• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERPUSTAKAAN DAN UPAYA MENGURANGI ACADEMIC DYSFUNGSIONAL PROCRASTINATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERPUSTAKAAN DAN UPAYA MENGURANGI ACADEMIC DYSFUNGSIONAL PROCRASTINATE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN DAN UPAYA MENGURANGI ACADEMIC

DYSFUNGSIONAL PROCRASTINATE

Ika Febrian Kristiana

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto, Tembalang, Semarang

Ika.f.kristiana@gmail.com

Abstrak

Perilaku menunda untuk menyelesaikan tugas dalam bidang akademik/ prokrastinasi menjadi “virus” yang menjangkiti pelajar termasuk mahasiswa. Menjadi fenomena yang mengawatirkan jika prokrastinasi menjadi budaya karena selain merugikan diri pelajar sendiri tentunya juga sangat merugikan institusi pendidikan dimana mereka belajar (PT). Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi mendorong mahasiswa untuk aktif sebagai pembelajar tanpa bergantung banyak pada dosen, salah satunya aktif membaca atau mencari informasi lebih banyak dari berbagai sumber bacaan/ referensi untuk menyelesaikan tuga akademik dan memperdalam pengetahuan. Peran perpustakaan sangat membantu mahasiswa untuk menyelesaikan tutgas-tugas akademik melalui penyediaan referensi yang memadai dari kuantitas maupun kualitas. Salah satu alasan mahasiswa melakukan prokrastinasi adalah karena kurangnya referensi yang relevan sebagai acuan dalam membuta tugas akademik, dimana sebayak 40% (dari 360) mahasiswa menyatakn hal tersebut.

Kata kunci : prokrastinasi, tugas akademik, perpustakaan

A. Pendahuluan

Institusi Pendidikan Tinggi, pendidikan akademik maupun vokasi dibedakan berdasarkan jenjang dan program studinya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yaitu meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, dan akademi komunitas. Perguruan tinggi yang memberikan pendidikan akademis, menawarkan jenjang pendidikan Sarjana (S1), Program Profesi, Magister (S2), Program Spesial (SP), serta Program Doktoral (S3). Pendidikan sarjana (S1) Universitas Diponegoro memiliki berbagai jurusan fakultas yang ditawarkan, salah satunya adalah Fakultas Psikologi. Menurut Peraturan Akademik Fakultas Psikologi pasal 13 ayat 1, pendidikan program S1 Psikologi memiliki beban studi minimal 144 sks, dan maksimal 160 sks yang wajib ditempuh oleh Mahasiswa Fakultas Psikologi. Berlakunya kurikulum berbasis kompetensi mensyaratkan lulusannya tidak sekedar

(2)

lulus dengan meraih gelar akademik namun juga memiliki predikat kompeten (Fakultas Psikologi, 2012)

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, peran aktif mahasiswa menjadi kunci dalam proses pembelajaran untuk menguasai kompetensi minimal yang disyaratkan. Salah satu peran aktif mahasiswa dalam pembelajaran adalah melalui kegiatan belajar mandiri yang dilakukan. Mereka dituntut untuk memperdalam pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai sumber belajar secara mandiri tanpa harus menunggu dan bertumpu sepenuhnya pada dosen. Keberadaan sumber belajar seperti buku/ referensi, jurnal penelitian, dan sumber belajar elektronik/ online merupakan sarana utama dalam upaya memperdalam pengetahuan dan pengalaman mahasiswa tersebut. Keberadaan koleksi buku/ referensi yang memadai selain membantu mahasiswa dalam memperdalam pengetahuan dan pengalaman juga membantu mengurangi perilaku menunda terhadap tugas-tugas akademik yang diberikan. Seringkali ketiadaan pustaka menjadi hambatan tersendiri bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diterima. Perilaku menunda menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi (Van Eerde dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) jelas merugikan bagi masa depan mahasiswa apalagi jika mahasiswa melakukan prokrastinasi yang bersifat disfungsional. Prokrastinasi memberikan dampak yang merugikan bagi karakteristik kepribadian seseorang dan kehidupan seseorang yang secara lama-kelamaan memberikan dampak buruk bagi kehidupannya sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Park & Sparkling mengungkapkan bahwa individu yang melakukan prokrastinasi kurang dapat mengontrol waktu dan lingkungannya, kurang mampu mengatur waktu, malas, serta kurang berenergi (Park & Sperling, 2012). Merujuk pada kebutuhan akan ketersediaan buku/ referensi, perlu upaya untuk mengoptimalkan fungsi perpustakaan di lingkungan fakultas untuk menambah pengetahuan (Murjopranoto dalam Sumarji, 1988).

