TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERNIKAHAN ATAS
PAKSAAN ORANGTUA DI KELURAHAN BONTORAMBA
KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA
(Studi Kasus Pernikahan Pattongko siri’ Tahun 2013-2015)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI) Jurusan Peradilan Agama
pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
Oleh: SRY IRNAWATI NIM : 10100112045
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sry Irnawati
NIM : 10100112045
Tempat/Tgl. Lahir : Ujung Pandang, 26 Juni 1994
Jurusan/Prodi : Peradilan Agama
Fakultas/Program : Syariah dan Hukum
Alamat : BTN Pelita Asri Blok i/6
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Atas Paksan Orangtua di Kel.Bontoramba Kec.Somba opu Kab. Gowa (Studi Kasus Pernikahan Pattongko siri’ Tahun 2013-2015)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atapun seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 21 Maret 2016 Penyusun,
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Atas
Paksaan Orangtua di Kelurahan Bontoramba Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa (Studi Kasus Pernikahan Pattongko siri’ Tahun 2013-2015)”, yang disusun oleh Sry Irnawati, NIM:10100112045, mahasiswa Jurusan Peradilan Agama pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam siding munaqasyah yang diselenggarakan pada hari senin, tanggal 21 Maret 2016 M, bertepatan dengan 12 Jumadil Akhir 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam, Jurusan Peradilan Agama (dengan beberapa perbaikan).
Makassar, 21 Maret 2016 M. 12 Jumadil Akhir 1437 H.
DEWAN PENGUJI:
Ketua : Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. (………)
Sekertaris : Dr. H. Abd. Halim Talli, M.Ag. (……….……...)
Munaqisy I : Dr. Supardin, M.HI. (………)
Munaqisy II : Dr. Hj. Patimah, M.Ag. (………)
Pembimbing I : Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, M.S. (………)
Pembimbing II : Dra.Hj. Hartini Tahir M.Hi. (………)
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar,
iv
KATA PENGANTAR
É
O
ó
¡
Î
0
«
!
$
#
Ç
`»
u
H
÷
q
§
9
$
#
É
O
Ï
m
§
9
$
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. demikian pula salam dan shalawat di peruntukkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, sahabat–sahabat dan seluruh ahlul bait di dunia dan akhirat.
Dengan selesainya penyusunan Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Atas Paksaan Orangtua Di Kel. Bontoramba Kec.
Somba Opu Kab. Gowa (Stadi Kasus Pernikahan Pattongko siri’ Tahun
2013-2015).” Patut disampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak. Karena sedikit atau banyaknya bantuan mereka, menjadikan terwujudnya skripsi ini. Berkenaan dengan itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya, khususnya untuk ayah dan ibu saya tercinta, (Irwan Borahima) dan (Hj. St. Sukiana). saudaraku, serta keluargaku yang selama ini selalu memberikan motivasi
dan doa sehingga adinda bisa menyelesaikan skripsi ini, dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya saya sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2. Prof. Dr. Darussalam, M.Ag, selaku Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universsitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
v
seluruh anggota keluarga besar selalu diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan oleh Allah swt. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
4. Bapak Dr. Supardin, M.HI selaku Ketua Jurusan Peradilan Agama , Ibu Dr.Hj. Fatimah, M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Peradilan Agama , serta Staf Jurusan Peradilan Agama, yang telah banyak membantu dan sehingga penulis dapat menyelesaikan semua mata kuliah dan skripsi ini.
5. Dosen-dosen Jurusan Peradilan Agama yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan mengamalkan ilmu-ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah mereka sampaikan dapat bermanfaat bagi kami di dunia dan akhirat. Aamiin.
6. Para masyarakat Kelurahan Bontoramba dan Pemerintah Kelurahan Bontoramba Kecamatan Somba opu Kabupaten Gowa.
7. Semua sahabatku pada Peradilan Agama, khususnya Haerani, Nur khaerati samad, Syamsidar, Haznah, Ririn Anggreany, A. Absarita, Dita Mardiah Novita dan Hardianti Haeba yang saya sayangi dan saya cintai yang telah membantu selama perkuliahan sampai sekarang ini, juga teman-teman di Kelas PA 1,2 dan teman-teman di Kelas PA 3,4 yang namanya tak sempat saya sebutkan satu demi satu. Teman-teman mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum angkatn 2012 yang telah membantu, memberikan semangat kepada penulis.
vi
9. Serta Semua pihak yang berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sebagai manusia biasa yang takkan pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharap kritik dan saran konkrutif demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, teriring doa kepada Allah swt, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya yang tentu dengan izin dan ridho-Nya. Aamiin.
