dan imajiansi.
b. Sifat pribadi yang mempunyai watak lebih subyektif, seperti keunggulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penjelasan Bernard mengenai beberapa
sifat pribadi seperti kecakapan, daya tanggap, pengetahuan, daya ingat,
imajinasi, keyakinan, ketekunan, daya tahan dan keberanian tersebut secara
tidak langsung merupakan bagian dari facet-facet kepribadian enam faktor.
3. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dikembangkan lebih lanjut oleh Bass
(1985) yang merupakan gagasan awal dari James McGregor Burns (1978)
tentang transforming leadership. Kepemimpinan transformasional adalah
kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini
didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi
para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran tingkat tinggi yang
dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Hughes et al., 1999).
Yukl (1994) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai
proses mengembangkan komitmen pada tujuan-tujuan organisasi dan
memberdayakan para pengikut utuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sedangkan
Schermerhon, Jr (1996) menyimpulkan istilah kepemimpinan transformasional
mendeskripsikan seseorang yang menggunakan karisma dan sifat-sifat yang
berkaitan untuk meningkatkan aspirasi dan mengubah orang dan sistem
organisasi ke dalam pola-pola kerja yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh mengenai kepemimpinan
transformasional, maka kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai
mencapai kinerja yang maksimal sesuai dengan tujuan melampui kepentingan
pribadinya.
Bass mempertentangkan kepemimpinan transformasional dengan
kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didefinisikan sebagai
kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran (exchange process)
dimana para pengikut mendapat imbalan yang segera dan nyata untuk
melakukan perintah-perintah pemimpin. Sedangkan kepemimpinan laissez-faire
atau kepemimpinan bebas kendali adalah kepemimpinan dimana pemimpin
menghindari tanggung jawab, tidak membuat keputusan, dan membebaskan para
anggotanya (Hughes et al., 1999).
Menurut Bass (1985), pemimpin transformasional akan membangkitkan
kepercayaan, kekaguman, loyalitas, rasa hormat, dan akan termotivasi untuk
melaksanakan mereka lebih daripada yang diharapkan (Landy & Conte, 2004).
Para pemimpin transfomasional akan menstransformasi dan memotivasi para
pengikut dengan :
a. Membuat mereka lebih sadar tentang pentingnya hasil kerja.
b. Mempengaruhi mereka untuk lebih mementingkan organisasi daripada diri
sendiri
Ciri-ciri kepemimpinan transformasional menurut Kouzes & Posner (1987)
mencangkup:
a. Visi : mempunyai gagasan atau ide dan kesadaran yang jelas tentang arah,
mengkomunikasikannya kepada orang lain dan membangkitkan semangat
untuk meraih “impian” bersama.
b. Karisma : membangkitkan antusisme, keyakinan, loyalitas, kebanggan, dan
kepercayaan diri orang lain melalui kekuasaan referensi pribadi dan daya
tarik emosi.
c. Simbolisme : mengidentifikasikan “para pahlawan”, mempersembahkan
imbalan, dan menyelanggarakan upacara yang bersifat spontan dan terencana
untuk merayakan keunggulan dan prestasi tinggi.
d. Pemberdayaan : membantu orang lain berkembang, menyingkirkan hambatan
atau rintangan kerja, berbagai tanggung jawab, dan mendelegasikan pekerjaan
yang benar-benar menantang.
e. Stimulasi intelektual : merangsang keterlibatan orang lain dengan
menciptakan masalah dan membangkitkan imajinasi mereka untuk
menemukan pemecahan yang berkualitas tinggi.
f. Integritas : bersikap jujur dan dapat dipercaya, bertindak secara konsisten atas
dasar keyakinan pribadi, dan menepati komitmen untuk menindaklanjuti apa
yang sudah direncanakan.
4. Dimensi Kepemimpinan Transformasional
Bass dan Avolio (1997) mengkategorikan kepemimpinan transformasional
a. Idealized influence: Dimensi kepemimpinan yang memberikan visi dan misi
serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan dalam diri
pengikutnya.
b. Inspiration stimulation: Kemampuan mengkomunikasikan harapan-harapan
yang agung, penggunaan simbol-simbol, mengekspresikan tujuan yang
penting dan cara yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
c. Intelectual stimulation: Kemampuan pemimpin mengembangkan
rasionalitas, intelegensi maupun pemecahan masalah secara kreatif
d. Individualized consideration: Kemampuan memberi perhatian dan perlakuan
personal kepada setiap pengikutnya secara pribadi sehingga mampu
bertumbuh.
Secara ringkas kepemimpinan transformasional adalah kegiatan yang
dilakukan pemimpin berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain,
mengartikulasi visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan
dengan cara yang intelek, dan menaruh perhatian pada perbedaan yang dimiliki
bawahan.
