• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I P E N D A H U L U A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I P E N D A H U L U A N"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1.

LATAR BELAKANG

Penyusunan Rencana Strategis Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung Tahun 2008-2013 pada dasarnya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menjalankan amanat yang ditetapkan, dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional serta untuk turut mendukung suksesnya pencapaian sasaran pembangunan daerah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) Kota Bandung Tahun 2008-2013. Untuk itu, dalam rangka melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi yang dimiliki Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, maka disusunlah Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.

Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung memuat gambaran keadaan yang ingin dicapai dalam melaksanakan tugas yang diformulasikan dalam bentuk pernyataan visi, misi hingga strategi - yang akan dijalankan selama kurun waktu 5 tahun kedepan.

(2)

1.2.

LANDASAN HUKUM

1. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang PErubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844); 2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

KEuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembar Negara RI Nomor 4438);

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025; 4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang;

5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

(3)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Penyusunan Standar Pelayanan Minimal;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tetang Tatacara Pengendalia dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

17. Peraturan Presiden Nomor 05 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunuan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun

(4)

2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Tahun 2010 – 2014;

20. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung;

21. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kota Bandung;

22. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

23. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung;

24. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah;

25. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025;

26. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009-2013.

(5)

1.3.

MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1.

Maksud

Penyusunan Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung, dimaksudkan untuk menyediakan tolok ukur pelaksanaan strategi pembangunan Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung untuk secara konsekuen dan konsisten menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan posisi dan peran yang diemban, antara lain :

1. Memberikan arah dan pedoman bagi semua personil dalam melaksanakan tugasnya untuk menentukan prioritas-prioritas di bidang perencanaan pembangunan, sehingga tujuan program dan sasaran kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 2008 – 2013 dapat tercapai;

2. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, analisis, evaluasi kegiatan baik secara internal maupun eksternal; 3. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan

(stakeholders) tentang rencana pembangunan tahunan; 4. Menjadi kerangka dasar dalam upaya meningkatkan

kualitas perencanaan pembangunan.

1.3.2.

Tujuan

Penyusunan Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung bertujuan untuk lebih memantapkan terselenggaranya kegiatan prioritas Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan

(6)

Masyarakat Kota Bandung dalam turut mendukung suksesnya pencapaian sasaran pembanguanan daerah Kota Bandung yang telah ditetapkan dalam RPJM Daerah Kota Bandung Tahun 2008 – 2013, antara lain :

1. Merencanakan perubahan dalam lingkungan masyarakat yang semakin kompleks;

2. Mengelola keberhasilan organisasi secara sistemik;

3. Memanfaatkan perangkat manajerial dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan;

4. Mengembangkan pemikiran, sikap dan tindakan yang berorientasi pada masa depan;

5. Memudahkan semua aspek dan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menghadapi masa depan;

6. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara prima;

7. Meningkatkan komunikasi antar pemangku kepentingan (stakeholders).

1.4.

SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika naskah Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung 2008-2013 disusun, sebagai berikut :

(7)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan, landasan hukum penyusunan Renstra Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Bab ini berisi Tupoksi dan Struktur Organisasi, Sumber Daya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD, tantangan dan peluang SKPD.

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Bab ini berisi identifikasi permasalahan, telaahan Renstra, telaahan RTRW dan Kajian Lingkungan Strategis serta Penentuan Isu-isu berkaitan dengan Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI KEBIJAKAN

Bab ini berisi visi-misi, tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD, strategi dan kebijakan Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung

BAB V RENCANA PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Bab ini berisikan uraian mengenai rencana program kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif yang berkaitan dengan Badan

(8)

Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Bab ini berisi uraian mengenai indicator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD berkaitan dengan Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung

BAB VII PENUTUP

Bab ini berisi mengenai catatan penting, kaidah pelaksanaan dan rencana tindak lanjut penyusunan Renstra SKPD

(9)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2.1.1. Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Rincian Tugas

Merumuskan kebijakan teknis, memberi dukungan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan pada lingkup Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Perlindungan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat.

2. Rincian Fungsi

a. Merumuskan kebijakan lingkup Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Perlindungan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat ;

b. Memberikan dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah lingkup Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Perlindungan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat ;

c. Memberikan pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan Kegiatan BKPPM kepada Walikota melalui Sekda;

(10)

2.1.2. Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Rincian Tugas

Merencanakan, mengkoordinasi dan memonitor kegiatan kesekretariatan yang meliputii Administrasi Umum, Kepegawaian, Program dan Keuangan.

2. Rincian Fungsi

a. Merumuskan rencana program kerja meliputi kegiatan Administrasi Umum, Kepegawaian, Program dan Keuangan;

b. Mengkoordinir penyusunan perencanaan evaluasi dan pelaporan BKPPM;

c. Mengkoordinir penyelenggaraan tugas Bidang dan tugas-tugas Sub. Bag pada Sekretariat BKPPM; d. Memonitor dan mengevaluasi laporan pelaksanaan

kegiatan Bidang-bidang pada Sekretariat BKPPM; e. Memberikan pembinaan, petunjuk pelaksanaan

tugas di lingkungan ke-Sekretariatan;

f. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub. Bag. Pada Sekretariat;

g. Melaporkan kegiatan pelaksanaan pada pimpinan yang dilaksanakan oleh Sekretaris/Sub.Bag;

h. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh Pimpinan.

(11)

2.1.3. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Program 1. Rincian Tugas

Merencanakan, melaksanakan/mengelola dan mengevaluasi Administrasi Keuangan dan Perencanaan yang meliputi :

a. Membuat SPP dan SPM semua kegiatan;

b. Membuat Laporan Bulanan, Triwulanan dan Tahunan;

c. Memeriksa SPJ dari setiap kegiatan; d. Membuat pengajuan permohonan SP2D;

e. Membuat catatan laporan pertanggungjawaban. 2. Rincian Fungsi

a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan dan program kerja Badan; b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan

meliputi kegiatan penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, koordinasi penyusunan anggaran, koordinasi pengelolaan dan pengendalian keuangan dan penyusunan laporan keuangan; c. Pelaksanaan pengendalian program meliputi

kegiatan penyiapan bahan penyusunan rencana kegiatan, koordinasi penyusunan rencana dan program, koordinasi pengendalian program dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Badan; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup

kegiatan pengelolaan administrasi keuangan dan program Badan.

