• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognotif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni :

a. Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

(2)

b. Interest (merasa tertarik)

Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-menimbang)

Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial

Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

(3)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai peningkatan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruhan badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sesungguhnya). Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain.

(4)

d. Analisis (Analysis)

Merupakan situasi kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek keadaan komponen-komponen tapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan tanda kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syintesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang akan datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu

(5)

yang berpendidikan tentu akan banyak memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu.

2) Paparan Media

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat di terima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media masa (TV, radio, majalah dan lain-lainnya) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibanding dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media masa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi kebutuhan seseorang tentang berbagai hal.

4) Pengalaman

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Misalnya sering mengikuti kegiatan-kegiatan mendidik misalnya seminar, organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang sesuatu hal

(6)

diperoleh adanya pengetahuan tentang sesuatu hayalan menyebabkan timbulnya suatu respon baik positif maupun negatif pada seseorang sehingga akan membuat ia bersikap dan berperilaku demi kesehatan (Walgito, 1997) merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena dari pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan.

5) Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerina pesan sebagai model komunikasi media (Rahman, 2003). Support Sistem Lingkungan disekitar kita juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan manusia, karena dari lingkungan ini dapat pengetahuan serta mengetahui sesuatu yang belum diketahui.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak

(7)

produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009). Dua sikap tradisional Mengenai jalannya perkembangan hidup :

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

4. Parameter Tingkat Pengetahuan

1) Baik : 76-100%

2) Cukup : 56-75%

(8)

B. Hubungan Seksual Pranikah a. Pengertian

Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan dapat ditunjuk (Inggrid, 2004).

Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam vagina. Perilaku ini disebut juga koitus, tetapi ada juga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus secara moralitas hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu agamapun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan pernikahan. Hubungan seks pranikah sangat merugikan remaja (Salemba Medika, 2010).

Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :

Sesungguhnya beruntunglah orang yang beriman, orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka (pasangannya). Barang siapa yang mencari di balik itu (zina, homoseksual, dan sebagainya), maka mereka itu adalah orang-orang yang melampaui batas (Q.S.: 23: 1,5,6. dan 7).

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan (Mu’tadin, 2004).

(9)

Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seseorang meninggal dunia (Inggrid, 2004).

Dewasa ini jika kita berbicara tentang seks, tak luput dari tindakan seks yang menyimpang. Contohnya hubungan seks pranikah, hubungan seks sesama jenis, antara manusia dengan binatang, dan hubungan melalui anal (Meta, 2006).

Biasanya yang kerap terjadi pada perilaku penyimpangan seksual adalah perilaku seksual pranikah, yaitu perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Dhe de, 2002).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Dalam hal ini, perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut (Sarwono, 2006):

1) Berkencan

2) Berpegangan tangan 3) Mencium pipi

(10)

4) Berpelukan 5) Mencium bibir

6) Memegang buah dada di atas baju 7) Memegang buah dada di balik baju 8) Memegang alat kelamin di atas baju 9) Memegang alat kelamin di bawah baju 10) Melakukan senggama

b. Hal-hal yang Menyebabkan Timbulnya perilaku Seksual

Menurut Sarwono (2006), secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh :

1) Meningkatnya libido seksual

Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik.

2) Penundaan usia perkawinan

Dengan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, makin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya untuk bersekolah dulu sebelum mengawinkan mereka.

3) Tabu/larangan

Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan

(11)

tersebut berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan masturbasi, untuk renaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut. 4) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat pengarahan dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak kesemapatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui risiko-risiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual.

5) Pergaulan semakin bebas

Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh karena itu disamping komunikasi yang baik dengan anak, orang tua juga perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orang tua.

c. Pola atau Tahap Perilaku Seksual Remaja

Menurut Masland (2004) dan Mu’tadin (2002), perilaku seks bebas meliputi:

(12)

1) Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian yang sensitif yang bisa menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang disebut dengan french kiss. Kadang-kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/soul kiss. 2) Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang umumnya untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam.

3) Petting

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah di luar atau di dalam pakaian. 4) Intercourse

bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.

(13)

d. Dampak Perilaku Seksual Pranikah

Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pranikah adalah sebagai berikut:

1) Risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis, dan lain sebagainya. 2) Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan risiko infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.

3) Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).

4) Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

e. Cara mencegah melakukan hubungan seksual pranikah

Banyak variabel yang memberikan kontribusi remaja melakukan hubungan seksual mengindikasikan bahwa upaya untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa alternatifnya:

1) Mengurangi besarnya dorongan biologis

a. Menghindari membaca buku atau melihat film/majalah yang menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi.

