BANDAR LAMPUNG PADA PRODUK PONSEL NOKIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Martha Lia
NIM : 029114039
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Tanpa semangat,
tak ada pekerjaan besar dapat diciptakan ….
.emerson.
Karya ini dipersembahkan untuk,
Kedua orang tuaku, babe dan nyak,
Nenek, Novel dan Vanny,
Be 5509 jj,
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skipsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis ( Martha Lia )
Hubungan Konformitas Dan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Pada Produk Ponsel Nokia
Martha Lia
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung pada produk ponsel Nokia. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung pada produk ponsel Nokia.
Subyek penelitian adalah siswa siswi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung sebanyak 100 orang yang berusia 13 sampai 16 tahun dan menggunakan ponsel Nokia. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala konformitas dengan reliabilitas sebesar 0,7559 dan skala kecenderungan perilaku konsumtif pada ponsel Nokia dengan reliabilitas sebesar 0,8650. Kedua variabel ini disusun menggunakan metode rating yang dijumlahkan.
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,683 dengan p = 0,000 (p<0,005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, ini berarti ada hubungan signifikan antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja SMP Xaverius 4 pada ponsel Nokia.
Relation Of Between Conformity And The Consumtive Behavioral Tendency Of Toward Nokia Cellular Phone at Adolescent in Xaverius 4th Junior High
School
Martha Lia
Yogyakarta : Psychology Faculty, Psychology Majors, Program Study Of Psychology of Sanata Dharma University
This research aim to know the relation between conformity and tendency of consumptive behavior toward Nokia cellular phone at Xaverius 4th Junior High School. The hypothesis of this research there is relation between conformity and tendency of consumptive behavior toward Nokia cellular phone at student in Xaverius 4th Junior High School.
The subject of this research are 100 students in Xaverius 4th Junior High School which have age between 13 up to 16 year and using Nokia cell phone. Appliance of data collecting used consisted by two measuring instrument that is conformity scale with reliability 0,7559 and tendency consumptive behavior scale toward Nokia cell phone with reliability 0,8650. Both variable compiled with summated rating method.
This research data analysed using Product Moment technique of Pearson with correlation coefficient 0,683 with p = 0,000 (p<0,005). This research result indicated that the hypothesis are accepted and there is a relation which significant between conformity and tendency of consumptive behavior toward Nokia cell phone at adolescent in Xaverius 4th Junior High School.
Puji syukur kehadiran Allah SWT Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW serta sahabat.
Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Konformitas Dan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Pada Produk Ponsel Nokia” disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Saya sadar bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih pada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi banyak kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si, selaku dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta dengan penuh kesabaran.
3. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswi Universitas Sanata Dharma.
6. Kedua orang tuaku, Bapak Budi Nur Cahyono & Rosmawati Barus, terimakasih atas segala bentuk dorongan dan dukungan yang luar biasa serta kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Nenek, Om Heru, adik-adiku Novel dan Vanny atas dukungan dan doanya. 8. Budi Cahyono dan keluarga, Mba Tuti, Mba Rina dan Mba Nani, untuk
semua bantuan dan keramahtamahannya selama ini.
9. Bapak Yayerdi dan Ibu Malindawati beserta keluarga, Yogga, adiku Nova dan Vitho, terimakasih untuk semua dukungan dan doanya.
10.Sobat lama Melly dan Rina matur nuwun buat supportnya dari jauh. 11.BE 5509 JJ yang menemani selama perjuangan.
12.Teman-teman Blunyahrejo, Budi, Toto, Bang Abib, Bang Fadli, Bang Iwan, Bang Opik, Bang Rahmat.
13.Teman-teman Anakewong Production, Anjar, Acan, Payung, Pak Eko, Didit, Aldrin, Bhecek, U’unk, Ule’, Sei, Asep, Riska plus Ka Theo.
14.Ekspedisi Malang Bang Coco, Agung, Trimbil, Yoppi, Anas.
15.Keluarga Pelajar Mahasiswa Bandar Lampung (GARIS ALAM) Wahyu, Ajay, Dian, Billy, Andrie, Faisole, Ryan, dll.
16.Eliz, Dodo, Meliana dan teman-teman Psikologi angkatan 2002 Selamat Berjuang !!
17.Teman satu atap yang menyenangkan Dita, Rini, Dwi, Lina, Lela, Sinta, Nita, Iin, Ita, Phira dan Mas Dodit terimakasih banyak.
Judul ……… i
2. Aspek-Aspek Dalam Perilaku Konsumtif ………. 9
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ….. 11
B. Konformitas ………... 14
1. Pengertian Konformitas ………. 14
2. Aspek-Aspek Konformitas ……… 15
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas ………….. 17
4. Dampak Konformitas ……… 20
C. Remaja ………. 23
D. Dinamika Hubungan Konformitas dan Kecenderungan
2.2. Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif ……… 41
B. Saran ……… 52
1. Bagi Remaja ………... 52
2. Bagi Orang Tua ……….. 52
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ………... 53
DAFTAR PUSTAKA ………. 54
LAMPIRAN ……… 56
Lampiran 1.
Reliabilitas Skala Konformitas Dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia ……… 57
Lampiran 2.
Reliabilitas Skala Konformitas Dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia Setelah Uji Coba ………. 60
Lampiran 3.
Uji Normalitas, Uji Linearitas dan Uji Hipotesa ………. 63
Lampiran 4.
Data Skala Konformitas dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia ………. 67
Lampiran 5.
Data Skala Konformitas dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia Setelah Uji Coba ……… 72
Lampiran 6.
Skala Konformitas dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Setelah UjiCoba ……….. 77
TABEL 1.
Blue Print Skala Konformitas ……….. 36
TABEL 2.
Persebaran Butir Pernyataan Skala Konformitas ………... 37
TABEL 3.
Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif ………. 37
TABEL 4.
Persebaran Butir Pernyataan Skala Kecenderungan
Perilaku Konsumtif ……….. 38
TABEL 5.
Butir Pernyataan yang Lolos dan Gugur Skala Konformitas ………….. 40
TABEL 6.
Persebaran Butir Pernyataan Skala Konformitas ………. 40
TABEL 7.
Butir Pernyataan yang Lolos dan Gugur Skala Kecenderungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di masa yang terus berkembang seperti saat ini, kemajuan yang terjadi di
setiap bidang terasa lebih pesat. Seperti halnya perkembangan dalam bidang
teknologi komunikasi yang saat ini dapat dirasakan kemajuannya. Masyarakat
sebagai bagian dari pelaku kemajuan tersebut mencoba untuk selalu
menyesuaikan diri dengan perkembangan. Masyarakat memanfaatkan kemajuan
teknologi komunikasi tersebut sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Teknologi yang selanjutnya disebut sebagai
telepon selular (ponsel) merupakan salah satu kemajuan yang dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Masyarakat sangat menyadari pentingnya mengikuti perkembangan teknologi
yang ada dan berkembang saat ini. Dengan adanya kemajuan teknologi,
masyarakat semakin dimudahkan dalam segala aktivitasnya. Teknologi membuat
masyarakat merasa dimanjakan dengan segala kemudahan-kemudahan yang
ditawarkan dari produk-produk yang digunakannya. Oleh karena itu masyarakat
tak ragu mengeluarkan uang lebih untuk bisa memiliki produk-produk yang
mereka inginkan dengan harapan produk tersebut semakin dapat memberi
kepuasan dan kemudahan dari produk yang sebelumnya digunakan oleh mereka.