(12)

2.1.4. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 1. Rincian Tugas

Merencanakan, melaksanakan/mengelola dan mengevaluasi Administrasi Umum dan Administrasi Kepegawaian yang meliputi naskah dinas, kearsipan, kerumah tanggaan, perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas, mutasi pegawai cuti, disiplin pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai. 2. Rincian Tugas

a. Menyusun rencana administrasi umum, administrasi perlengkapan dan administrasii kepegawaian;

b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum yaitu pengadaan surat-surat dikelompokkan sesuai dengan jenis surat;

c. Pelaksanaan administrasi perlengkapan;

d. Menyiapkan surat keputusan pejabat pengadaan pemeriksaan barang, pengurus/penyimpan barang dan panitia pengadaan barang;

e. Survey harga alat tulis kantor;

f. Membuat daftar Harga Perkiraan Sendiri (HPS), g. Penunjukkan/pemilihan rekanan.

h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan administrasi umum ;

i. Menginventarisir jumlah surat dari masing-masingjenis surat;

j. Menginventarisir barang selama tahun bersangkutan. k. Pembuatan surat keputusan pelaksana pengelola

anggaran;

(13)

m. Melaksanakan pengadaan alat tulis kantor, cetak, pakaian dinas, pakaian olah raga dan pengadaan barang inventaris lainnya;

n. Menyusun laporan daftar inventaris kantor; o. Mengelola daftar hadir karyawan / karyawati; p. Pengusulan kenaikan gaji berkala;

q. Pengusulan kenaikan pangkat;

r. Pengusulan karyawan yang akan pensiun;

s. Mengurus karyawan/karyawati yang suami/istrinya meninggal;

t. Menyusun Daftar Niminatif;

u. Menyusun Daftar Urutan Kepangkatan;

v. Pengisian buku penjagaan yaitu untuk kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pensiun, cuti dan CPNS;

w. Pendistribusian dan pengisian DP3; x. Pengurusan karis/karsu dan karpeg;

y. Membuat usulan bagi karyawan/karyawati untuk mendapatkan dana bantuan pendidikan;

z. Pembuatan surat cuti bagi karyawan/karyawati yang akan melaksanakan cuti.

2.1.5. Kepala Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan (Wasbang)

1. Rincian Tugas

Merencanakan dan melaksanakan kebijakan teknis bina ideology dan wasbang, lingkup kewaspadaan nasional, ketahanan sosial serta politik dan pemilu dengan cara membagi tugas, memberikan petunjuk, mengawasi

(14)

pelaksanaan bawahan, mengkaji bahan pembinaan, monev pelaporan, melakukan hubungan kerjasama. 2. Rincian Fungsi

Aspek Managerial

a. Menyusun rencana program bidang bina ideologi dan wawasan kebangsaan berdasarkan kebijakan operasional badan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas dan mengarahkan kebijakan kepada bawahan sesuai dengan program yang telah ditetapkan agar pekerjaan dapat berjalan lancar; c. Memberi petunjuk kepada bawahan dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan rencana program yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien;

d. Memantau pelaksanaan bina ideologi dan wawasan kebangsaan meliputi kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial serta politik dalam negeri dan pemilu.

Aspek Teknis

a. Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan dengan cara membandingkan pelaksanaan tugas dan rencana program agar diperoleh hasil kerja yang diharapkan;

b. Mengkaji bahan kebijakan teknis Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan yang meliputi kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial serta politik dalam negeri dan Pemilu sebagai bahan rumusan kebijakan;

(15)

c. Mengkaji dan memberikan saran bahan pedoman bina ideologi dan wawasan kebangsaan khususnya kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial serta politik dalam negeri dan pemilu agar dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaan tugas secara optimal;

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan bidang agar program dapat dicapai sesuai sasaran yang telah ditetapkan;

e. Membuat telaahan staf program Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan yang meliputi kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial serta politik dalam negeri dan Pemilu sebagai bahan rumusan kebijakan umum dalam pembinaan kepada atasan;

f. Melakukan hubungan kerja fungsional dengan unit kerja atau lembaga swadaya masyarakat/organisasi masyarakat di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, provinsi, pusat untuk terwujudnya keterpaduan singkronisasi pelaksanaan program Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan;

g. Menyusun laporan pelaksanaan program Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan sebagai bahan pertanggung jawaban kepada atasan.

2.1.6. Kepala Sub Bidang Kewaspadaan Nasional dan Ketahanan Sosial

1. Uraian Tugas

Aspek Managerial

a. Merencanakan kegiatan Sub Bidang Kewaspadaan Nasional dan Ketahanan Sosial sesuai dengan

(16)

program BKPPM sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas kepada bawahan untuk pelaksanaan kegiatan pelaksanaan;

c. Mengarahkan/memberi petunjuk dan menjelaskan tugas kepada bawahan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan;

d. Mengevaluasi tugas bawahan;

e. Mengoreksi tugas bawahan dan mengarahkan untuk perbaikan.

Aspek Teknis

a. Mengumpulkan dan menganalisa data lingkup kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial;

b. Menyampaikan bahan petunjuk teknis lingkup kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial;

c. Melaksanakan kegiatan lingkup kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial yang meliputi pemantauan, pencegahan, penanganan konflik, fasilitasi kerja sama intelijen, pembinaan peningkatan keweaspadaan nasional dan ketahanan sosial, peningkatan pembinaan wawasan kebangsaan, pembauran bangsa, peningkatan kesadaran berbudaya di lingkungan masyarakat;

d. Melaksanakan inventarisasi terhadap organisasi kemasyarakatan dan LSM;

e. Melakukan hubungan kerja fungsional dengan unit kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat untuk keterpaduan dan sinkronisasi;

(17)

f. Menyusun laporan pelaksanaan lingkup kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial sebagai bahan pertanggung jawaban atasan.

2.1.7. Kepala Sub Bidang Pembinaan Politik dan Pemilu 1. Uraian Tugas

Aspek Managerial

a. Menyusun rencana program lingkup kewaspadaan nasional dan ketahanan sosial berdasarkan kebijakan operasional badan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan program dan rencana yang telah ditetapkan agar pelaksanaan.

Aspek Teknis

a. Menjurus, merencanakan program dalam lingkup pembinaan politik dan pemilu;

b. Membagi tugas dan mengarahkan kepada bawahan di lingkungan Sub. Bidang Pembinaan Politik dan Pemilu;

c. Membimbing bawahan terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Sub. Bidang Pembinaan Politik dan Pemilu;

d. Memantau dan mengevaluasi tugas bawahan terhadap kegiatan Sub. Bidang Pembinaan Politik dan Pemilu.

(18)

2.1.8. Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat 1. Uraian Tugas

Merumuskan, Merencanakan, Mengendalikan, Pelaksanaan program Pembinaan Kesiagaan dan Pemberdayaan Anggota/Satuan Linmas dan masyarakat dalam rangka perlindungan masyarakat, memberikan bimbingan, petunjuk, pembagian tugas dan evaluasi kepada bawahan, melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait, evaluasi, monitoring dan pelaporan dalam rangka perlindungan masyarakat.

