• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONFORMITAS DAN KECENDERUNGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG PADA PRODUK PONSEL NOKIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN KONFORMITAS DAN KECENDERUNGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG PADA PRODUK PONSEL NOKIA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BANDAR LAMPUNG PADA PRODUK PONSEL NOKIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Martha Lia

NIM : 029114039

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

Tanpa semangat,

tak ada pekerjaan besar dapat diciptakan ….

.emerson.

(5)

Karya ini dipersembahkan untuk,

Kedua orang tuaku, babe dan nyak,

Nenek, Novel dan Vanny,

Be 5509 jj,

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skipsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

Penulis ( Martha Lia )

(7)

Hubungan Konformitas Dan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Pada Produk Ponsel Nokia

Martha Lia

Yogyakarta : Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung pada produk ponsel Nokia. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung pada produk ponsel Nokia.

Subyek penelitian adalah siswa siswi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung sebanyak 100 orang yang berusia 13 sampai 16 tahun dan menggunakan ponsel Nokia. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala konformitas dengan reliabilitas sebesar 0,7559 dan skala kecenderungan perilaku konsumtif pada ponsel Nokia dengan reliabilitas sebesar 0,8650. Kedua variabel ini disusun menggunakan metode rating yang dijumlahkan.

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,683 dengan p = 0,000 (p<0,005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, ini berarti ada hubungan signifikan antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja SMP Xaverius 4 pada ponsel Nokia.

(8)

Relation Of Between Conformity And The Consumtive Behavioral Tendency Of Toward Nokia Cellular Phone at Adolescent in Xaverius 4th Junior High

School

Martha Lia

Yogyakarta : Psychology Faculty, Psychology Majors, Program Study Of Psychology of Sanata Dharma University

This research aim to know the relation between conformity and tendency of consumptive behavior toward Nokia cellular phone at Xaverius 4th Junior High School. The hypothesis of this research there is relation between conformity and tendency of consumptive behavior toward Nokia cellular phone at student in Xaverius 4th Junior High School.

The subject of this research are 100 students in Xaverius 4th Junior High School which have age between 13 up to 16 year and using Nokia cell phone. Appliance of data collecting used consisted by two measuring instrument that is conformity scale with reliability 0,7559 and tendency consumptive behavior scale toward Nokia cell phone with reliability 0,8650. Both variable compiled with summated rating method.

This research data analysed using Product Moment technique of Pearson with correlation coefficient 0,683 with p = 0,000 (p<0,005). This research result indicated that the hypothesis are accepted and there is a relation which significant between conformity and tendency of consumptive behavior toward Nokia cell phone at adolescent in Xaverius 4th Junior High School.

(9)

Puji syukur kehadiran Allah SWT Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW serta sahabat.

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Konformitas Dan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Pada Produk Ponsel Nokia” disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Saya sadar bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih pada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi banyak kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si, selaku dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta dengan penuh kesabaran.

3. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswi Universitas Sanata Dharma.

(10)

6. Kedua orang tuaku, Bapak Budi Nur Cahyono & Rosmawati Barus, terimakasih atas segala bentuk dorongan dan dukungan yang luar biasa serta kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.

7. Nenek, Om Heru, adik-adiku Novel dan Vanny atas dukungan dan doanya. 8. Budi Cahyono dan keluarga, Mba Tuti, Mba Rina dan Mba Nani, untuk

semua bantuan dan keramahtamahannya selama ini.

9. Bapak Yayerdi dan Ibu Malindawati beserta keluarga, Yogga, adiku Nova dan Vitho, terimakasih untuk semua dukungan dan doanya.

10.Sobat lama Melly dan Rina matur nuwun buat supportnya dari jauh. 11.BE 5509 JJ yang menemani selama perjuangan.

12.Teman-teman Blunyahrejo, Budi, Toto, Bang Abib, Bang Fadli, Bang Iwan, Bang Opik, Bang Rahmat.

13.Teman-teman Anakewong Production, Anjar, Acan, Payung, Pak Eko, Didit, Aldrin, Bhecek, U’unk, Ule’, Sei, Asep, Riska plus Ka Theo.

14.Ekspedisi Malang Bang Coco, Agung, Trimbil, Yoppi, Anas.

15.Keluarga Pelajar Mahasiswa Bandar Lampung (GARIS ALAM) Wahyu, Ajay, Dian, Billy, Andrie, Faisole, Ryan, dll.

16.Eliz, Dodo, Meliana dan teman-teman Psikologi angkatan 2002 Selamat Berjuang !!

17.Teman satu atap yang menyenangkan Dita, Rini, Dwi, Lina, Lela, Sinta, Nita, Iin, Ita, Phira dan Mas Dodit terimakasih banyak.

(11)

Judul ……… i

2. Aspek-Aspek Dalam Perilaku Konsumtif ………. 9

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ….. 11

B. Konformitas ………... 14

1. Pengertian Konformitas ………. 14

2. Aspek-Aspek Konformitas ……… 15

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas ………….. 17

4. Dampak Konformitas ……… 20

C. Remaja ………. 23

(12)

D. Dinamika Hubungan Konformitas dan Kecenderungan

2.2. Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif ……… 41

(13)

B. Saran ……… 52

1. Bagi Remaja ………... 52

2. Bagi Orang Tua ……….. 52

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ………... 53

DAFTAR PUSTAKA ………. 54

LAMPIRAN ……… 56

(14)

Lampiran 1.

Reliabilitas Skala Konformitas Dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia ……… 57

Lampiran 2.

Reliabilitas Skala Konformitas Dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia Setelah Uji Coba ………. 60

Lampiran 3.

Uji Normalitas, Uji Linearitas dan Uji Hipotesa ………. 63

Lampiran 4.

Data Skala Konformitas dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia ………. 67

Lampiran 5.

Data Skala Konformitas dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Ponsel Nokia Setelah Uji Coba ……… 72

Lampiran 6.

Skala Konformitas dan Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Setelah UjiCoba ……….. 77

(15)

TABEL 1.

Blue Print Skala Konformitas ……….. 36

TABEL 2.

Persebaran Butir Pernyataan Skala Konformitas ………... 37

TABEL 3.

Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif ………. 37

TABEL 4.

Persebaran Butir Pernyataan Skala Kecenderungan

Perilaku Konsumtif ……….. 38

TABEL 5.

Butir Pernyataan yang Lolos dan Gugur Skala Konformitas ………….. 40

TABEL 6.

Persebaran Butir Pernyataan Skala Konformitas ………. 40

TABEL 7.

Butir Pernyataan yang Lolos dan Gugur Skala Kecenderungan

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di masa yang terus berkembang seperti saat ini, kemajuan yang terjadi di

setiap bidang terasa lebih pesat. Seperti halnya perkembangan dalam bidang

teknologi komunikasi yang saat ini dapat dirasakan kemajuannya. Masyarakat

sebagai bagian dari pelaku kemajuan tersebut mencoba untuk selalu

menyesuaikan diri dengan perkembangan. Masyarakat memanfaatkan kemajuan

teknologi komunikasi tersebut sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya dalam

menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Teknologi yang selanjutnya disebut sebagai

telepon selular (ponsel) merupakan salah satu kemajuan yang dapat dirasakan oleh

masyarakat.

Masyarakat sangat menyadari pentingnya mengikuti perkembangan teknologi

yang ada dan berkembang saat ini. Dengan adanya kemajuan teknologi,

masyarakat semakin dimudahkan dalam segala aktivitasnya. Teknologi membuat

masyarakat merasa dimanjakan dengan segala kemudahan-kemudahan yang

ditawarkan dari produk-produk yang digunakannya. Oleh karena itu masyarakat

tak ragu mengeluarkan uang lebih untuk bisa memiliki produk-produk yang

mereka inginkan dengan harapan produk tersebut semakin dapat memberi

kepuasan dan kemudahan dari produk yang sebelumnya digunakan oleh mereka.