Sehingga tak jarang masyarakat selalu mengikuti perkembangan dan memiliki
Menjamurnya tempat-tempat seperti supermarket, mall, toserba telah menjadi
komoditas bagi kaum remaja, keberadaan tempat tersebut yang dianggap eksklusif
melahirkan gaya hidup baru yang memiliki konsumeristik. Menurut Yasraf A
Piliang (Sumartono, 2002) berpendapat bahwa budaya konsumer dewasa ini tidak
hanya sekedar bersifat fungsional, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
akan tetapi telah bersifat materi sekaligus simbolik.
Menurut Grinder (Lina & Rosyid, 1997) perilaku konsumtif adalah pola hidup
manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi
hasrat kesenangan semata-mata. Pengertian perilaku konsumtif ini sejalan dengan
pendapat Dahlan (Lina & Rosyid, 1997) yakni suatu perilaku yang ditandai oleh
adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap
paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya
serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu
keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. Seseorang menjadi lebih
mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan dan cenderung dikuasai oleh
hasrat kesenangan semata. Berangkat dari teori ini kita dapat memberikan asumsi
bahwa perilaku konsumtif yang dimunculkan oleh para konsumen semata-mata
karena dorongan untuk mencari kepuasan dan kesenangan dalam diri mereka atas
suatu produk yang mereka pilih.
Kecenderungan munculnya perilaku konsumtif banyak disoroti terjadi
dikalangan remaja. Remaja sebagai bagian dalam masyarakat yang mengkonsumsi
produk-produk yang ada di pasaran. Realitas menunjukkan bahwa perilaku
(Sumartono, 2002) remaja sebagai salah satu golongan dalam masyarakat, tidak
lepas dari konsumtivisme ini, sehingga tidaklah aneh jika remaja menjadi sasaran
berbagai produk perusahaan. Teori ini didukung pula dengan pendapat Loudon &
Bitta (Lina & Rosyid, 1997) yang menyatakan bahwa remaja adalah kelompok
yang berorientasi konsumtif, karena kelompok ini suka mencoba hal-hal yang
dianggap baru. Ini memberi gambaran bahwa keinginan remaja untuk selalu
mencoba hal-hal baru sebagai salah satu ciri khas perkembangan remaja mampu
mendorong para remaja tersebut untuk mengarah pada munculnya perilaku
konsumtif.
Munculnya perilaku konsumtif dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
eksternal dan internal (Engel, Kollat & Blackwell, 1973 ; Kotler, 1982 ; Swastha
& Handoko, 1987). Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok
sosial dan kelompok referensi serta keluarga. Kebudayaan dapat tercermin dalam
cara hidup, kebiasaan dan tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang
di pasar. Kelas sosial adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang
mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat, memegang nilai-nilai,
mempunyai minat dan menampilkan perilaku yang mirip. Interaksi seseorang di
dalam kelompok sosial akan berpengaruh langsung pada pendapat dan seleranya,
sehingga akan mempengaruhi pemilihan produk atau merk barang. Keluarga juga
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan sikap dan perilaku
anggotanya, termasuk dalam pembentukan keyakinan dan berfungsi langsung
Sedangkan faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif ialah
motivasi dan harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep
diri. Motivasi merupakan pendorong perilaku orang, untuk melakukan pembelian
atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar dan harga diri dapat berpengaruh
pada perilaku membeli. Selain itu, pembelian yang dilakukan konsumen juga
merupakan suatu rangkaian dari proses belajar. Kepribadian menurut Hawkin,
Coney dan Bert (Lina & Rosyid, 1997), juga sangat berpengaruh pada perilaku
pengambilan keputusan untuk membeli produk.
Menurut Glock (Lina & Rosyid, 1997) berdasarkan hasil penelitiannya
mengungkapkan, konsumsi yang berlebihan sangat ditentukan oleh sikap mudah
terpengaruh oleh kelompok referensi. Remaja sebagai konsumen yang masih
dalam masa transisi mempunyai karakterisitik mudah dipengaruhi oleh kelompok
sebaya dan referensinya serta memiliki kontrol eksternal lebih tinggi daripada
kontrol internal.
Remaja dalam berproses dalam pergaulannya selalu terlibat dengan teman
seusianya yang ditemui di lingkungan sekolahnya. Remaja membuat
kelompok-kelompok bermain dari jumlah sedikit sampai terdiri dari beberapa orang yang
kemudian disebut geng atau klik. Remaja banyak menghabiskan waktu bersama
teman sebayanya dibandingkan dengan keluarga. Oleh karena itu remaja selalu
berusaha untuk dapat diterima di kelompoknya agar dirinya dapat menunjukkan
eksistensinya sebagai remaja yang diakui keberadaannya. Peran teman dalam
kelompok sangat besar pada remaja, remaja selalu mencoba menyesuaikan diri
Menurut Mappiare (1983) mengatakan bahwa salah satu sifat remaja yang
kondusif untuk terjadi konformitas adalah adanya kebutuhan berteman yang kuat.
Kebutuhan tersebut dirasakan remaja dapat untuk menemukan pemecahan
terhadap masalah yang menurut remaja sulit untuk dipecahkan, karena kelompok
memang memberi fungsi situasi untuk belajar yang memungkinkan remaja
tersebut memperoleh banyak informasi.
Melihat dari besarnya peran teman sebaya dalam kelompok remaja ini mampu
mendorong remaja untuk membentuk perilaku remaja. Seperti yang diungkapkan
oleh Deutsch & Gerard (Baron, 1979) ada dua aspek yang mendasari munculnya
konformitas yaitu aspek normatif dan aspek informasional. Aspek normatif yaitu
perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain, menyesuaikan diri
dengan norma kelompok sebagai keinginan untuk memenuhi harapan dan dapat
diterima oleh kelompok. Aspek informasional yaitu aspek yang mendorong
individu untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok, pengalaman
ketidakjelasan terhadap suatu informasi atau objek diatasi dengan merujuk pada
pendapat kelompok. Remaja melakukan berbagai cara untuk bisa menyesuaikan
diri dengan nilai-nilai yang ada dalam kelompok, dengan harapan mendapat
penerimaan dan tidak ada penolakan dari kelompok tersebut.
Salah satunya upaya remaja untuk dapat diterima dalam kelompoknya yaitu
dengan menyesuaikan penampilannya dengan kelompoknya. Upaya ini dilakukan
untuk mendapatkan pengakuan akan kesamaan minat dirinya dalam kelompok
merubah perilakunya dalam mengambil keputusan. Misalnya, keputusan yang
membantu dirinya untuk menentukan pilihan apa yang tepat bagi dirinya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis ingin
mengetahui apakah ada hubungan antara konformitas dan kecenderungan perilaku
konsumtif terhadap produk ponsel Nokia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan pokok pada
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konformitas dan kecenderungan
perilaku konsumtif remaja pada ponsel Nokia ?
