• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI DAN KOMITMEN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PADA MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI DAN KOMITMEN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PADA MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI

DAN KOMITMEN KEPALA MADRASAH

DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU

PADA MADRASAH IBTIDAIYAH

DI KECAMATAN MERTOYUDAN

KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2014

oleh :

AGUS NUR KHAERUDIN NIM. M1. 12033

Tesisdiajukan kepada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

DAN KOMITMEN KEPALA MADRASAH

DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU

PADA MADRASAH IBTIDAIYAH

DI KECAMATAN MERTOYUDAN

KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2014

oleh :

AGUS NUR KHAERUDIN NIM. M1.12033

Tesisdiajukankepada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam Salatiga, Juni 2016

Dr.H.Rahmat Hariyadi, M.Pd Dr.H.ZakiyuddinBaidhawy,M.Ag

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR KODE ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Signifikansi Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian... 9

2. Manfaat Penelitian... 9

D. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Prinsip-Prinsip Supervisi ... 12

B. Komitmen Kepala Madrasah untuk menerapkan Prinsip-prinsip Supervisi ... 15

(6)

1. Pengertian Kinerja Guru ... 17

2. Landasan Moral Bekerja Bagi Seorang Guru ... 18

3. Prinsip Utama Dalam Kinerja Guru ... 21

4. Macam-macam Kinerja Guru ... 22

5. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Kinerja Guru ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Metode Penelitian ... 34

1. Jenis Penelitian ... 34

2. Lokasi Penelitian ... 35

3. Waktu Penelitian ... 36

4. Sumber Data Penelitian ... 36

5. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

6. Teknik Pengumpulan Data ... 39

7. Sampling ... 41

8. Keabsahan Data ... 43

9. Analisa Data ... 44

B.Tahap-tahap Penelitian… ... 46

1. Tahap Pra-Lapangan ... 46

2. Tahap Kegiatan Lapangan ... 47

3. Tahap Analisa Data ... 47

4. Tahap Penulisan... 47

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53

A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 53

1. MI Negeri Sumberrejo ... 53

2. MI An-Nur Deyangan ... 65

3. MI Muhammadiyah Danurejo ... 73

B. Penyajian dan Analisa Data ... 80

1. Pemahaman Kepala Madrasah Mengenai Konsep-konsep dan Prinsip – PrinsipSupervisi Pembelajaran ... 80

2. Komitmen Kepala Madrasah dalam menerapkan prinsip-prinsip supervisi ... 86

3. Implementasi Prinsip-prinsip Supervisi oleh Kepala Madrasah untuk Meningkatkan kinerja guru 89 ... 102

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Simpulan ... 106

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... x

LAMPIRAN ... xi

BIOGRAFI PENULIS ... xii

(8)

TABEL 3.1 Desain Penelitian……… ... 48

TABEL 3.2 Pedoman Wawancara……… ... 50

TABEL 3.3 Panduan Observasi……… ... 51

TABEL 3.4 Panduan Dokumen……….. ... 52

TABEL 4.1 Data Guru/Pegawai MI Negeri Sumberrejo……… ... 58

TABEL 4.2 Keadaan Siswa MIN Suberrejo dalam tiga tahun terakhir ... 60

TABEL 4.3 Nilai UASBN MI Negeri Sumberrejo……… ... 61

TABEL 4.4 Keadaan Sarana Prasarana MI Negeri Sumberrejo…………. ... 62

TABEL 4.5 Data Guru/Pegawai MI An-Nur Deyangan……… ... 67

TABEL 4.6 Keadaan Siswa MI AnNur Deyangan dalam tiga tahun terakhir 68

TABEL 4.7 Kondisi Tamatan/Lulusan 3 tahun MI An-Nur Deyangan ... 69

TABEL 4.8 Keadaan Sarana Prasarana MI An-Nur Deyangan ... 69

TABEL 4.9 Data Guru/Pegawai MI Muhammadiyah Danurejo ... 76

TABEL 4.10 Keadaan Siswa MI Muhammadiyah……… ... 76

(9)

DAFTAR PENGKODEAN

Lampiran 1 Wawancara dengan Kepala MIN Sumberrejo ... KM.1 Lampiran 2 Wawancara dengan Kepala MI Muhammadiyah Danurejo ... KM2.MU Lampiran 3 Wawancara dengan Kepala MI An-Nur Deyangan ... KM.MA Lampiran 4 Profil Guru, Karyawan dan Siswa MIN Sumberrejo ... DT.1 Lampiran 5 Kelulusan Sarpras MIN Sumberrejo... DT.2 Lampiran 6 Profil Guru dan Karyawan MI An-NurDeyangan ... DT.3 Lampiran 7 KeadaanSiswa, Kondisi Lulusan MI An-Nur Deyangan... DT.4 Lampiran 8 Saranadan Prasaran MI An-Nur Deyangan ... DT.5 Lampiran 9 Profil Guru dan Karyawan MI Muhammadiyah Danurejo ... DT.6 Lampiaran 10 Jumlah Siswa dan Inventaris MI Muh. Danurejo ... DT.7 Lampiran 11 Pemahaman mengenai Konsep dan Prinsip-prinsip Supervisi ... DT.8 Lampiran 12 Komitmen Kepala Madrasah ... DT.9 Lampiran 13 Implementasi Kepala Madrasah Konsep dan Prinsip Supervisi ... DT.10 Lampiran 14 Faktor Pendukung dan Penghambat Konsep dan Prinsip Supervisi .. DT.11 Lampiran 15 Tabel Dampak Konsep danPrinsip-prinsip Supervisi ... DT.12

Lampiran 16 Tabel Peningkatan Kinerja Guru ... DT.13

(10)

Lampiran 1. Catatan Wawancara ... KM.1 Lampiran 2. Catatan Wawancara ... KM.2.MU Lampiran 3. Catatan Wawancara ... KM.3.MA Lampiran 4. Dokumentasi profil Guru dan karyawan MIN Sumberrejo ... DT1 Lampiran 5. Dukmentasi Kelulusan, sarana prasarana MIN Sumberrejo ... DT2 Lampiran 6. Dokumentasi guru dan karyawan MI An-Nur Deyangan ... DT3 Lampiran 7. Keadaansiswa dan kelulusan MI An-Nur Deyangan ... DT4 Lampiran 8. Keadaansarana prasarana MI An-Nur Deyangan ... DT5 Lampiran 9. Profil guru dan karyawan MI Muhammadiyah Danurejo ... DT6 Lampiran 10. Jumlah siswa dan inventaris MI Muhammadiyah Danurejo ... DT7 Lampiran11Tabel4.11Pemahaman mengenai konsep dan prinsip Supervisi ... DT8 Lampiran 12. Tabel 4.12. Komitmen kepala madrasah ... DT9 Lampiran 13. Tabel 4.13. Implementasi kepala madrasah dan konsep prinsip

Supervisi ... DT10 Lampiran 14. Tabel 4.14. Faktor pendukung dan penghambat konsep prinsip