Sehingga tak jarang masyarakat selalu mengikuti perkembangan dan memiliki

(17)

Menjamurnya tempat-tempat seperti supermarket, mall, toserba telah menjadi

komoditas bagi kaum remaja, keberadaan tempat tersebut yang dianggap eksklusif

melahirkan gaya hidup baru yang memiliki konsumeristik. Menurut Yasraf A

Piliang (Sumartono, 2002) berpendapat bahwa budaya konsumer dewasa ini tidak

hanya sekedar bersifat fungsional, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia

akan tetapi telah bersifat materi sekaligus simbolik.

Menurut Grinder (Lina & Rosyid, 1997) perilaku konsumtif adalah pola hidup

manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi

hasrat kesenangan semata-mata. Pengertian perilaku konsumtif ini sejalan dengan

pendapat Dahlan (Lina & Rosyid, 1997) yakni suatu perilaku yang ditandai oleh

adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap

paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya

serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu

keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. Seseorang menjadi lebih

mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan dan cenderung dikuasai oleh

hasrat kesenangan semata. Berangkat dari teori ini kita dapat memberikan asumsi

bahwa perilaku konsumtif yang dimunculkan oleh para konsumen semata-mata

karena dorongan untuk mencari kepuasan dan kesenangan dalam diri mereka atas

suatu produk yang mereka pilih.

Kecenderungan munculnya perilaku konsumtif banyak disoroti terjadi

dikalangan remaja. Remaja sebagai bagian dalam masyarakat yang mengkonsumsi

produk-produk yang ada di pasaran. Realitas menunjukkan bahwa perilaku

(18)

(Sumartono, 2002) remaja sebagai salah satu golongan dalam masyarakat, tidak

lepas dari konsumtivisme ini, sehingga tidaklah aneh jika remaja menjadi sasaran

berbagai produk perusahaan. Teori ini didukung pula dengan pendapat Loudon &

Bitta (Lina & Rosyid, 1997) yang menyatakan bahwa remaja adalah kelompok

yang berorientasi konsumtif, karena kelompok ini suka mencoba hal-hal yang

dianggap baru. Ini memberi gambaran bahwa keinginan remaja untuk selalu

mencoba hal-hal baru sebagai salah satu ciri khas perkembangan remaja mampu

mendorong para remaja tersebut untuk mengarah pada munculnya perilaku

konsumtif.

Munculnya perilaku konsumtif dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

eksternal dan internal (Engel, Kollat & Blackwell, 1973 ; Kotler, 1982 ; Swastha

& Handoko, 1987). Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok

sosial dan kelompok referensi serta keluarga. Kebudayaan dapat tercermin dalam

cara hidup, kebiasaan dan tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang

di pasar. Kelas sosial adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang

mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat, memegang nilai-nilai,

mempunyai minat dan menampilkan perilaku yang mirip. Interaksi seseorang di

dalam kelompok sosial akan berpengaruh langsung pada pendapat dan seleranya,

sehingga akan mempengaruhi pemilihan produk atau merk barang. Keluarga juga

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan sikap dan perilaku

anggotanya, termasuk dalam pembentukan keyakinan dan berfungsi langsung

(19)

Sedangkan faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif ialah

motivasi dan harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep

diri. Motivasi merupakan pendorong perilaku orang, untuk melakukan pembelian

atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar dan harga diri dapat berpengaruh

pada perilaku membeli. Selain itu, pembelian yang dilakukan konsumen juga

merupakan suatu rangkaian dari proses belajar. Kepribadian menurut Hawkin,

Coney dan Bert (Lina & Rosyid, 1997), juga sangat berpengaruh pada perilaku

pengambilan keputusan untuk membeli produk.

Menurut Glock (Lina & Rosyid, 1997) berdasarkan hasil penelitiannya

mengungkapkan, konsumsi yang berlebihan sangat ditentukan oleh sikap mudah

terpengaruh oleh kelompok referensi. Remaja sebagai konsumen yang masih

dalam masa transisi mempunyai karakterisitik mudah dipengaruhi oleh kelompok

sebaya dan referensinya serta memiliki kontrol eksternal lebih tinggi daripada

kontrol internal.

Remaja dalam berproses dalam pergaulannya selalu terlibat dengan teman

seusianya yang ditemui di lingkungan sekolahnya. Remaja membuat

kelompok-kelompok bermain dari jumlah sedikit sampai terdiri dari beberapa orang yang

kemudian disebut geng atau klik. Remaja banyak menghabiskan waktu bersama

teman sebayanya dibandingkan dengan keluarga. Oleh karena itu remaja selalu

berusaha untuk dapat diterima di kelompoknya agar dirinya dapat menunjukkan

eksistensinya sebagai remaja yang diakui keberadaannya. Peran teman dalam

kelompok sangat besar pada remaja, remaja selalu mencoba menyesuaikan diri

(20)

Menurut Mappiare (1983) mengatakan bahwa salah satu sifat remaja yang

kondusif untuk terjadi konformitas adalah adanya kebutuhan berteman yang kuat.

Kebutuhan tersebut dirasakan remaja dapat untuk menemukan pemecahan

terhadap masalah yang menurut remaja sulit untuk dipecahkan, karena kelompok

memang memberi fungsi situasi untuk belajar yang memungkinkan remaja

tersebut memperoleh banyak informasi.

Melihat dari besarnya peran teman sebaya dalam kelompok remaja ini mampu

mendorong remaja untuk membentuk perilaku remaja. Seperti yang diungkapkan

oleh Deutsch & Gerard (Baron, 1979) ada dua aspek yang mendasari munculnya

konformitas yaitu aspek normatif dan aspek informasional. Aspek normatif yaitu

perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain, menyesuaikan diri

dengan norma kelompok sebagai keinginan untuk memenuhi harapan dan dapat

diterima oleh kelompok. Aspek informasional yaitu aspek yang mendorong

individu untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok, pengalaman

ketidakjelasan terhadap suatu informasi atau objek diatasi dengan merujuk pada

pendapat kelompok. Remaja melakukan berbagai cara untuk bisa menyesuaikan

diri dengan nilai-nilai yang ada dalam kelompok, dengan harapan mendapat

penerimaan dan tidak ada penolakan dari kelompok tersebut.

Salah satunya upaya remaja untuk dapat diterima dalam kelompoknya yaitu

dengan menyesuaikan penampilannya dengan kelompoknya. Upaya ini dilakukan

untuk mendapatkan pengakuan akan kesamaan minat dirinya dalam kelompok

(21)

merubah perilakunya dalam mengambil keputusan. Misalnya, keputusan yang

membantu dirinya untuk menentukan pilihan apa yang tepat bagi dirinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis ingin

mengetahui apakah ada hubungan antara konformitas dan kecenderungan perilaku

konsumtif terhadap produk ponsel Nokia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan pokok pada

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konformitas dan kecenderungan

perilaku konsumtif remaja pada ponsel Nokia ?