C. Tujuan Penelitian
Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif
pada remaja terhadap produk Nokia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian terutama dalam bidang ilmu
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada
para orang tua mengenai remaja agar lebih memahami perkembangan remaja dan
BAB II
DASAR TEORI
A. PERILAKU KONSUMTIF
1. Pengertian Perilaku Konsumtif
Menurut Grinder (Lina & Rosyid, 1997) perilaku konsumtif adalah pola hidup
manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi
hasrat kesenangan semata-mata. Hal ini sejalan dengan pendapat Dahlan (Lina &
Rosyid, 1997) mengartikan konsumtivisme sebagai kehidupan mewah dan
berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan
kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (Sumartono, 2002) memberikan
batasan mengenai konsumtivisme sebagai kecenderungan manusia untuk
menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor
keinginan daripada kebutuhan. Hal tersebut menjelaskan bahwa seseorang lebih
mementingkan faktor keinginan daripada faktor kebutuhan yang merupakan upaya
untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. Hal tersebut didukung pula dengan
pendapat Sachari (1984) mengungkapkan bahwa konsumtivisme terjadi karena
masyarakat mempunyai kecenderungan materialistic, hasrat yang besar untuk
memiliki benda tanpa memperhatikan kebutuhannya.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif
benda-benda yang didasarkan pada pemenuhan kepuasan dan kesenangan semata-mata
tanpa memperhatikan kebutuhannya.
2. Aspek - Aspek Dalam Perilaku Konsumtif
Menurut Hidayati (Dewi, 2006) ada empat aspek yang ada dalam perilaku
konsumtif, yaitu :
a. Impulsif
Aspek ini menunjukkan perilaku konsumtif terjadi semata-mata karena hasrat
tiba-tiba atau keinginan sesaat melakukan tanpa ada perencanaan dan
pertimbangan, tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian.
b. Pemborosan
Aspek ini menjabarkan perilaku konsumtif sebagai suatu perilaku membeli
yang menghambur-hamburkan banyak dana.
c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)
Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang dilakukan
semata-mata untuk mencari kesenangan.
d. Mencari Kepuasan (satisfaction seeking)
Aspek ini memperlihatkan bahwa perilaku konsumtif didasari pada keinginan
untuk selalu lebih dari yang lain, selalu ada ketidakpuasan dan usaha untuk
memperoleh pengakuan, serta biasanya diikuti oleh rasa bersaing yang tinggi.
Sumartono (1998) memaparkan beberapa indikator dalam perilaku konsumtif,
diantaranya :
2. Membeli produk karena kemasan menarik.
3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau
kegunaannya).
5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
6. Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan produk.
7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis.
Berdasarkan pemaparan hal tersebut, aspek-aspek yang ada dalam perilaku
konsumtif menurut Hidayati (Dewi, 2006) akan digunakan dan dikembangkan
sebagai alat ukur dalam penelitian ini yaitu impulsif, pemborosan, mencari
kesenangan dan kepuasan, keempat aspek itu tergambar secara lebih rinci dalam
beberapa indikator (Sumartono, 1998) yaitu membeli produk yang memiliki
kemasan menarik, menawarkan hadiah, keinginan untuk mengikuti model yang
mengiklankan produk tersebut atau sekedar untuk meningkatkan gengsi karena
memiliki simbol status tertentu sehingga seseorang membeli dikarenakan
pertimbangan harga terlebih dahulu dibandingkan dengan manfaatnya. Semakin
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Pemahaman mengenai perilaku konsumtif dapat ditelusuri melalui
pemahaman mengenai perilaku konsumen. Perilaku konsumen dalam membeli
barang dipengaruhi oleh banyak faktor, secara umum dapat dibedakan menjadi
dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Engel, Kollat & Blackwell,
1973 ; Kotler, 1982 ; Swastha & Handoko, 1987).
1. Faktor Eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan
kelompok referensi serta keluarga.
Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan dan tindakan dalam
permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku
konsumen. Semakin tinggi permintaan bermacam barang di pasar, semakin
konsumtif cara hidup dan kebiasaan dalam suatu kebudayaan untuk membeli
suatu produk maka dapat mempengaruhi individu dalam kebudayaan tersebut.
Kelas sosial adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang mempunyai
kedudukan yang seimbang dalam masyarakat, memegang nilai-nilai, mempunyai
minat dan menampilkan perilaku yang mirip (Mangkunegara dan Prabu, 1988).
Interaksi seseorang dalam kelompok sosial akan berpengaruh langsung pada
pendapat dan seleranya, sehingga akan mempengaruhi pemilihan produk atau
merek barang (Swastha & Handoko, 1997). Kelas sosial memberikan perbedaan
dalam pola dan gaya hidup, hal tersebut dapat menimbulkan pengaruh pada pola
pembelian produk seseorang. Sementara itu, seseorang juga melihat kelompok
referensinya dalam berperilaku menentukan produk yang dikonsumsinya.
membentuk kepribadian dan perilaku seseorang tersebut. Peran kelompok
referensi yang besar dapat mendorong individu untuk mengonsumsi produk yang
sama secara terus menerus sehingga memungkinkan munculnya kecenderungan
perilaku konsumtif pada kelompoknya. Keluarga juga menjadi bagian dari faktor
eksternal yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pembentukan sikap dan
perilaku anggotanya, termasuk dalam pembentukan keyakinan dan berfungsi
langsung dalam menetapkan keputusan konsumen Loudon dan Bitta (Lina &
Rosyid, 1997). Keluarga bertangung jawab terhadap proses sosialisasi konsumen
(Sumartono, 1998) keluarga meneruskan nilai budaya dan norma kelompok
kepada individu, sehingga seseorang ketika akan mengkonsumsi suatu produk
telah mengalami proses pengamatan dalam keluarga, keluarga yang memiliki
kecenderungan perilaku konsumtif akan memunculkan individu yang konsumtif
pula.
2. Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku membeli ialah motivasi
dan harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep diri.
Motivasi merupakan pendorong perilaku orang, tidak terkecuali dalam melakukan
pembelian atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar. Sementara harga diri
berpengaruh pada perilaku membeli, orang-orang yang harga dirinya rendah akan
cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada orang-orang yang harga dirinya
tinggi (Sears, Freedman dan Peplau, 1992). Swastha dan Handoko (1997)
mengatakan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk membeli suatu
produk tersebut. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman individu
dalam membeli produk yang memberikan kesenangan dapat memunculkan
dorongan untuk mengulangi pembelian produk tersebut di waktu yang akan
datang, hal ini dapat memunculkan kecenderungan perilaku konsumtif apabila
pembelian produk tidak lagi melihat manfaatnya melainkan sebagai pemenuhan
kesenangan semata. Howard dan Weth (1960) menyatakan bahwa pembelian yang
dilakukan konsumen juga merupakan suatu rangkaian proses belajar. Hal ini
sejalan dengan penjelasan mengenai pengalaman individu yang merasa puas
dengan suatu produk, pengalaman tersebut menjadikan pembelajaran bagi
seseorang untuk terus membeli dan mengkonsumsi produk yang dapat
memberikan kesenangan dan kepuasan. Sedangkan kepribadian menurut Hawkin,
Coney dan Bert (Lina & Rosyid, 1997), sangat berpengaruh pada perilaku
pengambilan keputusan untuk membeli produk : minuman, mobil, warna pakaian
dan kegiatan yang sifatnya rekreasional. Menurut Hidayati (Dewi, 2006)
kepribadian adalah ciri atau sifat yang ada dalam keseluruhan cara hidup
seseorang. Kepribadian remaja meliputi semua kecenderungan emosional dan pola
tingkah lakunya yang memberikan tanda kepadanya sebagai pribadi yang
well-adjusted atau mal-well-adjusted seperti yang diukur oleh standar-standar masyarakat
dimana ia tinggal. Kepribadian remaja ini dapat mempengaruhi perilaku
konsumtif mereka. Konsep diri pada remaja merupakan cara pandang remaja
terhadap dirinya. Mengidentifikasikan dirinya sesuai dengan harapan dirinya
sendiri dan juga harapan orang lain, tentu saja hal ini akan mempengaruhi cara
akan bisa menerima dirinya apa adanya baik kekurangan dan kelebihannya.