Billahitaufiqwalhidayah
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Makassar, 21 Maret 2016 Penulis
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskriptif Fokus ... 5
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 10
A. Penikahan Dalam Islam ... 10
B. Kawin Paksa dan Dasar Hukum Larangan Kawin Paksa ... 23
C. Hak Ijbar Wali ... 26
D. Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak ... 35
viii
BAB III METODE PENILITIAN ... 43
A Jenis dan Lokasi Penelitian ... 43
B. Pendekatan Penelitian ... 43
C. Sumber Data ... 44
D. Metode Pengumpulan Data ... 45
E. Instrumen Penelitian ... 46
F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data ... 47
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 48
A. Selayang Pandang dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48
B. Tinjauan Hukum Islam terhadap pernikahan atas paksakan oleh orangtua dalam kasus pernikahan pattongko siri ... 54
C. Cara penyelesaian masalah terhadap pernikahan atas paksaan orangtua dalam kasus pernikahan pattongko siri ... 59
D. Pandangan tokoh masyarakat terhadap pernikahan pattongko siri ... 64
BAB V PENUTUP ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Implikasi penelitian ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72
§
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Ćö ﵌䬬산§ §
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
Şꮠ § ꮠ산§ꮠ산牨산갬산§ ꮠ산§§ꮠ산牨산갬산§ب
Ť산§ § Ť릤§ت
산§ § 릤§ث
⟴산§ 䬬§ 릤䬬§×릤갬산§ꮠꮠ§ꮠ§§산산䬬ݧج
ꮠ牨§ § 릤§ح
산§ § 산§×릤갬산§ꮠ§ꮠ§산䘐산 ݧخ
﵌ 산§ § 산§산§ 산§د
Ű산§ § Ű릤§ذ
산§ § 릤§×릤갬산§ꮠꮠ§ꮠ§산산䬬ݧر
산§ § Ŷ§ز
산ꮠ§ § 릤§س
⟴ꮠ§ 䬬§ Ŷ䬬§ش
⟴䀸ꮠ§ 䬬䀸§ 릤䬬§산§䀸릤§ص
⟴산§ 䬬§ 릤䬬§×릤갬산§ꮠꮠ§ꮠ§산䘐산 ݧض
Ű산§ § 릤§×릤갬산§ꮠꮠ§ꮠ§산䘐산 ݧ§
x
ظ
산§ § 릤§×릤갬산§ꮠ§ꮠ§산䘐산 ݧ§ع
꺸산ꮠ§ 꺸§ 산䬬§릤산ꮠ§غ
산ꮠ§ 갬§ 릤§ف
산§ § Ŷ §ق
꒤산 § ɬ§ ꒤ꮠ§ك
﵌산 § § ﵌산§ل
산牨§ § Ŷ§م
牨ꮠ牨§ 牨§ Ŷ牨§ن
䨸§ § Ŷ§و
䘐산䨸§ 䘐§ 릤§ه
산§ § 산§ء
산牨산 § î§ Ş䬬§ي
䀸산§ 䀸§ �릤§§