C. Tujuan Penelitian

Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif

pada remaja terhadap produk Nokia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian terutama dalam bidang ilmu

(22)

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada

para orang tua mengenai remaja agar lebih memahami perkembangan remaja dan

(23)

BAB II

DASAR TEORI

A. PERILAKU KONSUMTIF

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Menurut Grinder (Lina & Rosyid, 1997) perilaku konsumtif adalah pola hidup

manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi

hasrat kesenangan semata-mata. Hal ini sejalan dengan pendapat Dahlan (Lina &

Rosyid, 1997) mengartikan konsumtivisme sebagai kehidupan mewah dan

berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan

kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (Sumartono, 2002) memberikan

batasan mengenai konsumtivisme sebagai kecenderungan manusia untuk

menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor

keinginan daripada kebutuhan. Hal tersebut menjelaskan bahwa seseorang lebih

mementingkan faktor keinginan daripada faktor kebutuhan yang merupakan upaya

untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. Hal tersebut didukung pula dengan

pendapat Sachari (1984) mengungkapkan bahwa konsumtivisme terjadi karena

masyarakat mempunyai kecenderungan materialistic, hasrat yang besar untuk

memiliki benda tanpa memperhatikan kebutuhannya.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif

(24)

benda-benda yang didasarkan pada pemenuhan kepuasan dan kesenangan semata-mata

tanpa memperhatikan kebutuhannya.

2. Aspek - Aspek Dalam Perilaku Konsumtif

Menurut Hidayati (Dewi, 2006) ada empat aspek yang ada dalam perilaku

konsumtif, yaitu :

a. Impulsif

Aspek ini menunjukkan perilaku konsumtif terjadi semata-mata karena hasrat

tiba-tiba atau keinginan sesaat melakukan tanpa ada perencanaan dan

pertimbangan, tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian.

b. Pemborosan

Aspek ini menjabarkan perilaku konsumtif sebagai suatu perilaku membeli

yang menghambur-hamburkan banyak dana.

c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)

Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang dilakukan

semata-mata untuk mencari kesenangan.

d. Mencari Kepuasan (satisfaction seeking)

Aspek ini memperlihatkan bahwa perilaku konsumtif didasari pada keinginan

untuk selalu lebih dari yang lain, selalu ada ketidakpuasan dan usaha untuk

memperoleh pengakuan, serta biasanya diikuti oleh rasa bersaing yang tinggi.

Sumartono (1998) memaparkan beberapa indikator dalam perilaku konsumtif,

diantaranya :

(25)

2. Membeli produk karena kemasan menarik.

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau

kegunaannya).

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

6. Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang

mengiklankan produk.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan

menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis.

Berdasarkan pemaparan hal tersebut, aspek-aspek yang ada dalam perilaku

konsumtif menurut Hidayati (Dewi, 2006) akan digunakan dan dikembangkan

sebagai alat ukur dalam penelitian ini yaitu impulsif, pemborosan, mencari

kesenangan dan kepuasan, keempat aspek itu tergambar secara lebih rinci dalam

beberapa indikator (Sumartono, 1998) yaitu membeli produk yang memiliki

kemasan menarik, menawarkan hadiah, keinginan untuk mengikuti model yang

mengiklankan produk tersebut atau sekedar untuk meningkatkan gengsi karena

memiliki simbol status tertentu sehingga seseorang membeli dikarenakan

pertimbangan harga terlebih dahulu dibandingkan dengan manfaatnya. Semakin

(26)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Pemahaman mengenai perilaku konsumtif dapat ditelusuri melalui

pemahaman mengenai perilaku konsumen. Perilaku konsumen dalam membeli

barang dipengaruhi oleh banyak faktor, secara umum dapat dibedakan menjadi

dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Engel, Kollat & Blackwell,

1973 ; Kotler, 1982 ; Swastha & Handoko, 1987).

1. Faktor Eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan

kelompok referensi serta keluarga.

Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan dan tindakan dalam

permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku

konsumen. Semakin tinggi permintaan bermacam barang di pasar, semakin

konsumtif cara hidup dan kebiasaan dalam suatu kebudayaan untuk membeli

suatu produk maka dapat mempengaruhi individu dalam kebudayaan tersebut.

Kelas sosial adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang mempunyai

kedudukan yang seimbang dalam masyarakat, memegang nilai-nilai, mempunyai

minat dan menampilkan perilaku yang mirip (Mangkunegara dan Prabu, 1988).

Interaksi seseorang dalam kelompok sosial akan berpengaruh langsung pada

pendapat dan seleranya, sehingga akan mempengaruhi pemilihan produk atau

merek barang (Swastha & Handoko, 1997). Kelas sosial memberikan perbedaan

dalam pola dan gaya hidup, hal tersebut dapat menimbulkan pengaruh pada pola

pembelian produk seseorang. Sementara itu, seseorang juga melihat kelompok

referensinya dalam berperilaku menentukan produk yang dikonsumsinya.

(27)

membentuk kepribadian dan perilaku seseorang tersebut. Peran kelompok

referensi yang besar dapat mendorong individu untuk mengonsumsi produk yang

sama secara terus menerus sehingga memungkinkan munculnya kecenderungan

perilaku konsumtif pada kelompoknya. Keluarga juga menjadi bagian dari faktor

eksternal yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pembentukan sikap dan

perilaku anggotanya, termasuk dalam pembentukan keyakinan dan berfungsi

langsung dalam menetapkan keputusan konsumen Loudon dan Bitta (Lina &

Rosyid, 1997). Keluarga bertangung jawab terhadap proses sosialisasi konsumen

(Sumartono, 1998) keluarga meneruskan nilai budaya dan norma kelompok

kepada individu, sehingga seseorang ketika akan mengkonsumsi suatu produk

telah mengalami proses pengamatan dalam keluarga, keluarga yang memiliki

kecenderungan perilaku konsumtif akan memunculkan individu yang konsumtif

pula.

2. Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku membeli ialah motivasi

dan harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep diri.

Motivasi merupakan pendorong perilaku orang, tidak terkecuali dalam melakukan

pembelian atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar. Sementara harga diri

berpengaruh pada perilaku membeli, orang-orang yang harga dirinya rendah akan

cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada orang-orang yang harga dirinya

tinggi (Sears, Freedman dan Peplau, 1992). Swastha dan Handoko (1997)

mengatakan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk membeli suatu

(28)

produk tersebut. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman individu

dalam membeli produk yang memberikan kesenangan dapat memunculkan

dorongan untuk mengulangi pembelian produk tersebut di waktu yang akan

datang, hal ini dapat memunculkan kecenderungan perilaku konsumtif apabila

pembelian produk tidak lagi melihat manfaatnya melainkan sebagai pemenuhan

kesenangan semata. Howard dan Weth (1960) menyatakan bahwa pembelian yang

dilakukan konsumen juga merupakan suatu rangkaian proses belajar. Hal ini

sejalan dengan penjelasan mengenai pengalaman individu yang merasa puas

dengan suatu produk, pengalaman tersebut menjadikan pembelajaran bagi

seseorang untuk terus membeli dan mengkonsumsi produk yang dapat

memberikan kesenangan dan kepuasan. Sedangkan kepribadian menurut Hawkin,

Coney dan Bert (Lina & Rosyid, 1997), sangat berpengaruh pada perilaku

pengambilan keputusan untuk membeli produk : minuman, mobil, warna pakaian

dan kegiatan yang sifatnya rekreasional. Menurut Hidayati (Dewi, 2006)

kepribadian adalah ciri atau sifat yang ada dalam keseluruhan cara hidup

seseorang. Kepribadian remaja meliputi semua kecenderungan emosional dan pola

tingkah lakunya yang memberikan tanda kepadanya sebagai pribadi yang

well-adjusted atau mal-well-adjusted seperti yang diukur oleh standar-standar masyarakat

dimana ia tinggal. Kepribadian remaja ini dapat mempengaruhi perilaku

konsumtif mereka. Konsep diri pada remaja merupakan cara pandang remaja

terhadap dirinya. Mengidentifikasikan dirinya sesuai dengan harapan dirinya

sendiri dan juga harapan orang lain, tentu saja hal ini akan mempengaruhi cara

(29)

akan bisa menerima dirinya apa adanya baik kekurangan dan kelebihannya.