Mereka bisa menghargai dirinya dan bisa menerima perbedaannya dengan orang
lain tanpa merasa terbebani, sehingga meskipun mereka tidak memiliki barang
seperti yang dimiliki teman-temannya tidak menjadikan masalah yang berarti bagi
mereka, kelebihan ini menjadikan mereka tidak mudah dipengaruhi untuk
berperilaku konsumtif.
Berdasarkan pemaparan tersebut, perilaku konsumtif dipengaruhi dua faktor
yaitu faktor eksternal dan internal. Dalam penelitian ini, penulis akan melihat
faktor kelompok sosial dan kelompok referensi yang dapat mempengaruhi
munculnya kecenderungan perilaku konsumtif dikalangan remaja.
B. KONFORMITAS
1. Pengertian Konformitas
Menurut Baron (1979) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana
individu merubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial
yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarwono (1995) konformitas yaitu
kesesuaian antara perilaku seseorang dengan perilaku orang lain atau perilaku
seseorang dengan harapan orang lain tentang perilakunya.
Kiesler dan Kiesler (Rakhmat, 1996) mengungkapkan bahwa konformitas
adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok baik yang nyata maupun tekanan yang dibayangkan.
Demikian pula pendapat Wulandari (2004) individu akan menampilkan
orang lain, mereka percaya pada orang lain, juga karena takut menjadi orang yang
menyimpang.
Berdasarkan pemaparan beberapa teori di atas, konformitas adalah suatu jenis
pengaruh sosial dimana individu melakukan penyesuaian sikap dan tingkah laku
mereka sesuai dengan norma kelompok agar sesuai dengan tuntutan dan harapan
kelompok.
2. Aspek - Aspek Konformitas
Deutsch & Gerard (Baron, 1979) mengemukakan ada dua aspek yang
mendasari munculnya konformitas :
a. Normatif
Aspek sosial normatif meliputi perubahan tingkah laku kita untuk memenuhi
harapan orang lain, menyesuaikan diri dengan norma kelompok sebagai keinginan
untuk memenuhi harapan dan dapat diterima oleh kelompok.
b. Informasional
Aspek sosial informasional ini didasarkan pada keinginan individu untuk
menjadi benar dan memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial. Aspek ini
mendorong individu untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok,
pengalaman ketidakjelasan terhadap suatu informasi atau objek diatasi dengan
merujuk pada pendapat kelompok. Opini dan tindakan kelompok dijadikan
panduan opini dan tindakan seseorang. Ketergantungan terhadap kelompok seperti
inilah yang seringkali menjadi sumber kuat untuk kecenderungan melakukan
Menurut Myers (1999) menjelaskan bahwa aspek mendasar yang ada dalam
konformitas adalah adanya perubahan perilaku dan melibatkan adanya tekanan
kelompok, baik nyata maupun imajiner. Sedangkan menurut Widyastuti
(Kusumastuti, 2005) mengungkapkan dua aspek yang ada dalam konformitas
yaitu :
a. Penyamaan perilaku dengan perilaku kelompok.
Individu mengubah perilaku sebelumnya agar sama dengan perilaku kelompok
dengan mengambil standar kelompok.
b. Perilaku standar kelompok (tekanan kelompok)
Perilaku standar kelompok adalah perilaku yang sesuai dengan tuntutan dalam
kelompok ketika mengetahui informasi dan atau norma yang berasal dari
kelompok tersebut. Tuntutan ini dapat menjadi tekanan yang bersifat imajiner atau
nyata bagi individu. Dikatakan imajiner apabila tekanan dari kelompok
sebenarnya merupakan interpretasi dari aturan-aturan tak tertulis yang berlaku
dalam kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, diketahui ada dua aspek yang akan diukur
mengenai konformitas dalam penelitian ini, yaitu aspek normatif dan
informasional. Konformitas akan cenderung muncul didasari oleh adanya
keinginan untuk memenuhi harapan orang lain agar dapat diterima oleh kelompok
dengan adanya perubahan perilaku sebelumnya agar sama dengan standar
kelompok, serta adanya keinginan untuk memiliki persepsi dan sikap yang
individu mengambil nilai-nilai yang dianggap benar dalam kelompok untuk
dijadikan pedoman bagi dirinya.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Menurut Rakhmat (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas
adalah sebagai berikut :
a. Faktor Situasional
1. Kejelasan Situasi
Situasi yang tidak jelas dan tidak berstruktur dapat memperbesar
kecenderungan kita untuk mengikuti kelompok.
2. Konteks Situasi
Kecenderungan untuk konformitas lebih besar muncul pada situasi yang
menghargai konformitas, misal orang lain akan menyukai seseorang apabila ia
sepakat dengan pendapat dan keyakinan mereka, sehingga di waktu yang akan
datang, seseorang tersebut cenderung akan melakukan konformitas.
3. Cara Menyampaikan Penilaian dan Perilaku
Ketika orang menyampaikan penilaian dan perilaku secara terbuka, cenderung
akan melakukan konformitas daripada bila mengungkapkannya secara rahasia.
4. Karakteristik Sumber Pengaruh
Karakteristik anggota dapat mempengaruhi pendapat seseorang untuk ikut
5. Ukuran Kelompok
Pengaruh norma kelompok pada konformitas anggota-anggotanya bergantung
pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang menyatakan penilaian, semakin
besar ukurannya maka semakin tinggi tingkat konformitasnya.
6. Tingkat Kesepakatan Kelompok
Orang yang dihadapkan pada sebuah keputusan kelompok yang sudah bulat
akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Bila
kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan terhadap konformitas.
b. Faktor Personal
1. Usia
Semakin tinggi usia seseorang, semakin mandiri seseorang maka semakin
tidak bergantung pada orang tua dan semakin berkurang kecenderungannya untuk
konformitas.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas daripada
pria.
3. Stabilitas Emosi
Orang yang stabilitas emosinya kurang stabil lebih mudah untuk mengikuti
kelompok daripada orang yang emosinya stabil.
4. Kecerdasan
Kecerdasan berkorelasi negatif dengan konformitas, semakin tinggi
kecerdasan seseorang maka semakin berkurang kecenderungan ke arah
5. Motivasi
Motif untuk berafiliasi dapat mendorong konformitas, sedangkan motif
berprestasi, motif aktualisasi diri dan konsep diri yang positif akan menghambat
konformitas.
6. Harga Diri
Harga diri (self esteem) merupakan persepsi individu terhadap dirinya.
Individu yang memiliki taraf harga diri tinggi akan menyukai dirinya dan melihat
bahwa dirinya mampu menghadapi lingkungan, sedang individu yang taraf harga
dirinya rendah mudah dihinggapi rasa takut
Menurut Baron (1979) berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya konformitas :
a. Kohesivitas : Menerima Pengaruh dari Orang-Orang Yang Kita Sukai.
