PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA
KELAS X DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
RIA WINARNI
NIM 111 11 065
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
Artinya:
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Abdul Chamid dan Ibu Munisah, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.
2. Adik-adikku Vira Munica, Putri Karunia Sari yang selalu memberikan canda tawa sehingga semangat lagi untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Tunanganku yang selalu memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabatku Yuli Hastuti, Siti Masitoh, Ika Khusnul Fadhilah, Nurul Fadhilah, Usriya Hidayati, Dwi Silvia, yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
ABSTRAK
Winarni, Ria. 2015. Pengaruh Komunikasi Persuasif dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata kunci: komunikasi persuasif dan konsentrasi belajar
Komunikasi persuasif adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk merubah pemikiran, sikap seseorang. Penelitian ini merupakan upaya untuk mencari pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun pelajaran 2015/2016.pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1)Bagaimanakah komunikasi persuasif yang dilakukan guru di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016? 2)Bagaimanakah konsentrasi belajar siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016? 3)Adakah pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016?
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)untuk mengetahui komunikasi persuasif dalam pembelajaran di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016 2)untuk mengetahui konsentrasi belajar siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016 3)untuk mengetahui pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015/2016. Adapun jenis penelitian ini adalah kuantitatif karena data yang dikumpulkan berupa angka-angka dan penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket serta dokumentasi. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v
MOTTO... vi
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Hipotesisi Penelitian ... 5
E.Manfaat Penelitian ... 6
F.Definisi Operasional ... 7
G.Metode Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Komunikasi Persuasif dalam Pembelajaran
1.Pengertian Komunikasi ... 21
2.Proses Komunikasi ... 22
3..Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran... 24
4.Tujuan Komunikasi... 25
5.Hambatan Komunikasi ... 27
B.Komunikasi Persuasif 1.Pengertian Komunikasi Persuasif ... 32
2.Prinsip-prinsip Persuasif ... 32
3.Teknik Komunikasi Persuasif ... 33
4.Tahap – tahap Komunikasi Persuasif ... 35
C.Pendidikan Agama Islam 1.Pengertian Pendidikan Agama Islam... 37
2.Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI... 38
3.Tujuan Pendidikan Agama Islam... 39
4.Fungsi Pendidikan Agama Islam... 40
5.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 42
6.Sumber Pendidikan Agama Islam... 43
D.Pengertian Konsentrasi Belajar 1.Pengertian Konsentrasi Belajar... 44
2.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar... 48
3.Sebab – sebab Siswa tidak dapat Berkonsentrasi... 60
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a.Sejarah ... 66
b.Lokasi ... 68
c.Visi dan Misi ... 68
d.Tujuan ... 70
e.Stuktur Organisasi ... 71
f.Keadaan Siswa ... 73
g.Keadaan Guru dan Karyawan... 75
h.Sarana dan Prasarana... 77
B.Penyajian Data 1.Data Responden ... 81
2.Data Jawaban Angket ... 84
BAB IV ANALISIS DATA A.Analisis Deskriptif ... 90
B.Pengujian Hipotesis ... 100
C.Pembahasan ... 105
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...107
DAFTAR PUSATAKA
DAFTAR LAMPIRAN
KISI – KISI ANGKET
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
GAMBAR KEADAAN SMK
TABEL NILAI R PRODUCT MOMENT
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR NILAI SKK
NOTA PEMBIMBING
SURAT PERMOHONAN PENELITIAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ... 11
Tabel 1.2 Data Sampel Penelitian ... 13
Tabel 1.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 16
Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa ... 74
Tabel 3.2 Data Guru ... 76
Tabel 3.3 Data Karyawan ... 76
Tabel 3.4 Prasarana SMK Islam Sudirman Ungaran ... 78
Tabel 3.5 Sarana SMK Islam Sudirman Ungaran ... 79
Tabel 3.6 Daftar Nama Responden ... 81
Tabel 3.7 Nilai Jawaban Angket Tentang Komunikasi Persuasif ... 84
Tabel 3.8 Nilai Jawaban Angket Konsentrasi Belajar ... 86
Tabel 4.1 Interval Komunikasi Persuasif terhadap Siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 94
Tabel 4.2 Interval Konsentrasi Belajar pada Siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 99
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat
hidup sendirian. Mereka hidup bersama manusia lain, baik untuk
kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun untuk
keturunannya. Dalam kehidupanya dimana individu – individu yang
beraneka ragam itu saling berinteraksi, saling mempengaruhi demi
kepentingan dan keuntungan pribadi masing – masing. Oleh karena itu
terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk
percakapan atau bisa disebut dengan komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi. Demikian
pula yang bisa kita saksikan di dalam kelas ketika seorang guru
berkomunikasi dengan anak didiknya dalam aktivitas belajar mengajar.
Anak didik merupakan generasi muda yang mampu mengharumkan nama
dunia dengan segudang prestasi yang dapat mereka raih, oleh karena itu
anak didik perlu mendapatkan pendidikan yang layak karena melalui
pendidikan diharapkan mampu menciptakan generasi – generasi penerus
yang berakhlak mulia dan berprestasi dalam berbagai hal.
Akan tetapi untuk menciptakan generasi – generasi penerus yang
berprestasi sangatlah tidak mudah karena faktanya banyak generasi
materi yang di sampaikan guru mampu diterima dengan baik oleh anak
didik maka diperlukan konsentrasi dalam belajar.
Tanpa adanya konsentrasi anak didik tidak akan mudah mengerti atau
menerima apa yang telah disampaikan oleh guru di kelas. Jika anak didik
tidak dapat mengerti atau menerima materi yang telah disampaikan tentu
saja akan berdampak pada prestasi belajarnya, tentu saja meraka akan
mendapatkan hasil nilai yang tidak memuaskan.
Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik jika anak didik
dalam kondisi memperhatikan, tenang dan penuh konsentrasi. Kondisi
yang demikian tentu sangat didambakan oleh seorang guru. Karena apabila
anak didik dalam kondisi yang ramai tanpa adanya konsentrasi maka guru
akan kesusahan dalam menyampaikan materi dan tentu saja anak didik
tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik. Contoh permasalahan
yang terjadi di SMK Islam Sudirman Ungaran adalah konsentrasi belajar
disana belum bisa dikatakan maksimal karena terdapat beberapa siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan yang disampakai oleh guru, hal itu
terbukti dengan adanya siswa yang sibuk berbicara dengan teman
disebelahnya, ada yang bermain handphone, ada juga yang melamun.
Salah satu usaha guru dalam mengembalikan konsentrasi siswa
adalah dengan menegurnya di dalam kelas, akan tetapi ada beberapa siswa
yang tidak jera dengan teguran guru ketika di dalam kelas, ada beberapa
tetapi ada juga siswa yang selang beberapa menit akan mulai berbicara
lagi.
Selain menegur anak didik, dewan guru telah menciptakan suasana
pembelajaran yang berbeda yaitu dengan menggunakan media berupa
LCD jadi siswa tidak belajar dengan mendengarkan saja akan tetapi juga
dengan melihat atau memperhatikan film yang diputarkan oleh guru.
Usaha-usaha tersebut tentu berpengaruh terhadap konsentrasi siswa dalam
menerima pembelajaran akan tetapi hanya berpengaruh beberapa
presentase saja.
Dalam pembelajaran di sekolah sering terjadi kegiatan komunikasi.
namun tidaklah mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan efektif,
ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi, contohnya di SMK
Islam Sudirman Ungaran ada kalanya anak didik mampu menerima materi
pembelajaran dengan cepat tetapi terkadang juga sangat lambat, Ketika
anak didik sedang dalam kondisi tidak berkonsentrasi maka disinilah peran
guru untuk menciptakan konsentrasi anak didik salah satunya adalah
dengan teknik komunikasi persuasif. Contohnya ketika mendapati peserta
didik yang sedang dalam kondisi tidak konsentrasi usaha yang dilakukan
guru adalah dengan cara menegurnya apabila cara tersebut siswa tidak jera
peran guru disini adalah dengan menggunkan komunakasi persuasif. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif sudah
Salah satu unsur dari teknik komunikasi persuasif adalah pesan
persuasif. pesan persuasif dipandang sebagai usaha sadar untuk mengubah
pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif – motif ke arah tujuan
yang telah ditetapkan. (Liliweri, 2007:77)
Demi berhasilnya komunikasi persuasif hal ini harus dilakukan
secara sistematis. Sebagai landasan pelaksaan guru terlebih dahulu harus
melakukan upaya untuk membangkitkan perhatian, lalu melakukan upaya
untuk menumbuhkan minat, kemudian memunculkan hasrat atau
keinginan. Sehingga pada akhirnya anak didik anak mengambil keputusan
untuk melakukan sesuatu kegiatan yang diharapkan. Sehubungan dengan
proses komunikasi persuasif tersebut di dalamnya terdapat teknik
komunikasi persuasif. Guru melakukan teknik komunikasi persuasif ini
untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak didik.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
bagaimana teknik komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seorang guru
untuk meningkatkan atau menumbuhkan konsentrasi anak didiknya ketika
mengikuti pembelajaran di kelas. Oleh karena itu peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul :
PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP KONSENTRASI
BELAJAR SISWA DI SMK ISLAM SUDIRMAN UNGARAN TAHUN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
pokok masalah dari judul penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana komunikasi persuasif yang dilakukan guru di SMK Islam
Sudirman Ungaran tahun 2015?
2. Bagaimana konsentrasi belajar Siswa di SMK Islam Sudirman
Ungaran tahun 2015?
3. Adakah pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa di SMK
Islam Sudirman Ungaran tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui teknik komunikasi persuasif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun
2015.
2. Untuk mengetahui konsentrasi belajar siswa di SMK Islam Sudirman
Ungaran tahun 2015.
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi persuasif dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap konsentrasi belajar siswa di SMK
Islam Sudirman Ungaran tahun 2015.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” dan “tesis”. “hypo”
artinya (belum tentu benar) “tesis” artinya (kesimpulan). Menurut Noor
diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkap
dalam bentuk pernyataan yang dapat di uji, hipotesis merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian. Dengan demikian, ada keterkaitan
antara perumusan masalah dengan hipotesis, karena perumusan masalah
merupakan pertanyaan penelitian. (Noor, 2001 :29).
Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada pengaruh positif antara
teknik komunikasi persuasif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi
siswa di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015. Atau dengan kata lain
semakin banyak komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa maka
siswa semakin berkonsentrasi dalam belajar.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat praktis
Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Islam Sudirman Ungaran,
khususnya kepada semua guru di SMK Islam Sudirman Ungaran,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa teknik
komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seorang guru mampu
menumbuhkan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
peserta didik khususnya di lingkungan sekolah dan di masyarakat pada
umumnya.