2. Uraian Fungsi

Aspek Manajerial

a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas Bidang Perlindungan Masyarakat;

b. Merumuskan rencana dan program kerja meliputi kegiatan perencanaan, perumusan kebijakan serta pembinaan Bidang Perlindungan Masyarakat;

c. Memberikan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di Lingkungan Bidang Perlindungan Masyarakat;

d. Mengendalikan pelaksanaan program kegiatan yang dilaksanakan oleh Kepala Sub. Bidang Perlindungan Masyarakat;

e. Merumuskan kegiatan dalam rangka pembinaan kepada anggota/satuan Linmas dan masyarakat mengenai kesiagaan anggota/satuan Linmas dan Masyarakat dalam rangka Perlindungan Masyarakat; f. Merumuskan kegiatan dalam rangka pembinaan

(19)

mengenai peningkatan pemberdayaan anggota/satuan Linmas dan Masyarakat dalam rangka Perlindungan Masyarakat;

Aspek Teknis

a. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Bidang Perlindungan Masyarakat;

b. Melaksanakan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan yang ada hubungannya dengan Bidang Perlindungan Masyarakat;

c. Melakukan evaluasi dan monitoring Bidang Perlindungan Masyarakat;

d. Melaporkan Pengawasan dan Pengendalian kegiatan Bidang Perlindungan Masyarakat;

e. Melaporkan kegiatan pelaksanaan kepada Pimpinan yang dilaksanakan oleh Bidang Perlindungan Masyarakat;

f. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

2.1.9. Kepala Sub Bidang Kesiagaan 1. UraianTugas

Menyusun rencana, menyusun juklak dan juknis, memberikan bimbingan, petunjuk, pembagian tugas dan evaluasi kepada bawahan, melaksanakan pembinaan, bimbingan dan penyuluhan, pendataan, pengerahan dan pengendalian anggota linmas dalam rangka

(20)

kesiagaan di bidang perlindungan masyarakat, melaksanakan kerjasama dengan instansi terkait, evaluasi, monitoring dan pelaporan.

2. Uraian Fungsi

Aspek Manajerial

a. Menyusun rencana kegiatan Sub. Bidang Kesiagaan sesuai dengan kebijakan dan petunjuk atasan;

b. Memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di Lingkungan Sub Bidang Kesiagaan ; c. Memeriksa hasil kerja bawahan guna memberi

petunjuk lebih lanjut;

d. Menyusun juklak, juknis dan petunjuk operasional dalam rangka peminaan kesiagaan dalam Perlindungan Masyarakat bagi anggota/satuan Linmas dan Masyarakat Kota Bandung;

e. Menyusun persiapan dalam rangka pembinaan kepada anggota/satuan Linmas dan Masyarakat mengenai kegiatan kesiagaan dalam Perlindungan Masyarakat;

Apek Teknis

a. Melaksanakan pembinaan kepada anggota/satuan Linmas dan Masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan kesiagaan dalam rangka Perlindungan Masyarakat; b. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada

anggota/satuan Linmas dan Masyarakat dalam rangka kesiagaan Perlindungan Masyarakat;

c. Melaksanakan kegiatan dan pembinaan untuk mempersiapkan, menyusun dan mendata potensi

(21)

Linmas, peta rawan bencana dan Kamtibmas dalam rangka kesiagaan Perlindungan Masyarakat;

d. Melaksanakan kegiatan dan pembinaan pengerahan dan pengendalian anggota/satuan Linmas dan Masyarakat dalam rangka kesiagaan Perlindungan Masyarakat;

e. Melaksanakan kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka kegiatan yang ada hubungannya dengan Sub Bidang Kesiagaan;

f. Evaluasi dan Monitoring terhadap kegiatan Sub Bidang Kesiagaan;

g. Melakukan Evaluasi hasil kerja bawahan di Lingkungan Sub Bidang Kesiagaan;

h. Menyusun laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub Bidang Kesiagaan;

i. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

2.1.10. Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat

1. Uraian Tugas

Menyusun rencana, menyusun juklak dan juknis, memberikan bimbingan, petunjuk, pembagian tugas dan evaluasi kepada bawahan, pembinaan, pengembangan dan penyusunan potensi linmas, pendidikan dan latihan anggota linmas dan masyarakat dalam rangka perlindungan masyarakat, pembinaan satuan/organisasi linmas dan peningkatan pemberdayaan linmas, evaluasi, monitoring dan pelaporan.

(22)

2. Uraian Fungsi

Aspek Manajerial

a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang pemberdayaan Perlindungan Masyarakat sesuai dengan kebijakan dan petunjuk atasan;

b. Memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di Lingkungan Sub Bidang pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

c. Memeriksa hasil kerja bawahan guna memberi petunjuk lebih lanjut;

d. Menyusun juklak, juknis dan petunjuk operasional dalam rangka Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

e. Menyusun persiapan dalam rangka pembinaan kepada anggota/satuan Linmas dan Masyarakat mengenai kegiatan Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

Aspek Teknis

a. Melaksanakan pembinaan kepada anggota/satuan Linmas dan Masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

b. Melaksanakan pembinaan dalam rangka pengembangan dan penyusun potensi anggota/satuan Linmas;

c. Melaksanakan pendidikan dan latihan/Peningkatan SDM bagi anggota/satuan Linmas dan Masyarakat dalam rangka Perlindungan Masyarakat;

(23)

d. Melaksanakan pembinaan organisasi/satuan Linmas di Tingkat Kecamatan, Kelurahan, Lingkungan Pekerjaan, pendidikan dan pemukiman;

e. Melaksanakan pembinaan dalam rangka meningkatkan Pemberdayaan Linmas;

f. Melaksanakan kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka kegiatan yang ada hubungannya dengan Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

g. Evaluasi dan monitoring terhadap kegiatan Sub Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat; h. Melakukan evaluasi hasil kerja bawahan di

Lingkungan Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

i. Menyusun laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

j. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

2.1.11. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat 1. Uraian Tugas

Merumuskan rencana program, memimpin, mengendalikan kegiatan pemberdayaan masyarakat meliputi Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat Usaha Ekonomi Masyarakat.

2. Uraian Fungsi

a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas bidang pemberdayaan masyarkat,

(24)

meliputi Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat;

b. Merumuskan rencana dan program kerja meliputi kegiatan perencanaan, perumusan kebijakan serta pembinaan bidang Pemberdayaan Masyarakat; c. Memberikan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan

tugas kepada bawahan di lingkungan Bidang Pemberdayaan Masyarakat;

d. Mengendalikan pelaksanaan program/proyek yang dilaksanakan oleh Kepala Sub. Bidang yang berada dibawahnya;

e. Melaksanakan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait dalam rangka persiapan dan bidang yang berada dibawahnya;

f. Merumuskan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan mengenai berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan Bidang Pemberdayaan Masyarakat;

g. Melakukan bimbingan dan penyuluhan dalam rangka meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Bidang Pemberdayaan Masyarakat;

h. Melakukan fasilitasi terhadap berbagai kegiatan yang berkaiatan dengan Bidang Pemberdayaan Masyarakat diseluruh Kelurahan dan Kecamatan yang berada di Lingkungan Kota Bandung;

i. Mengadakan Bintek melalui kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kemampuan keterampilan dan sikap masyarakat

(25)

terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Bidang Pemberdayaan Masyarakat;

j. Melaporkan kegiatan pelaksanaan kepada Pimpinan yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Masyarakat;

k. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya;

l. Melaporkan kegiatan pelaksanaan kepada Pimpinan yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

2.1.12. Kepala Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat

1. Uraian Tugas

Menyusun Program kerja, pedoman kegiatan dan petunjuk teknis maupun pelaksanaan serta fasilitasi, koordinasi dan Bimbingan Teknis Pengembangan Partisipasi Masyarakat meliputi fasilitasi terhadap Lembaga-lembaga Masyarakat, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) dan Pengembangan Potensi Pemuda, Penyusunan Profil Kelurahan, Pengembangan peran aktif dan swadaya Gotong Royong Masyarakat, Evaluasi Hasil Pembangunan Masyarakat Kelurahan.

