• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA

KELAS X DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

RIA WINARNI

NIM 111 11 065

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO









Artinya:

(7)

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Abdul Chamid dan Ibu Munisah, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.

2. Adik-adikku Vira Munica, Putri Karunia Sari yang selalu memberikan canda tawa sehingga semangat lagi untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Tunanganku yang selalu memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabatku Yuli Hastuti, Siti Masitoh, Ika Khusnul Fadhilah, Nurul Fadhilah, Usriya Hidayati, Dwi Silvia, yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Winarni, Ria. 2015. Pengaruh Komunikasi Persuasif dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata kunci: komunikasi persuasif dan konsentrasi belajar

Komunikasi persuasif adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk merubah pemikiran, sikap seseorang. Penelitian ini merupakan upaya untuk mencari pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun pelajaran 2015/2016.pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1)Bagaimanakah komunikasi persuasif yang dilakukan guru di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016? 2)Bagaimanakah konsentrasi belajar siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016? 3)Adakah pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016?

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)untuk mengetahui komunikasi persuasif dalam pembelajaran di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016 2)untuk mengetahui konsentrasi belajar siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016 3)untuk mengetahui pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016. Adapun jenis penelitian ini adalah kuantitatif karena data yang dikumpulkan berupa angka-angka dan penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket serta dokumentasi. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR BERLOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Hipotesisi Penelitian ... 5

E.Manfaat Penelitian ... 6

F.Definisi Operasional ... 7

G.Metode Penelitian ... 9

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Komunikasi Persuasif dalam Pembelajaran

1.Pengertian Komunikasi ... 21

2.Proses Komunikasi ... 22

3..Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran... 24

4.Tujuan Komunikasi... 25

5.Hambatan Komunikasi ... 27

B.Komunikasi Persuasif 1.Pengertian Komunikasi Persuasif ... 32

2.Prinsip-prinsip Persuasif ... 32

3.Teknik Komunikasi Persuasif ... 33

4.Tahap – tahap Komunikasi Persuasif ... 35

C.Pendidikan Agama Islam 1.Pengertian Pendidikan Agama Islam... 37

2.Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI... 38

3.Tujuan Pendidikan Agama Islam... 39

4.Fungsi Pendidikan Agama Islam... 40

5.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 42

6.Sumber Pendidikan Agama Islam... 43

D.Pengertian Konsentrasi Belajar 1.Pengertian Konsentrasi Belajar... 44

2.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar... 48

3.Sebab – sebab Siswa tidak dapat Berkonsentrasi... 60

(13)

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a.Sejarah ... 66

b.Lokasi ... 68

c.Visi dan Misi ... 68

d.Tujuan ... 70

e.Stuktur Organisasi ... 71

f.Keadaan Siswa ... 73

g.Keadaan Guru dan Karyawan... 75

h.Sarana dan Prasarana... 77

B.Penyajian Data 1.Data Responden ... 81

2.Data Jawaban Angket ... 84

BAB IV ANALISIS DATA A.Analisis Deskriptif ... 90

B.Pengujian Hipotesis ... 100

C.Pembahasan ... 105

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...107

(14)

DAFTAR PUSATAKA

DAFTAR LAMPIRAN

KISI – KISI ANGKET

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

GAMBAR KEADAAN SMK

TABEL NILAI R PRODUCT MOMENT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR NILAI SKK

NOTA PEMBIMBING

SURAT PERMOHONAN PENELITIAN

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ... 11

Tabel 1.2 Data Sampel Penelitian ... 13

Tabel 1.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 16

Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa ... 74

Tabel 3.2 Data Guru ... 76

Tabel 3.3 Data Karyawan ... 76

Tabel 3.4 Prasarana SMK Islam Sudirman Ungaran ... 78

Tabel 3.5 Sarana SMK Islam Sudirman Ungaran ... 79

Tabel 3.6 Daftar Nama Responden ... 81

Tabel 3.7 Nilai Jawaban Angket Tentang Komunikasi Persuasif ... 84

Tabel 3.8 Nilai Jawaban Angket Konsentrasi Belajar ... 86

Tabel 4.1 Interval Komunikasi Persuasif terhadap Siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 94

Tabel 4.2 Interval Konsentrasi Belajar pada Siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 99

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat

hidup sendirian. Mereka hidup bersama manusia lain, baik untuk

kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun untuk

keturunannya. Dalam kehidupanya dimana individu – individu yang

beraneka ragam itu saling berinteraksi, saling mempengaruhi demi

kepentingan dan keuntungan pribadi masing – masing. Oleh karena itu

terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk

percakapan atau bisa disebut dengan komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi. Demikian

pula yang bisa kita saksikan di dalam kelas ketika seorang guru

berkomunikasi dengan anak didiknya dalam aktivitas belajar mengajar.

Anak didik merupakan generasi muda yang mampu mengharumkan nama

dunia dengan segudang prestasi yang dapat mereka raih, oleh karena itu

anak didik perlu mendapatkan pendidikan yang layak karena melalui

pendidikan diharapkan mampu menciptakan generasi – generasi penerus

yang berakhlak mulia dan berprestasi dalam berbagai hal.

Akan tetapi untuk menciptakan generasi – generasi penerus yang

berprestasi sangatlah tidak mudah karena faktanya banyak generasi

(17)

materi yang di sampaikan guru mampu diterima dengan baik oleh anak

didik maka diperlukan konsentrasi dalam belajar.

Tanpa adanya konsentrasi anak didik tidak akan mudah mengerti atau

menerima apa yang telah disampaikan oleh guru di kelas. Jika anak didik

tidak dapat mengerti atau menerima materi yang telah disampaikan tentu

saja akan berdampak pada prestasi belajarnya, tentu saja meraka akan

mendapatkan hasil nilai yang tidak memuaskan.

Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik jika anak didik

dalam kondisi memperhatikan, tenang dan penuh konsentrasi. Kondisi

yang demikian tentu sangat didambakan oleh seorang guru. Karena apabila

anak didik dalam kondisi yang ramai tanpa adanya konsentrasi maka guru

akan kesusahan dalam menyampaikan materi dan tentu saja anak didik

tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik. Contoh permasalahan

yang terjadi di SMK Islam Sudirman Ungaran adalah konsentrasi belajar

disana belum bisa dikatakan maksimal karena terdapat beberapa siswa

yang tidak memperhatikan penjelasan yang disampakai oleh guru, hal itu

terbukti dengan adanya siswa yang sibuk berbicara dengan teman

disebelahnya, ada yang bermain handphone, ada juga yang melamun.

Salah satu usaha guru dalam mengembalikan konsentrasi siswa

adalah dengan menegurnya di dalam kelas, akan tetapi ada beberapa siswa

yang tidak jera dengan teguran guru ketika di dalam kelas, ada beberapa

(18)

tetapi ada juga siswa yang selang beberapa menit akan mulai berbicara

lagi.

Selain menegur anak didik, dewan guru telah menciptakan suasana

pembelajaran yang berbeda yaitu dengan menggunakan media berupa

LCD jadi siswa tidak belajar dengan mendengarkan saja akan tetapi juga

dengan melihat atau memperhatikan film yang diputarkan oleh guru.

Usaha-usaha tersebut tentu berpengaruh terhadap konsentrasi siswa dalam

menerima pembelajaran akan tetapi hanya berpengaruh beberapa

presentase saja.

Dalam pembelajaran di sekolah sering terjadi kegiatan komunikasi.

namun tidaklah mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan efektif,

ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi, contohnya di SMK

Islam Sudirman Ungaran ada kalanya anak didik mampu menerima materi

pembelajaran dengan cepat tetapi terkadang juga sangat lambat, Ketika

anak didik sedang dalam kondisi tidak berkonsentrasi maka disinilah peran

guru untuk menciptakan konsentrasi anak didik salah satunya adalah

dengan teknik komunikasi persuasif. Contohnya ketika mendapati peserta

didik yang sedang dalam kondisi tidak konsentrasi usaha yang dilakukan

guru adalah dengan cara menegurnya apabila cara tersebut siswa tidak jera

peran guru disini adalah dengan menggunkan komunakasi persuasif. Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif sudah

(19)

Salah satu unsur dari teknik komunikasi persuasif adalah pesan

persuasif. pesan persuasif dipandang sebagai usaha sadar untuk mengubah

pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif – motif ke arah tujuan

yang telah ditetapkan. (Liliweri, 2007:77)

Demi berhasilnya komunikasi persuasif hal ini harus dilakukan

secara sistematis. Sebagai landasan pelaksaan guru terlebih dahulu harus

melakukan upaya untuk membangkitkan perhatian, lalu melakukan upaya

untuk menumbuhkan minat, kemudian memunculkan hasrat atau

keinginan. Sehingga pada akhirnya anak didik anak mengambil keputusan

untuk melakukan sesuatu kegiatan yang diharapkan. Sehubungan dengan

proses komunikasi persuasif tersebut di dalamnya terdapat teknik

komunikasi persuasif. Guru melakukan teknik komunikasi persuasif ini

untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak didik.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

bagaimana teknik komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seorang guru

untuk meningkatkan atau menumbuhkan konsentrasi anak didiknya ketika

mengikuti pembelajaran di kelas. Oleh karena itu peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul :

PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KONSENTRASI

BELAJAR SISWA DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN TAHUN

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

pokok masalah dari judul penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi persuasif yang dilakukan guru di SMK Islam

Sudirman Ungaran tahun 2015?

2. Bagaimana konsentrasi belajar Siswa di SMK Islam Sudirman

Ungaran tahun 2015?

3. Adakah pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa di SMK

Islam Sudirman Ungaran tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui teknik komunikasi persuasif dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun

2015.

2. Untuk mengetahui konsentrasi belajar siswa di SMK Islam Sudirman

Ungaran tahun 2015.

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa di SMK

Islam Sudirman Ungaran tahun 2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” dan “tesis”. “hypo”

artinya (belum tentu benar) “tesis” artinya (kesimpulan). Menurut Noor

(21)

diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkap

dalam bentuk pernyataan yang dapat di uji, hipotesis merupakan jawaban

sementara atas pertanyaan penelitian. Dengan demikian, ada keterkaitan

antara perumusan masalah dengan hipotesis, karena perumusan masalah

merupakan pertanyaan penelitian. (Noor, 2001 :29).

Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh positif antara

teknik komunikasi persuasif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi

siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015. Atau dengan kata lain

semakin banyak komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa maka

siswa semakin berkonsentrasi dalam belajar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang teoritis maupun

praktis.

1. Manfaat praktis

Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Islam Sudirman Ungaran,

khususnya kepada semua guru di SMK Islam Sudirman Ungaran,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa teknik

komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seorang guru mampu

menumbuhkan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

(22)

peserta didik khususnya di lingkungan sekolah dan di masyarakat pada

umumnya.

F. Definisi Operasional

Guna menghindari salah tafsir dalam memahami judul yang penulis

ajukan, maka perlu adanya penegasan istilah terlebih dahulu mengenai

judul tersebut, adapun penegasan istilahnya sebagai berikut :

1. Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif adalah proses komunikatif untuk mengubah

kepercayaan, sikap, tujuan, atau perilaku, seseorang dengan

menggunakan pesan secara verbal yang dilakukan, baik sengaja

maupun tidak. (Ma’arif: 2007:69)

Komunikasi bersifat informatif dan persuasif, bergantung kepada

tujuan komunikator. Jika komunikasi informatif bertujuan hanya untuk

memberi tahu, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada

perkataan latin persuasio, kata kerjanya adalah persuadere yang

berarti membujuk, mengajak, atau merayu. (Efenndy: 2004:21)

Penulis berpendapat bahwa komunikasi persuasif adalah suatu

usaha yang dilakukan secara lisan yang bertujuan untuk membujuk,

mengajak seseorang untuk dapat menjadi apa yang diinginkan oleh

(23)

Beberapa indikator komunikasi persuasif, diantaranya adalah :

a. Pesan disampaikan dengan ekspresi yang tepat

b. Pesan mudah dipahami

c. Menggunakan bahasa yang jelas

d. Menggunakan kata yang baik

e. Ada penekanan – penekanan pada kata yang penting

f. Pesan disampaikan dengan sikap tenang

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dari sumber

insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam (Achmadi, 1990:103)

Adapun Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan

di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015.

3. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kita terhadap suatu hal

dengan mengesampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan

(Salam, 2004:12). Secara psikologis, jika memusatkan tenaga dan

psikis dalam menghadapi sesuatu, maka segala stimulus lainnya yang

(24)

keadaan ini adalah pengamatan menjadi nsangat cermat dan berjalan

dengan baik. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi

mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan

yang terang, kokoh, dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan dapat

dengan mudah untuk direproduksikan.

Penulis berpendapat bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan

perhatian dan pikiran pada suatu pekerjaan atau kegiatan yang

mengesampingkan pekerjaan atau kegiatan serta memikiran yang lain.

Jadi yang dimaksud judul penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh

komunikasi persuasif guru terhadap konsentrasi belajar siswa yang

terjadi di SMK Islam Sudirman Ungaran. Beberapa indikator

kosentrasi belajar, diantaranya:

a. Memperhatikan penjelasan guru

b. Antusias siswa dalam belajar

c. Tenang dalam belajar

d. Mengemukakan suatu ide

e. Merespon pertanyaan dari guru

f. Catatan pelajaran runtut dan lengkap

G. Metode Penelitian

Agar mempermudah penelitian dalam pengumpulan data, maka penulis

menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut :

(25)

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi. Sedangkan

penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif, dipilihnya pendekatan

kuantitatif ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan antara variabel

komunikasi persuasif terhadap konsentrasi belajar siswa.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih untuk melakukannya di SMK

Islam Sudirman Ungaran. Penelitian ini dikhususkan pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal yaitu

dari tanggal 6 juni 2015 hingga selesai.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari

anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi

(Usman, 2011:42). Sedangkan menurut sugiyono populasi adalah

wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80).

(26)

Islam Sudirman Ungaran Tahun 2015. Jumlah keseluruhan siswa kelas

X adalah 123 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Oleh karena itu,

populasi dalam penelitian ini adalah 123 siswa. Berikut ini adalah

sebaran populasi pada tiap kelas :

Tabel 1.1

Daftar Populasi Penelitian

NO Kelas Jumlah Siswa Tiap Kelas

1 X TKR 1 28

2 X TKR 2 29

3 X TPMI 1 20

4 X TPMI 2 19

5 X LISTRIK 14

6 X FARMASI 13

Jumlah X 6 123

b. Sampel

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan

(27)

dengan pendapat di atas, menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah

bagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).

Dalam penelitian ini sampel yang diambil oleh populasi harus

presentatif. Maka dari itu dibutuhkan teknik sampling yang tepat. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan teknik proporsional random sampling,

yaitu proses pemilihan sampel dengan cara diacak secara proporsional,

jadi tiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel

(Sugiyono, 2012:82). Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah

siswa SMK Islam Sudirman Ungaran yang mengikuti mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Pengambilan sampel yang subjeknya kurang

dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

populasi. Selanjutnya penelitian yang jumlah subjeknya lebih dari 100,

maka diambil salah satunya antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

(Arikunto, 2010:120). Merujuk dari pendapat suharsimi arikunto di atas,

peneliti mengambil sampel sejumlah 25% dari 123 siswa kelas X SMK

Islam Sudirman Ungaran Tahun 2015. Sehingga besarnya sampel adalah

sebagai berikut :

28 siswa (kelas X TKR 1) x 25% = 7 siswa

29 siswa (kelas X TKR 2) x 25% = 7 siswa

20 siswa (kelas X TPMI 1) x 25% = 5 siswa

(28)

14 siswa (kelas X Listrik 1) x 25% = 4 siswa

13 siswa (kelas X Farmasi) x 25% = 3 siswa

Berdasarkan penghitungan awal sampel 25% dari 123 didapatkan

31 responden, Adapun data tentang populasi sampel adalah sebagai

berikut:

Tabel 1.2

Data Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 X TKR 1 28 7

2 X TKR 2 29 7

3 X TPMI 1 20 5

4 X TPMI 2 19 5

5 X LISTRIK 14 4

6 X FARMASI 13 3

Jumlah 6 123 31

4. Metode Pengumpulan Data

(29)

a. Metode Angket

Angket adalah suatu daftar pernyataan atau pertanyaan

yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak

langsung (melalui pos atau perantara) (Usman, 2011:57). Teknik

angket digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk

pertanyaan tentang suatu hal yang akan dijawab oleh responden,

teknik angket ini disebut intervew tak langsung. Metode angket

yang penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga responden

tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti,

metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data mengenai

komunukasi persuasif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar

siswa di SMK Sudirman Ungaran tahun 2015.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data yang berasal

dari catatan-catatan, gambar, atau hal lain dari peristiwa atau

kegiatan yang telah terjadi. (Usman, 2011:69). Metode ini

digunakan untuk mendapatkan data-data tentang keadaan Sekolah

Menengah Kejuruan Sudirman Ungaran dan siswa dalam

(30)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis,

sehingga lebih mudah di olah (Arikunto, 2010:192). Instrumen

penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti,

dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk

penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti

(Sugiyono, 2012:92). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah daftar pertanyaan dari angket.

Angket ini diberikan kepada siswa yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh komunikasi persuasif dalam mengikuti

pembelajaran PAI terhadap konsentrasi belajar siswa SMK Islam

Sudirman Ungaran tahun 2015. Masing-masing angket terdiri dari 10

item pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan dalam angket,

tersedia 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Siswa yang menjawab A diberi nilai 3 (tinggi).

b. Siswa yang menjawab B diberi nilai 2 (sedang).