F. Definisi Operasional
Guna menghindari salah tafsir dalam memahami judul yang penulis
ajukan, maka perlu adanya penegasan istilah terlebih dahulu mengenai
judul tersebut, adapun penegasan istilahnya sebagai berikut :
1. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah proses komunikatif untuk mengubah
kepercayaan, sikap, tujuan, atau perilaku, seseorang dengan
menggunakan pesan secara verbal yang dilakukan, baik sengaja
maupun tidak. (Ma’arif: 2007:69)
Komunikasi bersifat informatif dan persuasif, bergantung kepada
tujuan komunikator. Jika komunikasi informatif bertujuan hanya untuk
memberi tahu, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada
perkataan latin persuasio, kata kerjanya adalah persuadere yang
berarti membujuk, mengajak, atau merayu. (Efenndy: 2004:21)
Penulis berpendapat bahwa komunikasi persuasif adalah suatu
usaha yang dilakukan secara lisan yang bertujuan untuk membujuk,
mengajak seseorang untuk dapat menjadi apa yang diinginkan oleh
Beberapa indikator komunikasi persuasif, diantaranya adalah :
a. Pesan disampaikan dengan ekspresi yang tepat
b. Pesan mudah dipahami
c. Menggunakan bahasa yang jelas
d. Menggunakan kata yang baik
e. Ada penekanan – penekanan pada kata yang penting
f. Pesan disampaikan dengan sikap tenang
2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dari sumber
insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam (Achmadi, 1990:103)
Adapun Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan
di SMK Islam Sudirman Ungaran tahun 2015.
3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kita terhadap suatu hal
dengan mengesampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan
(Salam, 2004:12). Secara psikologis, jika memusatkan tenaga dan
psikis dalam menghadapi sesuatu, maka segala stimulus lainnya yang
keadaan ini adalah pengamatan menjadi nsangat cermat dan berjalan
dengan baik. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi
mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan
yang terang, kokoh, dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan dapat
dengan mudah untuk direproduksikan.
Penulis berpendapat bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan
perhatian dan pikiran pada suatu pekerjaan atau kegiatan yang
mengesampingkan pekerjaan atau kegiatan serta memikiran yang lain.
Jadi yang dimaksud judul penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh
komunikasi persuasif guru terhadap konsentrasi belajar siswa yang
terjadi di SMK Islam Sudirman Ungaran. Beberapa indikator
kosentrasi belajar, diantaranya:
a. Memperhatikan penjelasan guru
b. Antusias siswa dalam belajar
c. Tenang dalam belajar
d. Mengemukakan suatu ide
e. Merespon pertanyaan dari guru
f. Catatan pelajaran runtut dan lengkap
G. Metode Penelitian
Agar mempermudah penelitian dalam pengumpulan data, maka penulis
menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut :
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi. Sedangkan
penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif, dipilihnya pendekatan
kuantitatif ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan antara variabel
komunikasi persuasif terhadap konsentrasi belajar siswa.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih untuk melakukannya di SMK
Islam Sudirman Ungaran. Penelitian ini dikhususkan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal yaitu
dari tanggal 6 juni 2015 hingga selesai.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari
anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi
(Usman, 2011:42). Sedangkan menurut sugiyono populasi adalah
wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80).
Islam Sudirman Ungaran Tahun 2015. Jumlah keseluruhan siswa kelas
X adalah 123 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Oleh karena itu,
populasi dalam penelitian ini adalah 123 siswa. Berikut ini adalah
sebaran populasi pada tiap kelas :
Tabel 1.1
Daftar Populasi Penelitian
NO Kelas Jumlah Siswa Tiap Kelas
1 X TKR 1 28
2 X TKR 2 29
3 X TPMI 1 20
4 X TPMI 2 19
5 X LISTRIK 14
6 X FARMASI 13
Jumlah X 6 123
b. Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan
dengan pendapat di atas, menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah
bagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).
Dalam penelitian ini sampel yang diambil oleh populasi harus
presentatif. Maka dari itu dibutuhkan teknik sampling yang tepat. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik proporsional random sampling,
yaitu proses pemilihan sampel dengan cara diacak secara proporsional,
jadi tiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
(Sugiyono, 2012:82). Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah
siswa SMK Islam Sudirman Ungaran yang mengikuti mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pengambilan sampel yang subjeknya kurang
dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
populasi. Selanjutnya penelitian yang jumlah subjeknya lebih dari 100,
maka diambil salah satunya antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
(Arikunto, 2010:120). Merujuk dari pendapat suharsimi arikunto di atas,
peneliti mengambil sampel sejumlah 25% dari 123 siswa kelas X SMK
Islam Sudirman Ungaran Tahun 2015. Sehingga besarnya sampel adalah
sebagai berikut :
28 siswa (kelas X TKR 1) x 25% = 7 siswa
29 siswa (kelas X TKR 2) x 25% = 7 siswa
20 siswa (kelas X TPMI 1) x 25% = 5 siswa
14 siswa (kelas X Listrik 1) x 25% = 4 siswa
13 siswa (kelas X Farmasi) x 25% = 3 siswa
Berdasarkan penghitungan awal sampel 25% dari 123 didapatkan
31 responden, Adapun data tentang populasi sampel adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.2
Data Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 X TKR 1 28 7
2 X TKR 2 29 7
3 X TPMI 1 20 5
4 X TPMI 2 19 5
5 X LISTRIK 14 4
6 X FARMASI 13 3
Jumlah 6 123 31
4. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Angket
Angket adalah suatu daftar pernyataan atau pertanyaan
yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak
langsung (melalui pos atau perantara) (Usman, 2011:57). Teknik
angket digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk
pertanyaan tentang suatu hal yang akan dijawab oleh responden,
teknik angket ini disebut intervew tak langsung. Metode angket
yang penulis gunakan adalah angket tertutup, sehingga responden
tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti,
metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data mengenai
komunukasi persuasif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar
siswa di SMK Sudirman Ungaran tahun 2015.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data yang berasal
dari catatan-catatan, gambar, atau hal lain dari peristiwa atau
kegiatan yang telah terjadi. (Usman, 2011:69). Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data-data tentang keadaan Sekolah
Menengah Kejuruan Sudirman Ungaran dan siswa dalam
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis,
sehingga lebih mudah di olah (Arikunto, 2010:192). Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti,
dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti
(Sugiyono, 2012:92). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah daftar pertanyaan dari angket.