B. Kepribadian
1. Dimensi Kepribadian Enam Faktor
Dimensi kepribadian enam faktor atau Six Factor Personality (SFPQ)
ditemukan oleh Jackson (1967) dan dirancang ulang oleh Jackson, Paunonen, &
Enam Faktor merupakan pengembangan item-item dari Personality Research
Form (PRF) (Jackson, 1967, 1974, 1984) dan Jackson Personality Inventory
(JPI) (1976, 1994) (www.sigmaassessmentsystems.com).
Dimensi kepribadian enam faktor terdiri dari 6 faktor skala dan setiap
faktor skala mempunyai 3 facet yaitu faktor Extroversion mempunyai facet
affiliation, facet dominace, dan facet exhibition. Faktor Agreeableness
mempunyai facet abasement, facet even-tempered, dan facet good-natured.
faktor Independence mempunyai facet autonomy, facet individualism, dan facet
self reliance. Faktor Openness to Experience mempunyai facet change, facet
understanding, dan facet breadth of experience. Faktor methodicalness facet
cognitive structure, facet deliberatness, dan facet order. Faktor Industriousness
mempunyai facet achievement, facet endurance, dan facet seriousness (Raad &
Perugini, 2002).
a. Faktor extraversion mempunyai karakter lebih bersifat sosial, keterbukaan
ekspresi dan asertif. Individu yang memiliki extraversion tinggi lebih suka
berada di sekitar orang lain, senang mempengaruhi, dan cenderung menjadi
pusat perhatian. Sedangkan individu yang memiliki extraversion rendah
mempunyai karakter yang kurang berminat untuk sosialisasi, suka bekerja
dengan diri sendiri, dan kurang aktif dalam berpartisipasi.
b. Faktor agreeableness adalah penerimaan, memaafkan, menghindari
permusuhan, keinginan untuk membantu, dukungan emosi, dan kejujuran
atau kepercayaan. Individu dengan agreeableness tinggi cenderung
Individu dengan agreeableness rendah lebih menyukai untuk
beragumentasi, mudah terganggu, dan defensif.
c. Faktor independence adalah autonomi, kebebasan, mandiri, dan kurang
mementingkan reputasi. Individu dengan independence tinggi cenderung
merasa bebas, mandiri, nyaman terhadap dirinya sendiri, tidak mencari
simpatik dari orang lain, dan tidak mudah terganggu dengan orang lain.
Individu dengan independence rendah cenderung kurang mandiri, kurang
nyaman dengan dirinya sendiri, membutuhkan support dari orang lain, dan
sensitive.
d. Faktor openness to experience menunjukkan kemampuan intelektual,
keterbukaan, dan menyukai hal-hal baru. Individu dengan openness to
experience yang tinggi cenderung terbuka terhadap hal-hal baru,
pengalaman baru, mempunyai ketertarikan minat, and kreatif. Individu
dengan openness to experience yang rendah cenderung kurang berminat
dengan hal-hal baru, dangkal, dan kurang berpengetahuan.
e. Faktor methodicalness adalah kepastian, berpikir sebelum bertindak, dan
terorganisir. Individu dengan methodicalness tinggi cenderung disiplin,
menyukai kerapian, terencana, dan terorganisir, pasti, perfeksionis, dan
pemikir. Individu dengan skor rendah cenderung menghindari rencana yang
terjadwal, tidak jelas, terburu-buru, dan tidak disiplin.
f. Faktor industriousness adalah pencapaian prestasi, ketahanan kerja, dan
ambisi. Individu dengan industriousness tinggi memiliki ambisi, antusias,
cenderung tidak memiliki pencapaian prestasi, kurang ambisi, suka
bermain-main, dan santai.
4. Implikasi dari Dimensi Kepribadian Enam Faktor
Alat ukur kepribadian enam faktor di bidang industri organisasi relatif
masih baru dibandingkan dengan dimensi kepribadian Big Five. Dimensi
kepribadian enam faktor ditemukan oleh Jackson tahun 1967 dan di rancang
ulang oleh Jackson, Paunonen, & Tremblay tahun 2000 (Raad & Perugini, 2002)
baru dipergunakan serta diteliti pada sekitar tahun 2000.
Kelebihan dari kepribadian enam faktor adalah minimnya sosial
desirability. Item-item pada dimensi kepribadian enam faktor dibuat dengan
pernyataan yang bersifat positif. Selain itu, dimensi kepribadian enam faktor
tidak mengandung skala klinis seperti neuroticism pada Big Five. Perbedaan
tersebut meningkatkan validitas pada alat ukur dimensi kepribadian enam faktor,
dan menjadikan test ini lebih akurat dalam mendeskripsikan kepribadian
individu (Raad & Perugini, 2002).