B. Tinjauan Pustaka 1. Prokrastinasi

Menurut kamus, definisi dari kata “procrastinate” adalah “to postpone, put off, defer, prolong” yang sama-sama memiliki arti menunda. Prokrastinasi merupakan kata yang berasal dari bahasa latin. Prokrastinasi dibagi atas dua suku kata, yaitu “pro” yang berarti bergerak maju dan “crastinate” yang berarti keputusan untuk esok hari. Sehingga, prokrastinasi memiliki arti sebagai suatu keputusan yang dilakukan keesokan harinya

(3)

atau sama dengan menunda suatu pekerjaan. Bangsa mesir memiliki dua hal yang mendefinisikan “procrastinate”, dan kedua hal tersebut berhubungan dengan “survival” atau kelangsungan hidup. Pertama adalah prokrastinasi menggambarkan kebiasaan penghindaran untuk melakukan aktivitas yang tidak berguna dan menghabiskan energy. Dan yang kedua adalah dikaitkan dengan kebiasaan yang merugikan dari kemalasan dalam mencapai atau menyelesaikan suatu tugas yang penting (Burka & Yuen, 2005). Prokrastinasi merupakan suatu kecenderungan menunda dalam memulai ataupun menyelesaikan tugas, melainkan melakukan aktivitas lain yang secara objektif tidak berguna, sehingga memperlambat kinerja dan tidak dapat menyelesaikan tugas secara tepat waktu (Solomon & Rothblum, 1964).

Milgram mengungkapkan bahwa terdapat empat komponen penting dalam pengertian prokrastinasi, yaitu: 1) perilaku penundaan, 2) dihasilkan oleh perilaku yang tidak memenuhi syarat, 3) melibatkan tugas yang dirasakan oleh procrastinator lebih penting untuk dilakukan, dan 4) dihasilkan dalam bagian emosi yang mengganggu (Ferrari, Johnson, & McCown, 1995).

Ghufron & Risnawati (2010) mengungkapkan bahwa prokrastinasi adalah penundaan dalam menghadapi suatu tugas disebut prokrastinasi, dan setiap individu yang memiliki kecenderungan dalam menunda atau tidak segera memulai atau menyelesaikan tugas atau pekerjaannya disebut prokastinator.

2. Fungsi Perpustakaan

Murjopranoto dalam Sumarji (1988) mengatakan dengan jelas bahwa perpustakaan mempunyai berbagai fungsi yang antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mempertinggi kebudayaan. 2. Untuk menambah pengetahuan. 3. Untuk dokumentasi.

4. Untuk penerangan (misalnya peraturan pemerintah, perundang-undangan).

5.Untuk memungkinkan research (penelitian) bahan-bahan yang berguna, misalnya laporan, statistik, peta) dan lain-lainnya.

6. Untuk rekreasi (hiburan), dengan menyediakan buku-buku cerita. 7. Untuk memberi inspirasi.

(4)

Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/o/1981 menyatakan perpustakaan perpengajaran tinggi berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian dan pusat informasi bagi pelaksanaan tri dharma perpengajaran tinggi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka fungsi PPT dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:

a) Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar (mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan)

b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan di fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar. (Undang-undang No 2 Tahun 1989 Ps. 35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar).

c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.

C. Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian survei merupakan peneltian yang bertujuan menjelaskan fenomena sosial dengan melihat hubungan antar variabel yang menjadi fokus dalam penelitian (Singarimbun & Effendi, 1983). Penelitian survey digunakan untuk menilai pikiran, opini, dan perasaan dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian dengan karakteristik khusus adalah adanya sampel dan penggunaan

teknik sampling (Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister, 2007). Instrumen pengumpulan

data yang khas dalam metode survey adalah kuesioner/ angket. Kuesioner dalam penelitian ini

terdiri dari 2 pertanyaan yang bersifat open-ended : 1) alasan melakukan penangguhan/ penundaan menyelesaikan tugas akademik, 2) hambatan yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas akademik terkait dengan perpustakaan fakultas. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama dan kedua Fakultas Psikologi Undip sebanyak 360 mahasiswa.