(14)

b. Membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak merangsang.

c. Membuat kelompok-kelompok kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk mengembangkan diri.

2) Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis a. Pendidikan agama dan budi pekerti.

b. Penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari. c. Menghindari penggunaan narkoba, karena hal ini akan

menghancurkan kemampuan remaja dalam pengendalian diri. d. Orang tua dan guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari. 3) Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja

Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dilihat secara sempit sebagai sekadar hubungan seksual saja. Ini perlu dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini.

Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan oleh kedua orang tua. Sementara itu, di sekolah juga dibuka informasi kesehatan reproduksi.

4) Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah a. Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak

mengekang remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali.

b. Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang berlebihan.

(15)

c. Dukungan dari pemerintah juga diperlukan.

C. Remaja 1. Pengertian

Remaja atau “adolescense” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan, bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Fitramaya, 2009).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Fitramaya, 2009).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, da psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Fitramaya, 2009).

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak engan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu di mana individu mulai bertindak terlepas dari orangtua mereka (Mirza Maulana, 2008).

(16)

Pada masa remaja terjadi perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi (Fitramaya, 2009).

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas.

2. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap, yaitu :

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

2) Ada keinginan untuk berkencan ketertarikan pada lawan jenis. 3) Timbul persaan cinta yang mendalam.

4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. 5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

(17)

c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4) Dapat mewujudkan persaan cinta.

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. 3. Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education yang dikutip oleh Panut Panuju dan Ida Umami (1999:23-26) ada sepulih yaitu :

a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing.

c. Menerima kenyataan jasmaniah sert menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.

e. Mencapai kebebasan ekonomi

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan. g. Mempersipkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah

tangga.

(18)

i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

4. Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan organ-organ reproduksi diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut :

a. Tanda-tanda Seks Primer

Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki-laki gonad atau testes. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Testes berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria matang lazimnya terjadi mimpi basah, yaitu bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual sehingga mengeluarkan sperma.

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan lainnya berbeda. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada permpuan adalah datangnya haid.

b. Tanda-tanda Seks Sekunder 1) Pada Laki-laki

(19)

a. Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemluan, rambut ketiak dan rambut di wajah misalnya kumis dan cambang.

b. Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. c. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar minyak di bawah kulit menjadi lebih aktif, aktivitas kelenjar keringat juga bertambah.

d. Otot

Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. e. Suara

Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara.

f. Benjolan di dada

Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar susu.

2) Pada Wanita a. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu kulit wajah mulai tampak setelah haid.

(20)

b. Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat. c. Payudara

Payudara juga membesar dan puting susu menonjol. d. Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.

e. Kelenjar minyak dan kelenjar keringat

Kelenjar minyak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. f. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. g. Suara

Suara berubah semakin merdu. 5. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :

a. Perubahan Emosi

Perubahan tersebut berupa kondisi : 1) Sensitif atau peka

2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya.

(21)

b. Perkembangan Intelegensia

Pada perkembangan ini menyebabkan remaja :

1) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.

2) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

D. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah), dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Menurut Machfoedz (2005), pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat. Menurut Rosyid (2007) pendidikan seks adalah bagian dari komponen pokok yang dibutuhkan manusia karena ini mengenai tentang kebutuhan hidup manusia. Menurut Sarwono (2008) pendidikan seks adalah suatu cara

(22)

untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks khususnya untuk mencegah dampak negatif yang tidak diharapkan. Muatan pendidikan seks meliputi organ reproduksi, identifikasi baliq, kesehatan seksual, penyimpangan seksual dan dampak penyimpangan seksual (Sunaryo, 2004)

2. Tujuan

Tujuan dari suatu pemberian pendidikan seks kepada remaja yaitu 1. Memberikan pemahaman yang benar kepada remaja tentang organ reproduksi, penyimpangan seks, dampak dari seks bebas, kehamilan. 2. Mampu mengantisipasi dampak buruk dari penyimpangan seksual. 3. Diharapkan anak remaja menjadi anak dengan generasi sehat (Notoatmodjo, 2003). Menurut gawshi , pendidikan seks adalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang benar kepada anak dan menyiapkannya untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual dimasa depan kehidupannya dan pemberian pengetahuan ini menyebabkan anak memperoleh kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah seksual dan reproduksi (Handi, 2009)

3. Sasaran

Untuk dapat mencapai hasil yang efektif, menurut Notoatmodjo (2003), sasaran pendidikan kesehatan dapat dipilah menjadi tiga, yaitu : sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer biasanya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi,

(23)

seperti kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, remaja putri dan wanita usia subur untuk masalah kesehatan reproduksi, ibu hamil dan menyusui untuk masalah kesehatan ibu dan anak dan anaka sekolah untuk kesehatan remaja.

Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat. Tujuan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini yaitu diharapkan mereka menggetoktularkan, memberikan contoh perilaku sehat, kepada msyarakat di sekitarnya (Notoaatmodjo, 2003).

Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan kelompok ini akan mempunyai dampaka terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan masyarakat umum (sasaran primer) (Notoatmodjo, 2003).

4. Metode

Didalam menyampaikan pendidikan kesehatan atau pendidikan seks pada remaja ada 3 metoda yang digunakan yaitu metode pendidikan individual (perorangan), metode ini bersifat individual yang berguna untuk membina perilaku baru yang dapat berupa bimbingan dan penyuluhan serta wawancara; metode pendidikan kelompok, metode ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok besar meliputi ceramah dan seminar sedangkan kelompok kecil meliputi diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok

(24)

kecil-kecil, role play dan permainan simulasi. Metode pendidikan yang terakhir adalah metode pendidikan massa, metode ini ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik yang dapat berupa ceramah umum, pidato-pidato melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan di media cetak, serta bill board yang dipasang di pinggir jalan. (Notoatmodjo, 2007).

Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public).

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :

a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan

(25)

dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (Wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a) Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

(26)

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b) Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :

1) Diskusi Kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

(27)

2) Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.

3) Bola Salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

(28)

4) Kelompok Kecil (Bruzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

5) Memainkan Peranan (Role Play)

Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang

(29)

menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nama sumber.

3. Metode Pendidikan Massa (Public)

Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :

a. Ceramah umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

(30)

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu.

d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.

e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.

f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".

5. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Menurut Notoatmodjo (2005), media pendidikan kesehatan didasarkan cara produksinya dikelompokkan menjadi : a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan

(31)

1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar.

2) Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar.

3) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun kombinasi.

4) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah kesehatan.

6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya ditempel di tempat umum.

7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk member informasi dan menghibur.

b. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.adapun macam media elektronik :

1) Televisi 2) Radio 3) Video

(32)

4) Slide 5) Film

c. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, missal : 1) Pameran 2) Banner 3) TV Layar Lebar 4) Spanduk 5) Papan Reklame

(33)

E. Kerangka Teori Pendidikan Masa media / informasi : -radio -majalah -televisi -penyuluhan Ekonomi Pengalaman hubungan sosial

Sumber : Modifikasi Notoatmodjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Pengetahuan Perilaku (Proses terjadinya perilaku) : 1. Kesadaran 2. Merasa tertarik 3. Menimbang-nimbang 4. Mencoba 5. Mengadopsi perilaku

(34)

F. Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas : 1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas atau independen merupakan suatu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel dependen (terikat) dan bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2008). Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan seks pranikah.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat atau dependent merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2008). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja tentang seks pranikah.

Pengetahuan seks pranikah sesudah pendidikan kesehatan seks pranikah Pengetahuan seks pranikah sebelum pendidikan kesehatan seks pranikah Pendidikan Kesehatan Seks Pranikah ( penyuluhan )

(35)

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang seks pranikah di SMA Muhammadiyah Gubug tahun 2011 sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara bayi yang

Dikisahkan oleh Al-Sada dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas dan para sahabat Rasulullah SAW. yang lainnya bahwa ketika kaum amalaqoh dapat mengalahkan Bani Israil atas tanah Gaza

Jika beban pada suatu waktu lebih kecil dari setengah (50%) beban maksimum, katup ON/OFF akan menutup, lalu motor servo akan mengatur katup kedua untuk menjaga

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara

Dioda yang digunakan pada rangkaian rectifier adalah fast recovery diode yaitu dioda yang digunakan untuk fast switching atau pensaklaran frekuensi tinggi,

Terkait konsumsi susu, sebanyak 41.9% responden dewasa, dalam hal ini Ibu dari para balita, menyatakan memberikan susu formula saja bagi balitanya karena saat penelitian

Kadar kolesterol total dapat sama atau bahkan lebih rendah pada pasien gagal ginjal tahap akhir yang non diabetik dibandingkan populasi umumnya, hal ini merupakan tanda

17 dan biaya yang ditanggung perusahaan menjadi lebih besar sehingga akan menjadi semakin sensitif return saham perusahaan terhadap perubahan tingkat suku bunga, akan