Supervisi ... DT11 Lampiran 15. Tabel 4.15. Dampak konsep dan prinsip Supervisi ... DT12 Lampiran 16. Tabel 4.16. Peningkatan kinerja guru ... DT13 Lampiran 17. Identitas MIN Sumberrejo ... DT14 Lampiran 18. Identitas MI An-Nur Deyangan ... DT15 Lampiran 19. Identitas MI Muhammadiyah Danurejo ... DT16 Lampiran 20. Sejarah singkat dan perkembangan MIN Sumberrejo ... DT17

(11)

Lampiran 21. Visi Misi dan tujuan MIN Sumberrejo ... DT18 Lampiarn 22. Visi Misi danTujuan MI An-Nur Deyangan ... DT19 Lampiran 23. Struktur Organisasi MIN Sumberrejo... DT20 Lampiran 24. Struktur Organisasi MI An-Nur Deyangan ... DT21 Lampiran 25. Struktur Organisasi MI Muhammadiyah Danurejo ... DT22 Lampiran 26. Data guru/pegawai MIN Sumberrejo ... DT23 Lampiran 27. Data guru/pegawai MI An-Nur Deyangan ... DT24 Lampiran 28. Data guru/pegawai MI Muhammadiyah Danurejo ... DT25 Lampiran 29. Keadaan siswa tiga tahun terakhir MIN Sumberrejo... DT26 Lampiran 30. Keadaan siswa tigat ahun terakhir MI An-Nur Deyangan ... DT27 Lampiran 31. Jumlah siswa dan Inventaris MI Muhammadiyah Danurejo ... DT28 Lampiran 32. Nilai UASBN/UN MIN Sumberrejo ... DT29 Lampiran 33. Kondisi lulusan 3 tahunt erakhir MI An-Nur Deyangan ... DT30 Lampiran 34.Sarana Prasarana MIN Sumberrejo ... DT31 Lampiran 35.Sarana prasarana MI An-Nur Deyangan ... DT32

(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam menghadapi tuntutan zaman. Seperti disampaikan oleh E. Mulyasa ” Pendidikan memberi kontribusi yang sangat

besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan pesan konstitusi serta sarana membangun watak bangsa”.1 Sedangkan dalam kerangka pembangunan nasional, pendidikan

memiliki posisi strategis dalam keberhasilan pembangunan. Pendidikan juga bagian penting dari proses pembangunan nasional yang bakal ikut menentukan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan terutama oleh kualitas sumber daya manusia yang baik. Swetal P. Sindhvad mengatakan ”Supervisi pembelajaran terdiri dari item yang mengukur sejauh

mana dirasakan kapasitas kepala sekolah untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan pendampingan guru dalam pembelajaran kelas dan mengawasi guru.2

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementrian Agama terus berusaha menempuh berbagai strategi untuk

1 E. Mulyasa, Menejemen berbasis Sekolah Bandung: Zakariya, 2002, 4.

2 Swetal P.Sindhvad, School Principals as Instructional Leaders: An Investigation of School

Leadership Capacity in the Philipines,A Desertation Submited To The Faculty of Graduate School of University of Minnesota, 2009, 19

(13)

meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan secara terus menerus, tetapi berbagai indikator belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya prestasi akademik, daya kreatifitas dan kemandirian siswa di hampir semua jenjang dan satuan pendidikan, serta belum memperlihatkan adanya perubahan yang berarti, kecuali pada beberapa lembaga pendidikan atau beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif kecil. Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

madrasah khususnya dalam mengelola dan memberdayakan sember daya yang tersedia akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal peran kepala madrasah. Sebab kepala madrasah adalah pelaku utama dalam memainkan peranan penting dalam madrasah. Kepala madrasah merupakan ”the key person” yang diberi tanggung jawab dalam mengelola madrasah dan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kepentingan pencapaian visi misi dan tujuan madrasah. Dalam peranannya sebagai supervisor, kepala madrasah sangat menentukan arah kebijakan madrasah.

Dalam rangka mengoptimalkan proses pelaksanaan diperlukan pembinaan yang kontinyu dengan program yang terarah dan sistimatis terhadap setiap personal. Program pembinaan personal dalam bidang pendidikan disebut supervisi pendidikan sebagai rangkaian dari administrasi pendidikan. Supervisi tersebut dapat dilakukan oleh pengawas, kepala madrasah ataupun oleh pembina pendidikan lainya.3

3 Departemen Agama RI, Supervisi Madrasah Aliyah , Direktorat Pembinaan Kelembagaan Jakarta: Proyek Binbaga Islam, 1998, 5.

(14)

Kontrol atau pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Untuk itu diperlukan kegiatan pengamatan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan dalam proses mencapai tujuan. Tidak saja mengenai administratif menejemen akan tetapi juga mengenai kegiatan profesional yang harus diselenggarakan sebagai beban kerja setiap personal/ unit kerja yang ada. Dengan demikian pengamatan harus dilakukan terhadap personal, metode, peralatan dan bahkan juga aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengarahan bahkan terhadap kontrol itu sendiri.

Agar kegiatan supervisi pendidikan berjalan dengan lancar, seorang supervisor dapat menggunakan berbagai alat bantu, dengan maksud untuk memungkinkan pertumbuhan kecakapan dan perkembangan pengetahuan oleh guru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan pada khususnya.

Menurut Osakwe, Supervisi sebagai pemberian bantuan profesional dan bimbingan diarahkan pada pencapaian belajar mengajar untuk guru dan siswa dalam sistem sekolah yang efektif, kepala sekolah harus mengadopsi metode, prinsip dan fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.4

Kepala madrasah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan ketatausahaan, sarana

4 Osakwe, Regina N. Supervisory Functions of Secondary School Principals and Factors

(15)

masyarakat sehingga hasil kegiatan supervisi tersebut dapat meningkatkan mutu medrasah baik secara administratif maupun edukatif sesuai dengan harapan dan cita cita dalam tujuan pendidikan nasional.

Dalam upaya meningkatkan kinerja guru, kepala madrasah mempunyai peran sebagai supervisor yang pada dasarnya memberikan layanan profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja guru. Kepemimpinan instruksional pokok merupakan faktor penting dalam keberhasilan inisiatif perbaikan sekolah dan keefektifan sekolah, Tanggung jawab kepala sekolah adalah untuk mempromosikan pembelajaran dan keberhasilan semua siswa, dalam mencapai tujuannya berfokus pada pembelajaran, mendorong kolaborasi, menggunakan data untuk meningkatkan pembelajaran, memberikan dukungan, dan menyelaraskan kurikulum, penilaian, dan pembelajaran.5

Upaya-upaya tersebut diatas akan bisa tercapai dengan baik apabila semua komponen dan unsur pengelola madrasah bisa melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai denga aturan yang ada dan tugas masing masing dilakuklan secara profesional. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa tugas dan tanggung jawab kepala madrasah sebagai supervisor membimbing proses penyelenggaraan KBM di madrasah akan berdapak pada kualitas kinerja guru. Sejauh ini sebagian para guru hanya hanyut dalam rutinitas mengajar

tanpa adanya bimbingan dan pembinaan melalui supervisi yang dilakukan kepala madrasah yang dapat merangsang peningkatan kualitas kinerja guru.