Kohesivitas yaitu derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu terhadap
suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, saat kita suka dan mengagumi suatu
kelompok orang-orang tertentu maka tekanan untuk melakukan konformitas
semakin bertambah besar. Sedangkan sebaliknya, ketika kohesivitas rendah, maka
tekanan terhadap konformitas juga rendah.
b. Ukuran Kelompok
Konformitas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran
kelompok. Semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula
kecenderungan kita untuk ikut serta.
c. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif : Saat Norma
Norma sosial dapat bersifat formal atau informal. Norma deskriptif adalah
norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada
situasi tertentu, norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan cara memberitahu
kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada situasi
tersebut. Sedangkan norma injungtif menetapkan apa yang harus dilakukan yaitu
tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tersebut. Namun,
dalam situasi tertentu, terutama situasi dimana tingkah laku yang tidak diterima
oleh suatu kelompok cenderung muncul, norma injungtif memberikan pengaruh
yang cukup kuat.
Konformitas secara garis besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adanya pengaruh dari orang-orang yang disukai dan memiliki peran penting bagi
individu tersebut, besar kecilnya ukuran atau jumlah anggota kelompok dan
norma-norma yang ada di dalam kelompok tersebut.
4. Dampak dari Konformitas
Dalam hasil penelitian Asch (Baron, 1979) menyatakan bahwa beberapa orang
melakukan konformitas dengan sepenuh hati, menyimpulkan bahwa mereka salah
dan orang lain benar. Mereka merasa bahwa penilaian mereka benar, tetapi di saat
yang bersamaan mereka tidak ingin berbeda.
Sedangkan dalam penelitian Griffin & Buehler (Baron, 1979) menyatakan
bahwa salah satu kemungkinan yang melibatkan kecenderungan untuk mengubah
persepsi mereka terhadap situasi tersebut sehingga konformitas tampak
situasi, mereka cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang dapat dibenarkan,
meskipun hal itu membuat seseorang bertingkah laku secara berlawanan dengan
nilai yang sebenarnya.
Hal ini juga dapat terjadi pada remaja, dilihat dari ciri-ciri remaja (Sujanto,
1980) yang menjelaskan bahwa remaja memiliki sifat ambivalen terhadap setiap
perubahan sehingga pendiriannya tidak kuat, hal ini tampak ketika muncul rasa
takut tidak diterima oleh teman sebaya jika tidak berpenampilan sama dengan
teman-teman lainnya. Sesuai dengan teori diatas, konformitas remaja terhadap
teman sebayanya memberi dampak yang positif bagi remaja dalam
lingkungannya. Remaja yang konform dengan kelompoknya merasa dirinya
benar, merasa nyaman dan terhindar dari perbedaan. Remaja merasa dirinya
diterima dalam lingkungan kelompok sosialnya. Keinginan untuk berperilaku
sama dengan kelompok memberikan rasa nyaman pada remaja agar terhindar dari
perbedaan dengan kelompoknya. Meski remaja merasa pendapatnya benar namun
mereka tidak ingin tampak berbeda dengan kelompoknya.
Remaja yang banyak berinteraksi dengan teman sebayanya mencoba untuk
menjadi bagian dalam kelompoknya dengan melakukan banyak penyesuaian.
Penyesuaian-penyesuaian tersebut bertujuan agar dirinya mendapat penerimaan
dan pengakuan dalam kelompok dengan cara melakukan perubahan dalam
dirinya, seperti perubahan dalam penampilan yang sesuai dengan kelompok.
Penyesuaian yang dilakukan remaja dalam kelompok merupakan tindakan akibat
Konformitas dapat memberikan dampak yang negatif apabila remaja merubah
tingkah lakunya secara berlawanan dengan nilai yang sebenarnya diyakininya.
Konformitas juga memberikan dampak buruk apabila remaja merasa dirinya salah
dan orang lain benar, sehingga mendorong remaja untuk berupaya menyesuaikan
diri karena remaja tidak ingin terlihat berbeda dengan kelompok sebayanya.
Penyesuaian yang terjadi pada remaja tersebut mengakibatkan remaja cenderung
berperilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diyakininya melainkan berperilaku
karena tidak ingin merasa berbeda. Salah satu bentuk perilakunya adalah
kecenderungan berperilaku konsumtif. Batasan konsumtivisme sebagai
kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia
lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan (Sumartono, 2002).
Remaja ingin dirinya diterima dan tidak ingin dirinya berbeda dalam
kelompoknya, oleh karena itu remaja akan mengkonsumsi produk yang sama
dengan kelompoknya secara terus menerus sesuai perkembangan yang terjadi di
dalam kelompoknya.
Perkembangan trend yang ada dan terjadi dalam kelompok membuat remaja
terus merubah dirinya seperti harapan dan norma kelompok. Salah satu bentuk
perubahan penampilan mengikuti trend yang dilakukan remaja dan kelompoknya
yakni dengan menggunakan produk-produk terbaru yang terus berkembang.
Penyesuaian tidak berhenti melainkan terus bergulir, penggunaan produk yang
baru dan sesuai trend dalam kelompok saat itu menjadi tuntutan tersendiri bagi
remaja. Pola hidup demikian memunculkan kecenderungan baru dalam
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan melainkan sebagai upaya untuk mencari
kesenangan dan kepuasan semata.
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (1997), masa remaja sebagai masa pencarian identitas,
sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan
standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada
individualitas.
Masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa awal remaja berlangsung,
kira-kira 13 sampai 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir yang dimulai dari
usia 16 atau 17 sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock,
1997).
Dalam penelitian ini remaja yang dilibatkan berusia antara 13 sampai 16 tahun
yang tergolong dalam masa remaja awal.
2. Tugas Perkembangan Remaja
Erikson (Hurlock, 1997) menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini
mempengaruhi perilaku remaja yaitu dalam usaha mencari perasaan
kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan
kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka
harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk berperan
mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang
sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan
identitas dimasa kanak-kanak.
Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat
banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri
dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku
sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi
persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai
baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1997).
3. Ciri –Ciri Remaja
Menurut Hurlock (1997) ada beberapa ciri-ciri yang menjadi kekhasan di
masa remaja yaitu :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, ada beberapa periode yang lebih penting daripada
beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan
perilaku. Masa remaja, ada periode penting karena akibat fisik dan karena akibat
psikologis, kedua periode ini sangat penting. Perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama
diawal masa remaja. Perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa ini merupakan peralihan dari dari tahap perkembangan ke tahap
berikutnya. Anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus
mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap
yang sudah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Ada lima perubahan yang sama yang hampir
bersifat universal, yaitu pertama, meningginya emosi, kedua yaitu pertumbuhan
tubuh, ketiga yaitu minat dan peran yang diharapkan kelompok sosial, keempat
yaitu perubahan minat dan pola perilaku mengubah nilai-nilai, dan yang kelima
yaitu remaja cenderung bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan, karena ketidakmampuan mereka untuk
mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja
akhirnya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan
mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan
individualitas. Seperti ditunjukkan dalam hal pakaian, berbicara dan perilaku anak
yang lebih besar ingin lebih cepat seperti teman-teman gengnya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Adanya anggapan stereotip budaya yang bersifat negatif mengenai remaja
yang menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja muda takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal. Menerima stereotip ini dan adanya keyakinan
bahwa orang dewasa punya pandangan buruk tentang remaja.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang
tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan
teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal
masa remaja.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa itu belum cukup. Remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam
perbuatan seks.