산牨산 §䀸산갬§릤릤산§ꮠ§산䘐산§산산§牨릤갬ꮠ䨸ꮠ§산䀸산§산산§ꮠ릤ꮠ§산산§ 산산䨸ö§ꮠ산§ꮠ산§릤릤산§ꮠ§릤갬산 §산산䨸§ꮠ§산 ꮠî§牨산산§ꮠ䨸ꮠ䬬§릤갬산§산산ק§Ýö§ nö 산§
산§산 산䬬산§Ş산î§䬬릤릤ꮠ§산§산 산䬬산§릤䬬ꮠ산î§릤ꮠꮠ§산산䬬§산§䨸갬갬산§ 산산䨸§牨 갬§산§산§산갬산§산산䨸§ꮠ 갬ö§
§
xi §
산산§ 산牨산§ 䨸䨸 §§산ꮠ§ 산牨산§
§ Fathah ާ ާ
§ Kasrah ꮠ§ §
§ Dammah 䨸§ 쀔§
§ 산§산갬산§산 산䬬산§Ş산䀸산갬§산牨산갬䀸산§릤䨸산§갬산䨸갬산§산산산§ 산산산§ 산§ 䨸䨸 î§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§릤䨸산§갬산䨸갬산§ 䨸䨸 î§䀸산ꮠ䨸§ĺ§ § 산산§ 산牨산§ 䨸䨸 §산ꮠ§ 산牨산§ § § § 산 산 §산§䀸산§ § 산ꮠ§ § 산§산§ꮠ§ § § § 산 산 §산§䘐산䨸§ § 산䨸§ § 산§산§䨸§ § § Đö સ산산 §
Maddah §산산䨸§산§산산갬§䀸산갬§산牨산갬䀸산§릤䨸산§ 산산산§산§ 䨸䨸 î§ 산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§릤䨸산§ 䨸䨸 §산§산산î§䀸산ꮠ䨸§ĺ§ § § 산산§산§䨸䨸 § § 산牨산§ § 䨸䨸 §산§산산§ § 산牨산§ § §
fathah dan alif atau ya § 산§ § § 산§산§갬산ꮠ䬬§ꮠ§ 산산䬬§ §
kasrah dan ya
§ ꮠ§ § ꮠ§산§갬산ꮠ䬬§ꮠ§ 산산䬬§ § §
dammah dan wau
§ 䨸§
§
§
xii Ėö 산§સ산䨸산 §
Transliterasi 䨸䨸§ta marbutah 산산§䨸산î§䀸산ꮠ䨸ĺ§ta marbutah 䀸산갬§ ꮠ䨸§산산䨸§ 牨릤산산§ 산산§fathah, kasrah, 산§dammah, 䀸산갬§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§산산산 §㮴ö§
⟴릤산갬산§§ ta marbutah 䀸산갬§ 牨산ꮠ§산산䨸§ 牨릤산산§ 산산§ 䬬䨸䨸§ 산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§산산산 § 㮴ö§
﵌산산䨸§산산§산산§䀸산갬§릤산 ꮠ§릤갬산§ta marbutah ꮠꮠ䨸ꮠ§릤 §산산§䀸산갬§
牨릤갬갬䨸산산§산산§䬬산산갬§산ð§䬬릤산§산산산§릤䨸산§산산§ꮠ䨸§릤ꮠ䬬산 î§牨산산§ta
marbutah §ꮠ䨸§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§릤갬산§ 㮴ö Ĝö ⟴䀸산산 §×산䬬䀸ꮠݧ
Syaddah 산산䨸§tasydid 䀸산갬§산산牨§䬬ꮠ䬬릤牨§䨸ꮠ䬬산§Ş산§ꮠ산牨산갬산§릤갬산§ 䬬릤䨸산 §산산§tasydid§×§§§§§§Ýî§산산牨§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§ꮠꮠ§ꮠ산牨산갬산§§릤갬산§
릤䨸산갬산§ 䨸䨸 §×䬬산§갬산산ݧ䀸산갬§ꮠ릤ꮠ§산산§syaddahö§
ꮠ산 § 䨸䨸 § §
ي
릤ðtasydid §ꮠ§산 ꮠ§䬬릤䨸산 §산산§산§ꮠ산 䨸䨸ꮠ§릤 § 䨸䨸 §kasrah
(ي
牨산산§ꮠ산§ꮠ산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ산§䬬릤릤ꮠ§ 䨸䨸 §maddah×ꮠÝö§ §Ģö ﵌산산§⟴산산갬§
﵌산산§䬬산산갬§산산牨§䬬ꮠ䬬릤牨§䨸ꮠ䬬산§Ş산§ꮠ산牨산갬산§릤갬산§ 䨸䨸 §
ﻻ
§ ×aliflam ma’arifah). Ű산산牨§릤牨산§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§ꮠꮠî§산산§䬬산산갬§ꮠ산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§ 䬬릤릤ꮠ§ꮠ산䬬산î§산ðî§산ꮠ§릤ꮠ산§ꮠ산§ꮠ§ꮠ䨸ꮠ§릤 § 䨸䨸 §䬬䀸산牨䬬ꮠ산 §સ산䨸䨸§ 䨸䨸 §