(31)

Penyusunan angket dilakukan dengan merumuskan pertanyaan dari

indikator masing-masing variabel. Untuk merumuskan indikator

komunikasi persuasif serta konsentrasi belajar siswa, penulis merumuskan

dari beberapa pengertian masing-masing variabel sebelumnya, maka dapat

dirumuskan indikator komunikasi persuasif dan konsentrasi belajar

sebagai berikut:

Tabel 1.3

Kisi-kisi instrument penelitian

No Variabel Indikator Item soal

1. Komunikasi persuasif 1. Pesan disampaikan dengan

ekspresi yang tepat

2. Pesan mudah dipahami

1,2,3

4

3. Menggunakan bahasa yang

jelas

4. Menggunakan kata yang

baik

5,6

(32)

5. Ada penekanan –

2. Konsentrasi Belajar 1. Memperhatikan penjelasan

guru

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

setelah seluruh data responden atau sumber data lain terkumpul.

(33)

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, mennyajikan data tiap

variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan penghitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012:147).

Dalam penelitian ini untuk mengetahui masing-masing variabel

menggunakan rumus:

Keterangan:

P : Presentase perolehan

F : Frekuensi

N : Jumlah responden (Sugiono, 2010:250)

Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh

komunikasi persuasif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi

belajar, diolah dengan analisa statistik.

Uji rumusnya dengan:

rxy=

(34)

rxy : Koefisien pengaruh antara variabel X dan variabel Y

X : Jumlah variabel X

Y : Jumlah variabel Y

∑X2

: Kuadrat dari varibel X

∑Y2

:Kuadrat dari variabel Y

N : Banyaknya sample penelitian

XY : Product dari variabel X dan Y

: Jumlah (Sugiono, 2010:255)

H. Sistematika Penulisan

Agar mempermudah memahami isi penelitian ini, maka

penulisannya disusun dalam uraian sistematika sabagai berikut;

BAB 1 : Pendahuluan

pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penilitian, metodologi

penilitian, dan sistimmatika penelitian.

BAB II : Landasan Teori

pada bab ini di uraikan tentang masalah-masalah yang

(35)

komunikasi persuasif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar

siswa.

BAB III : Laporan Hasil Penelitian

pada bab ini di jelaskan tentang gambaran umum SMK

Sudirman Ungaran. Pengumpulan dan penyajian data tentang komunikasi

persuasif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa.

BAB IV : Analisis Data

pada bab ini menerangkan analisis data, pembahasannya,

meliputi analisis masalah komunikasi persuasif dalam pembelajaran dan

kosentrasi belajar siswa. Serta pengaruh komunikasi persuasif dalam

pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa.

BAB V : Penutup

Bab ini meliputi kesimpulan, saran-saran, dan penutup. Bagian

akhir pada bagian ini akan memuat halaman daftar pustaka,

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Komunikasi Persuasif dalam Pembelajaran

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi memiliki banyak definisi sesuai dengan pendapat para

ahli komunikasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian

gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau

komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam

keberhasilan komunikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan

hanya sebagai objek yang pasif (Majid, 2013:282). Menurut Hoveland,

komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana seorang

individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya lambang

kata-kata) untuk merubah tingkah laku individu lainnya (komunikate).

(Rousydiy, 1985:48).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa

komunikasi adalah suatu kegiatan penyampaian gagasan atau ide

kepada komunikan (penerima pesan) dengan tujuan dapat merubah

(37)

2. Proses komunikasi

Menurut Wardani, dilihat dari prosesnya komunikasi dibedakan

atas komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah

komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulisan maupun

bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi

yang menggunakan isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik

muka, dan sejenisnya.

Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Dalam

komunikasi terdapat 5 elemen yang terlibat, yaitu sender (pengirim

informasi), receiver (penerima informasi), informasi, feedback, dan

media. Kelima komponen tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah

ini :

a. Komunikator (pengirim pesan)

Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas

komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

b. Pesan yang disampaikan

Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuia dengan

kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang

(38)

c. Komunikan (penerima pesan)

Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu

menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya,

dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.

d. Konteks

Komunikasi berlangsung dalam seting atau lingkungan tertentu.

Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan

komunikasi.

e. Sistem penyampaian

Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode

dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan

dengan kondisi atau karakteristik penerima pesan. ( Majid, 2013:285)

Proses komunikasi terdapat komponen atau unsur yang dicakup,

yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, komponen atau

unsur tersebut adalah : (Efenndy, 2007:6)

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan

b. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang

c. Komunikan : orang yang menerima pesan

d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

e. Efek : dampak sebagai pengaruh pesan.

Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

(39)

dan non verbal. dan pada dasarnya terdapat beberapa unsur atau

komponen dalam melakukan komunikasi, diantaranya adalah adanya

komunikator atau orang yang menyampaikan pesan, pesan yang ingin

disampaikan, komunikan atau orang yang menerima pesan, media atau

sarana yang mendukung dalam menyampaikan pesan, dan yang

terakhir adalah efek atau dampak dari pesan yang disampaikan.

3. Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran

Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua

arah antara komunikator dengan komunikan, dan informasi tersebut

sama-sama direspons sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi

tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam

membangun komunikasi yang efektif, yaitu :

a. Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus

menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga

mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

b. Ketepatan

Ketepan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang

(40)

c. Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah

bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan

keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d. Alur

berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi

harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi,

baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak

menimbulkan kesalahan persepsi. (Majid, 2013:291). Setiap manusia

memiliki kepribadian, budaya, suku dan ras yang berbeda. Oleh karena

itu dalam berkomunikasi haruslah mampu menyesuaikan dengan budaya

orang yang diajak berkomunikasi supaya pesan yang ingin disampaikan

dapat diterima dengan baik serta gunakan etika atau tata krama yang

baik supaya tercipta suasana yang baik dalam berkomunikasi dengan

orang lain.