Mereka bisa menghargai dirinya dan bisa menerima perbedaannya dengan orang

lain tanpa merasa terbebani, sehingga meskipun mereka tidak memiliki barang

seperti yang dimiliki teman-temannya tidak menjadikan masalah yang berarti bagi

mereka, kelebihan ini menjadikan mereka tidak mudah dipengaruhi untuk

berperilaku konsumtif.

Berdasarkan pemaparan tersebut, perilaku konsumtif dipengaruhi dua faktor

yaitu faktor eksternal dan internal. Dalam penelitian ini, penulis akan melihat

faktor kelompok sosial dan kelompok referensi yang dapat mempengaruhi

munculnya kecenderungan perilaku konsumtif dikalangan remaja.

B. KONFORMITAS

1. Pengertian Konformitas

Menurut Baron (1979) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana

individu merubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial

yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarwono (1995) konformitas yaitu

kesesuaian antara perilaku seseorang dengan perilaku orang lain atau perilaku

seseorang dengan harapan orang lain tentang perilakunya.

Kiesler dan Kiesler (Rakhmat, 1996) mengungkapkan bahwa konformitas

adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai

akibat tekanan kelompok baik yang nyata maupun tekanan yang dibayangkan.

Demikian pula pendapat Wulandari (2004) individu akan menampilkan

(30)

orang lain, mereka percaya pada orang lain, juga karena takut menjadi orang yang

menyimpang.

Berdasarkan pemaparan beberapa teori di atas, konformitas adalah suatu jenis

pengaruh sosial dimana individu melakukan penyesuaian sikap dan tingkah laku

mereka sesuai dengan norma kelompok agar sesuai dengan tuntutan dan harapan

kelompok.

2. Aspek - Aspek Konformitas

Deutsch & Gerard (Baron, 1979) mengemukakan ada dua aspek yang

mendasari munculnya konformitas :

a. Normatif

Aspek sosial normatif meliputi perubahan tingkah laku kita untuk memenuhi

harapan orang lain, menyesuaikan diri dengan norma kelompok sebagai keinginan

untuk memenuhi harapan dan dapat diterima oleh kelompok.

b. Informasional

Aspek sosial informasional ini didasarkan pada keinginan individu untuk

menjadi benar dan memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial. Aspek ini

mendorong individu untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok,

pengalaman ketidakjelasan terhadap suatu informasi atau objek diatasi dengan

merujuk pada pendapat kelompok. Opini dan tindakan kelompok dijadikan

panduan opini dan tindakan seseorang. Ketergantungan terhadap kelompok seperti

inilah yang seringkali menjadi sumber kuat untuk kecenderungan melakukan

(31)

Menurut Myers (1999) menjelaskan bahwa aspek mendasar yang ada dalam

konformitas adalah adanya perubahan perilaku dan melibatkan adanya tekanan

kelompok, baik nyata maupun imajiner. Sedangkan menurut Widyastuti

(Kusumastuti, 2005) mengungkapkan dua aspek yang ada dalam konformitas

yaitu :

a. Penyamaan perilaku dengan perilaku kelompok.

Individu mengubah perilaku sebelumnya agar sama dengan perilaku kelompok

dengan mengambil standar kelompok.

b. Perilaku standar kelompok (tekanan kelompok)

Perilaku standar kelompok adalah perilaku yang sesuai dengan tuntutan dalam

kelompok ketika mengetahui informasi dan atau norma yang berasal dari

kelompok tersebut. Tuntutan ini dapat menjadi tekanan yang bersifat imajiner atau

nyata bagi individu. Dikatakan imajiner apabila tekanan dari kelompok

sebenarnya merupakan interpretasi dari aturan-aturan tak tertulis yang berlaku

dalam kelompok.

Berdasarkan uraian diatas, diketahui ada dua aspek yang akan diukur

mengenai konformitas dalam penelitian ini, yaitu aspek normatif dan

informasional. Konformitas akan cenderung muncul didasari oleh adanya

keinginan untuk memenuhi harapan orang lain agar dapat diterima oleh kelompok

dengan adanya perubahan perilaku sebelumnya agar sama dengan standar

kelompok, serta adanya keinginan untuk memiliki persepsi dan sikap yang

(32)

individu mengambil nilai-nilai yang dianggap benar dalam kelompok untuk

dijadikan pedoman bagi dirinya.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Menurut Rakhmat (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas

adalah sebagai berikut :

a. Faktor Situasional

1. Kejelasan Situasi

Situasi yang tidak jelas dan tidak berstruktur dapat memperbesar

kecenderungan kita untuk mengikuti kelompok.

2. Konteks Situasi

Kecenderungan untuk konformitas lebih besar muncul pada situasi yang

menghargai konformitas, misal orang lain akan menyukai seseorang apabila ia

sepakat dengan pendapat dan keyakinan mereka, sehingga di waktu yang akan

datang, seseorang tersebut cenderung akan melakukan konformitas.

3. Cara Menyampaikan Penilaian dan Perilaku

Ketika orang menyampaikan penilaian dan perilaku secara terbuka, cenderung

akan melakukan konformitas daripada bila mengungkapkannya secara rahasia.

4. Karakteristik Sumber Pengaruh

Karakteristik anggota dapat mempengaruhi pendapat seseorang untuk ikut

(33)

5. Ukuran Kelompok

Pengaruh norma kelompok pada konformitas anggota-anggotanya bergantung

pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang menyatakan penilaian, semakin

besar ukurannya maka semakin tinggi tingkat konformitasnya.

6. Tingkat Kesepakatan Kelompok

Orang yang dihadapkan pada sebuah keputusan kelompok yang sudah bulat

akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Bila

kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan terhadap konformitas.

b. Faktor Personal

1. Usia

Semakin tinggi usia seseorang, semakin mandiri seseorang maka semakin

tidak bergantung pada orang tua dan semakin berkurang kecenderungannya untuk

konformitas.

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas daripada

pria.

3. Stabilitas Emosi

Orang yang stabilitas emosinya kurang stabil lebih mudah untuk mengikuti

kelompok daripada orang yang emosinya stabil.

4. Kecerdasan

Kecerdasan berkorelasi negatif dengan konformitas, semakin tinggi

kecerdasan seseorang maka semakin berkurang kecenderungan ke arah

(34)

5. Motivasi

Motif untuk berafiliasi dapat mendorong konformitas, sedangkan motif

berprestasi, motif aktualisasi diri dan konsep diri yang positif akan menghambat

konformitas.

6. Harga Diri

Harga diri (self esteem) merupakan persepsi individu terhadap dirinya.

Individu yang memiliki taraf harga diri tinggi akan menyukai dirinya dan melihat

bahwa dirinya mampu menghadapi lingkungan, sedang individu yang taraf harga

dirinya rendah mudah dihinggapi rasa takut

Menurut Baron (1979) berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi

munculnya konformitas :

a. Kohesivitas : Menerima Pengaruh dari Orang-Orang Yang Kita Sukai.

Kohesivitas yaitu derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu terhadap

suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, saat kita suka dan mengagumi suatu

kelompok orang-orang tertentu maka tekanan untuk melakukan konformitas

semakin bertambah besar. Sedangkan sebaliknya, ketika kohesivitas rendah, maka

tekanan terhadap konformitas juga rendah.

b. Ukuran Kelompok

Konformitas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran

kelompok. Semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula

kecenderungan kita untuk ikut serta.

c. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif : Saat Norma

(35)

Norma sosial dapat bersifat formal atau informal. Norma deskriptif adalah

norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada

situasi tertentu, norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan cara memberitahu

kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada situasi

tersebut. Sedangkan norma injungtif menetapkan apa yang harus dilakukan yaitu

tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tersebut. Namun,

dalam situasi tertentu, terutama situasi dimana tingkah laku yang tidak diterima

oleh suatu kelompok cenderung muncul, norma injungtif memberikan pengaruh

yang cukup kuat.