2. Rincian Fungsi

a. Menyusun rencana dan program kerja meliputi kegiatan perencanaan dan kegiatan Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat;

(26)

b. Menyusun persiapan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di lingkungan Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat; c. Menyusun persiapan koordinasi dengan Instansi

terkait dalam rangka pelaksanaan tugas Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat;

d. Menyusun Pedoman dan Petunjuk Teknis pelaksanaan mengenai berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat;

e. Menyusun Persiapan Bimbingan dan Penyuluhan dalam rangka meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarkat terhadap berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat;

f. Menyusun persiapan fasilitasi terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat di seluruh Kelurahan yang berada di lingkungan Kota Bandung; g. Melakukan fasilitasi terhadap Lembaga-lembaga

Masyarakat, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) dan Pengembangan Potensi Pemuda, Penyusunan Profil Kelurahan, Pengembangan Peran Aktif dan Swadaya Gotong Royong Masyarakat, Evaluasi Hasil Pembangunan Masyarakat Kelurahan;

h. Melaksanakan dan mengkoordinasikan dengan Dinas terkait lainnya berbagai kegiatan peningkatan Pengembangan Partisipasi Masyarakat termasuk

(27)

didalamnya anak dan perempuan yang meliputi fisik material dan mental spiritual;

i. Melakukan bimbingan dan atau fasilitasi terhadap Lembaga-lembaga Kemasyarakatan di seluruh Kelurahan dalam rangka peningkatan pelaksanakan pemberdayaan masyarakat diseluruh Kelurahan yang berada di Lingkungan Kota Bandung;

j. Melakukan persiapan kegiatan Bintek yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan dan sikap masyarakat terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan ada hubungannya dengan bidang tugas Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat;

k. Melaksanakan monitoring terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat;

l. Menyusun laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat; m. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh

Pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

2.1.13. Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat

1. Uraian Tugas

Membuat Pedoman dan Petunjuk Teknis serta melaksanakan Bimbingan Teknis dan Fasilitasi serta Koordinasi dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat meliputi Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Usah

(28)

Ekonomi Masyarakat dan Pemasaran, Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Perkembangan Usaha Ekonomi Masyarakat di Kelurahan, Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Peranan Wanita munuju Keluarga Sehat Sejahtera.

2. Uraian Fungsi

a. Menyusun persiapan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di lingkungan Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

b. Menyusun persiapan koordinasi dengan Instansi terkait dalam rang pelaksanaan tugas Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

c. Menyusun pedoman dan pelaksanaan teknis pelaksanaan mengenai berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat, meliputi Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat dan Pemasaran, Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Perkembangan Usaha Ekonomi Masyarakat di Kelurahan, Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Peranan Wanita munuju Keluarga Sehat Sejahtera; d. Menyusun persiapan bimbingan dan penyuluhan

dalam rangka meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tugas Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

(29)

e. Menyusun persiapan fasilitasi terhadap kegiatan yang berkaitan dengan Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat diseluruh yang berada di Lingkungan Kota Bandung;

f. Melakukan persiapan kegiatan Bintek yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan dan sikap masyarakat terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi yang ada hubungannya dengan tugas Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

g. Melakukan fasilitasi terhadap Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pembangunan masyarakat Kelurahan yang meliputi Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat dan Pemasaran, Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Perkembangan Usaha Ekonomi Masyarakat di Kelurahan, Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Peranan Wanita munuju Keluarga Sehat Sejahtera; h. Melaksanakan dan mengkoordinasikan dengan

Dinas terkait mengenai kegiatan Pembimbing dan atau Fasilitasi penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat dan menterpadukan dengan Program Pemerintah yang masuk ke Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

(30)

i. Menyusun profil diseluruh Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung dalam rangka penyiapan Pengembangan Potensi Masyarakat;

j. Melakukan penyuluhan, bimbingan, pengembangan dan kerjasama dengan berbagai pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

k. Melakukan evaluasi terhadap seluruh Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung terhadap berbagai pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

l. Menyusun model pembangunan di seluruh Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang sesuai dengan Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

m. Melaksanakan monitoring terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan tugas Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

n. Melaksanakan evaluasi hasil kerja bawahan di Lingkungan Su. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

o. Menyusun data yang berkaitan dengan tugas Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat; p. Menyusun laporan kegiatan yang dilaksanakan oleh

Sub. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

q. Melaksanakan kegiatan lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.

(31)

2.2. STRUKTUR ORGANISASI

Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung terdiri dari :

1. Unsur Pimpinan yaitu : Kepala Badan

2. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu : Sekretaris Badan yang terdiri dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian serta Sub Bagian Keuangan dan Program;

3. Unsur Pelaksana yaitu :

a. Bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan yang terdiri dari Sub Bidang Bidang Kewaspadaan Nasional dan Ketahanan Sosial serta Sub Bidang Pembinaan Politik dan Pemilu;

b. Bidang Perlindungan Masyarakat yang terdiri dari Sub Bidang Kesiagaan dan Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat;

c. Bidang Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Sub Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat;

d. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur Organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 2.2. sebagai berikut :

(32)

Gambar 2.2

Bagan Struktur Organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung

Kepala Badan

Bidang Ideologi dan

Wasbang

Sub Bidang Bidang Kewaspadaan

Nasional dan Ketahanan Sosial

Sub Bidang Pembinaan Politik dan

Pemilu Bidang Perlindungan Masyarakat Sub Bidang Kesiagaan Sub Bidang Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat Sub Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat Sekretaris

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Keuangan dan Program Kelompok Jajaran Fungsional

(33)