Angket ini diberikan kepada siswa yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh komunikasi persuasif dalam mengikuti
pembelajaran PAI terhadap konsentrasi belajar siswa SMK Islam
Sudirman Ungaran tahun 2015. Masing-masing angket terdiri dari 10
item pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan dalam angket,
tersedia 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Siswa yang menjawab A diberi nilai 3 (tinggi).
b. Siswa yang menjawab B diberi nilai 2 (sedang).
Penyusunan angket dilakukan dengan merumuskan pertanyaan dari
indikator masing-masing variabel. Untuk merumuskan indikator
komunikasi persuasif serta konsentrasi belajar siswa, penulis merumuskan
dari beberapa pengertian masing-masing variabel sebelumnya, maka dapat
dirumuskan indikator komunikasi persuasif dan konsentrasi belajar
sebagai berikut:
Tabel 1.3
Kisi-kisi instrument penelitian
No Variabel Indikator Item soal
1. Komunikasi persuasif 1. Pesan disampaikan dengan
ekspresi yang tepat
2. Pesan mudah dipahami
1,2,3
4
3. Menggunakan bahasa yang
jelas
4. Menggunakan kata yang
baik
5,6
5. Ada penekanan –
2. Konsentrasi Belajar 1. Memperhatikan penjelasan
guru
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah seluruh data responden atau sumber data lain terkumpul.
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, mennyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab
rumusan masalah, dan melakukan penghitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012:147).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui masing-masing variabel
menggunakan rumus:
Keterangan:
P : Presentase perolehan
F : Frekuensi
N : Jumlah responden (Sugiono, 2010:250)
Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh
komunikasi persuasif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi
belajar, diolah dengan analisa statistik.
Uji rumusnya dengan:
rxy=
rxy : Koefisien pengaruh antara variabel X dan variabel Y
X : Jumlah variabel X
Y : Jumlah variabel Y
∑X2
: Kuadrat dari varibel X
∑Y2
:Kuadrat dari variabel Y
N : Banyaknya sample penelitian
XY : Product dari variabel X dan Y
∑ : Jumlah (Sugiono, 2010:255)
H. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah memahami isi penelitian ini, maka
penulisannya disusun dalam uraian sistematika sabagai berikut;
BAB 1 : Pendahuluan
pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penilitian, metodologi
penilitian, dan sistimmatika penelitian.
BAB II : Landasan Teori
pada bab ini di uraikan tentang masalah-masalah yang
komunikasi persuasif dalam pembelajaran terhadap konsentrasi belajar
siswa.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian
pada bab ini di jelaskan tentang gambaran umum SMK
Sudirman Ungaran. Pengumpulan dan penyajian data tentang komunikasi
persuasif dalam pembelajaran dan konsentrasi belajar siswa.
BAB IV : Analisis Data
pada bab ini menerangkan analisis data, pembahasannya,
meliputi analisis masalah komunikasi persuasif dalam pembelajaran dan
kosentrasi belajar siswa. Serta pengaruh komunikasi persuasif dalam
pembelajaran terhadap konsentrasi belajar siswa.
BAB V : Penutup
Bab ini meliputi kesimpulan, saran-saran, dan penutup. Bagian
akhir pada bagian ini akan memuat halaman daftar pustaka,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi Persuasif dalam Pembelajaran
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi memiliki banyak definisi sesuai dengan pendapat para
ahli komunikasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian
gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau
komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam
keberhasilan komunikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan
hanya sebagai objek yang pasif (Majid, 2013:282). Menurut Hoveland,
komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana seorang
individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya lambang
kata-kata) untuk merubah tingkah laku individu lainnya (komunikate).
(Rousydiy, 1985:48).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
komunikasi adalah suatu kegiatan penyampaian gagasan atau ide
kepada komunikan (penerima pesan) dengan tujuan dapat merubah
2. Proses komunikasi
Menurut Wardani, dilihat dari prosesnya komunikasi dibedakan
atas komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah
komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulisan maupun
bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi
yang menggunakan isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik
muka, dan sejenisnya.
Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Dalam
komunikasi terdapat 5 elemen yang terlibat, yaitu sender (pengirim
informasi), receiver (penerima informasi), informasi, feedback, dan
media. Kelima komponen tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah
ini :
a. Komunikator (pengirim pesan)
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas
komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
b. Pesan yang disampaikan
Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuia dengan
kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang
c. Komunikan (penerima pesan)
Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu
menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya,
dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.
d. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam seting atau lingkungan tertentu.
Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan
komunikasi.
e. Sistem penyampaian
Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode
dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan
dengan kondisi atau karakteristik penerima pesan. ( Majid, 2013:285)
Proses komunikasi terdapat komponen atau unsur yang dicakup,
yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, komponen atau
unsur tersebut adalah : (Efenndy, 2007:6)
a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
b. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang
c. Komunikan : orang yang menerima pesan
d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya
e. Efek : dampak sebagai pengaruh pesan.
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
dan non verbal. dan pada dasarnya terdapat beberapa unsur atau
komponen dalam melakukan komunikasi, diantaranya adalah adanya
komunikator atau orang yang menyampaikan pesan, pesan yang ingin
disampaikan, komunikan atau orang yang menerima pesan, media atau
sarana yang mendukung dalam menyampaikan pesan, dan yang
terakhir adalah efek atau dampak dari pesan yang disampaikan.
3. Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua
arah antara komunikator dengan komunikan, dan informasi tersebut
sama-sama direspons sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi
tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam
membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus
menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga
mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah
bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan
keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi
harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi,
baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi. (Majid, 2013:291). Setiap manusia
memiliki kepribadian, budaya, suku dan ras yang berbeda. Oleh karena
itu dalam berkomunikasi haruslah mampu menyesuaikan dengan budaya
orang yang diajak berkomunikasi supaya pesan yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan baik serta gunakan etika atau tata krama yang
baik supaya tercipta suasana yang baik dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
4. Tujuan Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia, maka
maka kegiatan komunikasi harus memiliki tujuan, pada umumnya
komunikasi itu memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :
a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator
kita dapat menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pimpinan dari suatu lembaga harus
mengetahui dengan benar aspirasi masyarakat tentang apa yang
mereka inginkan.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.(Widjaja,
2002:21)
Sedangkan menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul “ilmu
komunikasi teori dan praktek” menyatakan bahwa tujuan komunikasi
adalah sebagai berikut :
a. Merubah sikap (to change the attitude)
b. Merubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society). (Effendy, 2007:55)
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan komunikasi pada dasarnya adalah untuk menyampaikan pesan
atau informasi dari komunikator kepada komunikan agar setelah
mendapat pesan atau informasi komunikan akan mengerti apa yang
pendapat dan perilaku atau menggerakkan komunikan untuk melakukan
sesuatu dan tujuan lain yang diinginkan komunikator.
5. Hambatan Komunikasi
Dalam menjalankan komunikasi memang tidak mudah, ada
beberapa hambatan dalam menjalankan komunikasi menurut Effendy
dalam bukunya yang berjudul “ilmu komunikasi teori dan praktek”
menyatakan bahwa hambatan dalam berkomunikasi terbagi menjadi
empat yaitu :
a. Hambatan sosiologis
Seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kedihupan manusia dalam masyarakat menjadi dua
jenis pergaulan yang ia namakan Gemeinschaft dan Gesellschaft.
Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan
tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga; sedang
Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis,
dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Berkomunikasi dalam Gemeinschaft dengan istri atau anak tidak
akan menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau
pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai; adalah lain dengan
komunikasi dalam Gesellschaft. Seseorang yang bagaimanapun
tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan menjadi bawahan orang
ia harus tunduk kepada camat; camat akan lain sikapnya ketika
berkomunikasi dengan bupati; dan bupati ketika berkomunikasi dengan
gubernur tidak akan sesantai tatkala menghadapi camat; dan gubernur
akan membungkuk-bungkuk sewaktu berhadapan dengan menteri
dalam negeri; dan pada gilirannya mendagri pun akan bersikap
demikian ketika mengkomunikasikan keadaan daerahnya kepada
presiden.
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang
menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat
pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat
menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.
b. Hambatan antropologis
Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak
akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang
dijadikan sasarannya. Yang dimaksudkan dengan “siapa” disini bukan
nama yang disandang, melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa.
Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya
hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang
disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu
diterima dalam pengertian received atau secara indrawi, dan dalam
pengertian accepted atau secara rohani. Seorang pemirsa televisi
yang tampil pada pesawat televisi amat terang dan suara yang keluar
amat jelas, tetapi mungkin ia tidak dapat menerima ketika seorang
pembicara pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat sekali.
Si pemirsa tadi hanya menerimanya dalam pengertian accepted. Jadi
teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan
berfungsi.
c. Hambatan psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi.
Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan
komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk
berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya: juga jika
komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah
bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersikap prasangka
emosinya menyebabka dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan
pikiran secara rasional. Emosi sering kali membutakan pikiran dan
perasaan terhadap sesuatu fakta yang bagaimanapun jelas dan
tegasnya. Apalagi kalau pransangka itu sudah berakar, seseorang tidak
dapat lagi berfikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya
d. Hambatan semantis
Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya pada komunikan. Demi kelancara komunikasinya seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini,
sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian
(misuederstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miskommunication).
Sering kali salah ucap disebabkan si komunikator berbicara terlalu
cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap
terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya
akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “keledai”, “demokrasi”
menjadi “demonstrasi”, “partisipasi” menjadi “partisisapi”, dan
sebagainya.
Ganguan semantis kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek
antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya,
tetapi memiliki makna yang berbeda. “rampung” sunda lain dengan
“rampung” jawa. “atos” sunda tidak sama dengan “atos” jawa.
“bujang” sunda beda dengan “bujang” sumatera. “jangan” indonesia
lain dengan “jangan” jawa. “pala” indonesia dengan “pala” madura.
“momok” indonesia jauh sekali bedanya dengan “momok” sunda, dan
Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi,
seorang komunikator harus mengucapkan pernyataannya dengan jelas
dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang
salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.
e. Hambatan ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan
terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari
lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang
atau kebisingan lalulintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang
lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato. (Effendy,
2007: 11-16)
Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat
diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau
dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk
menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat
komunikasi yang bebas dari gangguan suara lalulintas atau kebisingan
orang-orang seperti disebutkan tadi. Dalam menghadapi gangguan
seperti hujan, petir, pesawat terbang lewat, dan lain-lain yang
datangnya tiba-tiba tanpa diduga terlebih dahulu, maka komunikator
dapat melakukan kegiatan tertentu, misalnya berhenti dahulu sejenak
B. Komunikasi Persuasif
1. Pengertian Komunikasi Persuasif
Persuasi dalam bahasa inggris “persuasion” berasal dari bahasa
latin “persuasio” yang secara harifah berarti ajakan, bujukan, imbauan,
yangsifatnya halus atau luwes. Menurut Ilardo dalam bukunya “Speaking
persuasively” memberikan definisi sebagai berikut : “persuasi” adalah
proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap, tujuan, atau
perilaku, seseorang dengan menggunakan pesan secara verbal yang
dilakukan, baik sengaja maupun tidak. (Ma’arif, 2007:69).