Konformitas secara garis besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adanya pengaruh dari orang-orang yang disukai dan memiliki peran penting bagi

individu tersebut, besar kecilnya ukuran atau jumlah anggota kelompok dan

norma-norma yang ada di dalam kelompok tersebut.

4. Dampak dari Konformitas

Dalam hasil penelitian Asch (Baron, 1979) menyatakan bahwa beberapa orang

melakukan konformitas dengan sepenuh hati, menyimpulkan bahwa mereka salah

dan orang lain benar. Mereka merasa bahwa penilaian mereka benar, tetapi di saat

yang bersamaan mereka tidak ingin berbeda.

Sedangkan dalam penelitian Griffin & Buehler (Baron, 1979) menyatakan

bahwa salah satu kemungkinan yang melibatkan kecenderungan untuk mengubah

persepsi mereka terhadap situasi tersebut sehingga konformitas tampak

(36)

situasi, mereka cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang dapat dibenarkan,

meskipun hal itu membuat seseorang bertingkah laku secara berlawanan dengan

nilai yang sebenarnya.

Hal ini juga dapat terjadi pada remaja, dilihat dari ciri-ciri remaja (Sujanto,

1980) yang menjelaskan bahwa remaja memiliki sifat ambivalen terhadap setiap

perubahan sehingga pendiriannya tidak kuat, hal ini tampak ketika muncul rasa

takut tidak diterima oleh teman sebaya jika tidak berpenampilan sama dengan

teman-teman lainnya. Sesuai dengan teori diatas, konformitas remaja terhadap

teman sebayanya memberi dampak yang positif bagi remaja dalam

lingkungannya. Remaja yang konform dengan kelompoknya merasa dirinya

benar, merasa nyaman dan terhindar dari perbedaan. Remaja merasa dirinya

diterima dalam lingkungan kelompok sosialnya. Keinginan untuk berperilaku

sama dengan kelompok memberikan rasa nyaman pada remaja agar terhindar dari

perbedaan dengan kelompoknya. Meski remaja merasa pendapatnya benar namun

mereka tidak ingin tampak berbeda dengan kelompoknya.

Remaja yang banyak berinteraksi dengan teman sebayanya mencoba untuk

menjadi bagian dalam kelompoknya dengan melakukan banyak penyesuaian.

Penyesuaian-penyesuaian tersebut bertujuan agar dirinya mendapat penerimaan

dan pengakuan dalam kelompok dengan cara melakukan perubahan dalam

dirinya, seperti perubahan dalam penampilan yang sesuai dengan kelompok.

Penyesuaian yang dilakukan remaja dalam kelompok merupakan tindakan akibat

(37)

Konformitas dapat memberikan dampak yang negatif apabila remaja merubah

tingkah lakunya secara berlawanan dengan nilai yang sebenarnya diyakininya.

Konformitas juga memberikan dampak buruk apabila remaja merasa dirinya salah

dan orang lain benar, sehingga mendorong remaja untuk berupaya menyesuaikan

diri karena remaja tidak ingin terlihat berbeda dengan kelompok sebayanya.

Penyesuaian yang terjadi pada remaja tersebut mengakibatkan remaja cenderung

berperilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diyakininya melainkan berperilaku

karena tidak ingin merasa berbeda. Salah satu bentuk perilakunya adalah

kecenderungan berperilaku konsumtif. Batasan konsumtivisme sebagai

kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia

lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan (Sumartono, 2002).

Remaja ingin dirinya diterima dan tidak ingin dirinya berbeda dalam

kelompoknya, oleh karena itu remaja akan mengkonsumsi produk yang sama

dengan kelompoknya secara terus menerus sesuai perkembangan yang terjadi di

dalam kelompoknya.

Perkembangan trend yang ada dan terjadi dalam kelompok membuat remaja

terus merubah dirinya seperti harapan dan norma kelompok. Salah satu bentuk

perubahan penampilan mengikuti trend yang dilakukan remaja dan kelompoknya

yakni dengan menggunakan produk-produk terbaru yang terus berkembang.

Penyesuaian tidak berhenti melainkan terus bergulir, penggunaan produk yang

baru dan sesuai trend dalam kelompok saat itu menjadi tuntutan tersendiri bagi

remaja. Pola hidup demikian memunculkan kecenderungan baru dalam

(38)

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan melainkan sebagai upaya untuk mencari

kesenangan dan kepuasan semata.

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (1997), masa remaja sebagai masa pencarian identitas,

sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan

standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada

individualitas.

Masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa awal remaja berlangsung,

kira-kira 13 sampai 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir yang dimulai dari

usia 16 atau 17 sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock,

1997).

Dalam penelitian ini remaja yang dilibatkan berusia antara 13 sampai 16 tahun

yang tergolong dalam masa remaja awal.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Erikson (Hurlock, 1997) menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini

mempengaruhi perilaku remaja yaitu dalam usaha mencari perasaan

kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan

kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka

harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk berperan

(39)

mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang

sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan

identitas dimasa kanak-kanak.

Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat

banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri

dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku

sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi

persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai

baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1997).

3. Ciri –Ciri Remaja

Menurut Hurlock (1997) ada beberapa ciri-ciri yang menjadi kekhasan di

masa remaja yaitu :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada periode remaja, ada beberapa periode yang lebih penting daripada

beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan

perilaku. Masa remaja, ada periode penting karena akibat fisik dan karena akibat

psikologis, kedua periode ini sangat penting. Perkembangan fisik yang cepat dan

penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama

diawal masa remaja. Perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian

(40)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Masa ini merupakan peralihan dari dari tahap perkembangan ke tahap

berikutnya. Anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Anak

harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus

mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap

yang sudah ditinggalkan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Ada lima perubahan yang sama yang hampir

bersifat universal, yaitu pertama, meningginya emosi, kedua yaitu pertumbuhan

tubuh, ketiga yaitu minat dan peran yang diharapkan kelompok sosial, keempat

yaitu perubahan minat dan pola perilaku mengubah nilai-nilai, dan yang kelima

yaitu remaja cenderung bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak

laki-laki maupun anak perempuan, karena ketidakmampuan mereka untuk

mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja

akhirnya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan

mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan

(41)

individualitas. Seperti ditunjukkan dalam hal pakaian, berbicara dan perilaku anak

yang lebih besar ingin lebih cepat seperti teman-teman gengnya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya anggapan stereotip budaya yang bersifat negatif mengenai remaja

yang menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan

remaja muda takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap

perilaku remaja yang normal. Menerima stereotip ini dan adanya keyakinan

bahwa orang dewasa punya pandangan buruk tentang remaja.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia

inginkan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang

tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan

teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal

masa remaja.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa itu belum cukup. Remaja mulai

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu

merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam

perbuatan seks.

Remaja memiliki ciri khas dimasa perkembangannya. Ciri yang paling

menonjol di usia remaja diantaranya yaitu adanya perkembangan fisik dan mental

(42)

perilaku dan sikap baru yang menuju pada pendewasaan diri. Remaja mulai

melakukan penyesuaian diri dengan standar kelompok seperti halnya penyesuaian

dalam hal pakaian, berbicara dan perilakunya. Selain itu, remaja juga berusaha

untuk mencoba memberi kesan bahwa mereka sudah dewasa dengan berperilaku

yang dikaitkan dengan status dewasa.