Remaja memiliki ciri khas dimasa perkembangannya. Ciri yang paling
menonjol di usia remaja diantaranya yaitu adanya perkembangan fisik dan mental
perilaku dan sikap baru yang menuju pada pendewasaan diri. Remaja mulai
melakukan penyesuaian diri dengan standar kelompok seperti halnya penyesuaian
dalam hal pakaian, berbicara dan perilakunya. Selain itu, remaja juga berusaha
untuk mencoba memberi kesan bahwa mereka sudah dewasa dengan berperilaku
yang dikaitkan dengan status dewasa.
Ciri-ciri remaja bila dipahami secara seksama sangatlah memungkinkan atau
kondusif untuk memunculkan perilaku konsumtif. Menurut Sujanto (1980) bahwa
ciri-ciri remaja adalah :
1. Mulai mencari identitas diri melalui penggunaan simbol status seperti
menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan
barang-barang lain yang mudah terlihat.
2. Bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan sehingga pendiriannya tidak
kuat.
3. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi sehingga mudah untuk dipengaruhi.
4. Munculnya rasa takut tidak diterima teman sebaya jika tidak berpenampilan
sama dengan teman-teman lainnya.
5. Memiliki sifat ingin tahu terhadap informasi yang diterima sehingga selalu
ingin mencoba sesuatu yang baru.
6. Mulai mencari identitas diri yang ditunjukkan dalam berpakaian, berbicara
dan memilih tokoh yang diidolakan.
7. Mulai tahu menghias diri dan menggunakan berbagai aksesoris yang dapat
D. Dinamika Hubungan Konformitas Dan Kecenderungan Perilaku
Konsumtif Pada Remaja
Remaja sebagai salah satu kelompok konsumen selalu mengamati
perkembangan disetiap waktu, terutama perkembangan teknologi yang makin
lama makin mutakhir. Remaja seringkali disoroti oleh para produsen sebagai
sasaran yang paling tepat untuk memasarkan produk-produk mereka. Menurut
Jatman (Lina & Rosyid, 1997) mengemukakan bahwa remaja Indonesia
merupakan kelompok sasaran yang potensial untuk memasarkan produk-produk
industri. Sedangkan menurut Glock (1984) sejalan dengan pendapat Hurlock
(1997) mengatakan bahwa remaja pada masa transisinya memiliki kondisi
emosional yang labil sehingga mudah untuk dipengaruhi oleh kelompoknya.
Dengan demikian, remaja termasuk golongan konsumen yang sangat mudah untuk
dipengaruhi karena diusia remaja yang masih belia tersebut mereka masih sangat
labil dalam menentukan mana yang terbaik bagi diri mereka.
Masa remaja banyak dilalui oleh kebanyakan remaja bersama dengan
teman-teman sebayanya daripada bersama dengan keluarga. Mereka lebih banyak
menghabiskan banyak waktu di luar rumah bersama dengan kelompoknya, maka
pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku
lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Kebersamaan dengan
teman-teman kelompoknya tentu akan memberikan banyak pengaruh pada remaja.
Salah satunya dengan menjadikan identitas baru bagi remaja sebagai salah satu
menyesuaikan dirinya agar sesuai dengan citra kelompoknya. Remaja akan
berusaha untuk melakukan berbagai hal agar dapat diterima dalam kelompoknya.
Penyesuaian terhadap kelompok yang dilakukan remaja tentu dapat membawa
pengaruh tersendiri bagi para remaja tersebut. Remaja yang berada dalam
kelompok mencoba untuk mengikuti trend yang sedang berkembang bersama
dengan teman sebayanya. Remaja akan mencoba untuk membentuk dirinya agar
sesuai dengan trend yang sedang berkembang dalam kelompoknya, dengan
harapan dapat diterima dan diakui keberadaannya. Remaja mencoba mengejar
pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya. Usaha ini tentu tidaklah mudah,
remaja harus banyak melakukan penyesuaian diri pada kelompok dengan merubah
sikap, perilaku dan penampilannya. Pengakuan dan penerimaan kelompok
menjadi hal yang harus diperjuangkan bagi remaja meski dengan pengorbanan
waktu maupun materi. Hal yang akan disoroti dalam penelitian ini adalah usaha
remaja untuk membentuk sikap dukungan pada kelompok dan melakukan
tindakan atau tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan kelompok baik yang nyata
maupun yang tidak tampak, salah satunya dengan selalu berusaha berpenampilan
yang kurang lebih sama dengan kelompoknya. Remaja berusaha membentuk
dirinya agar tampil sesuai atau lebih baik dari anggota lainnya. Dorongan untuk
melakukan penyesuaian ini menjadi alasan awal yang dapat memunculkan
perilaku konsumtif pada remaja.
Menurut Haditono (1995) remaja mempunyai kemampuan membeli yang
tinggi, sebab pada umumnya remaja berpakaian, berdandan, gaya potong rambut,
kebanyakan mereka membelanjakan uangnya untuk keperluan tersebut. Keadaan
yang demikian membuat remaja mempunyai pola konsumsi yang menunjukkan
sifat eksklusif dengan citra yang mahal dan mewah. Gejala ini dapat menimbulkan
perilaku konsumtif dikalangan remaja.
Remaja pada saat ini sudah lebih akrab dengan kemajuan teknologi khususnya
teknologi komunikasi. Telepon selular sudah merambah dikalangan remaja.
Remaja saat ini khususnya di daerah perkotaan selalu mengikuti perkembangan
ponsel yang ada di pasaran. Mereka mencoba untuk selalu mengikuti
perkembangan trend terbaru dari ponsel yang ada. Seringkali kita mendapati
pemandangan yang tak jarang bahwa remaja sudah banyak menggunakan
ponsel-ponsel dengan seri terbaru. Mereka memiliki banyak alasan tersendiri untuk terus
berganti seri terbaru yang muncul di pasaran. Mulai dari fasilitas yang ditawarkan
tidak hanya memberikan kemudahan untuk berkomunikasi, tetapi juga
memberikan hiburan kepada remaja.
Dengan fenomena yang ada saat ini, remaja seringkali berganti ponsel untuk
mencari sesuatu yang berbeda dalam diri mereka, sebagai simbol identitas dalam
diri mereka. Mereka berusaha memiliki produk-produk ponsel terbaru dengan
harga yang sangat tinggi, tanpa memikirkan lebih jauh manfaat dari ponsel
tersebut. Mereka mencari kepuasan dan kesenangan dengan memiliki ponsel
terbaru, disamping untuk memperoleh pengakuan, biasanya diikuti pula oleh rasa
bersaing yang tinggi. Remaja yang berada dalam kelompok pengguna satu merek
ponsel yang sama tentu akan termotivasi untuk mengikuti apa yang sudah menjadi
harapan kelompok mendorong remaja untuk merujuk pada tindakan kelompok.
Opini kelompok dalam mengkonsumsi suatu produk, dijadikan panduan bagi
remaja untuk menggunakan produk yang sama dengan kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melihat apakah ada hubungan
antara konformitas terhadap kecenderungan perilaku konsumtif remaja pada
ponsel Nokia.