4. Tujuan Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia, maka

(41)

maka kegiatan komunikasi harus memiliki tujuan, pada umumnya

komunikasi itu memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :

a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator

kita dapat menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan

tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pimpinan dari suatu lembaga harus

mengetahui dengan benar aspirasi masyarakat tentang apa yang

mereka inginkan.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.(Widjaja,

2002:21)

Sedangkan menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul “ilmu

komunikasi teori dan praktek” menyatakan bahwa tujuan komunikasi

adalah sebagai berikut :

a. Merubah sikap (to change the attitude)

b. Merubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

c. Mengubah perilaku (to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat (to change the society). (Effendy, 2007:55)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan komunikasi pada dasarnya adalah untuk menyampaikan pesan

atau informasi dari komunikator kepada komunikan agar setelah

mendapat pesan atau informasi komunikan akan mengerti apa yang

(42)

pendapat dan perilaku atau menggerakkan komunikan untuk melakukan

sesuatu dan tujuan lain yang diinginkan komunikator.

5. Hambatan Komunikasi

Dalam menjalankan komunikasi memang tidak mudah, ada

beberapa hambatan dalam menjalankan komunikasi menurut Effendy

dalam bukunya yang berjudul “ilmu komunikasi teori dan praktek”

menyatakan bahwa hambatan dalam berkomunikasi terbagi menjadi

empat yaitu :

a. Hambatan sosiologis

Seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies

mengklasifikasikan kedihupan manusia dalam masyarakat menjadi dua

jenis pergaulan yang ia namakan Gemeinschaft dan Gesellschaft.

Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan

tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga; sedang

Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis,

dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.

Berkomunikasi dalam Gemeinschaft dengan istri atau anak tidak

akan menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau

pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai; adalah lain dengan

komunikasi dalam Gesellschaft. Seseorang yang bagaimanapun

tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan menjadi bawahan orang

(43)

ia harus tunduk kepada camat; camat akan lain sikapnya ketika

berkomunikasi dengan bupati; dan bupati ketika berkomunikasi dengan

gubernur tidak akan sesantai tatkala menghadapi camat; dan gubernur

akan membungkuk-bungkuk sewaktu berhadapan dengan menteri

dalam negeri; dan pada gilirannya mendagri pun akan bersikap

demikian ketika mengkomunikasikan keadaan daerahnya kepada

presiden.

Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang

menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat

pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat

menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

b. Hambatan antropologis

Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak

akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang

dijadikan sasarannya. Yang dimaksudkan dengan “siapa” disini bukan

nama yang disandang, melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa.

Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya

hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.

Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang

disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu

diterima dalam pengertian received atau secara indrawi, dan dalam

pengertian accepted atau secara rohani. Seorang pemirsa televisi

(44)

yang tampil pada pesawat televisi amat terang dan suara yang keluar

amat jelas, tetapi mungkin ia tidak dapat menerima ketika seorang

pembicara pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat sekali.

Si pemirsa tadi hanya menerimanya dalam pengertian accepted. Jadi

teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan

berfungsi.

c. Hambatan psikologis

Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi.

Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan

komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk

berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa

kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya: juga jika

komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.

Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan

komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah

bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka

emosinya menyebabka dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan

pikiran secara rasional. Emosi sering kali membutakan pikiran dan

perasaan terhadap sesuatu fakta yang bagaimanapun jelas dan

tegasnya. Apalagi kalau pransangka itu sudah berakar, seseorang tidak

dapat lagi berfikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya

(45)

d. Hambatan semantis

Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan

komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan

perasaannya pada komunikan. Demi kelancara komunikasinya seorang

komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini,

sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian

(misuederstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada

gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miskommunication).

Sering kali salah ucap disebabkan si komunikator berbicara terlalu

cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap

terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya

akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “keledai”, “demokrasi”

menjadi “demonstrasi”, “partisipasi” menjadi “partisisapi”, dan

sebagainya.

Ganguan semantis kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek

antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya,

tetapi memiliki makna yang berbeda. “rampung” sunda lain dengan

“rampung” jawa. “atos” sunda tidak sama dengan “atos” jawa.

“bujang” sunda beda dengan “bujang” sumatera. “jangan” indonesia

lain dengan “jangan” jawa. “pala” indonesia dengan “pala” madura.

“momok” indonesia jauh sekali bedanya dengan “momok” sunda, dan

(46)

Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi,

seorang komunikator harus mengucapkan pernyataannya dengan jelas

dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang

salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.

e. Hambatan ekologis

Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan

terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari

lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang

atau kebisingan lalulintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang

lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato. (Effendy,

2007: 11-16)

Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat

diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau

dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk

menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat

komunikasi yang bebas dari gangguan suara lalulintas atau kebisingan

orang-orang seperti disebutkan tadi. Dalam menghadapi gangguan

seperti hujan, petir, pesawat terbang lewat, dan lain-lain yang

datangnya tiba-tiba tanpa diduga terlebih dahulu, maka komunikator

dapat melakukan kegiatan tertentu, misalnya berhenti dahulu sejenak

(47)

B. Komunikasi Persuasif

1. Pengertian Komunikasi Persuasif

Persuasi dalam bahasa inggris “persuasion” berasal dari bahasa

latin “persuasio” yang secara harifah berarti ajakan, bujukan, imbauan,

yangsifatnya halus atau luwes. Menurut Ilardo dalam bukunya “Speaking

persuasively” memberikan definisi sebagai berikut : “persuasi” adalah

proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap, tujuan, atau

perilaku, seseorang dengan menggunakan pesan secara verbal yang

dilakukan, baik sengaja maupun tidak. (Ma’arif, 2007:69).

Dilihat dari definisi yang lain komunikasi persuasif adalah suatu

kemampuan yang disadari dari seorang komunikator untuk memodifikasi

pikiran dan tindakan komunikan melalui manipulasi motif dari komunikan

agar komunikan dapat berubah pikiran dan tindakan sebagaimana yang

dikehendaki oleh komunikator (Liliweri, 2007:77).

Pada dasarnya komunikasi persuasif merupakan suatu kegiatan

komunikasi yang bertujuan mampu mempengaruhi fikiran seseorang

supaya bisa merubah sikap, perilaku yang ditunjukan melalui perbuatan

atau tindakan sesuai apa yang diharapkan oleh komunikator.