2.3. SUMBER DAYA SKPD

2.3.1. Susunan Kepegawaian

a. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan PNS TKK 1 Strata 3 (S-3) 1 - 2 Strata 2 (S-2) 3 - 3 Strata 1 (S-1) 20 4 4 Sarjana Muda (D-3) 2 1 5 SLTA/SMK 48 3 6 SLTP 6 - SD 1 2 Jumlah 81 8

b. Jumlah Pegawai Yang Telah Mengikuti Pelatihan Penjenjangan

Tabel 2.2

Jumlah Pegawai yang Telah Mengikuti Pelatihan Penjenjangan

No Pelatihan Penjenjangan Jumlah Pegawai 1 ADUM/ADUMLA/DIKLATPIM IV 18 2 SPAMA/ DIKLATPIM III 4 3 SPAMEN 1 Jumlah 23

(34)

c. Jumlah Pegawai Berdasarkan Kepangkatan dan Golongan

Tabel 2.3

Jumlah Berdasarkan Jenjang Kepangkatan dan Golongan/Ruang

No Golongan Ruang Jumlah Pegawai 1 IV C 1 B 2 A 4 2 III D 11 C 1 B 6 A 7 3 II D 7 C 3 B 29 A 7 4 I D 0 C 2 B - A 1 5 TKK - 8 Jumlah 88

d. Jumlah Pegawai yang Menduduki Eselon dan Staf Tabel 2.4

Jumlah Berdasarkan Esselon dan Staf

No Jabatan Jumlah Pegawai 1 Esselon II 1

2 Esselon III 4 3 Esselon IV 8 4 Fungsional - 5 Staf/Pelaksana 68

(35)

BAB III

ISU STRATEGIS BERDASARKAN

TUGAS DAN FUNGSI

3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Kota Bandung dihadapkan pada persoalan degradasi lingkungan dan tatanan sosial yang semakin terus mengalami penurunan yang sangat signifikan sebagai gambaran umum perkembangan kota bandung. Persoalan ini terutama dilihat dari aspek fisik lingkungan dan kualitas lingkungan serta tatanan social masyarakatnya. Akibat pertumbuhan yang tidak terkendali, Bandung kini harus menanggung beban yang berat dari berbagai hal yang muncul dan kemudian menjadikan masalah sosial baru.

Membangun masyarakat melalui enriching human lives (memperkaya hidup seseorang), merupakan kejadian yang sering berlaku karena suatu keharusan sebagian pihak yang menganggap bahwa masyarakat miskin bisa mendapatkan fasilitas-fasilitas gratis dari pemerintah.

Mensinergikan pembangunan masyarakat melalui sector peningkatan kemampuan dengan sektor-sektor penunjang pembangunan lainnya merupakan salah satu investasi human

capital.

Kota Bandung sebagai kota yang mengandalkan sektor jasa merupakan kota yang seharusnya mengandalkan kemampuan kotanya sebagai kota mandiri dari segi pendidikan dasar karena berpotensi menghasilkan investasi ekonomi yang sangat tinggi dari sektor ini. Menggerakkan masyarakat melalui peningkatan

(36)

kapasitas dan potensi dalam suatu kawasan merupakan suatu pembangunan yang berlandaskan kepada pendekatan manusia sebagai obyek, memang tidak dapat dipetik dekat-dekat ini, tapi pada masa depan akan terlihat dapat berkembang untuk membangun kawasan tersebut.

3.2. TELAAHAN VISI-MISI PROGRAM KEPALA DAERAH

Guna menyeleraskan tugas dan fungsi pemerintah kota dalam hal menangani masalah dan problem yang ada dimasyarakat diatas maka perlu adanya peningkatan koordinasi antara institusi perencana dengan pemegang otoritas politik, ekonomi, social dan budaya untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, dengan menyikapi secara arif dan cerdas dalam menjalankan program pembangunan dimasa yang akan datang antara lain melalui upaya-upaya :

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya terhadap pembangunan social, politik, ekonomi dan budaya yang terencana;

2. Meningkatnya kapasitas SDM aparatur dan kelembagaan di tingkat basis dengan harapan dapat meningkatkan efektivitas dalam menjawab persoalan-persoalan masyarakat;

3. Memantapkan formulasi dalam pelaksanaan program-program pembangunan melalui koordinasi antar SKPD, SKPD dengan kewilayahan guna mendukung terwujudnya pembangunan masyarakat yang terintegrasi dan sinergis.

4. Meningkatkan potensi-potensi yang ada dimasyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya lokal untuk mencapai tujuan pembangunan;

(37)

5. Membuka peluang berusaha bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup;

6. Memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan data, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian dan evaluasi pembangunan masyarakat.

3.3. TELAAHAN RTRW DAN KAJIAN LINGKUNGAN STRATEGIS

Secara geografis, Kota Bandung terletak pada koordinat 107º 36’ Bujur Timur dan 6 º 55’ Lintang Selatan. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya. Topografi Kota Bandung terletak pada dataran

tinggi yang dikelilingi pegunungan. Titik tertinggi berada di daerah utara dengan ketinggian 1.050 Meter dpl, dan titik terendah berada di sebelah selatan dengan ketinggian 675 Meter dpl.

Luas wilayah Kota Bandung saat ini 16.729,65 Ha. Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah Kabupaten/Kota lainnya di Wilayah Provinsi Jawa Barat, yaitu :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat (KBB)

Sebelah Barat berbatasan dengan KBB dan Kota Cimahi Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung

(38)

Jumlah penduduk Kota Bandung per Desember 2011 adalah 2.417.287 jiwa, dengan dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,81%.

Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini pada zaman dahulu dikenal sebagai Parijs van Java (Bahasa Belanda) atau “Paris dari Jawa”. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang berhawa sejuk. Hal ini menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata. Sedangkan keberadaan perguruan tinggi negeri dan banyak perguruan tinggi swasta di Bandung membuat kota ini dikenal sebagai salah satu kota pelajar di Indonesia.

Kota Bandung terletak di ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Daerah Utara Kota Bandung pada umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).

Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.

(39)

3.4. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

3.4.1. Sosial Politik dan Wawasan Kebangsaan di Kota Bandung

Kota Bandung merupakan kota metropolitan yang mempunyai latar belakang masyarakat beraneka ragam. Hal ini dilihat karena Kota Bandung merupakan kota tujuan bagi sebagian masyarakat di kota-kota lain untuk meraih peluang kehidupan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat urbanisasi yang begitu tinggi setiap tahunnya yakni banyaknya pendatang dari luar Kota Bandung.

Keadaan demikian ini menjadikan Kota Bandung mempunyai keberaneka-ragaman latar belakang masyarakatnya. Kondisi ini akan mempengaruhi terhadap sudut pandang antar masyarakat asli dan pendatang. Menghormati hak-hak antar warga sudah tidak lagi dipandang perlu oleh sebagian masyarakat dikarenakan banyaknya tuntutan dalam hal ketersediaan barang dan jasa guna menunjang kehidupan.

Fenomena cara pandang dan wawasan masyarakat akan pentingnya saling hormat-menghormati, toleransi dan kerukunan antar masyarakat akan terus terkikis oleh sifat masyarakat yang semakin tidak menghiraukan kehidupan orang lain. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam hormat menghormati, toleransi dan kerukunan antar masyarakat ini nantinya akan dimanfaatkan oleh sekelompok golongan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat kota.