Meskipun pengukuran kepribadian jarang mengggunakan dimensi
kepribadian enam faktor terlebih untuk memprediksikan kepemimpinan
transformasional, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan uji coba
terhadap alat ukur ini. Karena beberapa sifat seperti intelligence, self confidence,
sociable, cognitive ability, dan knowledge of bussiness adalah facet-facet yang
terkandung dalam kepribadian enam faktor. Selain itu, sifat-sifat pribadi yang
keberanian mendukung facet-facet kepribadian enam faktor dan ciri-ciri
kepemimpinan transformasional.
Penelitian yang mendukung kepemimpinan dengan pendekatan
kepribadian telah banyak dilakukan peneliti dari tahun ke tahun. Seperti
penelitian Northouse (2001) yang menyebutkan bahwa sifat-sifat pribadi yang
mempengaruhi keefektifan pemimpin meliputi intelligence, self confidence,
determination, integrity, dan sociable. Sedangkan Kickpatrick & Locke (1991)
meneliti karakteristik pemimpin yang berelasi dengan kepemimpinan
transformasional adalah drive (achievement, motivation, ambition, energy,
tenacity, dan initiative), leadership motivation, honesty dan integrity, self
confidence (emotional stability), cognitive ability, dan knowledge of bussiness.
5. Pengukuran Dimensi Kepribadian Enam Faktor
Dimensi kepribadian enam faktor mempunyai 6 faktor skala dan 18 facet.
Setiap faktor skala terdiri dari 3 facet dan setiap facet terukur dengan 6 item,
sehingga total dimensi kepribadian enam faktor berjumlah 108 item. Bentuk
pengukuran ini adalah bipolar, artinya setiap item yang bersifat positif
dipertentangkan dengan sifat item yang negatif (Raad & Perugini, 2002).
Korelasi antara kepribadian enam faktor dengan alat ukur seperti
NEO-PI-R dan 16 PF mampu memperlihatkan validitas konvergen dan diskriminan.
Pembagian dimensi Conscientiousness menjadi faktor skala industriousness dan
methodicalness meningkatkan validitas prediktor dibandingkan dengan Big Five.
Pengukuran ini menjadi lebih akurat daripada dimensi conscientiousness yang
Pengukuran dimensi kepribadian enam faktor juga minim akan social
desirebilty karena item-item dibuat dengan arti yang positif, mempunyai
tendensi jawaban yang baik pula. Selain itu dimensi kepribadian Enam Faktor
tidak mempunyai skala klinis seperti neuroticism (Raad & Perugini, 2002).
Kepribadian enam faktor dicobakan pada partisipan di United States dan
Canada, menghasilan reliabilitas sebesar 0,76 sampai dengan 0,86. kepribadian
enam faktor belum diterjemahkan ke dalam bahasa lain selain bahasa Inggris,
sehingga penggunaan alat ukur ini diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia.
C. Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Enam Faktor Leader Tianshi
dengan Kepemimpinan Transformasional
Peranan pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi bisnis sangat
penting. Pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya tergantung
dengan perkembangan organisasi bisnis pada saat ini. Kepemimpinan
transformasional merupakan kepemimpinan yang dianggap efektif untuk
mencapai hasil yang maksimal. Karena kepemimpinan transformasional
merupakan kepemimpinan yang mengubah baik perilaku diri sendiri maupun
perilaku organisasi.
Leader Tianshi menggunakan kepemimpinan transformasional untuk
mengarahkan kelompok kerjanya mencapai prestasi yang ditargetkan. Dimensi
kepemimpinan transformasional meliputi idealized influence, inspiration
stimulation, intelectual stimulation, dan individualized consideration. Asumsi
dasar kepemimpinan leader Tianshi menggunakan transformasional adalah
respek dan kepercayaan dalam diri pengikutnya (idealisme perilaku), leader
Tianshi mampu mengkomunikasikan harapan-harapan, impian, mengekspresikan
tujuan yang penting dan cara yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pada anggotanya (stimulasi inspirasi), leader Tianshi mampu mengembangkan
rasionalitas dan intelegensi pemecahan masalah secara kreatif (stimulasi
intelektual), dan leader Tianshi mampu memberi perhatian kepada pengikutnya
secara pribadi sehingga mampu bertumbuh (pertimbangan individual).
Alasan peneliti menggunakan model kepemimpinan transformasional
selain dari pengamatan terhadap kepemimpinan yang diterapkan leader Tianshi
yakni bukti hasil penelitian oleh para ahli bahwa model kepemimpinan
transformasional merupakan kepemimpinan yang efektif dan konsep
kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin karena
konsep kepemimpinan transformasional mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan dalam pendekatan watak (trait), gaya (style), dan kontingensi
(Daryanto, 1998).