ɬ산牨산ꮠ산 ö§﵌산산§䬬산산갬§ꮠ산§牨릤갬ꮠ䨸ꮠ§䨸䀸ꮠ§ 䨸䨸 §산갬䬬䨸갬§䀸산갬§
牨릤갬ꮠ䨸ꮠ䀸산ö§﵌산산§䬬산산갬§ꮠ䨸ꮠ䬬§릤ꮠ䬬산 §산ꮠ§산산§䀸산갬§牨릤갬ꮠ䨸ꮠ䀸산§산§
ꮠ 䨸䨸갬산§릤갬산§갬산ꮠ䬬§牨릤산산§×ðÝö§§
§
§
xiii Ĩö 산牨산 §
Ş䨸산§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§ 䨸䨸 § 산牨산 §牨릤산ꮠ§산䬬§×§§Ý§ 산䀸산§릤산䨸§산갬ꮠ§
산牨산 §䀸산갬§릤릤산§ꮠ§릤갬산 §산§산 ꮠ§산산ö§산牨䨸î§ꮠ산§ 산牨산 §릤릤산§
ꮠ§산䘐산§산산î§ꮠ산§ꮠ산§ꮠ산牨산갬산î§산릤산§산산牨§䨸ꮠ䬬산§Ş산§ꮠ산§릤䨸산§산ꮠ ö§
Įö 릤䨸ꮠ䬬산§﵌산산§Ş산§䀸산갬§산ꮠ牨§ꮠ갬䨸산산§산산牨§Ť산 산䬬산§릤䬬ꮠ산§
﵌산산îꮠ䬬ꮠ산 §산산䨸§산ꮠ牨산§Ş산§䀸산갬§ꮠ산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§산산산 §산산îꮠ䬬ꮠ산 §산산䨸§
산ꮠ牨산§䀸산갬§䬬䨸산 §산ꮠ牨§산§牨릤산ꮠ§산갬ꮠ산§산ꮠ§릤릤산 산산산§산 산䬬산§
릤䬬ꮠ산î§산산䨸§䬬䨸산 §䬬릤ꮠ갬§ꮠ䨸ꮠ䬬§산산牨§䨸ꮠ䬬산§산 산䬬산§릤䬬ꮠ산î§ꮠ산§산갬ꮠ§
ꮠ䨸ꮠ䬬§牨릤䨸䨸§산산§산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§ꮠ§산산䬬ö§સꮠ䬬산䀸산§산산§Al-Qur’an ×산ꮠ§산ð
꒤䨸산Ýî§sunnah,khusus 산§umum.§산牨䨸î§ꮠ산§산산ð산산릤䬬릤䨸§牨릤산ꮠ§ 산갬ꮠ산§산ꮠ§䬬산䨸§산갬산ꮠ산§릤䬬§Ş산î§牨산산§牨릤릤산§ 산䨸䬬§ꮠ산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§䬬릤산산§
䨸䨸 ö§
Ĵö 산 §산ð산산산 §
(ﷲ
Ý
§﵌산산§逄Ş산 §䀸산갬§ꮠ산 䨸䨸ꮠ§산ꮠ릤§䬬릤릤ꮠ§ 䨸䨸 §jarr 산§ 䨸䨸 §산ꮠ䀸산§산산䨸§
릤릤䨸䨸산§䬬릤산갬산ꮠ§mudaf ilaih × 산䬬릤§牨ꮠ산Ýî§ꮠ산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§산산§ 䨸䨸 §
산牨산 ö§
Ş산䨸§ta marbutah ꮠ§산 ꮠ§산산§䀸산갬§ꮠ䬬산산산§릤산산§lafz a-ljalalah, ꮠ산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ§릤갬산§ 䨸䨸 §㮴ö§
ĆĀö䨸䨸 §﵌산ꮠ산§
산산䨸§䬬ꮠ䬬릤牨§䨸ꮠ䬬산§Ş산§ꮠ산§牨릤갬릤산§ 䨸䨸 §§산ꮠ산§×All caps), 산산牨§
산䬬ꮠ릤산䬬ꮠ䀸산§ 䨸䨸 ð 䨸䨸 §릤䬬릤䨸§ꮠ릤산ꮠ§릤릤䨸산§릤산갬§릤갬갬䨸산산§
䨸䨸 §산ꮠ산§릤산䬬산산§릤牨산§릤산산§Ť산 산䬬산§릤䬬ꮠ산§䀸산갬§릤산䨸§
§
xiv
산牨산§산ꮠ§×산갬î§릤牨산î§䨸산ݧ산§ 䨸䨸 §릤산牨산§산산§릤牨䨸산산§산ꮠ牨산ö§
Ťꮠ산§산牨산§ꮠꮠ§ꮠ산 䨸䨸ꮠ§릤 §산산§䬬산산갬§×산ðÝî§牨산산§䀸산갬§ꮠ䨸ꮠ䬬§릤갬산§
䨸䨸 §산ꮠ산§릤산§ 䨸䨸 §산䘐산§산牨산§ꮠꮠ§릤䬬릤䨸î§䨸산§ 䨸䨸 §산䘐산§산산§
䬬산산갬䀸산ö§§ꮠ산§릤릤산§산산§산䘐산§산ꮠ牨산î§牨산산§ 䨸䨸 §Ş§산ꮠ§산산§䬬산산갬§
릤䬬릤䨸§牨릤갬갬䨸산산§ 䨸䨸 §산ꮠ산§×ŞðÝö§﵌릤릤䨸산§䀸산갬§䬬산牨산§䨸갬산§릤산䨸§
䨸䨸§§ 䨸䨸 §산䘐산§산ꮠ§䨸䨸§릤 릤릤䬬ꮠ§䀸산갬§ꮠ산 䨸䨸ꮠ§릤 §산산§䬬산산갬§산ðî§
산ꮠ§릤ꮠ산§ꮠ산§ꮠ䨸ꮠ䬬§산산牨§릤䬬§牨산䨸䨸§산산牨§산산산§䨸䨸산§×Ū﵌îŰî§
ABSTRAK
xv
Nama : Sry Irnawati Nim : 10100112045
Judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Atas Paksaan Orangtua di Kel. Bontoramba Kec.Somba Opu Kab.Gowa (Studi Kasus Pernikahan Pattongko siri’ Tahun 2013-2015)