5 Fred C. Lunenburg, The Principals as Instructional Leader,National Forum of Educational and Supervision Journal Volume 27, ( 2010),4

(16)

Sementara itu terdapat image (anggapan) bahwa supervisi selama ini adalah tugas pengawas. Sementara pengawas imagenya hanyalah sekedar jabatan untuk memperpanjang masa kerja atau menunda masa pensiun. Realita di lapangan juga sering kita jumpai bahwa penyelenggaraan supervisi jika ada perintah dari atasan. Komitmen kepala madrasahpun bervariasi ada yang menghendaki/berpendapat supervisi dilaksanakan dua kali dalam setahun, ada yang yang cukup sekali, dan ada yang empat kali. Menurut Bapatope Kolade Oyewole dan Hezeikh Ogbomida Alonge bahwa, ada hubungan yang signifikan antara peran supervisi pembelajaran kepala yang berpengalaman dan motivasi dari guru-guru mereka.6

Nastiti Nasiatul Aisiyah dalam tesisnya yang berjudul ”Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Melalui Gugus” sebuah studi kasus

pelaksanaan Kelompok Kerja Guru di Gugus ki Mangunsarkoro SD inti 01 Procot Slawi Kabupaten Tegal. Dalam penelitian tersebut diulas tentang peningkatan pofesionalitas guru melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Guru ( KKG ). Dalam ulasannya Nastiti Nasiatul Aisiyah mengedepankan tentang peningkatan profesional guru dan beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan profesional guru di Gugus ki Mangunsarkoro SD inti 01 Procot Slawi Kabupaten Tegal.7

6 Babatope Kolade Oyewole dan Hezeikh Ogbomida Alonge, Principals’ Instructional

Supervisory Role Performance and Teacher’ Motivation in Ekiti Central Senatorial District of Ekiti State, Nigeria, Departement of Educational Studies & Management Faculty of Education, University of Benin, Benin City, Nigeria, 2013

(17)

Profesionalisme guru memiliki makna kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru pada saat yang bersangkutan melaksanakan tugasnya, guna mendukung terwujudnya suasana kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.

Priatna dalam tesisnya yang berjudul ”Pengaruh Kepemimpinan dan Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah terhadap kinerja guru”. Dalam penelitianya Sdr Priatna menyebutkan bahwa keberhasilan Kepala Madrasah dalam mengelola istitusi pendidikan yang dipimpinnya ditentukan oleh beberapa faktor,. Salah satunya ditentukan oleh 3 komponen kecerdasan, Yaitu : Kecerdasan Intelektual (IQ) , Kecerdasan Sepiritual (SQ) dan Kecerdasan Emosional ( EQ ) .8

Satiman dalam tesinya yang berjudul ”Pengembangan Tekhnis Supervisi Klinis” sebuah penelitian tindakan di Madrasah Ibtidaiyah Tepus

Gunung Kidul. Dalam tesis tersebut memfokuskan pada pengembangan teknik supervisi klinis, secara khusus tesis tersebut mengemukakan tentang bagaimana pemahaman dan pengembangan tentang tehnik supervisi klinis.9 Lebih lanjut dikemukakan oles Sdr Satiman bahwa pada

pengembangan teknik supervisi klinis, guru memiliki kemampuan yang lemah dalam mengembangkan kreatifitas murid. Hal ini terjadi karena orientasi pengajaran dilakukan dengan sistim target pencapaian kurikulum, dengan bantuan supervisor pada siklus 1 , guru mulai berubah menjadi fokus pada pemahaman murid. Dan pada pengembangan siklus ke 2 , guru benar

8 Priatna, Pengaruh Kepemimpinan dan Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja

Guru,2005

9 Satiman, Pengembangan Teknis Supervisi Klinis,Gunung Kidul,2009,5

(18)

benar memiliki kemampuan dalam mengembangkan kreatifitas murid dengan cara aktualisasai pelajaran dengan realitas sehari hari yang dijumpai murid. Zainul Arifin dalam tesisnya yang berjudul ”Kinerja Guru Pendidikan

Agama Islam Kabupaten Magetan Jawa Timur” sebuah studi kasus di SMU

Negeri Parang Magetan,menyoroti tentang kemampuan guru itu sendiri mempengaruhi kinerjanya. Sdr Zainul Arifin menjelaskan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh kemampuan internal guru dalam menyampaikan materi, dijelaskan pula bahwa wawasan guru Pendidikan Agama Islam di SMU Negeri parang Magetan Jawa Timur adalah baik, tentang materi pengetahuan agama islam sudah sesuai dengan GBPP dan ditambah hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), metode pengajaran yang digunakan oleh para guru di SMU Negeri parang Magetan sangat bervariasi seperti metode ceramah, tanya jawab, tugas, diskusi dan lain lain. Sedangkan dalam tesis ini lebih menyoroti tentang kemampuan kepala madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru.10

Berdasarkan uraian diatas, supervisi kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru perlu rasanya dikaji secara mendalam. Lebih jelas dalam hal ini adalah pelaksanaan supervisi Kepala Madrasah, di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

B. Rumusan Masalah

(19)

Dari latar belakang yang telah diuraikan didepan timbul pertanyaan bagaimanakah upaya kepala madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru.

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini lebih sepesifik, maka perlu dibuat rumusan masalah. Penelitian ini lebih difokuskan kepada tingkatan pemahaman dan implementasi prinsip-prinsip supervisi oleh kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru.

Dari uraian diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan topik penelitian, yaitu :

1. Bagaimana pemahaman Kepala Madrasah mengenai prinsip-prinsip supervisi pembelajaran dalam upaya meningkatkan kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana komitmen Kepala Madrasah untuk menerapkan prinsip-prinsip supervisi pembelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang?

3. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip supervisi pembelajaran dalam meningkatkan kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang?

C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat

(20)

pemahaman dan pelaksanaan supervisi kepala madrasah dan pengaruhnya dalam meningkatkan kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

Adapun Tujuan Penelitian secara spesifik adalah :

a. untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pemahaman kepala madrasah prinsip-prinsip supervisi pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

b. Untuk mengetahui seberapa besar komitmen kepala madrasah untuk menerapkan prinsip-prinsip supervisi pembelajaran dalam meningkatkan kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

a. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip supervisi pembelajaran oleh kepala madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : a. Secara Teoritis

(21)

b. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil kebijakan di Madrasah dalam meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru melalui supervisi pembelajaran, dan bagi pihak lain, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa.

D. Sistimatika Penulisan

Penelitian ini direncanakan terdiri dari lima bab yang masing masing bab akan saling terkait dan mendukung satu dengan yang lainnya

Bab I adalah Pendahuluan yang didalamnya berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, dan sistimatika pembahasan.