Wawasan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin luntur akibat perbedaan cara pandang dan latar belakang sebagian warga masyarakat yang hidup di Kota Bandung. Mereka akan memandang perbedaan (differensiasi sosial) merupakan hal yang

(40)

harus dipertahankan mengingat apa yang dimiliki saat ini dibawa ke Kota Bandung merupakan asset yang dapat dijadikan modal bagi meraup keuntungan pribadi.

Kesadaran diatas selanjutnya tidak perlu dipelihara didalam suatu suatu hubungan social kritis yang terbuka bagi suatu control public dengan suatu kekuatan internal untuk bias terus melakukan kehidupan berbangsa.

Dalam kerangka kesadaran etis, selanjutnya perlu dikembangkan untuk mendorong setiap orang untuk bias bersikap kritis. Dari sini, dunia social dan keagamaan bisa dikembangkan sebagai wilayah kehidupan masyarakat yang akan memberi ruang bagi seseorang dengan menegasi orang lain. Selama ini upaya memecahkan konflik tidak pernah keluar dan tidak pernah bebas dari logika konflik yang bergulir di Kota Bandung.

Konflik kesukuan, ras, agama dan golongan justru akan mempertajam konflik menjadi lebih keras, massif dan absurb yang meninggalkan dendam sejarah.

Sulit sekali menentukan semua variable yang memberikan kontribusi bagi konflik-konflik etnis, suku dan agama. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi ini dapat diklasifikasikan kedalam kategori faktor struktural dan kultural (psikologis) yang terkait satu sama lainnya yang mencakup ketimpangan ekonomis diantara kelompok-kelompok rasial antara lain orang asli Bandung versus pendatang, orang miskin versus orang kaya, pekerja versus pengusaha, rakyat versus pemerintah.

Masyarakat yang heterogen sangat sulit memahami aturan politik atau prosedur birokrasi politik. Yang penting, masyarakat dimudahkan dalam berbagai akses kehidupan. Jika perlu, sebagian

(41)

karena memilih atau tidak memilih tidak memengaruhi kenaikan atau kesejahteraan. Jika kita amati, munculnya kegamangan politik berawal dari tak adanya pendidikan politik yang benar-benar dipahami sebagian besar masyarakat. Proses pembelajaran tidak menyentuh norma-norma pendidikan politik yang mencerahkan. Hal ini berakibat saat seseorang berada di pendidikan tinggi, yang konon merupakan tempat belajar berpolitik secara nyata.

3.4.2. Keamanan dan Ketertiban Lingkungan Masyarakat di Kota Bandung

Hidup manusia pada hakekatnya adalah berharga dan bermartabat, sehingga penanggulangan bencana merupakan sebuah kebutuhan mendasar. Bahwa setiap manusia mempunyai hak-hak dasar, termasuk rasa aman dan terlindungi dari bencana adalah hak asasi rakyat.

Ditempatkannya hidup dan kehidupan sebagai hak dasar setiap manusia maka berimplikasi bahwa semua upaya dan langkah harus diambil demi mencegah dan meringankan penderitaan rakyat yang diakibatkan oleh bencana.

Penanggulangan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah dalam melindungi rakyat, oleh karenanya rakyat mengharapkan pemerintah dapat melaksanakan penanganan bencana sepenuhnya.

Harapan terlaksananya amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, antara lain yaitu bahwa Setiap masyarakat berhak:

1. Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana mendapatkan

(42)

pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

2. Mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya;

3. Melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana;

4. Mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar;

5. Memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi.

Kota Bandung merupakan bagian dari kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Barat dengan iklim dan geografisnya sangat strategis untuk tumbuhnya sebuah kawasan pemukiman dan tempat tinggal dengan segala fasilitas dan potensi yang ada didalamnya. Oleh karena itu, Kota Bandung dijadikan ibu kota Provinsi Jawa Barat. Namun dibalik potensi dan sumber daya yang ada ini ternyata Kota Bandung sangat rawan dan sensitif terhadap ancaman bencana. Sedikit saja kawasan lindungnya terusik oleh keserakahan manusia, maka akan mudah terjadi bencana yang membawa korban dan kerugian harta benda.

Potensi kebencanaan di Kota Bandung yang cukup besar ini sangat korelatif dengan aspek geografis yang bergunung-gunung, aspek klimatologis yang memiliki curah hujan tinggi, aspek geologis,

(43)

aspek demografis yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di antara semua provinsi di Indonesia.

Berdasar banyaknya kejadian bencana dan jumlah korban, dapat dikatakan bahwa pengetahuan, kapasitas, dan peran masyarakat Kota Bandung dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sangat perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan.

Masyarakat yang padat tersebut belum banyak mengetahui dampak-dampak dari keberlangsungan lingkungan sekitar serta tidak memahami dalam penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana masih berorientasi pada upaya tanggap darurat yang pada umumnya hanya berupa pemberian bantuan pertolongan pertama saja.

Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan bencana yang selama ini telah diberikan kepada masyarakat melalui Satuan Perlindungan Masyarakat di Tingkat Kecamatan dan Kelurahan tidak sampai kepada pemahaman praktik di lapangan.

Peraturan perundangan tentang penanggulangan bencana adalah produk kesepakatan pemerintah dan rakyat yang dikandung maksud sebagai ketentuan-ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Oleh sebab itu masyarakat berpemahaman bahwa amanat peraturan perundangan ini harus ditindak lanjuti dengan pentaatan dan penegakan, dengan alasan-alasan antara lain :

1. Peraturan perundangan penanggulangan bencana merupakan ketentuan yang efektif untuk secara proaktif mencegah masyarakat dan dunia usaha melakukan kegiatan atau investasi yang dapat menimbulkan atau meningkatkan ancaman bencana;

(44)

2. Peraturan perundangan penanggulangan bencana dapat mencegah masyarakat dari ancaman bencana yang mungkin terjadi;

3. Peraturan perundangan penanggulangan bencana dapat memaksa masyarakat untuk mengubah perilaku dan kebiasaan yang berpotensi meningkatkan ancaman bencana;

4. Peraturan perundangan penanggulangan bencana dapat mewajibkan pemerintah pusat dan daerah melakukan penyelenggaraan kebencanaan yang lebih efektif. Sosialisasi rutin kesiapan penanggulangan bencana, investasi untuk perlindungan masyarakat dari ancaman bencana;

5. Peraturan perundang-undangan kebencanaan belum secara tegas membentuk lembaga yang dekat dengan jangkauan masyarakat dalam hal ini Satuan Perlindungan Masyarakat guna melindungi masyarakat dari adanya ancaman bahaya bencana. Hal ini dilihat bahwa di Kota Bandung selama ini belum ada aturan yang mengatur tentang kelembagaan Perlindungan Masyarakat (Linmas) di masing-masing wilayah kelurahan dan kecamatan.