Salah satu yang telah disebutkan para ahli untuk menguraikan karakteristik
pemimpin adalah dengan pendekatan watak (trait). Trait adalah sifat-sifat yang
menjelaskan kepribadian. Kepribadian menurut Moenir (1988) merupakan salah
satu faktor keberhasilan mencapai tujuan organisasi. Kepribadian juga
mempengaruhi kepemimpinan pemimpin. Kepribadian dapat mempengaruhi
pemimpin dalam berbagai bentuk, antara lain sikap terhadap suatu keadaan,
peristiwa atau masalah, tingkah laku sehari-hari dalam keadaan yang berbeda,
reaksi ketika menghadapi masalah yang rumit, cara menyelesaikan masalah,
Kepribadian dari leader dikembangkan melalui training guna mendukung
perilaku yang mencerminkan ciri-ciri pribadi pemimpin. Melalui pendekatan
modified trait approach yakni sifat-sifat unggul dapat diubah, diganti atau
dibatasi, sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (Kartono, 1982). Ciri-ciri
pribadi atau sifat sifat-sifat unggul yang dimilki pemimpin mempengaruhi para
pengikutnya untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Demikian juga dengan
kepemimpinan secara ekologis. Teori ekologis menjelaskan bahwa seseorang
akan menjadi pemimpin yang sukses bila memiliki bakat-bakat kepemimpinan
dan mempunyai kesempatan untuk dikembangkan melalui pengalaman dan
pendidikan
Dimensi kepribadian enam faktor adalah alat untuk menggambarkan
kepribadian atau sifat-sifat dari diri seseorang. Dengan menggunakan dimensi
kepribadian enam faktor, berarti dapat menggambarkan kepribadian atau
sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh leader Tianshi. Dimensi kepribadian enam
faktor mencangkup dimensi extroversion, dimensi agreeableness, dimensi
conscientiousness, dimensi independence, dimensi openness to experience,
dimensi methodicalness, dan dimensi industriousness
Dimensi extraversion menjelaskan individu yang aktif, menyukai
sosialisasi, dan mempengaruhi orang lain. Individu yang menyukai keaktifan,
bersosialisasi, dan mampu mempengaruhi orang lain berarti individu tersebut
mampu untuk menginspirasi, mengkomunikasikan harapan-harapan dengan
terbuka pada orang lain. Dimensi berhubungan dengan kepemimpinan
Dimensi agreeableness menjelaskan individu yang kooperatif, mau
bekerja sama, mempunyai keinginan untuk membantu orang lain, menghindari
konflik, dan penerimaan. Sedangkan agreeableness dengan skor rendah
menjelaskan individu yang suka beragumentasi, sikap permusuhan, dan defensif.
Dimensi agreaableness ini berhubungan dengan semua aspek pada
kepemimpinan transformasional.
Dimensi independence menjelaskan individu yang bebas, individual,
nyaman terhadap dirinya sendiri, dan kurang memperhatikan reputasi. Dimensi
ini berhubungan dengan kepemimpinan transformasional pada aspek pengaruh
ideal kepada anggotanya dan stimulasi inspirasi.
Dimensi openness to experience menjelaskan individu yang terbuka
dengan hal-hal baru, pengalaman baru, mau memahami, mengerti dan tertarik
dengan kegiatan-kegiatan baru untuk menambah pengetahuan dan wawasannya,
sehingga tidak menutup kemungkinan untuk berdiskusi dan menyelesaikan
kesulitan-kesulitan yang ada. Dimensi openness to experience berhubungan
dengan kepemimpinan transformasional pada dimensi stimulasi intelektual,
yakni individu yang mengembangkan rasionalitas, inteligensi, dan kreatif pada
hal-hal baru.
Dimensi methodicalness menjelaskan individu yang pasti, terorganisir, dan
menyukai kerapian. Individu yang mempunyai rencana atau akivitas yang
terorganisir, sifat yang pasti, dan berpenampilan yang rapi. mampu
membangkitkan idealisme dan inspirasi perilaku pada orang lain dalam
Dimensi industriousness menjelaskan individu yang berorientasi pada
prestasi, ketahanan kerja, dan serius. Individu yang menekankan visi dan misi
bisnis, pantang menyerah, dan serius dalam melakukan pekerjaan dapat
berhubungan dengan idealisme perilaku dan menginspirasi bagi orang lain dalam
D. Skema dinamika Kepribadian Enam Faktor dengan Kepemimpinan
Transformasional
Sifat-sifat kepribadian enam faktor leader Tianshi:
Extraversion tinggi, facetnya : Affiliation tinggi Dominance tinggi
Exhibition tinggi
Agreeableness tinggi, facetnya : Abasement tinggi Even-tempered tinggi
Good natured tinggi
Independence tinggi , facetnya : Autonomi tinggi Individualism tinggi
Self reliance tinggi
Openness to
Experience tinggi, facetnya :
Change tinggi Understanding tinggi Breath of interest tinggi
Methodicalness tinggi , facetnya :
Cognitive structure tinggi
Deliberatness tinggi Order tinggi
Industriousness tinggi, facetnya:
Achievement tinggi Endurance tinggi Seriousness tinggi
Dimensi Kepribadian Enam Faktor Tinggi
E. Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara dimensi kepribadian enam faktor dengan
kepemimpinan transformasional
2. Hipotesis Minor
a. Hipotesis minor 1 : Ada hubungan positif antara dimensi kepribadian
extraversion dengan kepemimpinan transformasional
b. Hipotesis Minor 2 : Ada hubungan positif antara dimensi kepribadian
agreeableness dengan kepemimpinan transformasional
c. Hipotesis Minor 3 : Ada hubungan positif antara dimensi kepribadian
independence dengan kepemimpinan transformasional
d. Hipotesis Minor 4 : Ada hubungan positif antara dimensi kepribadian
openness to experience dengan kepemimpinan transformasional
e. Hipotesis Minor 5 : Ada hubungan positif antara dimensi kepribadian
methodicalness dengan kepemimpinan transformasional
f. Hipotesis Minor 6 : Ada hubungan positif antara dimensi kepribadian
27
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian
korelasional menurut Suryabrata (2004) digunakan untuk mencari hubungan
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu
atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Fokus penelitian ini
adalah mencari hubungan antara dimensi kepribadian enam faktor leader
Tianshi dengan kepemimpinan transformasional.