Ciri-ciri remaja bila dipahami secara seksama sangatlah memungkinkan atau

kondusif untuk memunculkan perilaku konsumtif. Menurut Sujanto (1980) bahwa

ciri-ciri remaja adalah :

1. Mulai mencari identitas diri melalui penggunaan simbol status seperti

menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan

barang-barang lain yang mudah terlihat.

2. Bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan sehingga pendiriannya tidak

kuat.

3. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi sehingga mudah untuk dipengaruhi.

4. Munculnya rasa takut tidak diterima teman sebaya jika tidak berpenampilan

sama dengan teman-teman lainnya.

5. Memiliki sifat ingin tahu terhadap informasi yang diterima sehingga selalu

ingin mencoba sesuatu yang baru.

6. Mulai mencari identitas diri yang ditunjukkan dalam berpakaian, berbicara

dan memilih tokoh yang diidolakan.

7. Mulai tahu menghias diri dan menggunakan berbagai aksesoris yang dapat

(43)

D. Dinamika Hubungan Konformitas Dan Kecenderungan Perilaku

Konsumtif Pada Remaja

Remaja sebagai salah satu kelompok konsumen selalu mengamati

perkembangan disetiap waktu, terutama perkembangan teknologi yang makin

lama makin mutakhir. Remaja seringkali disoroti oleh para produsen sebagai

sasaran yang paling tepat untuk memasarkan produk-produk mereka. Menurut

Jatman (Lina & Rosyid, 1997) mengemukakan bahwa remaja Indonesia

merupakan kelompok sasaran yang potensial untuk memasarkan produk-produk

industri. Sedangkan menurut Glock (1984) sejalan dengan pendapat Hurlock

(1997) mengatakan bahwa remaja pada masa transisinya memiliki kondisi

emosional yang labil sehingga mudah untuk dipengaruhi oleh kelompoknya.

Dengan demikian, remaja termasuk golongan konsumen yang sangat mudah untuk

dipengaruhi karena diusia remaja yang masih belia tersebut mereka masih sangat

labil dalam menentukan mana yang terbaik bagi diri mereka.

Masa remaja banyak dilalui oleh kebanyakan remaja bersama dengan

teman-teman sebayanya daripada bersama dengan keluarga. Mereka lebih banyak

menghabiskan banyak waktu di luar rumah bersama dengan kelompoknya, maka

pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku

lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Kebersamaan dengan

teman-teman kelompoknya tentu akan memberikan banyak pengaruh pada remaja.

Salah satunya dengan menjadikan identitas baru bagi remaja sebagai salah satu

(44)

menyesuaikan dirinya agar sesuai dengan citra kelompoknya. Remaja akan

berusaha untuk melakukan berbagai hal agar dapat diterima dalam kelompoknya.

Penyesuaian terhadap kelompok yang dilakukan remaja tentu dapat membawa

pengaruh tersendiri bagi para remaja tersebut. Remaja yang berada dalam

kelompok mencoba untuk mengikuti trend yang sedang berkembang bersama

dengan teman sebayanya. Remaja akan mencoba untuk membentuk dirinya agar

sesuai dengan trend yang sedang berkembang dalam kelompoknya, dengan

harapan dapat diterima dan diakui keberadaannya. Remaja mencoba mengejar

pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya. Usaha ini tentu tidaklah mudah,

remaja harus banyak melakukan penyesuaian diri pada kelompok dengan merubah

sikap, perilaku dan penampilannya. Pengakuan dan penerimaan kelompok

menjadi hal yang harus diperjuangkan bagi remaja meski dengan pengorbanan

waktu maupun materi. Hal yang akan disoroti dalam penelitian ini adalah usaha

remaja untuk membentuk sikap dukungan pada kelompok dan melakukan

tindakan atau tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan kelompok baik yang nyata

maupun yang tidak tampak, salah satunya dengan selalu berusaha berpenampilan

yang kurang lebih sama dengan kelompoknya. Remaja berusaha membentuk

dirinya agar tampil sesuai atau lebih baik dari anggota lainnya. Dorongan untuk

melakukan penyesuaian ini menjadi alasan awal yang dapat memunculkan

perilaku konsumtif pada remaja.

Menurut Haditono (1995) remaja mempunyai kemampuan membeli yang

tinggi, sebab pada umumnya remaja berpakaian, berdandan, gaya potong rambut,

(45)

kebanyakan mereka membelanjakan uangnya untuk keperluan tersebut. Keadaan

yang demikian membuat remaja mempunyai pola konsumsi yang menunjukkan

sifat eksklusif dengan citra yang mahal dan mewah. Gejala ini dapat menimbulkan

perilaku konsumtif dikalangan remaja.

Remaja pada saat ini sudah lebih akrab dengan kemajuan teknologi khususnya

teknologi komunikasi. Telepon selular sudah merambah dikalangan remaja.

Remaja saat ini khususnya di daerah perkotaan selalu mengikuti perkembangan

ponsel yang ada di pasaran. Mereka mencoba untuk selalu mengikuti

perkembangan trend terbaru dari ponsel yang ada. Seringkali kita mendapati

pemandangan yang tak jarang bahwa remaja sudah banyak menggunakan

ponsel-ponsel dengan seri terbaru. Mereka memiliki banyak alasan tersendiri untuk terus

berganti seri terbaru yang muncul di pasaran. Mulai dari fasilitas yang ditawarkan

tidak hanya memberikan kemudahan untuk berkomunikasi, tetapi juga

memberikan hiburan kepada remaja.

Dengan fenomena yang ada saat ini, remaja seringkali berganti ponsel untuk

mencari sesuatu yang berbeda dalam diri mereka, sebagai simbol identitas dalam

diri mereka. Mereka berusaha memiliki produk-produk ponsel terbaru dengan

harga yang sangat tinggi, tanpa memikirkan lebih jauh manfaat dari ponsel

tersebut. Mereka mencari kepuasan dan kesenangan dengan memiliki ponsel

terbaru, disamping untuk memperoleh pengakuan, biasanya diikuti pula oleh rasa

bersaing yang tinggi. Remaja yang berada dalam kelompok pengguna satu merek

ponsel yang sama tentu akan termotivasi untuk mengikuti apa yang sudah menjadi

(46)

harapan kelompok mendorong remaja untuk merujuk pada tindakan kelompok.

Opini kelompok dalam mengkonsumsi suatu produk, dijadikan panduan bagi

remaja untuk menggunakan produk yang sama dengan kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin melihat apakah ada hubungan

antara konformitas terhadap kecenderungan perilaku konsumtif remaja pada

ponsel Nokia.

E. HIPOTESIS

Ada hubungan yang positif antara konformitas dan kecenderungan perilaku

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu penelitian yang

berbentuk hubungan antara dua variabel yang bertujuan untuk menyelidiki variasi

pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lainnya

(Azwar, 2004). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dua variabel,

yaitu variabel konformitas dan variabel perilaku konsumtif remaja.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam

penelitian (Suryabrata, 2004).

Variabel bebas : konformitas

Variabel tergantung : kecenderungan perilaku konsumtif remaja

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang

dapat diamati atau diobservasi (Suryabrata, 2004). Kedua variabel dalam

(48)

1. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah perilaku pola hidup manusia untuk memiliki dan

menggunakan benda-benda yang didasarkan pada pemenuhan kepuasan dan

kesenangan semata-mata tanpa memperhatikan kebutuhannya.