E. HIPOTESIS
Ada hubungan yang positif antara konformitas dan kecenderungan perilaku
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu penelitian yang
berbentuk hubungan antara dua variabel yang bertujuan untuk menyelidiki variasi
pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lainnya
(Azwar, 2004). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dua variabel,
yaitu variabel konformitas dan variabel perilaku konsumtif remaja.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam
penelitian (Suryabrata, 2004).
Variabel bebas : konformitas
Variabel tergantung : kecenderungan perilaku konsumtif remaja
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
dapat diamati atau diobservasi (Suryabrata, 2004). Kedua variabel dalam
1. Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah perilaku pola hidup manusia untuk memiliki dan
menggunakan benda-benda yang didasarkan pada pemenuhan kepuasan dan
kesenangan semata-mata tanpa memperhatikan kebutuhannya.
Aspek-aspek yang membentuk perilaku konsumtif menurut teori Hidayati (Dewi,
2006), diantaranya :
a. Impulsif
Aspek ini terdiri dari beberapa indikator :
- muncul rasa ingin membeli secara tiba-tiba
- ada kecenderungan membeli tanpa pertimbangkan terlebih dahulu
- kurang memikirkan akibat dari perilaku membelinya
b. Pemborosan
Aspek ini terdiri dari beberapa indikator :
- memiliki pengeluaran yang lebih dari yang seharusnya
- membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya atau tidak
dibutuhkan
c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)
Aspek ini terdiri dari indikator : cenderung membeli bukan karena kebutuhan
melainkan kesenangan semata-mata.
d. Mencari Kepuasan (satisfaction seeking)
Aspek ini terdiri dari beberapa indikator :
- merasa selalu ingin lebih dari yang lain
- ada kecenderungan bersaing untuk memperoleh pengakuan
Dalam penelitian ini, salah satu skala yang akan diukur adalah skala
kecenderungan perilaku konsumtif yang terdiri dari 20 butir item pernyataan,
dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS
(Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Semakin tinggi skor pada skala kecenderungan perilaku konsumtif maka
semakin tinggi kecenderungan perilaku konsumtifnya, sebaliknya semakin rendah
skor yang diperoleh maka semakin rendah pula kecenderungan perilaku
konsumtifnya.
2. Konformitas
Menurut Baron (1979) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana
individu melakukan penyesuaian sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan
norma kelompok agar sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teori Deutsch & Gerard (Baron, 1979) yang
mengemukakan ada dua aspek yang mendasari munculnya konformitas :
a. Normatif
Aspek normatif terdiri dari indikator sebagai berikut :
- melakukan penyesuaian diri untuk memenuhi harapan orang lain
- ada ketakutan terhadap penolakan dan keinginan untuk dapat diterima dalam
kelompok.
b. Informasional
Aspek informasional ini terdiri dari indikator sebagai berikut :
- adanya kecenderungan untuk selalu merujuk pendapat kelompok jika
- ada kecenderungan menjadikan opini dan tindakan kelompok sebagai panduan
opini dan tindakan individu.
Berdasarkan uraian tersebut, alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah skala konformitas yang terdiri dari 20 butir item dengan empat pilihan
alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan
STS (Sangat Tidak Setuju).
Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada skala konformitas, maka
semakin tinggi konformitas remaja terhadap teman-temannya, sebaliknya semakin
rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat konformitasnya.
D. SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini akan melibatkan subyek penelitian yaitu remaja sebanyak 100
orang dengan kriteria sebagai berikut :
- Siswa siswi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung, melibatkan pelajar SMP
karena di usia masa remaja awal adalah masa pencarian identitas, sepanjang
usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar
kelompok adalah jauh lebih penting.
- Remaja dengan rentang usia 13 sampai 16 tahun.
- Pengguna produk ponsel nokia dan pernah berganti seri minimal 2 kali.
Subyek dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan menggunakan
skala yang stimulusnya berisi pernyataan-pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator
perilaku dari atribut yang bersangkutan. Subyek dalam penelitian ini diminta
untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang diajukan. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu skala konformitas dan skala perilaku konsumtif.
Skala konformitas akan dipaparkan dengan menggunakan suatu metode
summated rating yaitu suatu metode yang berisi pernyataan sikap dengan menggunakan respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 1999).
Penelitian ini menggunakan skala Likert yang disusun dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat favorabel (mendukung). Masing-masing item diberi empat alternatif
jawaban dengan nilai untuk masing-masing item, yaitu terdiri atas SS (Sangat
Tabel. 2 Persebaran Butir Pernyataan
Skala kecenderungan perilaku konsumtif akan menggunakan metode yang
sama berupa pernyataan sikap dengan menggunakan respon sebagai dasar
penentuan nilai skalanya. Pernyataan yang disajikan bersifat favorabel dimana
masing item diberi empat alternatif jawaban dengan nilai untuk
masing-masing item, yaitu terdiri atas SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak
Setuju) = 2 dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.
Tabel. 3 Blue Print
Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia
Tabel. 4 Persebaran Butir Pernyataan
Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia
No. Aspek No. Item Total
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu untuk
melihat sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi
obyek yang hendak diukur dan sejauhmana item-item tes mencerminkan ciri
perilaku yang hendak diukur. Validitas ini diuji melalui professional judgement .
Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability yaitu sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada direntang dari 0 sampai 1,00. Semakin
tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan teknik uji coba dengan koefisien
reliabilitas alpha Cronbach. Untuk menghitung koefisien alpha diperoleh melalui
penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok
G. UJI COBA ALAT PENELITIAN
1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian
Pelaksanaan uji coba diadakan pada tanggal 28 November 2006 pada siswa
siswi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian
ini yaitu siswa siswi yang memiliki rentang usia 13 sampai 16 tahun, pengguna
produk ponsel Nokia dan telah berganti produk minimal sebanyak dua kali.
Subyek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang, masing-masing
subyek diminta untuk mengisi dua buah skala yaitu skala konformitas dan skala
kecenderungan perilaku konsumtif.
2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian
Pengujian kesahihan butir item dan reliabilitas pada skala konformitas dan
kecenderungan perilaku konsumtif menggunakan bantuan program SPSS 11.5 for
Windows yang hasilnya diperoleh sebagai berikut :
2.1Skala Konformitas
a. Pengujian kesahihan butir item skala konformitas
Pengujian kesahihan butir item ini menggunakan program SPSS 11.5 guna
mengukur korelasi antara skor item dengan skor total masing-masing subyek.
Kriteria dalam pemilihan item berdasarkan korelasi item total diseleksi
menggunakan tabel r dengan menggunakan batasan ≥ 0,195 dengan taraf
signifikansi 5 % (Hadi, 2001). Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi
item total berkisar antara 0,0066 sampai 0,4826 dengan demikian terdapat tiga
Tabel 5. Butir Pernyataan Yang Lolos dan Gugur
Reliabilitas skala konformitas diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha
dari Cronbach dalam program SPSS versi 11.5. Reliabilitas yang diperoleh sebesar 0, 7559. Reliabilitas yang diperoleh dihitung dari 17 item yang lolos
pengujian seleksi item. Nilai reliabilitas sebesar 0, 7559 merupakan nilai yang
2.2 Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif
a. Pengujian kesahihan butir item skala kecenderungan perilaku konsumtif
terhadap ponsel Nokia
Pengujian kesahihan butir item dalam skala kecenderungan terhadap ponsel
Nokia menggunakan program SPSS 11.5 untuk mengukur korelasi antara skor
item dengan skor total masing-masing subyek. Kriteria dalam pemilihan item
berdasarkan korelasi item total diseleksi menggunakan tabel r dengan batasan ≥
0,195 (Hadi, 2001). Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi item total
berkisar antara 0,1575 sampai 0,6264, dengan demikian terdapat satu item yang
gugur karena skor korelasi item tersebut rendah.