Dilihat dari definisi yang lain komunikasi persuasif adalah suatu
kemampuan yang disadari dari seorang komunikator untuk memodifikasi
pikiran dan tindakan komunikan melalui manipulasi motif dari komunikan
agar komunikan dapat berubah pikiran dan tindakan sebagaimana yang
dikehendaki oleh komunikator (Liliweri, 2007:77).
Pada dasarnya komunikasi persuasif merupakan suatu kegiatan
komunikasi yang bertujuan mampu mempengaruhi fikiran seseorang
supaya bisa merubah sikap, perilaku yang ditunjukan melalui perbuatan
atau tindakan sesuai apa yang diharapkan oleh komunikator.
2. Prinsip – prinsip persuasif
Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan bukan
perintah melainkan bersifat saran. Dalam hal terdapat beberapa prinsip
a. Saran harus sesuai secara manusiawi
b. Saran harus sesuai dengan kebutuhan dan dorongan pribadi
c. Saran yang disampaikan oleh orang ahli dan terpercaya.
d. Saran yang dapat mendukung dasariah kepercayaan dan sikap
komunikan.
Dalam proses komunikasi ini tidak hanya bersifat persuasive, tetapi
bersifat motivatif. Hal ini berarti, bahwa ketika komunikan menerima
pesan, dirinya termotivasi untuk melakukannya. Dan motivasi adalah
kegiatan membangkitkan motif (menimbukkan daya gerak) yang
memang sudah ada pada diri seseorang. Motivasi bisa dilakukan oleh
orang lain atau diri sendiri. (Ma’arif, 2007:71)
Jadi pada dasarnya prinsip komunikasi persuasif diharapkan
mampu menumbuhkan motivasi atau daya gerak kepada komunikan
(penerima pesan) supaya komunikan mampu bersikap sesuai dengan
apa yang diinginkan komunikator (pemberi pesan), dan setelah
menerima pesan diharapkan komunikan selalu termotivasi untuk
melakukan perbuatan yang diharapkan oleh komunikator.
3. Teknik Komunikasi Persuasif
Hal yang perlu diperhatikan komunikator adalah sesuatu yang
berkaitan dengan pengelolaan pesan (mesagge management). Untuk
itu diperlukan teknik-teknik tertentu dalam melakukan komunikasi
seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan
dampak tertentu pada komunikan disebut teknik komunikasi.
Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif itu, teknik-teknik
yang dapat dipilih dalam proses komunikasi persuasif yaitu :
a. Teknik asosiasi
Teknik asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara
menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang
menarik perhatian khalayak.
b. Teknik integrasi
Teknik integrasi adalah kemampuan komunikator untuk
menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Ini berarti
bahwa melalui kata-kata verbal maupun non verbal, komunikator
menggambarkan bahwa ia senasib dan karena itu menjadi satu dengan
komunikan.
c. Teknik ganjaran
Teknik ganjaran adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang
menjanjikan harapan.
d. Teknik tataan
Teknik tataan adalah upaya menyusun pesan komunikasi
sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca serta
termotivasikan untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan
e. Teknik red-herring
Teknik red-herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih
kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengakihkan sedikit demi sedikit ke aspek
yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang
lawan. Jadi teknik ini dilakukan pada saat komunikator berada dalam
posisi yang terdesak. (Effendy, 2004:6)
Dari penjelasan yang dikemukakan di atas penulis lebih condong
memilih teknik tataan sebagai teknik persuasif yang dilakukan kepada
peserta didik atau komunikan, karena penulis merasa teknik tataan
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perilaku
komunikan. Karena dengan penyampaian pesan yang telah disusun
dengan baik serta terdapat motivasi-motivasi yang baik di dalamnya
diharapkan mampu membangkitkan motivasi komunikan atau peserta
didik untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
4. Tahap - tahap komunikasi persuasif
Komunikasi persuasif dilakukan dengan cara-cara halus dan
manusiawi sehingga komunikan dapat menerima dan melaksanakan
dengan sukarela sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Dalam
hal ini, seorang guru dalam berkomunikasi harus menggunakan
cara-cara yang luwes dengan pendekatan kemanusiaan. Untuk keberhasilan
Tahapan tersebut dikenal dengan A-A Procedure sebagai singkatan
dari Attention-Action Procedure, melalui formula AIDDA singkatan
dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision
(keputusan), Action (kegiatan). Berdasarkan formula AIDDA tersebut
komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan
perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan
kata-kata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan
(appearance) ketika menghadapi khalayak. Senyum yang tersungging
pada wajah yang cerah sudah bisa menimbulkan perhatian pada
khalayak.
Apabila perhatian sudah berhasil terbangkitkan, kini menyusul
upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan
mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan.
Karena itu komunikator harus mengenal siapa komunikan yang
dihadapinya.
Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi
untuk melakukan ajakan, bujukan, atau rayuan komunikator. Di sini
imbauan emosional (emotional appeal) perlu ditampilkan oleh
komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan mengambil
keputusan untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan
daripadanya (Effendy, 2004:25).
Dari tahapan – tahapan tersebut akan tampak bahwa pentahapan
perhatian, menumbuhkan minat, memunculkan hasrat, mengambil
keputusan sampai melakukan kegiatan.
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Tayar yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar
generasi orang tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dengan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia bertaqwa kepada Allah SWT (Majid, 2006:130).