Pokok masalah penelitian ini adalah: Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Atas Paksaan Orangtua di Kel. Bontoramba Kec. Somba Opu Kab.Gowa (Studi Kasus Pernikahan Pattongko siri’ Tahun 2013-2015)? Pokok masalah tersebut dibagi dalam tiga sub masalah atau pertanyaan penelitian yakni: 1) Bagaimana Hukum Islam memandang ketika pernikahan di paksakan oleh orangtua dalam kasus pattongko siri’?, 2) Bagaimana cara penyelesaian masalah terhadap pernikahan atas paksaan orangtua dalam kasus pattongko siri’?, 3) Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terhadap pernikahan pattongko siri’?
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif (syar’i) dan yuridis Data diperoleh dari para masyarakat yang pernah mengalami pernikahan yang di paksakan oleh orangtua dalam hal pattongko siri. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan penelusuran berbagai literatur atau refrensi. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu Reduksi Data, Penyajian, dan Pengambilan kesimpulan.
1§ §
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Pernikahan
adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah swt. sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk
berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. Pernikahan akan berperan setelah
masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam
mewujudkan tujuan pernikahan itu sendiri.1 Tujuan pernikahan tersebut terwujud
Didalam QS al-Nisa/4: 1 Allah swt. berfirman:
$p
k
r'¯
»
t
â¨$¨
Z9
$#
(#
q
à
)
®?$#
ã
N
ä
3
/u
Ï
%
©
!
$#
/
ä
3
s
)
n
=
s{
`
Ïi
B
<§øÿ¯
R
;
o
yÏn
º
u
r
t
,
n
=
yzu
r
$p
k
÷
]
Ï
B
$y
g
y_÷
r
y
£]t/u
r
$u
K
å
k
÷
]
Ï
B
Z
w
%y`Í
#Z
ÏWx
.
[
ä
!$|¡Î
S
u
r
4
(#
q
à
)
¨?$#u
r
©!$#
Ï
%
©
!
$#
t
bq
ä
9
u
ä
!$|¡s?
¾
Ï
m
Î/
t
P
%tnöF
{
$#u
r
4
¨
b
Î)
©!$#
t
b
%x
.