B. Identifikasi Variabel
Variabel Independent : Dimensi kepribadian Enam Faktor
Variabel Dependent : Kepemimpinan Transformasional
C. Definsi Operasional
1. Dimensi Kepribadian Enam faktor
Dimensi kepribadian enam faktor merupakan pengelompokkan sifat-sifat
kepribadian yang terdiri dari:
a. Dimensi extaversion, facetnya: affiliation, dominance, dan exhibition.
Dimensi extraversion menjelaskan sifat individu yang suka
bersosialisasi, aktif, dan cenderung suka menjadi pusat perhatian.
b. Dimensi agreeableness, facetnya: abasement, even-tempered, dan
Dimensi agreeableness menjelaskan sifat individu yang kooperatif,
mau bekerja sama, penerimaan, menghindari konflik, dan memaafkan.
c. Dimensi independence, facetnya: autonomy, individualism, dan self
relience.
Dimensi independence menjelaskan sifat individu yang mandiri,
bebas, nyaman dengan dirinya sendiri, dan kurang memperhatikan
reputasi.
d. Dimensi openness to experience, facetnya: change, understanding,
dan breadth of interest.
Dimensi openness to experience menjelaskan sifat individu yang
terbuka, mau memahami dan mengerti, tertarik dengan
kegiatan-kegiatan baru.
e. Dimensi methodicalness, facetnya: cognitive structure, deliberateness,
dan order.
Dimensi methodicalness menjelaskan sifat individu yang terorganisir,
berpikir sebelum bertindak, teratur, dan sistimatis.
f. Dimensi industriousness, facetnya: achievement, endurance, dan
seriousness.
Dimensi industriousness menjelaskan sifat individu yang berorientasi
pada prestasi, ketahananan kerja, serius, dan pantang menyerah.
Skor dimensi kepribadian enam faktor diperoleh dari skor total di setiap
dimensinya. Semakin tinggi skor suatu dimensi maka subjek mempunyai
rendah berarti subjek mempunyai suatu dimensi kepribadian yang
rendah.
2. Dimensi Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang dapat
menginspirasi dan mempengaruhi perilaku anggota, mengartikulasi visi
masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi anggota dengan cara
yang intelek, dan menaruh perhatian pada perbedaan yang dimiliki
anggota untuk mencapai kinerja yang maksimal sesuai dengan tujuan
melampui kepentingan pribadinya.
Dimensi kepemimpinan transformasional terdiri dari:
a. Idealized influence: kepemimpinan yang menekankan visi dan misi
organisasi serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan
dalam diri pengikutnya.
b. Inspiration stimulation: kemampuan untuk mengkomunikasikan
harapan-harapan, penggunaan simbol-simbol, mengekspresikan
tujuan,
c. Intelectual stimulation: kemampuan untuk mengembangkan
rasionalitas, intelegensi maupun pemecahan masalah secara kreatif
d. Individualized consideration: kemampuan untuk memberi perhatian
dan perlakuan personal kepada setiap pengikutnya secara pribadi
Skor kepemimpinan transformasional diperoleh dari skor total.
Semakin tinggi skor berarti penerapan kepemimpinan
transformasionalnya tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor
maka penerapan kepemimpinan transformasionalnya juga rendah.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anggota yang menjadi leader MLM
Tianshi dengan syarat bintang 4 atau bintang 4 ke atas. Alasan pemilihan
subjek tersebut karena posisi bintang 4 atau bintang 4 ke atas adalah leader
yang telah mendapatkan pelatihan kepemimpinan dan pengembangan
kepribadian. Teknik yang digunakan untuk mengambil sample dengan
sengaja memilih atau menunjuk diantara anggota populasi yang memenuhi
syarat untuk menjadi sample oleh Suryabrata (2004) disebut purposive
sampling
E. Alat Pengumpul Data
1.Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional menggunakan instrumen Multifactor
Leadership Questionnaire (MLQ 5X-short) dari Bass dan Avolio (1995).