Kata Pendidikan Agama Islam terdiri dari dua kata berbeda, yaitu
Pendidikan dan Agama Islam. Pendidikan berasal dari kata didik yang
diberi awalan -pe dan akhiran –an yang mengandung arti perbuatan (hal,
cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa
Yunani, yaitu pedagoie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak. istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, yaitu
education yang berarti pengembangan dan bimbingan. Sedangkan dalam
bahasa Arab istilah ini sering di terjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti
pendidikan (Ramayulis, 2008:1)
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa
Sementara itu pengertian lebih spesifik tentang Pendidikan Agama
Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap
anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama islam, serta menjadikannya sebagai jalan
kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat (Syafaat, 2008:16)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi pendidikan agama Islam adalah suatu pelaksanaan kegiatan
yang terencana untuk memperoleh hasil yang efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan yang ditunjukkan kepada anak didik yang sedang tumbuh
agar mereka mampu menumbuhkan sikap dan budi pekerti yang baik serta
dapat memelihara perkembangan jasmani dan rohani secara seimbang
dimasa sekarang dan mendatang sesuai dengan aturan agama Islam dan
menjadikan agama Islam menjadi pandangan hidup.
2. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI
Komponen pelaksanaan pendidikan berarti kajian tentang sistem
pendidikan yang merupakan satu kesatuan, saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pembelajaran akan
efektif jika siswa memperoleh pengalaman baru dan perilakunya berubah
menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Terdapat lima
bagian penting dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, yaitu
perencanaan, komunikasi, pembelajaran itu sendiri (pelaksanaan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kan berjalan secara efektif apabila siswa dapat memperoleh pengalaman
baru dan dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik, dan untuk
menciptakan atau mewujudkan hal itu harus menjalankan beberapa proses
diantaranya adalah perencanaan pembelajaran yang disusun dengan baik,
komunikasi yang terjalin dengan baik, tercipta pembelajaran yang nyaman
dan menyenangkan, pengaturan yang bertujuan baik dan evaluasi sebagai
perbaikan.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Makna tujuan secara etimologi adalah “arah, maksud atau haluan”,
dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf, atau
maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan goal,
purpose, objectives. Secara terminologi, tujan berarti “sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”. Oleh
H.M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah
“Idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak
dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara
bertahap” (Arief, 2002:16).
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.
a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
kebiasaan, dan pandangan.
b. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal.
c. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi
manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa
umurnya.
d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Suatu unit kegiatan pendidikan
dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan
mencapai tujuan tertentu. (Daradjat, 2011:30-31)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pendidikan Agama Islam adalah mampu menciptakan generasi-generasi
yang pandai dalam berbagai hal, menjadi manusia yang berakhlak mulia,
beriman kepada sang pencipta dan menjadi manusia yang sempurna
setelah ia menghabiskan sisa umurnya.
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam tentunya tidak terlepas
dari apa fungsi dan tujuannya. Maka dari itu Pendidikan Agama Islam
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaatan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman mental, yaitu sebagai pedoman hidup untuk
mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelamahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum, sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid, 2006:134-135).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama islam pada dasarnya adalah untuk menciptakan generasi yang
mampu menjalankan hidupnya di dunia dengan baik, sehingga mempunyai
bekal untuk hidup di akhirat kelak, di dunia diajarkan bagaimana menjadi
manusia yang berguna bagi sesama, bersosialisasi dengan baik, dan
beriman kepada sang pencipta.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara lain: hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain dan
lingkungannya (Ramayulis, 2008:22-23).
Sebagaimana diketahui, ajaran pokok islam adalah aqidah
(keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (ihsan). Ketiga ajaran
pokok ini kemudian diajarkan dalam bentuk rukun iman, rukun islam,
dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh, dan Ilmu
Akhlak. Ketiga kelompok ini kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits,
Ilmu Tauhid (keimanan), Ilmu Fiqh, Aqidah Akhlak, Ilmu Al-Qur’an
dan Al-Hadits, Tarikh Islam (Majid, 2006:77).
Pada dasarnya ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi
ilmu – ilmu tentang bagaimana cara membagi waktu di dunia dengan
sebaik – baiknya, hidup di dunia harus mengatur waktu dengan
seimbang, maksudnya adalah dengan menciptakan hubungan yang
baik dengan Allah SWT, menciptakan hubungan baik dengan sesama
makhluk hidup dan lingkungan, mampu meningkatkan kwalitas diri.
Ilmu – ilmu tersebut terdapat dalam ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu
akhlak dll, dan yang menjadi pedomannya adalah Qur’an dan
Al-Hadits.
6. Sumber Pendidikan Agama Islam
Sumber pendidikan Islam yaitu al-Qur‟an, as-Sunnah, ucapan para
sahabat (mazhab al-sahabl), kemaslahatan umat (masalih
al-mursalah), tradisi atau adat yang sudah dipraktikkan dalam kehidupan
masyarakat (al-„urf), dan hasil ijtihad para ahli. Selain itu ada pula
yang meringkaskan sumber pendidikan Islam menjadi tiga macam
yaitu al-Qur‟an, as-Sunnah, Ijtihad. Al-Qur‟an merupakan sumber
pertama syariat islam, yang dijadikan pedoman hidup semua muslim
termasuk dalam aspek pendidikan. Dalam bahasa arab pendidikan
disebut dengan kata at-Tarbiyyah, yang berasal dari kata
mengasuh dan memelihara. Sehingga Al-Qur‟an merupakan sumber
pendidikan.
Sumber pendidikan yang kedua adalah as-Sunnah atau hadis Nabi,
hadis Nabi secara bahasa artinya lawan atau qaddim. Hadis Nabi
merupakan sumber pendidikan ke dua dan yang dijadikan sebagai
sumber adalah ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad.