Walaupun penanggulangan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah dalam melindungi rakyatnya, dan rakyat mengharapkan pemerintah dapat melaksanakan penanganan bencana sepenuhnya, namun dapat dipahami dan disadari bahwa pemerintah tidak akan mampu melaksanakan.

Paradigma penanggulangan bencana yang selama ini bergulir di Kota Bandung adalah merupakan tanggung jawab pemerintah dan bukan menjadi urusan bersama masyarakat dan

(45)

mulai dari kebijakan, kelembagaan, koordinasi dan mekanisme diubah sedemikian rupa sehingga peran aktif masyarakat dan dunia usaha belum tampak dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Belum adanya penangulangan bencana berbasis masyarakat, tanggung jawab sosial dan korporasi dunia usaha dalam penanggulangan bencana.

Paradigma ini menggambarkan bahwa lunturnya kewajiban-kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, antara lain :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat kota dalam menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

2. Kurangnya peran aktif dalam kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana;

Banyak aspek, baik langsung maupun tidak langsung, sangat berpengaruh dalam penanggulangan bencana di Jawa Barat di masa mendatang, baik aspek internal kedaerahan, nasional, regional, maupun global. Skenario penanggulangan bencana jangka tahunan, jangka menengah, dan jangka panjang sampai tahun 2025 harus dibuat agar penanggulangan bencana di Kota Bandung menyambung dan tersistem dengan baik.

Skenario kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi sampai dengan tahun 2025 yang harus kita kaji dan waspadai, misalnya:

(46)

1. Ekonomi yang semakin tergantung kepada struktur ekonomi global;

2. Politik yang semakin memerlukan kepemimpinan yang handal, pro pemerataan kesejahteraan dan pro-lingkungan;

3. Budaya yang semakin tidak peduli terhadap lingkungan;

4. Pembangunan yang masih mengandalkan ekspolitasi sumber daya alam;

5. Kerentanan penduduk yang semakin meningkat, karena jumlah penduduk melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan;

6. Bencana, baik alami maupun non alami, yang kemungkinan akan semakin sering dan berpotensi merusak;

Gambar 3.1

(47)

3.4.3. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan

Kemiskinan perkotaan adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang ditimbulkannya. Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu, diantara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan. Kota Bandung salah satu kota yang tergolong ibu kota provinsi menyandang berbagai permasalah penduduk miskin.

Luas Kota Bandung 16.729,50 Ha terdiri dari jumlah penduduk Kota Bandung berdasarkan hasil Susenas tahun 2005 adalah 2.270.970 jiwa (penduduk perempuan 1.135.485 Jiwa dan penduduk laki-laki 1.135.485 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,72%. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 13.505 jiwa/Km2, dilihat dari segi kepadatan penduduk per Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 39.256 jiwa/Km2. Menurut Laporan Dinas Tenaga Kerja 29.190 penduduk Kota Bandung tercatat sebagai pencari kerja tahun 2005, yang berarti menurun 44,83 % dari tahun sebelumnya. Sedangkan lowongan kerja yang tersedia sebanyak 1.448 orang dan jumlah penempatan hanya untuk 1.429 orang. Data BPS menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat Maret 2008 untuk daerah perkotaan sebanyak 2,62 juta orang (10,88 persen) terhadap jumlah penduduk perkotaan, sedangkan di daerah perdesaan 2,71 juta orang (16,05 persen).

(48)

Penduduk miskin di Kota Bandung berjumlah 83.500 jiwa dimana tidak memilih-milih tempat dia mau "hinggap", tidak peduli mereka yang berada di tengah kota atau daerah kumuh. Kota Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat yang menjadi pusat bisnis, pusat perdagangan, pusat tempat hiburan dan lain sebagainya yang berarti pusat perkonomian di Jawa Barat, tempat keluar-masuknya uang, selain kota-kota lain di Provinsi Jawa Barat ini pun tidak terlepas dari kemiskinan. Kita dapat melihat di setiap sudut kota pasti ada daerah yang perumahannya kumuh, berhimpitan satu dengan yang lain, atau pula ada penduduk yang mendirikan rumah ala kadamya di bantaran sungai dan kali dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan masyarakat miskin perkotaan. Banyak cara telah dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah dan juga individu-individu pemerhati kemiskinan dan permasalahannya untuk mengatasinya seperti transmigrasi penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih jarang penduduknya, penanggulangan bertambahnya penduduk dengan program Keluarga Berencana (KB), pemberian keterampilan dan modal. Kota Bandung mampu pula menarik masyarakat pinggiran kota untuk pindah ke Kota Bandung sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan daerah-daerah kumuh di beberapa titik kota ini.

Sebuah perjalanan kehidupan kota yang boleh dibilang cukup panjang. Berbagai dinamika kehidupan dan pergantian generasi ke generasi, telah berhasil memimpin Kota Bandung, tapi yang pasti, warga kota mendambakan sebuah kehidupan yang harmoni, sejahtera lahir dan batin, dengan pemerintah kotanya yang mampu memfasilitasi dan membuat regulasi yang bisa menjamin keadilan semua warga kota, serta bisa memberikan pelayanan publik yang

(49)

Di tengah persoalan yang melilit saat ini, seperti masalah kemiskinan dan pengangguran yang masih belum bisa diatasi, tingkat daya beli masyarakat yang terus menurun seiring dengan harga BBM dan harga kebutuhan pokok yang terus meningkat, serta masalah pendidikan, kesehatan juga permasalahan lingkungan antara lain ruang terbuka hijau, pencemaran sungai, meningkatnya kadar polusi, menyempitnya ruang-ruang publik serta semrawutnya tata ruang kota, telah menambah sejumlah persoalan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah kota beserta seluruh aparaturnya.

(50)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI

KEBIJAKAN

4.1. VISI DAN MISI BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG

Sesuai dengan Visi Kota Bandung, maka Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung menetapkan visi : “Mewujudkan Masyarakat Mandiri Menuju Kota Jasa Yang Bermartabat”

Melalui kemandirian masyarakat secara social, budaya, ekonomi dan politik, diharapkan akan mendukung terwujudnya Bandung sebagai kota jasa yang bersih, makmur taat dan bersahabat sehingga untuk mewujudkan visi diatas maka ditetapkan misi Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat, yaitu :

1. Menumbuh-kembangkan budaya politik yang demokratis sehingga tercipta kesadaran politik di kalangan masyarakat; 2. Meningkatkan dan membina kerjasama serta menumbuhkan

kesadaran masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan;

3. Memberdayakan seluruh potensi sumber daya masyarakat yang berbasis pada kemitraan supaya mampu berdaya saing.

(51)

4.2. TUJUAN

Tujuan ditetapkan guna menjabarkan atau implementasi dari pernyataan misi sebagai hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Tujuan ditetapkannya tujuan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi.