MLQ 5X adalah kuesioner standar untuk mengukur kepemimpinan
transformasional, transaksional, dan leissez-faire. Dalam penelitian ini,
MLQ 5X yang digunakan hanya pada kepemimpinan transformasional saja.
MLQ kepemimpinan transformasional berjumlah 23 item yang mencakup
item), individual consideration (6 item), dan dimensi intellectual
stimulation (5 item) (Dubinsky,Yammarino, Johnson, 1995). Skala yang
dipergunakan dalam instrumen penelitian adalah skala Likert dengan nilai 1
= tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-kadang, 4 = sering, dan 5 = sangat
sering.
Item-item disusun dengan pernyataan favourable dan unfavourable.
Item favourable adalah item yang mengarah sejauh mana dimensi
kepemimpinan transformasional diterapkan, sedangkan item unfavourable
adalah item yang tidak menunjukkan kepemimpinan transformasional
diterapkan. Skor total diperoleh berdasarkan jumlah skor tiap dimensi.
Tabel 1. Spesifikasi Skala MLQ 5X
Nomer item Jumlah item
Dimensi
2.Skala Dimensi Kepribadian Enam Faktor (SFPQ)
Skala dimensi kepribadian enam faktor (SFPQ) disusun berdasarkan
self report yang kemudian dilakukan prosedur back translation. Dimensi
kepribadian enam faktor terdiri dari enam dimensi dan setiap dimensi
dominance, dan exhibition; dimensi agreeableness memiliki facet
abasement, even-tempered, dan good-natured; dimensi independence
memiliki facetautonomy, individualism, dan self reliance; dimensi openness
to experience memiliki facetchange, understanding, dan breadth of interest;
dimensi methodicalness memiliki facet cognitive structure, deliberatenness,
dan order; dimensi industriousness memiliki facet achievement, endurance,
dan seriousness.
Dimensi kepribadian enam faktor menggunakan skala Likert dengan
nilai, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju 3= netral, 4 = setuju, 5 =
sangat setuju. Item-item disusun dengan pernyataan-pernyataan favourable
dan unfavourable. Item yang favourable berarti item menunjukkan dimensi
kepribadian enam faktor berkategori tinggi dan item unfavourable berarti
item menunjukkan dimensi kepribadian enam faktor berkategori rendah.
Tabel 2. Spesifikasi Skala SFPQ
No item Jumlah item
Dimensi Facet
Favourable Unfavourab
le Favourable
Unfavourab
Individualism 78, 102, 100
expreience Breadth of
interest 94, 59, 5 49, 67, 88
Cognitive
F. Validitas dan Reliabilitas
1.Validitas Isi
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas berkaitan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur secara
tepat apa yang harus diukur. Validitas isi berarti validitas yang diestimasi
melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional
judgement (Azwar, 2000). Professional judgment untuk penelitian ini
dilakukan oleh dosen pembimbing. Validasi alat ukur tes adalah sejauhmana
isi tes dapat mencangkup ciri atribut yang hendak diukur.
Validitas isi dibagi menjadi 2, yaitu validitas muka dan validitas logik.
Validitas muka dilihat apakah tampilan alat ukur tersebut meyakinkan dan
berkesan mampu mengukur apa yang hendak diungkap. Validitas logik
diperiksa melalui kesesuaian item dengan tabel spesifikasi skala sehingga
skala hanya berisi item-item yang relevan.
2. Seleksi Item
Seleksi item bertujuan untuk mendapatkan item-item yang layak
digunakan untuk penelitian. Kelayakan item total mengacu pada korelasi
dan koefisien korelasi ≤ 0,3 berarti item tidak layak digunakan dalam
penelitian (Azwar, 2000).
Analisis item untuk skala kepribadian enam faktor yang dujikan pada
41 subjek diperolah korelasi item total yang berkisar antara -0,454 sampai
0,670 pada dimensi extraversion, -0,004 sampai 0,637 pada dimensi
agreeableness, 0,023 sampai 0,553 pada dimensi independence, -0,012
sampai 0,622 pada dimensi openness to experience, -0,325 sampai 0,629
pada dimensi methodicalness, dan -0,179 sampai 0, 687 pada dimensi
industriousness. Sedangkan korelasi item total pada kepemimpinan
transformasional diperoleh koefisien antara -0, 401 sampai 0, 712.