(5)

D. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian, 40% subyek/ mahasiswa menyatakan bahwa alasan mereka melakukan penundaan menyelesaikan tugas akademik adalah karena kurangnya jumlah koleksi buku yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas akademik dengan sempurna. Kurangnya koleksi buku di perpustakaan untuk menunjang upaya mahasiswa menyelesaikan tugas akademik juga dianilai mahasiswa sebagai hambatan dalam menyelesaikan tugas akademik. Fungsi utama perpustakaan untuk mengembangkan pengetahuan dan studying and learning center belum dirasakan optimal oleh mahasiswa tahun pertama dan kedua di Fakultas Psikologi Undip. Kurang lengkapnya koleksi buku yang ada diperpustakaan fakultas menjadi factor yang membuat mahasiswa memilih melakukan penundaan terhadap tugas akademik tanpa melakukan aktivitas lain yang bermanfaat dan relevan sebagai mahasiswa atau academic dysfunctional procrastinate.

Kebiasaan menunda menyelesaikan tugas-tugas akademik tentu berdampak buruk bagi mahasiswa juga bagi pihak fakultas sebagai penyelenggara pendidikan. Akumulasi dari penundaan akan membentuk sikap malas/ tidak disiplin dan kurangnya motivasi belajar pada mahasiswa. Sikap malas dan motivasi belajar yang kurang tentu akan berpengaruh pada capaian kompetensi mahasiswa yang diharapkan oleh penyelenggara pendidikan.

E. Kesimpulan

Peningkatan fungsi perpustakaan sebagai pusat belajar dan pembelajaran dapat dilakukan salah satunya melalui penambahan koleksi buku/ referensi/ pustaka yang dibutuhkan mahasiswa dan terbaru. Penambahan koleksi pustaka yang dibutuhkan mahasiswa dapat mengurangi perilaku mahasiswa untuk menunda menyelesaikan tuga-tugas akademik dari dosen.

(6)

Daftar Pustaka

- . (1981). Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/o/1981. http//:fungsi-perpustakaan-secarahukum.120625. Diunduh pada 18 Sepetember 2015 Burka, J. B., & Yuen, L. M. (2008). Procrastination: Why Do It, What To Do About It Now.

USA: Da Capo Press.

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. (2012). Buku Informasi Akademik. -

Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and Voidance: Theory, Reaserch, and Treatment. New York: Plenum Press.

Ghufron, M. N., & Risnawati, R. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Murjopranoto dalam Sumarji (1988). Fungsi perpustakaan di Indonesia. http//:uptperpustakaanindonesia.ac.id_fungsi_perpustakaan. Diunduh pada 18 September 2015

Park, S. W., & Sperling, R. A. (2012). Academic Procrastinators and Their Self-Regulation.

Psychology, 3.

Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., Zechmeister, J. S. (2007). Research methodology in psychology. New York: Mc Graw Hill

Singarimbun, M., Effendi, S. (1983). Metode penelitian survai. Jogjakarta : LP3ES UGM.

Solomon, L. J., & Rothbblum, E. D.. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology, 31.

Referensi

Dokumen terkait

Panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh tersebut (406 nm) digunakan sebagai panjang gelombang dalam pengukuran absorbansi larutan standar zat warna

Berdasarkan literatur di atas, penelitian ini mencoba untuk melihat apakah fraksi n-heksan ekstrak etanolik daun mimba yang diduga kaya akan senyawa aktif

Jagung Asian Honey menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat tongkol Isi dengan nilai yang lebih besar dari pada varietas yang lain, sedangkan

Hasil penelitian berdasarkan regresi linier sederhana menunjukkan penggunaan fasilitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X dan XI IPS di SMAN 1 Teluk

Daerah tersebut biasanya merupakan daerah yang kurang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi sehingga operator pun enggan untuk melakukan belanja modal untuk membangun

Konsep belajar sepanjang hayat menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar sepanjang

(Shigeyuki) meminta izin kepada mitra tutur (Sensei) untuk mengundur les privatnya, karena ia ingin pergi ke rumah temannya (Shinjiro) untuk menyelesaikan masalahnya. Tuturan