2. Prinsip – prinsip persuasif

Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan bukan

perintah melainkan bersifat saran. Dalam hal terdapat beberapa prinsip

(48)

a. Saran harus sesuai secara manusiawi

b. Saran harus sesuai dengan kebutuhan dan dorongan pribadi

c. Saran yang disampaikan oleh orang ahli dan terpercaya.

d. Saran yang dapat mendukung dasariah kepercayaan dan sikap

komunikan.

Dalam proses komunikasi ini tidak hanya bersifat persuasive, tetapi

bersifat motivatif. Hal ini berarti, bahwa ketika komunikan menerima

pesan, dirinya termotivasi untuk melakukannya. Dan motivasi adalah

kegiatan membangkitkan motif (menimbukkan daya gerak) yang

memang sudah ada pada diri seseorang. Motivasi bisa dilakukan oleh

orang lain atau diri sendiri. (Ma’arif, 2007:71)

Jadi pada dasarnya prinsip komunikasi persuasif diharapkan

mampu menumbuhkan motivasi atau daya gerak kepada komunikan

(penerima pesan) supaya komunikan mampu bersikap sesuai dengan

apa yang diinginkan komunikator (pemberi pesan), dan setelah

menerima pesan diharapkan komunikan selalu termotivasi untuk

melakukan perbuatan yang diharapkan oleh komunikator.

3. Teknik Komunikasi Persuasif

Hal yang perlu diperhatikan komunikator adalah sesuatu yang

berkaitan dengan pengelolaan pesan (mesagge management). Untuk

itu diperlukan teknik-teknik tertentu dalam melakukan komunikasi

(49)

seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan

dampak tertentu pada komunikan disebut teknik komunikasi.

Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif itu, teknik-teknik

yang dapat dipilih dalam proses komunikasi persuasif yaitu :

a. Teknik asosiasi

Teknik asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara

menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang

menarik perhatian khalayak.

b. Teknik integrasi

Teknik integrasi adalah kemampuan komunikator untuk

menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti

bahwa melalui kata-kata verbal maupun non verbal, komunikator

menggambarkan bahwa ia senasib dan karena itu menjadi satu dengan

komunikan.

c. Teknik ganjaran

Teknik ganjaran adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain

dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang

menjanjikan harapan.

d. Teknik tataan

Teknik tataan adalah upaya menyusun pesan komunikasi

sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca serta

termotivasikan untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan

(50)

e. Teknik red-herring

Teknik red-herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih

kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang

lemah untuk kemudian mengakihkan sedikit demi sedikit ke aspek

yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang

lawan. Jadi teknik ini dilakukan pada saat komunikator berada dalam

posisi yang terdesak. (Effendy, 2004:6)

Dari penjelasan yang dikemukakan di atas penulis lebih condong

memilih teknik tataan sebagai teknik persuasif yang dilakukan kepada

peserta didik atau komunikan, karena penulis merasa teknik tataan

dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perilaku

komunikan. Karena dengan penyampaian pesan yang telah disusun

dengan baik serta terdapat motivasi-motivasi yang baik di dalamnya

diharapkan mampu membangkitkan motivasi komunikan atau peserta

didik untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

4. Tahap - tahap komunikasi persuasif

Komunikasi persuasif dilakukan dengan cara-cara halus dan

manusiawi sehingga komunikan dapat menerima dan melaksanakan

dengan sukarela sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Dalam

hal ini, seorang guru dalam berkomunikasi harus menggunakan

cara-cara yang luwes dengan pendekatan kemanusiaan. Untuk keberhasilan

(51)

Tahapan tersebut dikenal dengan A-A Procedure sebagai singkatan

dari Attention-Action Procedure, melalui formula AIDDA singkatan

dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision

(keputusan), Action (kegiatan). Berdasarkan formula AIDDA tersebut

komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan

perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan

kata-kata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan

(appearance) ketika menghadapi khalayak. Senyum yang tersungging

pada wajah yang cerah sudah bisa menimbulkan perhatian pada

khalayak.

Apabila perhatian sudah berhasil terbangkitkan, kini menyusul

upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan

mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan.

Karena itu komunikator harus mengenal siapa komunikan yang

dihadapinya.

Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi

untuk melakukan ajakan, bujukan, atau rayuan komunikator. Di sini

imbauan emosional (emotional appeal) perlu ditampilkan oleh

komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan mengambil

keputusan untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan

daripadanya (Effendy, 2004:25).

Dari tahapan – tahapan tersebut akan tampak bahwa pentahapan

(52)

perhatian, menumbuhkan minat, memunculkan hasrat, mengambil

keputusan sampai melakukan kegiatan.

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Tayar yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar

generasi orang tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,

kecakapan, dengan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi

manusia bertaqwa kepada Allah SWT (Majid, 2006:130).

Kata Pendidikan Agama Islam terdiri dari dua kata berbeda, yaitu

Pendidikan dan Agama Islam. Pendidikan berasal dari kata didik yang

diberi awalan -pe dan akhiran –an yang mengandung arti perbuatan (hal,

cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa

Yunani, yaitu pedagoie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada

anak. istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, yaitu

education yang berarti pengembangan dan bimbingan. Sedangkan dalam

bahasa Arab istilah ini sering di terjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti

pendidikan (Ramayulis, 2008:1)

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa

(53)

Sementara itu pengertian lebih spesifik tentang Pendidikan Agama

Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap

anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran agama islam, serta menjadikannya sebagai jalan

kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat (Syafaat, 2008:16)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

implementasi pendidikan agama Islam adalah suatu pelaksanaan kegiatan

yang terencana untuk memperoleh hasil yang efektif dan efisien sesuai

dengan tujuan yang ditunjukkan kepada anak didik yang sedang tumbuh

agar mereka mampu menumbuhkan sikap dan budi pekerti yang baik serta

dapat memelihara perkembangan jasmani dan rohani secara seimbang

dimasa sekarang dan mendatang sesuai dengan aturan agama Islam dan

menjadikan agama Islam menjadi pandangan hidup.

2. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI

Komponen pelaksanaan pendidikan berarti kajian tentang sistem

pendidikan yang merupakan satu kesatuan, saling berkaitan dan tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pembelajaran akan

efektif jika siswa memperoleh pengalaman baru dan perilakunya berubah

menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Terdapat lima

bagian penting dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, yaitu

perencanaan, komunikasi, pembelajaran itu sendiri (pelaksanaan

(54)

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

kan berjalan secara efektif apabila siswa dapat memperoleh pengalaman

baru dan dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik, dan untuk

menciptakan atau mewujudkan hal itu harus menjalankan beberapa proses

diantaranya adalah perencanaan pembelajaran yang disusun dengan baik,

komunikasi yang terjalin dengan baik, tercipta pembelajaran yang nyaman

dan menyenangkan, pengaturan yang bertujuan baik dan evaluasi sebagai

perbaikan.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Makna tujuan secara etimologi adalah “arah, maksud atau haluan”,

dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf, atau

maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan goal,

purpose, objectives. Secara terminologi, tujan berarti “sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”. Oleh

H.M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah

“Idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak

dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara

bertahap” (Arief, 2002:16).

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum,

tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.

a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

(55)

meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,

kebiasaan, dan pandangan.

b. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal.

c. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi

manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa

umurnya.

d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Suatu unit kegiatan pendidikan

dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan

mencapai tujuan tertentu. (Daradjat, 2011:30-31)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pendidikan Agama Islam adalah mampu menciptakan generasi-generasi

yang pandai dalam berbagai hal, menjadi manusia yang berakhlak mulia,

beriman kepada sang pencipta dan menjadi manusia yang sempurna

setelah ia menghabiskan sisa umurnya.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam tentunya tidak terlepas

dari apa fungsi dan tujuannya. Maka dari itu Pendidikan Agama Islam

(56)

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaatan

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga.

b. Penanaman mental, yaitu sebagai pedoman hidup untuk

mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran

agama islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelamahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum, sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki

(57)

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid, 2006:134-135).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

agama islam pada dasarnya adalah untuk menciptakan generasi yang

mampu menjalankan hidupnya di dunia dengan baik, sehingga mempunyai

bekal untuk hidup di akhirat kelak, di dunia diajarkan bagaimana menjadi

manusia yang berguna bagi sesama, bersosialisasi dengan baik, dan

beriman kepada sang pencipta.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara lain: hubungan manusia dengan

Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia

dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain dan

lingkungannya (Ramayulis, 2008:22-23).

Sebagaimana diketahui, ajaran pokok islam adalah aqidah

(keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (ihsan). Ketiga ajaran

pokok ini kemudian diajarkan dalam bentuk rukun iman, rukun islam,

dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh, dan Ilmu

Akhlak. Ketiga kelompok ini kemudian dilengkapi dengan

pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits,

(58)

Ilmu Tauhid (keimanan), Ilmu Fiqh, Aqidah Akhlak, Ilmu Al-Qur’an

dan Al-Hadits, Tarikh Islam (Majid, 2006:77).

Pada dasarnya ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi

ilmu – ilmu tentang bagaimana cara membagi waktu di dunia dengan

sebaik – baiknya, hidup di dunia harus mengatur waktu dengan

seimbang, maksudnya adalah dengan menciptakan hubungan yang

baik dengan Allah SWT, menciptakan hubungan baik dengan sesama

makhluk hidup dan lingkungan, mampu meningkatkan kwalitas diri.

Ilmu – ilmu tersebut terdapat dalam ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu

akhlak dll, dan yang menjadi pedomannya adalah Qur’an dan

Al-Hadits.

6. Sumber Pendidikan Agama Islam

Sumber pendidikan Islam yaitu al-Qur‟an, as-Sunnah, ucapan para

sahabat (mazhab al-sahabl), kemaslahatan umat (masalih

al-mursalah), tradisi atau adat yang sudah dipraktikkan dalam kehidupan

masyarakat (al-„urf), dan hasil ijtihad para ahli. Selain itu ada pula

yang meringkaskan sumber pendidikan Islam menjadi tiga macam

yaitu al-Qur‟an, as-Sunnah, Ijtihad. Al-Qur‟an merupakan sumber

pertama syariat islam, yang dijadikan pedoman hidup semua muslim

termasuk dalam aspek pendidikan. Dalam bahasa arab pendidikan

disebut dengan kata at-Tarbiyyah, yang berasal dari kata

(59)

mengasuh dan memelihara. Sehingga Al-Qur‟an merupakan sumber

pendidikan.

Sumber pendidikan yang kedua adalah as-Sunnah atau hadis Nabi,

hadis Nabi secara bahasa artinya lawan atau qaddim. Hadis Nabi

merupakan sumber pendidikan ke dua dan yang dijadikan sebagai

sumber adalah ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad.

Sumber yang ketiga adalah Ijtihad berasal dari kata jahda yang artinya

al-masyaqqah (yang sulit) dan badzl al - wus’i wa thaqati (pengerahan

kesanggupan dan kekuatan). Hasil ijtihad berupa rumusan operasional

tentang pendidikan islam yang dilakukan dengan menggunakan

metode deduktif atau induktif dalam melihat masalah-masalah

kependidikan.

D. Pengertian Konsentrasi Belajar

1. Beberapa Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu

masalah atau objek, misalnya konsentrasi pikiran, konsentrasi

perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2002:15). pengertian lain dari

konsentrasi adalah kemampuan untuk menaruh perhatian pada sesuatu,

(60)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah

suatu kemampuan untuk menaruh perhatian atau pemusatan pikiran,

pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perasaan yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh pada sesuatu hal atau suatu objek dalam

suatu kegiatan tertentu.

Sedangkan Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman

“learning may be defined as the process by which behavior originates

or is altered throughtraining or experience”. Definisi yang tidak jauh

berbeda dengan definisi tersebut dikemukakan oleh Cronbach, dalam

bukunya yang berjudul Educational psychology sebagai berikut

“learning is shown by change in behaviour as result of experience”.

Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,

seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan

menggunakan semua alat indranya. (Ahmadi, 2013:125).

Selain itu belajar dapat diartikan sebagai satu aktifitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan,

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan itu bersifat relatif

konstan dan membekas. Dalam keseluruhan proses pendidikan di

sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti

(61)

kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai

anak didik (Ahmadi, 2013:125).

Maka, konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai pemusatan

pemikiran seorang siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan

dengan belajar di sekolah, rahasia sukses belajar adalah konsentrasi,

konsentrasi dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Belajar

merupakan bagian hidup bagi setiap orang. Disamping itu, belajar

merupakan rangkaian aktifitas yang mencakup berbagai persyaratan

dari belajar, agar studinya berhasil yaitu konsentrasi, kesabaran dalam

berkonsentrasi sering menjadi problem bagi kebanyakan siswa

(Ahmadi, 1991:105).

Konsentrasi ialah pemusatan perhatian tertuju pada satu objek

tertentu dengan mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak

diperlukan. Ketika membaca suatu topik dari sebuah buku dengan

mengabaikan topik-topik lain adalah suatu upaya memusatkan

perhatian terhadap apa yang akan dibaca. Tindakan ini merupakan

langkah nyata untuk meningkatkan daya konsentrasi dalam membaca.

Konsentrasi belajar sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Dan

konsentrasi belajar akan tercipta jika suasana atau lingkungan

belajarnya mendukung (Salam, 2004:12).

Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas

(62)

biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang

yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain seseorang itu

harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran. Jadi kebiasaan

untuk memusatkan pikiran ini mutlak perlu dimiliki oleh setiap siswa

yang belajar. Dalam belajar, seseorang siswa yang tidak dapat

berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai

bahan pelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa berusaha dengan keras

agar memiliki konsentrasi tinggi dalam belajar. Cukup banyak siswa

yang kurang mampu berkonsentrasi ketika belajar dalam waktu yang

relatif lama.

Jadi yang dimaksud penulis dengan konsentrasi belajar adalah

pemusatan perhatian atau pikiran terhadap sesuatu objek dalam suatu

aktifitas yang berlangsung dan menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan.

Tujuan dari konsentrasi itu sendiri adalah untuk mengatur sesuatu

yang disebut “pancaran otak”, yang dalam kondisi tidak terkontrol

secara terus-menerus terganggu. Pancaran otak secara terus-menerus

dibutuhkan untuk mengonsentrasikan pikiran pada objek yang

ditentukan, dan untuk menyingkat atau mengklasifikasikan objek

tersebut. Tanpa ada pancaran otak yang terjadi terus - menerus, maka

tidak akan ada pekerjaan yang bisa dilakukan karena pikiran

berangan-angan tanpa tujuan, dan pikiran ini terganggu oleh berbagai macam

(63)

pikiran. Dan konsentrasi ini adalah pangkal untuk melawan fobia,

harus diakui bahwa konsentrasi pada beberapa titik yang ditetapkan

akan menghasilkan gelombang energi syaraf yang bersumber pada titik

tersebut. (Vittoz, 2008:90).

Jadi pada dasarnya konsentrasi sangat diperlukan dalam kehidupan

karena tanpa konsentrasi seseorang tidak akan optimal dalam

menyelesaikan berbagai macam pekerjaan, terutama dalam belajar

seorang siswa sangatlah memerlukan konsentrasi, karena dengan

konsentrasi siswa akan mampu menyerap semua pelajaran dengan

baik. Untuk menciptakan konsentrasi yang baik seorang siswa harus

mampu melawan segala sesuatu hambatan yang menggangu

konsentrasinya kemudian barulah mampu memusatkan pikiran untuk

berkonsentrasi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar banyak

jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada

pada diri individu yang sedang berkonsentrasi belajar, sedangkan

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

(64)

Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor

jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniyah

a. Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

keadaan atau hal sehat. dikatakan kesehatan seseorang sangat

berpengaruh pada konsentrasi belajarnya, karena siswa akan

mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang

dan kurang semangat, pikiran terganggu, karena hal-hal ini

maka penerimaan dan respons pelajran berkurang, syaraf otak

tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,

menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui

indranya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu mengindahkan tentang ketentuan-ketentuan tentang

bekerja, tidur, makan, olahraga, dan rekreasi (Ahmadi, 2013:79).

Jadi faktor kesehatan sangatlah berpengaruh dalam konsentrasi

belajar sekarang. Seseorang yang dalam kondisi tidak sehat

maka akan mudah capek, lemas, dan lesu dan hal tersebut pasti

membuat konsentrasinya semakin berkurang bahkan tidak dapat

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Data Sampel Penelitian
Tabel 1.3
Tabel 3.1 Jumlah siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian validitas digunakan sebagai alat pengukur instrumen data sedangkan Reliabilitas instrumen menunjukkan suatu stabilitas hasil pengamatan. Analisis data

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah peningkatan rasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar siswa, sedangkan variabel tindakan yang

Dengan adanya tujuan pendidikan Indonesia, sekolah mempunyai pedoman yang jelas untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), namun pada kenyataannya masih banyak sekolah

PKAI Kajian Model Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar di Beberapa Negara Asia Pasifik vi.. akan efektif, perlu partisipasi berbagai m odel, partisipasi

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui perubahan fisikokimia buah alpukat selama penyimpanan pada suhu ruang dan suhu refrigerator, mengetahui hubungan antara warna

Bantuan itu diberikan Kapolres Langkat AKBP Dwi Asmoro SIK MH dan Ketua PD Bhayangkari Sumut Ny Vesti Eko Hadi Sutedjo kepada para pengungsi korban banjir di Posko Pengungsi

Menurut wilkinson, selain terapi keluarga dan terapi kelompok, meningkatnya tingkat depresi pada lansia di panti wredha atau penampungan-penampungan yang bersifat

Tujuan Penelitian : mengetahui hubungan antara persepsi pelayanan dan kinerja petugas dengan tingkat kepuasan ibu balita di Posyandu Desa Prembun Kecamatan