Untuk mewujudkan visi dan misi Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung ditetapkan tujuan yang ingin dicapai antara lain :

1. Pernyataan Misi Kesatu, menumbuh-kembangkan budaya politik yang demokratis sehingga tercipta kesadaran politik di kalangan masyarakat adalah bertujuan untuk tumbuhnya budaya politik yang demokratis melalui pendalaman ideology dan wawasan kebangsaan;

2. Pernyataan Misi Kedua, meningkatkan dan membina kerjasama serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kesadaran masyarakat dalam perlindungan masyarakat serta mampu dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan;

3. Pernyataan Misi Ketiga, Memberdayakan seluruh potensi sumber daya masyarakat yang berbasis pada kemitraan supaya mampu berdaya saing bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Kota Bandung yang berdaya dalam pemenuhan kebutuhan pokok hidupnya dalam suasana kondisi masyarakat

(52)

yang kondusif serta mampu membangun lingkungan secara swadaya/partisipatif.

4.3. SASARAN JANGKA MENENGAH SKPD

Sasaran menggambarkan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik, terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Sebagai maksud ditetapkannya tujuan dari pelaksanaan misi, maka sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Peningkatan pemahaman wawasan kebangsaan melalui sosialisasi peraturan per-Undang-undangan Bidang Politik dan pengembangan pendidikan politik kepada masyarakat;

2. Menumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan melalui program kegiatan fasilitasi pendidikan dan pengembangan sistem Perlindungan Masyarakat;

3. Penguatan sumber daya masyarakat dari keluarga miskin dan penguatan kelembagaan melalui kegiatan pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Kelurahan, pengembangan percontohan usaha ekonomi produktif masyarakat, penguatan kelembagaan, perencanaan partisipatif masyarakat kelurahan, peningkatan kesejahteraan keluarga dengan melibatkan para stakeholder melalui keterpaduan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan yang berbasis masyarakat.

(53)

4.4. STRATEGI DAN KEBIJAKAN SKPD

Strategi merupakan keseluruhan cara atau langkah dengan penghitungan yang pasti untuk mencapai tujuan atau mengatasi persoalan. Cara atau langkah dirumuskan lebih bersifat makro dibandingkan dengan “teknik“ yang lebih sempit, dan merupakan rangkaian kebijakan. Sehingga strategi merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program, antara lain :

1. Strategi dalam mewujudkan Misi Kesatu Menumbuh-kembangkan budaya politik yang demokratis sehingga tercipta kesadaran politik di kalangan masyarakat;

2. Strategi dalam mewujudkan Misi Kedua Meningkatkan dan membina kerjasama serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan;

3. Strategi dalam mewujudkan Misi Ketiga Memberdayakan seluruh potensi sumber daya masyarakat yang berbasis pada kemitraan supaya mampu berdaya saing.

(54)

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR

KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN

PENDANAAN INDIKATIF

5.1. PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BANDUNG

Sebagai perwujudan dari beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka mencapai setiap tujuan strategisnya, maka langkah operasionalnya harus dituangkan ke dalam program dan kegiatan indikatif yang mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bandung. Program terdiri dari beberapa kegiatan yang berupa:

1. Kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat;

2. Kerangka anggaran yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa publik yang diperlukan masyarakat.

Adapun implementasi kebijakan yang dituangkan dalam program Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah sebagai berikut :

(55)

3. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan;

4. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan;

5. Program Pendidikan Politik Masyarakat;

6. Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam; 7. Program Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat.

5.2. KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Sedangkan rincian kegiatan-kegiatan yang merupakan implementasi program-program dan Kegiatan Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat, sebagaimana terlihat dalam table 5.1 berikut :

Tabel 5.1

Kegiatan dalam rangka pelaksanaan Program Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan

Masyarakat

No. PROGRAM SASARAN

PROGRAM KEGIATAN 1 Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Terbinanya sumber daya dan potensi

perlindungan masyarakat

Kegiatan Penyiapan Tenaga Pengendali dan Kenyamanan Lingkungan

Kegiatan Pembangunan Pos Siaga/Ronda

Kegiatan Pelatihan Pengendalian Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

Kegiatan Pengendalian Kebisingan dan Ganguan dari Kegiatan Masyarakat

(56)

Kegiatan Pengendalian Keamanan Lingkungan Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Kegiatan Kerjasama

Pengembangan Kemampuan Pengamanan dengan TNI/Polri dan Kejaksaan 2 Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Meningkatnya kerjasama antar umat beragama

Kegiatan peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama

Kegiatan peningkatan rasa solidaritas dan ikatan sosial di kalangan Masyarakat

Kegiatan Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa 3 Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan 1. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap etika berdemokrasi yang

santun, hak dan kewajiban sebagai warga negara dan tanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan ideologi dan wawasan kebangsaan

Kegiatan fasilitasi pencapaian halaqoh dan berbagai forum keagamaan lainnya dalam upaya peningkatan wawasan

kebangsaan

kegiatan seminar,talkshow,diskusi peningkatan wawasan

kebangsaan

Kegiatan pentas seni dan budaya festival lomba cipta dalm upaya peningkatan wawasan

kebangsaan

Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 4 Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan Terbinanya lembaga perlindungan masyarakat Kegiatan Pembentukan Keamanan Lingkungan di Masyarakat 5 Program Pendidikan Politik Masyarakat 1. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap etika berdemokrasi yang

santun, hak dan kewajiban sebagai warga negara dan tanggungjawab dalam kehidupan

Kegiatan Penyuluhan Kepada Masyarakat

Kegiatan Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan Partai Politik

Kegiatan Koordinasi Forum-forum diskusi Politik

Kegiatan Penyusunan data base Partai politik

Referensi

Dokumen terkait

Où, Quel, Quand, Qu’est-ce que, Comment - Article indéfini/défini - adverbe VOCABULAIRE - Noms de métiers - le corps - Nom de pays - Memberikan suatu bacaan dengan

Setelah persoalan ganti rugi keuangan berakhir diatasi, Sultan HB VII merasakan bahwa dirinya kini berhak kembali memegang kendali pemerintahan seutuhnya. Ia menyadari bahwa

Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan

Setiap instansi atau perusahaan yang berbadan hukum yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan usaha dapat memperoleh izin pemanfaatan atau pemakaian zat radioaktif dan

Jenis ketrampilan proses sains siswa yang diamati meliputi ketrampilan siswa mengamati (observasi), merumuskan hipotesis, menentukan ruang dan waktu, dan berkomunikasi.

Pembelajaran dengan model Teams Games Tournament adalah salah satu model dalam belajar kelompok yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi pengajar untuk menyelesaikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa 1)secara simultan kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai

19 Adanya penyewaan lahan sawah pertanian oleh industri gula yang di dalamnya terdapat pabrik beserta perkebunannya yang tidak sesuai dengan ketentuan,