Bab II adalah Landasan teori. Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu yang pertama tinjauan semua kepala madrasah belum melaksanakan sebagai supervisor yang meliputi, penyebab kepala madrasah belum semua melaksanakan supervisi , pengertian supervisi, peranan kepala madrasah sebagai supervisor, kendala kendala supervisi kepala Madrasah.

Sub bab yang kedua dikemukakan tentang kinerja guru yang meliputi, pengertian kinerja guru, landasan moral bekerja bagi seorang guru, prinsip utama dalam kinerja guru, macam macam kinerja guru, faktor faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru.

(22)

Bab III , Metodologi Penelitian berisi jenis penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, sumber data penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, sampling, keabsahan data, dan analisa data. Selanjutnya mengupas tentang temuan penelitian peningkatan kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah di Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Sub bab pertama yang didalamnya berisi gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang meliputi letak geografis, struktur organisasi sekolah, strukktur komite madrasah, keadaan guru dan siswa, keadaan sarana dan fasilitas.

Sub bab yang kedua berisi tentang upaya peningkatan kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah.

Bab IV. Akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian dengan memberikan pemahaman terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Upaya ini didasarkan pada satu persepsi bahwa tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman makna atas realitas yang terjadi. Berkenaan dengan hal ini juga dilakukan dengan cara mencari hubungan yang terjadi antara kenyataan-kenyataan yang ditemukan sehingga hasil penelitian lebih bermanfaat.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Prinsip-Prinsip Supervisi

Pengertian prinsip menurut kamus wikipedia adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam pengertian umum prinsip adalah suatu pegangan hidup yang diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia inginkan atau diprogramkan.

Sementara Supervisi pendidikan diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, agar lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-murid. Oleh karena itu suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan profesional guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid. Seorang supervisor apakah dia Kepala Sekolah, Penilik Sekolah atau Pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berdasarkan pada prinsip-prinsip supervisi. Yang dimaksud prinsip-prinsip supervisi pendidikan adalah kaidah-kaidah yang

(24)

harus dipedomani atau dijadikan landasan dalam melakukan kegiatan supervisi.

Seorang pemimpin pendidikan yang disebut sebagai supervisor dalam

melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut:

1. Prinsip ilmiah (scientific)

Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.

b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket, observasi, dan percakapan pribadi.

c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.

2. Prinsip demokratis

Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru bukan berdasarkan atasan dan bawahan akan tetapi berdasarkan rasa kesejawatan. Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan

kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.

3. Prinsip kerja sama

(25)

4. Prinsip konstruktif dan kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas. Kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan bukan dengan cara-cara yang menakutkan.

Supervisi juga harus berpegang teguh pada pancasila yang merupakan prinsip asasi dan merupakan landasan utama dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Di samping prinsip di atas, prinsip pendidikan dapat dibedakan atas prinsip positif dan prinsip negatif. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

1. Prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut diikuti, diantaranya adalah: a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif

b. Supervisi harus kreatif dan konstruktif c. Supervisi harus scientific dan efektif

d. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru e. Supervisi harus berdasarkan kenyataan

f. Supervisi harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengadakan self evaluation.

2. Prinsip negatif adalah prinsip-prinsip larangan yang tidak boleh dilakukan, diantaranya adalah:

a. Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter

b. Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru

c. Seorang supervisor bukan seorang inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang telah diberikan

dilaksanakan atau tidak

(26)

d. Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih baik dari pada guru-guru oleh karena jabatannya

e. Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara guru mengajar.

f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan.

B. Komitmen Kepala Madrasah Untuk Menerapkan Prinsip-prinsip Super- visi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, komitmen berarti perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu kontrak. Sedangkan, pengertian janji adalah perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Jadi komitmen berarti memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan janji. Biasanya istilah komitmen digunakan untuk hal-hal penting.

Komitmen guru terhadap organisasi sekolah yaitu proses pada individu dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi serta membuat individu memiliki keinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi. Sehingga peran dan strategi kepala madrasah sangat dibutuhkan untuk mengembangkan komitmen guru dalam organisasi.

Bentuk komitmen guru dalam organisasi yang dominan adalah komitmen afektif, diikuti komitmen normatif dan komitmen kontinue11. Kepala Madrasah

memiliki strategi dalam membangun komitmen guru dalam organisasi yaitu a) menjalin hubungan yang baik dengan semua guru, staf atau karyawan serta wali murid, b) menjalin kerjasama dengan bermusyawarah, c) membagi tugas sesuai

11 Allen,N.J & Meyer,J.P., 1993, Organizational commitmen: Evidence of career stage

(27)

dengan keahlian guru, d) selalu mengingatkan visi, misi, tujuan madrasah, kedisiplinan, profesionalitas, loyalitas, dan tanggungjawab guru saat rapat, e) memberi motivasi dan perhatian kepada semua elemen madrasah, f) demokratis dan objektif, g) memberikan teladan bagi para guru melalui perilaku bukan dengan perkataan, serta h) menerapkan sistem reward dan punishment. Dampak dari strategi kepala madrasah dalam membangun komitmen dalam organisasi terhadap kinerja guru yaitu a) meningkatnya kedisiplinan guru, b) meningkatnya kehadiran guru, c) meningkatnya prestasi guru pada ajang perlombaan, serta d) meningkatnya semangat kerja para guru sehingga pekerjaan selesai tepat waktu dan tertata rapi.

Jenis komitmen menurut Allen dan Meyer (1997:76) terbagi atas tiga komponen yaitu:

1. Komitmen afektif (affective commitment)

Berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi. komitmen afektif merupakan proses perilaku dimana melalui hal tersebut seseorang akan berfikir mengenai hubungan mereka dengan organisasi dalam hal nilai dan kesatuan tujuan. Pada tingkat ini merupakan tingkat dimana tujuan individu dan nilai menyatu dengan organisasi yang diperkirakan secara langsung mempengaruhi keinginan individu untuk tetap tinggal dalam organisasi. Sehingga karyawan dengan afektif tinggi masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.

2. Komitmen normatif (normative commitment)

Merupakan perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Komponen normatif berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki karyawan. Keinginan karyawan untuk tinggal dalam organisasi

(28)

berdasarkan pada tugas, loyalitas, dan kewajiban moral. Tipe ini mungkin berasal dari kebudayaan individu atau etik kerja, karena mereka merasa bertanggung jawab untuk tetap tinggal dalam organisasi. Perasaan loyalitas dan tugas mendasari komitmen normatif yang mempengaruhi individu untuk tetap tinggal dalam organisasi karena itu memang kewajiban mereka. Komitmen ini juga menimbulkan perasaan kewajiban kepada karyawan untuk memberikan balasan atas apa yang pernah diterimanya dari organisasi.

3. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment)

Berarti komponen yang berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Karyawan dengan dasar organisasi tersebut disebabkan karena karyawan tersebut membutuhkan organisasi. Hal ini juga dapat dilihat sebagai suatu keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi karena pertimbangan biaya ketika mereka keluar. Biaya tersebut ditunjukkan dalam dua cara yang berbeda:

1. Sebagai individu memperoleh kedudukan dalam organisasi, seiring dengan bertambahnya masa jabatan mereka maka mereka telah memiliki keuntungan, misalnya dalam bentuk rancangan pensiun, senioritas, spesialisasi keahlian, rasa kesatuan, ikatan kekeluargaan, dan lain-lain.

2. Individu mungkin merasa mereka seharusnya tetap tinggal pada pekerjaannya sekarang karena mereka tidak memiliki alternatif perkerjaan lain.

C. Peningkatan Kinerja Guru 1. Pengertian kinerja guru

(29)

Kinerja berkaitan erat dengan keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan organisasai yang bersangkuitan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral atau etika.

Kinerja guru diberi batasan hasil dari pola tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar prestasi baik kualitatif maupun kwantitatif, yang telah ditetapkan oleh individu secara pribadi maupun oleh perusahaan atau organisasi tempat individu bekerja.

Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja guru adalah kemampuan mengajar yang perlu dimiliki oleh guru mencakup kuwalitas-kuwalitas personal dan professional, persiapan pengajaran, perumusan tujuan pengajaran, penampilan guru dalam mengajar dikelas, kemampuan hubungan interpersonal yang meliputi siswa , supervisor, dan guru sejawat, kemampuan hubungan dengan tanggung jawab

2.. Landasan Moral Bekerja Bagi Seorang Guru

Sebagaimana diuraikan secara singkat tentang pengertian kinerja guru. Disisi lain deperlukan adanya landasan moral sebagai dorongan bekerja bagi guru. Adapun landasan moral dalam melaksanakan tugas tersebut adalah sebagai berikut :

(30)

a. Merasa Terpantau

Merasa terpantau artinya menyadari sesungguhnya bahwa apa saja yang kita kerjakan tidak lepas dari tekanan dan penglihatan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8 :

Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscara dia akan melihat (balasan)nya pula” ( QS. Al-Zalzalah : 7-8 )

b. Jujur

Jujur adalah kesucian yang memberikan jaminan kebahagiaan spiritual karena kebenaran berbuat, ketepatan bekerja, bisa dipercaya dan tidak mau berbuat dusta. Firman Allah :

Artinya : Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang

kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal

bagi orang-orang yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran

(Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang

yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki

pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah Balasan orang-orang yang

berbuat baik,( QS. Az-Aumar : 32-34 )12

(31)

c. Amanah.

Seorang guru diberi kepercayaan untuk mendidik. Kepercayaan itu harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh an penuh tanggung jawab. Seseorang memberi kepercayaan kepada orang lain, karena orang tersebut dipandang mampu dan jujur. Dengan demikian, kepercayaan yang dia terima itu adalah suatu penghargaan moral yang teramat mahal

Dan guru adalah penerima amanah, sebenarnya telah memiliki landasan moral yang teramat mulia, yaitu dipercaya orang tua murid untuk mendidik, memberi bimbingan. Kepercayaan itu hendaknya menjadi landasan moral dalam bekerja. Landasan moral ini apabila disadari secara mendalam akan membentuk perilaku jujur dan amanah dalam pribadinya sesuai dengan firman Allah dalam Surat an-Anfal : 27-28 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) jangan menghianati amanah-amanah

yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuai. Dan

ketahuilah, bahwa hartamu anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan

dan sesungguhnya disisi Allah-lah pahala yang besar (AS. Al-Anfaal :

27-28)13

d. Taqwa

Melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh agama. Dengan membiasakan diri terhadap hal-hal yang baik dan

13 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,264

(32)

mencegah yang tercela, secara otomatis menjadikan seseorang berbeda dari kebanyakan orang. Sesui dengan firma Allah dalam surat al-Anfaal ayat 29 :

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan

menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni

(dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar ( QS

al-Anfaal : 29) 14

3. Prinsip Utama Dalam Kinerja Guru

Prinsip utama dalam kinerja guru ada 2 hal :15

a. Bekerja Adalah Ibadah

Seluruh umat beragama, apabila guru agama, harus meyakini sepenuhnya bahwa bekerja itu adalah ibadah. Oleh sebab itu guru yang bekerja dilingkungan Kementerian Agama merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT.

(33)

b. Pangkat dan Jabatan adalah Aamanah

Jabatan dan pangkat apapun yang melekat pada diri seorang guru merupakan amanah dari Allah SWT yang diberikan lewat pemerintah dan Negara. Dengan keyakinan bahwa pangkat dan jabatan itu sebagai amanah, maka harus diemban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai amanah, maka pangkat dan jabatan itu dan segala implikasinya harus dipertanggung jawabkan kepada atasan, Bangsa, Negara dan Allah SWT.

4. Macam-Macam Kinerja Guru

a. Kinerja guru dalam persiapan mengajar

Langkah-langkah yang harus dipersiapkan guru dalam kinerjanya sebelum mengajar :

1) Langkah yang pertama yang ditempuh guru dalam persiapan mengajar adalah mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar. Kompetensi yang dikembnagkan harus mengandung muatan yang menjadi materi standar, yang dpat diidentifikasi berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan filsafat.

2) Langkah yang kedua adalah mengembangkan materi standar dimana materi standar merupakan bahan pembelajaran berkenaan dengan jawaban atas “ apa yang harus dipelajari peserta didik untuk membentuk kompetensi?”, materi standar meripakan isi

(34)

kurikulum yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

3) Langkah ketiga adalah menentukan metode. Penentuan metode pembelajaran ini erat kaitannya dengan pemilihan strategi pembelajaran yang efektif dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar.

4) Langkah terakhir dalam persiapan mengajar adalah merencanakan penilaian. Dimana penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi.

b. Kinerja guru dalam mendesain program pengajaran

Salah satu dari tahapan mengajar yang harus dilakukan seorang guru yang professional adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain sering disebut dengan “mendesain program pengajaran”. Dalam pelaksanaan pengajaran, mendesain program

pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil belajar peserta didik merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Melaksanakan proses belajar mengajar bukanl;ah suatu pekerjaan

(35)

langkah-langkah dan prosedur tertentu, sehingga dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai hasil yang diharapkan. Dalam meyusun perencaan pengajaran meskipun tidak tertulis

secara lengkap setidak-tidaknya guru harus memperhatikan beberapa hal meliputi :

1) Penentuan tujuan mengajar

2) Pemilihan materi sesuai dengan waktu 3) Strategi optimum

4) Alat dan sumber

5) Kegiatan belajar mengajar siswa 6) Evaluasi

Pelaksanaan pengajaran atau disain instruksional membantu guru mengarahkan langkah dan aktifitas kerja yang akan ditampilkan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan. Sekurang kurangnya dalam disain instruksional yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran itu mencakup unsure-unsur tujuan mengajar yang diharapkan, materi atau bahan pelajaran yang akan deberikan, strategi mengajar yang akan dipakai dan prosedur penilaian yang akan dilakukan dalam menilai hasil belajara peserta didik.