Hasil tersebut menunjukkan sebanyak 44 item yang gugur dan 64 item
yang layak digunakan pada skala kepribadian enam faktor. Item yang gugur
berasal dari dimensi extraversion sebanyak 6 item, dari dimensi
agreeableness sebanyak 8 item, dari dimensi independence sebanyak 8
item, dari dimensi openness to experience sebanyak 8 item, dari dimensi
methodicalness sebanyak 6 item, dan dari dimensi industriousness
sebanyak 8 item. Skala kepemimpinan transformasional didapatkan item
yang gugur sebanyak 8 item. Berikut ini adalah tabel spesifikasi nomer
item skala kepribadian enam faktor dan skala kepemimpinan
Tabel 3. Item SFPQ sebelum dan sesudah pengujian
No item sebelum pengujian
No item sesudah pengujian
Tabel 4. Item kepemimpinan transformasional sebelum dan sesudah
pengujian
Nomer item sebelum pengujian Jumlah item setelah pengujian
Dimensi
Favourable Unfavourable Favourable Unfovourable
3. Reliabilitas
Azwar (2000) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas alat
ukur ini ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas maka semakin baik alat ukur tersebut. Nilai koefisien reliabilitas
diperoleh melalui pendekatan konstistensi internal, yakni memberikan satu
kali tes pada sekelompok subjek penelitian. Penghitungan nilai koefisien
reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas alpha Cronbach dalam
program SPSS versi 15.
Pengujian yang telah dilakukan selama bulan Mei sampai dengan bulan
Juli dengan jumlah subjek sebanyak 41 orang diperoleh nilai reliabilitas
sebesar 0,800 untuk dimensi extraversion, 0,788 untuk dimensi
agreeableness, 0,774 untuk dimensi independence, 0,793 untuk dimensi
openness to experience, 0,846 untuk dimensi methodicalness, 0,833 untuk
dimensi industriousness dan kepemimpinan transformasional mempunyai
nilai reliabilitas sebesar 0,929.
G. Metode Hasil Analisis
Data-data hasil penelitian menggunakan multikorelasi yang bertujuan
mencari hubungan antara kepribadian enam faktor dengan kepemimpinan
transformasional. Sebelum melakukan multiregresi terlebih dahulu
38
A. Orientasi Kancah Penelitian
Tianshi Group adalah group perusahaan berskala international. Berpusat
di Henderson Center, Beijing, pabrik-pabriknya berada di zona pengembangan
teknologi baru Wuqing di Tianjin. Dengan bisnis utamanya yang bergerak
dalam bidang bioteknologi, Tianshi juga aktif dalam bidang finansial,
pengembangan komplek hunian (real estate), pendidikan, pertukaran budaya
dan logistik modern. Pendiri Tianshi adalah Mr. Li Jin Yuan.
Target strategis dari globalisasi Tianshi telah dicapai melalui kerja
karyawannya yang bermutu tinggi dan sistem manajemen setempatnya yang
sangat baik. Pengelolaan sumber daya manusia ditandai oleh sistem penilaian
kinerja dan pemberian bonus yang fleksibel. Pengelolaan personalianya
mengikuti pedoman dari orientasi pengetahuan, orientasi sistem, orientasi
nalar, dan orientasi manusia
Unicore adalah support system yang dibentuk atas dasar kesamaan visi
leader Tianshi di jaringan Louis Tendean untuk merumuskan sebuah sistem
pendukung bisnis yang efektif dan efisien dalam mendukung seluruh
distributor yang tergabung di unicore untuk mencapai impiannya
masing-masing.
Unicore mengedepankan nilai-nilai kepemimpinan yang berlandaskan
pada makna hidup (significance of life) sebagai dasar dari usaha di bisnis
dan dunia”. Untuk itulah unicore memiliki visi untuk menjadi support system
terbesar di dunia, bergandengan dengan Tianshi untuk memberikan perubahan
signifikan bagi umat manusia.
Dasar kurikulum unicore diwujudkan dalam bentuk standar metode kerja,
pertemuan (mulai dari OPP, NDT, Vision Seminar, Core Meeting, dan Core
Leader Meeting,), dan alat bantu (flipchart, VCD/DVD presentasi, contact tape,
kaset berlangganan/NET-P, dan sebagainya). Unicore menunjukkan dan
menyediakan jalan untuk mencapai impian besar itu lewat cara yang sederhana
dan mudah untuk diduplikasi. Unicore memperkenalkan metode 7 langkah dan
konsep Vital Signs yang berfungsi sebagai to-do-list sekaligus parameter
pengukur kinerja kita di bisnis ini. Vital Signs ini dibuat berjenjang, ditandai
dengan peringkat support system (Core Person, Core Leader, dan Executive
Core Leader) untuk setiap jenjangnya.
System unicore juga memberikan penghargaan-penghargaan khusus
kepada leader yang sukses membimbing jaringannya untuk bekerja secara
cerdik. Berbagai pertemuan atau pelatihan khusus untuk mencapai peringkat
support system tertentu yang melengkapi leader dengan materi-materi
kepemimpinan dan peningkatan kapasitas pribadi (self-improvement) tingkat
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Mei hingga 5 Juli 2007 dengan
membagikan sebanyak 70 skala penelitian. Dari 70 skala penelitian hanya 41
subjek yang kembali dan dapat mengisi dengan lengkap.