Tabel 7. Butir Pernyataan Yang Lolos dan Gugur
Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia
Tabel 8. Persebaran Butir Item
Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia
No. Aspek No. Item Total
b. Reliabilitas skala kecenderungan perilaku konsumtif terhadap ponsel Nokia
Reliabilitas skala kecenderungan perilaku konsumtif terhadap ponsel Nokia
diukur dengan menggunakan teknik Alpha dari Cronbach dalam program SPSS versi 11.5. Reliabilitas yang diperoleh sebesar 0, 8650. Reliabilitas yang diperoleh
dihitung dari 19 item yang lolos pengujian seleksi item. Nilai reliabilitas sebesar
0, 8650 merupakan nilai yang cukup tinggi.
H. METODE ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas kedua skala yaitu skala konformitas dan skala
kecenderungan perilaku konsumtif terhadap produk Nokia menggunakan bantuan
b. Uji Linearitas
Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 11.5
dengan menggunakan teknik Compare Means. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah hubungan konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif
remaja linear atau tidak linear.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product Moment dengan bantuan
SPSS for Windows versi 11.5. Untuk menghitung koefisien korelasi (r) Product Moment sebagai berikut :
rxy = N Σxy – Σx.Σy
√
[ N Σx2 – (Σx)2] [ N Σy2 – (Σy)2]Dimana :
rxy = koefisien korelasi variabel x dan y
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Membuat alat ukur sebanyak dua buah skala, yaitu skala konformitas dan
skala kecenderungan perilaku konsumtif terhadap ponsel Nokia. Masing-masing
skala terdiri dari 20 item yang memiliki empat buah pilihan jawaban.
Menyebarkan alat ukur untuk penelitian pada tanggal 28 Nopember 2006 di
SMP Xaverius 4 Bandar Lampung. Alat ukur disebarkan kepada 100 siswa siswi
SMP Xaverius 4 Bandar Lampung yang telah memenuhi kriteria subyek dalam
penelitian.
Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan program
SPSS for Windows versi 11.5 dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.
B. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN
Pengambilan data dalam penelitian ini dikenakan pada siswa siswi SMP
Xaverius 4 Bandar Lampung yang beralamat di jalan Griya Fantasi No.62 Way
Halim Permai Sukarame Bandar Lampung. SMP Xaverius 4 berada dibawah
naungan Yayasan Xaverius Tanjung Karang, berdiri pada tanggal 1 Juli 1988
dengan tingkat akreditasi terakhir status disamakan. SMP Xaverius 4 mengalami
kepemimpinan Bapak Drs. Yustinus Swasna, kemudian digantikan oleh Bapak
Drs. M. Budi Handoko hingga saat ini.
SMP Xaverius 4 memiliki beberapa fasilitas penunjang kegiatan belajar
mengajar, diantaranya satu unit gedung berlantai dua dengan enam unit kelas
belajar mengajar, satu buah laboratorium komputer, satu unit televisi disetiap
kelasnya, satu ruang unit kesehatan sekolah (UKS), koperasi dan toilet.
Jumlah tenaga pengajar sebanyak 14 orang, dengan rincian sebanyak sembilan
orang dewan guru tetap dan lima orang tenaga pengajar honorer, sedangkan
tenaga kerja non edukatif terdiri dari tiga orang pramubakti dan satu orang
satpam. Jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 269 siswa, kelas 7 berjumlah
92 siswa, kelas 8 berjumlah 89 siswa dan kelas 9 berjumlah 88 siswa.
Penelitian diselenggarakan berdasarkan surat perijinan dengan nomor
1326/D/KP/Psi/USD/XI/06 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP Xaverius
4 Bandar Lampung. Peneliti diberi kesempatan untuk meneliti pada tanggal 28
Nopember 2006 dan surat keterangan penelitian dikeluarkan pada hari yang sama
dengan nomor 1363/I.12.1/SMPX.03/N/XI-2006.
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada tanggal 28 Nopember 2006
melibatkan 100 siswa siswi kelas 6, 7, 8 yang memenuhi kriteria subyek dalam
penelitian ini, yaitu berusia antara 13 sampai 16 tahun, menggunakan ponsel
Nokia dan pernah mengganti produk Nokia sebanyak minimal 2 kali.
Masing-masing subyek diminta mengisi dua buah skala yaitu skala konformitas dan skala
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Berdasarkan penelitian diperoleh deskripsi data penelitian sebagai berikut :
Tabel. 9
Deskripsi Data Penelitian
Variabel N X Min X Max Mean SD
Konformitas 100 40 60 49,9 4,5
Kecenderungan Perilaku Konsumtif 100 42 69 53,06 6,8
Hasil yang diperoleh dari 100 subyek penelitian yaitu pada skala konformitas
diperoleh nilai terendah sebesar 40 dan nilai tertinggi sebesar 60 dengan mean
49,9. Skala kecenderungan perilaku konsumtif remaja memperoleh nilai terendah
42 dan nilai tertinggi sebesar 69 dengan mean sebesar 53,06.
D. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas kedua skala yaitu skala konformitas dan skala
kecenderungan perilaku konsumtif terhadap produk Nokia menggunakan bantuan
program SPSS versi 11.5. Uji normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov Test yang
dilakukan menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel. 10 Tabel Uji Normalitas
Konformitas Kecenderungan Perilaku Konsumtif
K – S Z 0,908 1,318
Pada skala konformitas diperoleh z = 0,908 dengan p = 0, 381 (p>0,05) ini
menunjukkan bahwa skala konformitas berdistribusi normal. Sedangkan pada
skala kecenderungan perilaku konsumtif diperoleh skor z = 1,318 yang memiliki p
sebesar 0,062 skala berdistribusi normal karena memiliki angka probabilitas
>0,05. Dengan demikian kedua variabel yang diukur dalam penelitian ini
memiliki distribusi normal.
b. Uji Linearitas
Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 11.5
dengan menggunakan teknik Compare Means. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah hubungan konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif
remaja linear atau tidak linear. Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 11
Berdasarkan hasil penghitungan diatas diperoleh bahwa variabel konformitas
dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja memiliki linearitas dengan p =
0,000 (p < 0,05), kedua variabel linear menunjukkan bahwa korelasi yang
dihasilkan akan tinggi antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesa pada penelitian ini menggunakan teknik Product Moment
dari Pearson dengan taraf signifikansi 5 %. Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa koefisien korelasi antara skala konformitas dan skala kecenderungan
perilaku konsumtif remaja yang diperoleh sebesar 0,683 dengan p= 0,000 (p <
0,005) berarti kedua variabel tersebut terbukti memiliki korelasi yang cukup
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara konformitas dan kecenderungan perilaku
konsumtif remaja terhadap ponsel Nokia.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada korelasi antara
konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja terhadap ponsel Nokia
sebesar 0,683 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,005), ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara konformitas dan kecenderungan perilaku
konsumtif remaja terhadap ponsel Nokia. Koefisien sebesar 0,683 juga