Perencanaan pengajaran yang disiapkan oleh guru pada dasarnya berfungsi antara lain :

1.) Menentukan arah kegiatan pembelajaran 2.) Memberi ini dan makna tujuan

(36)

3.) Menentukan cara bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan 4.) Mengukur sberapa tujuan dapat tercapai dan tindakan apa yang

harus dilakukan apabila tujuan belum tercapai.

Setelah rencana pengajaran atau disain program pengajaran siap disusun, langkah selanjutnya yang akan dikerjakan oleh guru yaitu melaksanakan proses belajar mengajar.

c. Kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar

Kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar disini diarahklan pada aspek-aspek yang termasuk pada kompetensi professional yang ditampilkan oleh “pengajar” dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

1. Menggunakan metode pembelajaran.

Untuk menggunakan suatu metode mengajar yang efektif harus berdasarkan tujuan khusus yang hendak dicapai. Demikian pila dengan kesesuaian dengan bahan pelajaran. Antara tujuan, bahan pelajaran dan metode dituntut aanya keserasian. Oleh karena itu, para guru didalam menjalankan tugas akan memiliki ketrampilan menggunakan segala teknik penunjang yang mungkin diwujudkan dengan tujuan pengajaran dan bahan pelajaran dalam rangka mencapai titik kulminasi pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya.

(37)

guru harus mengetahui dan menguasai metode yang akan digunakan. Sebagai indikator apakah seorang guru itu mengetahui dan menguasai metode yang dipilihnya untuk menyampaikam materi pelajaran, maka ia akan menggunakan metode mengajar tersebut dengan langkah-langkah yang benar menurut teori penggunaannya.

2. Menggunakan alat pengajara atau sember pengajaran

Alat pengajara adalah segala alat yang dapat menunjang keefektifan dan efisiensi pengajaran. Alat pengajaran sering pula diartikan oleh sebagaian orang dengan istilah sarana belajar atau sarana pengajaran. Alat pengajaran ini akan mempengaruhi tingkah laku siswa, sebab alat pengajarantersebut juga termasuk dari sebagian sumber pengajaran. Alat pengajaran ada yang bersifat umum, dapat digunakan dalam berbagai bidang studi, ada pula yang bersifat khuusus untuk bidang studi tertentu. Alat pengajaran yang bersifat umum misalnya papan tulis. Adapun alat pengajaran yang dirancang secara khusuus untuk bidang studi tertentu misalnya balok, jajar genjang, kerucut untuk matematika, kemudian untuk bidang studi IPA elenmeyer untuk tetrasi, labu takar untuk pengeceran, gelas kimia dan sebagainya. Alat pengajaran ini ada yang bisa dirancang oleh guru itu sendiri karena bahyan dan alatnya mudah diperoleh. Akan tetapi adapula pengadaannyaatau pembuatannya diluar kemampuan guru sehingga harus didatangkan secara khusus atau membeli. Maka guru

(38)

seyogyanya dalam memilih alat yang tepat guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Menggunakan media pembelajaran.

Fungsi media dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang dugunakan oleh guru, tetapi juga mampu mengkomunikasikan pesan kepada peserta didik. Media tidak hanya terbatas pada perangkat keras (Hardware), akan tetapi media dapat juga beberbentuk perangkat lunak (Software)

Pada dasarnya fungsi media pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi peserta didik, dapat pula membantu peserta didik untuk lebih mudah mengingat pelajaran , dapat menjadikan peserta didik aktif dalam merespon, dan memberi umpan balik dengan cepat serta mendorong peserta didik untuk melaksanakan kegiatan praktek lebih terarah

Intinya adalah penggunaan media itu merupakan cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan peserta didik agar lebih efektif. Keterlibatan media dalam pembelajaran memungkinkan pila peserta didik belajar lebih cepat.

4.) Bahan Pembelajaran

Materi pelajaran sebenarnya merupakan komponen kurikulum yang amat penting. Materi menyangkut jawaban terhadap pertanmyaan “ apa yang akan diajarkan ? “, materi ini seringkali

(39)

diambil hanya dari satu buku teks tanpa mengkaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Seringkali guru cenderung menyampaikan apa adanya dalam buku teks yang dijadikan acuan, yang kadang kadang hanya menekankan pada ranah kognitif tanpa memperhatikan ranah afektif dan psikomotorik.

5.) Monndorong keterlibatan siswa dalam PBM

Mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah astu kompetensi yang penting yang harus dimiliki oleh seorang guru. Guru diharapkan dapat melakukan aktivitas yang dapat membuat peserta didik aktif pengikuti proses belajar mengajar naik secara fisik maupun mental. Aspek kompetensi mendorong keterlibatan pesertadidik dalam proses belajar mengajar terdiri dari aktifitas :

a) Menggunakan prosedur yang melibatkan peserta didik pada awal pelajaran

b) memberi kese4mpatan siswa untuk berprestasi c) Memelihara keterlibatan dalam pelajaran

d) Pemguatkan upaya siswa untuk memelihara keterlibatannya.

6.) Melaksanakan Penilaian Hasil Belajar

Evaluasi adalah suatu tindakan untuk menentukan nilai. Bila penilaian ini digunakan dalam kekgiatan instruksional, maka penilaian ini berarti suatu tindakan untuk menentukan segala sesuatui dan kegiatan instruksional selama proses belajar mengajar

(40)

berlangsung. Yang mengambil tindakan atau keputusan dalam hal ini adalah guru untuk mendapatkan umpan balik atas usaha yang dilakukan.

Seorang guru dipersyaratkan untuk memilih kompetensi dalam melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung. Kompetensi ini memperlihatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi pencapaian peserta didi pada setiap unit pelajaran.

Penilaian pada proses belajar mengajar dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan peserta didik terhadap behan pelajaran yanh akan diajarkan, yang hasilnya akan dicapai untuk memantapkan strategi mengajar. Penilaian proses pelajar mengajar mendapatkan balikan terhadap tujuan yang telah ditetapkan

5. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru

Menurut E.Mulyasa, ada sepuluh factor yang dapat meningkatkan kinerja guru, yaitu :16

a. Dorongan untuk bekerja

Seseorang akan melakukan sesuatu atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan merealisasikan keinginan yang menjadi cita-citanya. Demikian halnya guru, dalam mengembangkan persiapan mengajar, tentu dipengaruhi oleh keinginan-keinginan yang ada dalam dirinya. Jika guru mempunyai keinginan yang kuat sesuai perannya, maka akan berusaha

(41)

melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya penyusunan persiapan mengajar secara optimal.

b. Tanggung jawab terhadap tugas

Setiap gurumempunyai tanggung jawab terhadap sejumlah tugas yang harus dilakukan sesuai dengan jabatannya. Berat ringannya tugas guru akan mempengaruhi usaha-usahanya dalam bekerja sesuai kemampuannya, serta berkaitan dengan kuantitas dan kualitas tugas yang dikerjakannya.