C. Deskripsi Data Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah leader Tianshi di stokist kotabaru. Dari
41 subjek terdapat 28 subjek berjenis kelamin pria dan 13 subjek berjenis
kelamin perempuan. Subjek dengan peringkat bintang 4 sebanyak 10 subjek,
bintang 5 sebanyak 13 subjek, bintang 6 sebanyak 5 subjek, bintang 7 sebanyak
6 subjek, bintang 8 sebanyak 4 subjek, dan bronze lion sebanyak 3 subjek.
Pendidikan terakhir yang ditempuh subjek dari SMU sebanyak 28 subjek dan
dari Perguruan tinggi sebanyak 13 subjek. Umur dari subjek penelitian dari 19
tahun hingga 35 tahun. Berikut ini adalah rincian dari karakteristik subjek
penelitian.
Tabel 5. Rincian Karakteristik Subjek Penelitian
Jenis kelamin Peringkat
Laki-laki perempuan Jumlah
subjek
4 6 4 10
5 9 4 13
6 2 3 5
7 5 1 6
8 4 - 4
Bronze Lion 2 1 3
D. Analisis Data
Sebelum melakukan analisis regresi, ada uji asumsi yang harus dipenuhi,
yaitu uji asumsi normalitas dan uji linearitas. Berikut ini pembahasan uji
normalitas uji dan linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov.
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data kepribadian enam
faktor dan data kepemimpinan transformasional mempunyai sebaran yang
normal. Berikut ini rangkuman hasil tes Kolmogorov-Smirnov
Tabel 6. Rangkuman Tes Kolmogorov-Smirnov
Variabel Kolmogorov-Smirnov Sig. p
Tabel 7. Rangkuman mean dan standar deviasi diketahui urutan
kepribadian leader yang cenderung dominan adalah dimensi methodicalness,
industriousness, extraversion, agreeableness, openness to experience, dan
independence.
Tabel 7. Rangkuman Mean dan Standar Deviasi Variabel Penelitian
Variabel Mean empiris Mean teoritis SD
2. Uji Linearitas
Linear berarti kenaikan skor variable bebas diikuti oleh kenaikan skor
variabel tergantung. Karena asumsi yang mendasari analisis regresi harus
linear, maka mean distribusi variabel tergantung harus terletak pada garis lurus.
Hubungan dikatakan linear bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,
05). Dari pengujian linearitas, maka asumsi linearitas tidak terpenuhi karena
hubungan antara dimensi kepribadian enam faktor dengan kepemimpinan
transformasional mempunyai p > 0,05. Berikut ini rangkuman dari hasil uji
linearitas.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Linearitas
Hubungan F Signifikansi
Extraversion*transformasional 2, 951 0, 098 Agreeableness*transformasional 3, 294 0, 080 Independence*transformasional 1, 004 0, 326 Openness to experience*transformasional 0, 075 0, 786 Methodicalness*transformasional 0, 036 0, 851 Industriousness*transformasional 0, 873 0, 357
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi.
1. Hipotesis Mayor
Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah ada hubungan dimensi
kepribadian enam faktor dengan kepemimpinan transformasional. Hasil
analisis regresi menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0, 078 (p > 0, 05).
Sehingga hipotesis mayor dalam penelitian ini ditolak. Dimensi
kepribadian enam faktor tidak mempunyai hubungan dengan
2. Hipotesis Minor
a. Hasil Pengujian Hipotesis Minor 1
Hipotesis minor 1 dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara extraversion dengan kepemimpinan transformasional. Artinya
semakin tinggi dimensi extraversion maka semakin tinggi pula tingkat
kepemimpinan transformasional. Sebaliknya semakin rendah dimensi
extraversion maka semakin rendah tingkat kepemimpinan
transformasional. Hasil analisis regresi menunjukkan korelasi p = 0,079 (p
> 0,05). Hasil tersebut menunjukkan hipotesis minor 1 ditolak, artinya
tidak ada hubungan antara dimensi extraversion dengan kepemimpinan
transformasional.
b. Hasil Pengujian Hipotesis Minor 2
Hipotesis minor 2 adalah ada hubungan positif antara dimensi
agreeableness dengan kepemimpinan transformasional. Maksudnya
semakin tinggi dimensi agreeableness maka semakin tinggi tingkat
kepemimpinan transformasional. Sebaliknya, semakin rendah dimensi
agreeableness maka semakin rendah pula tingkat kepemimpinan
transformasional. Hasil analisis regresi menunjukkan korelasi p = 0,060 (p
>0,05), berarti hipotesis minor 2 ditolak yakni tidak ada hubungan antara
dimensi agreeableness dengan kepemimpinan transformasional.
c. Hasil Pengujian Hipotesis Minor 3
Hipotesis minor 3 menyatakan ada hubungan positif antara dimensi
independence dengan kepemimpinan transformasional. Artinya semakin