Sumber yang ketiga adalah Ijtihad berasal dari kata jahda yang artinya
al-masyaqqah (yang sulit) dan badzl al - wus’i wa thaqati (pengerahan
kesanggupan dan kekuatan). Hasil ijtihad berupa rumusan operasional
tentang pendidikan islam yang dilakukan dengan menggunakan
metode deduktif atau induktif dalam melihat masalah-masalah
kependidikan.
D. Pengertian Konsentrasi Belajar
1. Beberapa Pengertian Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu
masalah atau objek, misalnya konsentrasi pikiran, konsentrasi
perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2002:15). pengertian lain dari
konsentrasi adalah kemampuan untuk menaruh perhatian pada sesuatu,
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah
suatu kemampuan untuk menaruh perhatian atau pemusatan pikiran,
pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perasaan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh pada sesuatu hal atau suatu objek dalam
suatu kegiatan tertentu.
Sedangkan Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman
“learning may be defined as the process by which behavior originates
or is altered throughtraining or experience”. Definisi yang tidak jauh
berbeda dengan definisi tersebut dikemukakan oleh Cronbach, dalam
bukunya yang berjudul Educational psychology sebagai berikut
“learning is shown by change in behaviour as result of experience”.
Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,
seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan
menggunakan semua alat indranya. (Ahmadi, 2013:125).
Selain itu belajar dapat diartikan sebagai satu aktifitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan,
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan itu bersifat relatif
konstan dan membekas. Dalam keseluruhan proses pendidikan di
sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai
anak didik (Ahmadi, 2013:125).
Maka, konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai pemusatan
pemikiran seorang siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan
dengan belajar di sekolah, rahasia sukses belajar adalah konsentrasi,
konsentrasi dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Belajar
merupakan bagian hidup bagi setiap orang. Disamping itu, belajar
merupakan rangkaian aktifitas yang mencakup berbagai persyaratan
dari belajar, agar studinya berhasil yaitu konsentrasi, kesabaran dalam
berkonsentrasi sering menjadi problem bagi kebanyakan siswa
(Ahmadi, 1991:105).
Konsentrasi ialah pemusatan perhatian tertuju pada satu objek
tertentu dengan mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak
diperlukan. Ketika membaca suatu topik dari sebuah buku dengan
mengabaikan topik-topik lain adalah suatu upaya memusatkan
perhatian terhadap apa yang akan dibaca. Tindakan ini merupakan
langkah nyata untuk meningkatkan daya konsentrasi dalam membaca.
Konsentrasi belajar sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Dan
konsentrasi belajar akan tercipta jika suasana atau lingkungan
belajarnya mendukung (Salam, 2004:12).
Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas
biaya saja. Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang
yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain seseorang itu
harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran. Jadi kebiasaan
untuk memusatkan pikiran ini mutlak perlu dimiliki oleh setiap siswa
yang belajar. Dalam belajar, seseorang siswa yang tidak dapat
berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai
bahan pelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa berusaha dengan keras
agar memiliki konsentrasi tinggi dalam belajar. Cukup banyak siswa
yang kurang mampu berkonsentrasi ketika belajar dalam waktu yang
relatif lama.
Jadi yang dimaksud penulis dengan konsentrasi belajar adalah
pemusatan perhatian atau pikiran terhadap sesuatu objek dalam suatu
aktifitas yang berlangsung dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan.
Tujuan dari konsentrasi itu sendiri adalah untuk mengatur sesuatu
yang disebut “pancaran otak”, yang dalam kondisi tidak terkontrol
secara terus-menerus terganggu. Pancaran otak secara terus-menerus
dibutuhkan untuk mengonsentrasikan pikiran pada objek yang
ditentukan, dan untuk menyingkat atau mengklasifikasikan objek
tersebut. Tanpa ada pancaran otak yang terjadi terus - menerus, maka
tidak akan ada pekerjaan yang bisa dilakukan karena pikiran
berangan-angan tanpa tujuan, dan pikiran ini terganggu oleh berbagai macam
pikiran. Dan konsentrasi ini adalah pangkal untuk melawan fobia,
harus diakui bahwa konsentrasi pada beberapa titik yang ditetapkan
akan menghasilkan gelombang energi syaraf yang bersumber pada titik
tersebut. (Vittoz, 2008:90).
Jadi pada dasarnya konsentrasi sangat diperlukan dalam kehidupan
karena tanpa konsentrasi seseorang tidak akan optimal dalam
menyelesaikan berbagai macam pekerjaan, terutama dalam belajar
seorang siswa sangatlah memerlukan konsentrasi, karena dengan
konsentrasi siswa akan mampu menyerap semua pelajaran dengan
baik. Untuk menciptakan konsentrasi yang baik seorang siswa harus
mampu melawan segala sesuatu hambatan yang menggangu
konsentrasinya kemudian barulah mampu memusatkan pikiran untuk
berkonsentrasi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada
pada diri individu yang sedang berkonsentrasi belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor
jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniyah
a. Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat. dikatakan kesehatan seseorang sangat
berpengaruh pada konsentrasi belajarnya, karena siswa akan
mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang
dan kurang semangat, pikiran terganggu, karena hal-hal ini
maka penerimaan dan respons pelajran berkurang, syaraf otak
tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui
indranya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara
selalu mengindahkan tentang ketentuan-ketentuan tentang
bekerja, tidur, makan, olahraga, dan rekreasi (Ahmadi, 2013:79).
Jadi faktor kesehatan sangatlah berpengaruh dalam konsentrasi
belajar sekarang. Seseorang yang dalam kondisi tidak sehat
maka akan mudah capek, lemas, dan lesu dan hal tersebut pasti
membuat konsentrasinya semakin berkurang bahkan tidak dapat