Aspek-aspek yang membentuk perilaku konsumtif menurut teori Hidayati (Dewi,

2006), diantaranya :

a. Impulsif

Aspek ini terdiri dari beberapa indikator :

- muncul rasa ingin membeli secara tiba-tiba

- ada kecenderungan membeli tanpa pertimbangkan terlebih dahulu

- kurang memikirkan akibat dari perilaku membelinya

b. Pemborosan

Aspek ini terdiri dari beberapa indikator :

- memiliki pengeluaran yang lebih dari yang seharusnya

- membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya atau tidak

dibutuhkan

c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking)

Aspek ini terdiri dari indikator : cenderung membeli bukan karena kebutuhan

melainkan kesenangan semata-mata.

d. Mencari Kepuasan (satisfaction seeking)

Aspek ini terdiri dari beberapa indikator :

- merasa selalu ingin lebih dari yang lain

(49)

- ada kecenderungan bersaing untuk memperoleh pengakuan

Dalam penelitian ini, salah satu skala yang akan diukur adalah skala

kecenderungan perilaku konsumtif yang terdiri dari 20 butir item pernyataan,

dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS

(Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Semakin tinggi skor pada skala kecenderungan perilaku konsumtif maka

semakin tinggi kecenderungan perilaku konsumtifnya, sebaliknya semakin rendah

skor yang diperoleh maka semakin rendah pula kecenderungan perilaku

konsumtifnya.

2. Konformitas

Menurut Baron (1979) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana

individu melakukan penyesuaian sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan

norma kelompok agar sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teori Deutsch & Gerard (Baron, 1979) yang

mengemukakan ada dua aspek yang mendasari munculnya konformitas :

a. Normatif

Aspek normatif terdiri dari indikator sebagai berikut :

- melakukan penyesuaian diri untuk memenuhi harapan orang lain

- ada ketakutan terhadap penolakan dan keinginan untuk dapat diterima dalam

kelompok.

b. Informasional

Aspek informasional ini terdiri dari indikator sebagai berikut :

- adanya kecenderungan untuk selalu merujuk pendapat kelompok jika

(50)

- ada kecenderungan menjadikan opini dan tindakan kelompok sebagai panduan

opini dan tindakan individu.

Berdasarkan uraian tersebut, alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah skala konformitas yang terdiri dari 20 butir item dengan empat pilihan

alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan

STS (Sangat Tidak Setuju).

Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada skala konformitas, maka

semakin tinggi konformitas remaja terhadap teman-temannya, sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat konformitasnya.

D. SUBYEK PENELITIAN

Penelitian ini akan melibatkan subyek penelitian yaitu remaja sebanyak 100

orang dengan kriteria sebagai berikut :

- Siswa siswi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung, melibatkan pelajar SMP

karena di usia masa remaja awal adalah masa pencarian identitas, sepanjang

usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar

kelompok adalah jauh lebih penting.

- Remaja dengan rentang usia 13 sampai 16 tahun.

- Pengguna produk ponsel nokia dan pernah berganti seri minimal 2 kali.

Subyek dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive

(51)

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan menggunakan

skala yang stimulusnya berisi pernyataan-pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang bersangkutan. Subyek dalam penelitian ini diminta

untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang diajukan. Skala yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu skala konformitas dan skala perilaku konsumtif.

Skala konformitas akan dipaparkan dengan menggunakan suatu metode

summated rating yaitu suatu metode yang berisi pernyataan sikap dengan menggunakan respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 1999).

Penelitian ini menggunakan skala Likert yang disusun dari pernyataan-pernyataan

yang bersifat favorabel (mendukung). Masing-masing item diberi empat alternatif

jawaban dengan nilai untuk masing-masing item, yaitu terdiri atas SS (Sangat

(52)

Tabel. 2 Persebaran Butir Pernyataan

Skala kecenderungan perilaku konsumtif akan menggunakan metode yang

sama berupa pernyataan sikap dengan menggunakan respon sebagai dasar

penentuan nilai skalanya. Pernyataan yang disajikan bersifat favorabel dimana

masing item diberi empat alternatif jawaban dengan nilai untuk

masing-masing item, yaitu terdiri atas SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak

Setuju) = 2 dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.

Tabel. 3 Blue Print

Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia

(53)

Tabel. 4 Persebaran Butir Pernyataan

Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia

No. Aspek No. Item Total

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu untuk

melihat sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi

obyek yang hendak diukur dan sejauhmana item-item tes mencerminkan ciri

perilaku yang hendak diukur. Validitas ini diuji melalui professional judgement .

Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability yaitu sejauhmana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien

reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada direntang dari 0 sampai 1,00. Semakin

tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan teknik uji coba dengan koefisien

reliabilitas alpha Cronbach. Untuk menghitung koefisien alpha diperoleh melalui

penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok

(54)

G. UJI COBA ALAT PENELITIAN

1. Pelaksanaan Uji Coba Alat Penelitian

Pelaksanaan uji coba diadakan pada tanggal 28 November 2006 pada siswa

siswi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian

ini yaitu siswa siswi yang memiliki rentang usia 13 sampai 16 tahun, pengguna

produk ponsel Nokia dan telah berganti produk minimal sebanyak dua kali.

Subyek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang, masing-masing

subyek diminta untuk mengisi dua buah skala yaitu skala konformitas dan skala

kecenderungan perilaku konsumtif.

2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian

Pengujian kesahihan butir item dan reliabilitas pada skala konformitas dan

kecenderungan perilaku konsumtif menggunakan bantuan program SPSS 11.5 for

Windows yang hasilnya diperoleh sebagai berikut :

2.1Skala Konformitas

a. Pengujian kesahihan butir item skala konformitas

Pengujian kesahihan butir item ini menggunakan program SPSS 11.5 guna

mengukur korelasi antara skor item dengan skor total masing-masing subyek.

Kriteria dalam pemilihan item berdasarkan korelasi item total diseleksi

menggunakan tabel r dengan menggunakan batasan ≥ 0,195 dengan taraf

signifikansi 5 % (Hadi, 2001). Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi

item total berkisar antara 0,0066 sampai 0,4826 dengan demikian terdapat tiga

(55)

Tabel 5. Butir Pernyataan Yang Lolos dan Gugur

Reliabilitas skala konformitas diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha

dari Cronbach dalam program SPSS versi 11.5. Reliabilitas yang diperoleh sebesar 0, 7559. Reliabilitas yang diperoleh dihitung dari 17 item yang lolos

pengujian seleksi item. Nilai reliabilitas sebesar 0, 7559 merupakan nilai yang

(56)

2.2 Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif

a. Pengujian kesahihan butir item skala kecenderungan perilaku konsumtif

terhadap ponsel Nokia

Pengujian kesahihan butir item dalam skala kecenderungan terhadap ponsel

Nokia menggunakan program SPSS 11.5 untuk mengukur korelasi antara skor

item dengan skor total masing-masing subyek. Kriteria dalam pemilihan item

berdasarkan korelasi item total diseleksi menggunakan tabel r dengan batasan ≥

0,195 (Hadi, 2001). Berdasarkan hasil penghitungan koefisien korelasi item total

berkisar antara 0,1575 sampai 0,6264, dengan demikian terdapat satu item yang

gugur karena skor korelasi item tersebut rendah.

Tabel 7. Butir Pernyataan Yang Lolos dan Gugur

Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia

(57)

Tabel 8. Persebaran Butir Item

Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia

No. Aspek No. Item Total

b. Reliabilitas skala kecenderungan perilaku konsumtif terhadap ponsel Nokia

Reliabilitas skala kecenderungan perilaku konsumtif terhadap ponsel Nokia

diukur dengan menggunakan teknik Alpha dari Cronbach dalam program SPSS versi 11.5. Reliabilitas yang diperoleh sebesar 0, 8650. Reliabilitas yang diperoleh

dihitung dari 19 item yang lolos pengujian seleksi item. Nilai reliabilitas sebesar

0, 8650 merupakan nilai yang cukup tinggi.

H. METODE ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas kedua skala yaitu skala konformitas dan skala

kecenderungan perilaku konsumtif terhadap produk Nokia menggunakan bantuan

(58)

b. Uji Linearitas

Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 11.5

dengan menggunakan teknik Compare Means. Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah hubungan konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif

remaja linear atau tidak linear.

2. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product Moment dengan bantuan

SPSS for Windows versi 11.5. Untuk menghitung koefisien korelasi (r) Product Moment sebagai berikut :

rxy = N Σxy – Σx.Σy

[ N Σx2 – (Σx)2] [ N Σy2 – (Σy)2]

Dimana :

rxy = koefisien korelasi variabel x dan y

(59)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Membuat alat ukur sebanyak dua buah skala, yaitu skala konformitas dan

skala kecenderungan perilaku konsumtif terhadap ponsel Nokia. Masing-masing

skala terdiri dari 20 item yang memiliki empat buah pilihan jawaban.

Menyebarkan alat ukur untuk penelitian pada tanggal 28 Nopember 2006 di

SMP Xaverius 4 Bandar Lampung. Alat ukur disebarkan kepada 100 siswa siswi

SMP Xaverius 4 Bandar Lampung yang telah memenuhi kriteria subyek dalam

penelitian.

Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan program

SPSS for Windows versi 11.5 dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

B. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN

Pengambilan data dalam penelitian ini dikenakan pada siswa siswi SMP

Xaverius 4 Bandar Lampung yang beralamat di jalan Griya Fantasi No.62 Way

Halim Permai Sukarame Bandar Lampung. SMP Xaverius 4 berada dibawah

naungan Yayasan Xaverius Tanjung Karang, berdiri pada tanggal 1 Juli 1988

dengan tingkat akreditasi terakhir status disamakan. SMP Xaverius 4 mengalami

(60)

kepemimpinan Bapak Drs. Yustinus Swasna, kemudian digantikan oleh Bapak

Drs. M. Budi Handoko hingga saat ini.

SMP Xaverius 4 memiliki beberapa fasilitas penunjang kegiatan belajar

mengajar, diantaranya satu unit gedung berlantai dua dengan enam unit kelas

belajar mengajar, satu buah laboratorium komputer, satu unit televisi disetiap

kelasnya, satu ruang unit kesehatan sekolah (UKS), koperasi dan toilet.

Jumlah tenaga pengajar sebanyak 14 orang, dengan rincian sebanyak sembilan

orang dewan guru tetap dan lima orang tenaga pengajar honorer, sedangkan

tenaga kerja non edukatif terdiri dari tiga orang pramubakti dan satu orang

satpam. Jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 269 siswa, kelas 7 berjumlah

92 siswa, kelas 8 berjumlah 89 siswa dan kelas 9 berjumlah 88 siswa.

Penelitian diselenggarakan berdasarkan surat perijinan dengan nomor

1326/D/KP/Psi/USD/XI/06 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP Xaverius

4 Bandar Lampung. Peneliti diberi kesempatan untuk meneliti pada tanggal 28

Nopember 2006 dan surat keterangan penelitian dikeluarkan pada hari yang sama

dengan nomor 1363/I.12.1/SMPX.03/N/XI-2006.

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada tanggal 28 Nopember 2006

melibatkan 100 siswa siswi kelas 6, 7, 8 yang memenuhi kriteria subyek dalam

penelitian ini, yaitu berusia antara 13 sampai 16 tahun, menggunakan ponsel

Nokia dan pernah mengganti produk Nokia sebanyak minimal 2 kali.

Masing-masing subyek diminta mengisi dua buah skala yaitu skala konformitas dan skala

(61)

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Berdasarkan penelitian diperoleh deskripsi data penelitian sebagai berikut :

Tabel. 9

Deskripsi Data Penelitian

Variabel N X Min X Max Mean SD

Konformitas 100 40 60 49,9 4,5

Kecenderungan Perilaku Konsumtif 100 42 69 53,06 6,8

Hasil yang diperoleh dari 100 subyek penelitian yaitu pada skala konformitas

diperoleh nilai terendah sebesar 40 dan nilai tertinggi sebesar 60 dengan mean

49,9. Skala kecenderungan perilaku konsumtif remaja memperoleh nilai terendah

42 dan nilai tertinggi sebesar 69 dengan mean sebesar 53,06.

D. ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas kedua skala yaitu skala konformitas dan skala

kecenderungan perilaku konsumtif terhadap produk Nokia menggunakan bantuan

program SPSS versi 11.5. Uji normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov Test yang

dilakukan menghasilkan data sebagai berikut :

Tabel. 10 Tabel Uji Normalitas

Konformitas Kecenderungan Perilaku Konsumtif

K – S Z 0,908 1,318

(62)

Pada skala konformitas diperoleh z = 0,908 dengan p = 0, 381 (p>0,05) ini

menunjukkan bahwa skala konformitas berdistribusi normal. Sedangkan pada

skala kecenderungan perilaku konsumtif diperoleh skor z = 1,318 yang memiliki p

sebesar 0,062 skala berdistribusi normal karena memiliki angka probabilitas

>0,05. Dengan demikian kedua variabel yang diukur dalam penelitian ini

memiliki distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 11.5

dengan menggunakan teknik Compare Means. Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah hubungan konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif

remaja linear atau tidak linear. Diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel. 11

Berdasarkan hasil penghitungan diatas diperoleh bahwa variabel konformitas

dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja memiliki linearitas dengan p =

0,000 (p < 0,05), kedua variabel linear menunjukkan bahwa korelasi yang

dihasilkan akan tinggi antara konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif

(63)

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesa pada penelitian ini menggunakan teknik Product Moment

dari Pearson dengan taraf signifikansi 5 %. Hasil uji hipotesis menunjukkan

bahwa koefisien korelasi antara skala konformitas dan skala kecenderungan

perilaku konsumtif remaja yang diperoleh sebesar 0,683 dengan p= 0,000 (p <

0,005) berarti kedua variabel tersebut terbukti memiliki korelasi yang cukup

tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara konformitas dan kecenderungan perilaku

konsumtif remaja terhadap ponsel Nokia.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada korelasi antara

konformitas dan kecenderungan perilaku konsumtif remaja terhadap ponsel Nokia

sebesar 0,683 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,005), ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara konformitas dan kecenderungan perilaku

konsumtif remaja terhadap ponsel Nokia. Koefisien sebesar 0,683 juga

Gambar

Tabel. 1 Blue Print
Tabel. 2 Persebaran Butir Pernyataan
Tabel. 4 Persebaran Butir Pernyataan  Skala Kecenderungan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Nokia
Tabel 6. Persebaran Butir Item
+6

Referensi

Dokumen terkait

96, Jati Rahayu Pondok Melati Kota Bekasi. Jakarta, 9

Atas rampungnya penerjemahan hingga terbitnya buku ini, saya menghaturkan rasa terima kasih yang tak terhingga, juga ajakan untuk menjalin persahabatan yang langgeng, kepada

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam mencakup kepala madrasah dan guru yang mempunyai peran yang sangat urgen dalam memberdayakan ummat. Tujuannya adalah untuk

telah Allah ajarakan kepada Nabi Adam pada saat di surge yang nantinya menjadi. pengetahuan bagi Adam ketika dia hidup di

Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas XI pada Materi Kesetimbangan Kimia Berdasarkan Tingkatan Sekolah .... Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas XI pada Materi

The body types of senior and junior elite female triathletes differed in muscle mass, sum. of skinfolds and the percentage of adipose mass in relation to total

Citra merek yang baik akan mengubah konsep pemikiran konsumen tentang produk perusahaan karena dapat membuat konsumen merasakan merek yang akan digunakan memiliki

Sebagai Ibukota Provinsi Kota Jayapura dengan panjang jalan 458,24 Km yang terdiri dari.. bermacam jenis jalan yaitu primer berfungsi sebagai jalan regional sekunder