Tanggung jawab merupakan tuntutan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Dan motivasi kerja guru dalam mengembangkan persiapan mengajar dipengaruhi oleh beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari dan cara menyelesaikannya. Beban tugas ini terutama berkaitan dengan peran guru sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, melalui kegiatan mengajar, membimbing dan melaksanakan admininistrasi sekolah.

c. Minat terhadap tugas

Tugas-tugas yang dikerjakan oleh seorang guru mencerminkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan minat terhadap tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu minat guru terhadap tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilihat dari kerajinannya dalam bekerja, keterkaitannya untuk mendalami tugas yang diberikan dan gairah dalam menerima tugas-tugas denga perasaan senang.

(42)

d. Penghargaan atas tugas

Penghargaan atas keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motovasi yang memacu dan mendorongnya untuk bekerja dan betprestasi lebih baik.

Penghargaan dapat menumbuhkan rasa cinta, bangga, dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Rasa cinta, bangga, dan tanggung jawab memungkinkan seseorag dapat melaksanakan tugasnya dengan mencapai hasil yag optimal.

e. Peluang untuk berkembang

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru diotuntut untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begirtu cepat.

f. Perhatian dari kepala sekolah

Perhatian kepala sekolah terhadap guru sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Perhatian kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dan kunjungan kelas.

g. Hubungan interpersonal sesama guru

(43)

dari interaksi dengan lingkungan social sekitarnya, disamping hasil perubahan yang bersifat fisik, seperti suasana kerja, dan kondisi fisik gedung sekolah.

h. MGMP dan KKG

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat menungkatkan profesionalisme dan kinerja guru. Dalam MGMP dan KKG, guru bisa saling bertukar pikiran , dan saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi, bahkan bisa saling belajar dan membelajarkan. Melalui MGMP dan KKG diharapkan persoalan dapat diatasi, termasuk bagaimana mensiasati kompetensi yang diuraikan dalam kurikulum dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

i. Kelompok diskusi terbimbing

Dalam mengembangkan kompetensi guru perlu dibentuk kelompok diskusi terbimbing untuk mengatasi guru yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas pembelajaran. Pembentukan kelompok diskusi dapat dilakukan oleh para guru di bawah bimbingan kepala sekolah.

j. Layanan perpustakaan

Salah satu sarana peningkatan profesionalisme guru adalah tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi guru. Pengadaan buku pustaka perlu

(44)

diarahkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran, untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru akan materi pembelajaran. Disamping itu, layanan perpustakaan dapat memperkaya bahan-bahan yang akan diperlukan guru dalam meningktkan profesionalismenya secara optimal.

Berdasarkan hasil observasi bahwa dalam pelaksanaan supervise ada beberapa factor pendukung dan penghambat.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didasari oleh konsep konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa realita bersifat jamak, menyeluruh dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Selain itu penelitian ini lebih dicurahkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari persepktif partisipan yang diperoleh melalui pengamatan partisipatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti menyatu dalam situasi yang diteliti. Peneliti adalah pengumpul data, orang yang memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi.17

Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Dalam penelitian ini mereka melakukan eksplorasi, memnggambarkan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.

18

Penelitian kualitatif sifatnya deskkriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.19

17 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 12-13.

18 Sukardi, Metodologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 14

19 M.Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah,Bandung: Pustaka Setia, 2001,15.

(46)

Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena melalui pengamatan partisipatif dengan tujuan untuk menggamnbarkan apa adanya atau mengungkap bagaimana implementasi terhadap kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Mertoyudan.

2. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini adalah 3 MI percontohan yang ada di Mertoyudan yaitu MI Negeri Sumberrejo, MI Ma’arif An-Nur Deyangan, dan MI

Muhammadiyah Danurejo.

Adapun profil dari madrasah ini adalah sebagai berikut:

a. MI Negeri Sumberrejo terakreditasi A beralamat di dusun Santan Rt 01 Rw 01 Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Mertoyuadan Kabupaten Magealng Provinsi Jawa Tengah dengan nomor telepon (0293) 326756

Email:minmagelang@gmail.com b. MI Ma’arif An-Nur Deyangan

MI An-Nur Deyangan terakreditasi A dibawah Lembaga Pendidikan Ma’arif beralamat di dusun Nglerep Rt 05 Rw 11 Desa Deyangan

jalan Mayor Unus Kecamatan Mertoyuadan Kabupaten Magealng

(47)

c. MI Muhammadiyah Danurejo

MI Muhammadiyah Danurejo terakreditasi C dibawah Lembaga Pendidikan Muhammadiyah beralamat di dusun Japunan Rt Rw Desa Danurejo Kecamatan Mertoyuadan Kabupaten Magelang Kode

Pos 56172 Provinsi Jawa Tengah dengan nomor telepon (0293) Email:

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai tanggal 1 Desember 2014-31 Maret 2015 4. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data data yang dikumpulkan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. Tidak mengutamakan angka angka dan statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif seperti yang ditegaskan oleh Bogdan dan taylor bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan dari perilaku yang diamati. Sedangkan S. Nasution mengatakan bahwa :

Penelitian kualitatif pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Pengertian itu membuat kerangka aktifitas bahwa seorang peneliti akan berfungsi sebagai instrumen yang terjun ke lapangan dalam waktu tertentu, mengumpulkan informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.)

(48)

Peneliti sebagai instrumen akan berhubungan langsung dengan orang dan situasi yang diteliti. Dalam hal ini peneliti akan sering berhubungan dengan kepala madrasah, guru dan komite sekolah sebagai nara sumber untuk mendapatkan data mengenai upaya peningkatan kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Mertoyudan Kabupaten Magelang. Pendekatan kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri ciri : )

a. Penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci. b. Penelitian kualitatif bersifat diskriptif artinya data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata kata dan gambar gambar laporan penelitian memuat kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta penyajian. Data ini mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, foto dan dokumen lainnya.

(49)

yang sesungguhnya. Kecuali itu peneliti kualitatif harus menyadari bahwa dirinya merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, penafsir data dan sekaligus menjadi pelapor dari hasil penelitian. Dengan demikian peneliti harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dilapangan. Hubungan baik antara peneliti dengan subyek, sebelum,selama dan sesudahnya merupakan kunci utama dalam menjamin kepercayaan dan keberhasilan pengumpulan data .

1. Data dan Subyek penelitian

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu upaya peningkatan kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah. Dimana data yang dimaksud dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dalam bentuk kata kata , ucapan lisan dan perilaku dari subyek. Sedangkan data skunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen dan atau foto-foto yang digunakan sebagai pendukung data primer. Data sekunder ini biasanya berupa tulisan-tulisan, rekaman-rekaman, foto-foto yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Penetapan responden sebagai subyek penelitian ada beberapa teknik. Adapun penetapan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik purposif (purposive sampling). Menurut Sugiyono purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap

(50)

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti ). Dengan teknik purposiv ini ditetapkan responden sebagai subyek penelitian peningkatan kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah di Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang adalah Kepala Madrasah, guru-guru, dan sebagian komite Madrasah.

5. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang utama adalah peneliti itu sendiri. Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah yang merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung diperoleh fokus yang lebih jelas melalui wawancara.20

Ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi responsif, dan menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan , memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.21

Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitia ini antara lain: tape recorder, kamera, alat perekam video, catatan lapangan, dan peneliti sendiri

6. Teknik Pengumpulan data

(51)

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan terhadap masalah yang akan diteliti diperlukan metode pengumpulan data yang baik dan tepat. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai menjawab pertanyaan. Dalam hal ini wawancara dilakukan dalam rangka usaha pembinaan, maupun mencari titik temu dalam pemecahan masalah.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui teknik wawancara meliputi : 1) Menentukan siapa yang akan diwawancarai

2) Menyiapkan pokok pokok masalah untuk wawancara 3) Melakukan wawancara

4) Menghentikan wawancara untuk memperoleh hasil wawancara Wawancara dilakukan dengan menggunakan perekam data yang berupa lembar cacatan lapangan dan atau tape recorder yang selanjutnya dituangkan dalam transkrip wawancara dengan mencantumkan identitas informan/subyek penelitian, pertanyaan peneliti dan jawaban informan. b. Observasi/ Pengamatan

Pengamatan atau observasi peran serta yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan peneliti dilapangan, keterlibatan peneliti dilapangan tergantung kebutuhan.

(52)

Metode observasi/pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi/pengamatan partisipasi aktif, dengan tujuan peneliti dapat mempelajari langsung dan memahami perilaku orang yang terlibat didalamnya.

Semua data yang diperoleh melalui observasi/pengamatan dicatat dalam catatan lapangan yang selalu dibawa selama pengamatan berlangsung

c. Studi Dokumen

Studi dokumen digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Pada umumnya data yang diperoleh melalui studi dokumen terdiri dari surat-surat,buku-buku pedoman, gambar/foto, notulen rapat dan catatan-catatan lainnya. Dengan demikian data yang diperoleh melaui studi dokumen ini bersifat data skunder 7. Sampling

Teknik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif maksud sampling disini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya. Dalam penelitian ini tidak ada sapel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampel). Sampel bertujuan ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:22

a. Rancangan sampel yang muncul: sampel ini tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

(53)

b. Pemilihan sampel secara berurutan: Tujuan untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Teknik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari satu makin lama makin banyak.

c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya, namun semakin banyak informasi sampel dipilih atas dasar fokus penelitian.

d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pelanggaran: Jika informasi yang diperlukan sudah dapat dijaring, maka penarikan sampel sudah dapat diakhiri.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel bertujuan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian. Ketika informasi tersebut sudah mencukupi maka penarikan sampel dihentikan. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah beberapa guru. Selain itu juga sampel pengamatan hasil prestasi siswa

8. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan pada derajat kepercayaan (kredibilitas). Derajat kepercayaan ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai

(54)

dan untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.23

Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kriteria derajat kepercayaan (kredibiltas) antara alain:24

a. Memperpanjang masa observasi: harus cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mengecek kebenaran informasi.

b. Pengamatan yang terus menerus: dengan pengamatan yang terus menerus dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat.

c. Triangulasi: data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya. Selain itu juga triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara responden dan dokumentasi.25 Untuk menguji keakuratan data digunakan triangulasi metode pengumpulan data yaitu dengan cara menggunakan beberapa cara pengumpulan data seperti observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.26

d. Membicarakan dengan orang lain: diskusi dilakukan dengan orang yang sebaya dengan peneliti, menghindari yang senior agar tidak terpengaruh

(55)

otoritasnya, dan menghindari yunior karena orang seperti ini enggan memberikan kritik. Orang itu hendaknya tidak terlibat dalam penelitian agar pandangannya lebih netral

e. Menganalisis kasus negatif: kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu. Selama masih ada kasus-kasus demikian penelitian harus dilanjuktan sampai kasus ini tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil

f. Menggunakan bahan refernsi: sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, dapat digunakan hasil rekaman atau video atau dokumentasi

g. Mengadakan member check: adalah satu cara yang sangat penting melakukan member check dengan cara pada akhir wawancara kita ulangi dalam garis besarnya, berdasarkan catatan kita dengan maksud, memperbaiki kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang.

9. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian di analisa dengan pendekatan kualitatif . Untuk menganalisa data ini melalui tiga alur atau langkah kegiatan, yaitu :

a) Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan, perhatian pada penyederhanaan atau mengangkat data dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci dan sistematis. Tahap reduksi dilakukan untuk

(56)

menelaah secara keseluruhan data yang terkumpul dari lapangan. Kegiatan reduksi data ini antara lain :

1) Mengumpulkan semua data yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi/pengamatan dan studi dokumentasi.

2). Mencari pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek penelitian b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan upaya untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan rangkuman terhadap temuan penelitian dalam susunan yang sistematis untuk mengetahui peningkatan kinerja guru melalui supervisi kepala madrasah di Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang dalam bentuk uraian atau kata-kata atau uraian kalimat .

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Gambar

Tabel 3.1 Desain penelitian
Table 3.2 Pedoman wawancara
Tabel 3.3
Tabel 4.1 Data Guru/Pegawai Madrasah Ibtidaiyah Negeri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rerata pencapaian kompetensi kemampuan berpikir kritis responden pada masing-masing kelompok OMP dan SNAPPS sebelum dan sesudah perlakuan- secara statistik menunjukkan hasil

Program ini merupakan program nasional hasil dari keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 59 Tahun 2017 untuk mensejahterakan PMI dan menekan jumlah PMI non prosedural

Sejalan dengann pendapat diatas, Dick and Carey dalam Sanjaya (2006: 124) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dann prosedur

“Apabila perbuatan hukum yang merugikan krediutor dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan untuk kepentingan harta pailit,

Bila SRPM didesain dengan 25% distribusi beban lateral, maka pada desain kapasitas, profil yang dihasilkan menjadi lebih besar sehingga sistem ganda ini tidak efisien, karena

Pada kedua kelompok terdapat perbaikan proporsi eosinofil, akan tetapi setelah dilakukan analisis Uji Independent T-test untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Penelitian mengenai hubungan ukuran lingkar pinggang dengan kadar trigliserida darah pada masyarakat yang mengikuti program pemeriksaan laboratorium di Poliklinik

Dengan mengetahui pemberdayaan ekonomi yang ada di pondok pesantren Al-Fatah dan kontribusinya terhadap kesejahteraan pondok, maka diharapkan dapat menjadi informasi