ö
N
ä
3
ø
n
=
tæ
$Y6
Ï
%
u
ÇÊÈ
Terjemahnya:
Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan Kamu dari diri yang satu (Adam) dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya Kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi Kamu.2
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 1 (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 9. 2
2§ §
Pada hakikatnya perkawinan bertujuan untuk memelihara dan melanjutkan
keturunan manusia di bumi ini serta diharapkan mampu menghasilkan generasi yang
akan menggantikan generasi sebelumnya untuk memakmurkan bumi ini dimana
dalam ikatan perkawinan diharapkan terwujud ikatan lahir batin sehingga tercipta
keluarga yang bahagia dan kekal, mawaddah warahma. Selain meliputi unsur lahiriah
perkawinan juga meliputi unsur batiniah, hal ini tercantum dalam UU RI No.1 Tahun
1974 tentang pengertian perkawinan sebagai berikut:
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa )3
UU RI No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Dalam Pasal 6 UU Perkawinan
diatur mengenai syarat dilangsungkannya perkawinan yang salah satunya adalah
bahwa perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. Lebih
lanjut, di dalam penjelasan Pasal 6 UU Perkawinan diuraikan sebagai berikut:
Oleh karena perkawinan mempunyai maksud agar suami dan isteri dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai pula dengan hak azasi manusia, maka perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak yang melangsungkan perkawinan tersebut, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.4
Perkawinan bagi manusia tidak sebatas hanya menyangkut pria dan wanita
bakal mempelai saja, tetapi lebih kepada menyangkut kedua belah pihak dari orang
tua, saudaranya bahkan kerabat mereka masing-masing. Sebelum kejenjang
perkawinan baik pria maupun wanita sebaiknya memikirkan secara matang
pembinaan keluarga dalam rumah tangga sehingga hal-hal yang menjadi unsur
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
3
Zainal Abidin ; Abu Bakar; Kumpulan Peraturan perundang- undangan Dalam Lingkungan Pearadilan Agama (Cet.II; Jakarta Pusat: Yayasan Al-Hikma,1992), h.123
Ė
3§ §
keretakan dalam rumah tangga dapat terselesaikan dengan baik. Sebab, di dalam
pernikahan bukan hanya sebuah materi saja yang menjadi acuan untuk
berlangsungnya pernikahan melainkan sebuah keinginan untuk membangun rumah
tangga mesti dilandasi atas dasar suka sama suka atau biasa sering kita dengan istilah
pendekatan terlebih dahulu.
Perkawinan menurut Hukum Positif adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.5 Sebenarnya
pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan
manusia, bukan saja antara suami istri dan keturunannya, melainkan antara dua
keluarga. Pergaulan antara si istri dengan suaminya adalah kasih-mengasihi dan
saling tolong menolong. Dengan demikian, akan berpindahlah kebaikan itu kepada
semua keluarga dari kedua belah pihak, sehingga mereka menjadi satu dalam segala
urusan bertolong tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah
segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari
kebinasaan hawa nafsunya.6
Diera yang modern ini seringkali kita mendengar kata perjodohan yang
dimana biasa disebut dengan kawin paksa, dalam bahasa Indonesia berasal dari dua
suku kata yaitu kawin dan paksa. yang berarti sebuah perkawinan yang telah didesak
serta dipaksakan untuk disatukan dalam suatu pernikahan yang suci. Secara hukum,
kawin paksa adalah perkawinan yang dilaksanakan tanpa didasari atas persetujuan
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
5
Undang-undang RI No.1 tahun 1974 bab II pasal 2 dan 3 Tentang perkawinan.
6
4§ §
kedua calon pembelai, hal ini bertentangan dengan pasal 6 ayat 1 Undang-undang RI
No.1 Tahun 1974 yang berbunyi perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua
calon membelai
Dalam Hukum Islam perkawinan secara paksa terjadi perbedaan pendapat,
pendapat ini dilihat dari status perempuannya itu sendiri. Perkawinan secara
paksa terhadap perempuan janda semua ulama’ sepakat bahwa perkawinan
tersebut adalah batal, sedangkan perkawinan secara paksa terhadap perempuan
perawan dewasa dan perawan yang masih belia dikalangan ulama terjadi
perbedaan mengenai hukumnya.
Dalam Hukum Islam perkawinan yang dilandai paksaan tidak diperbolekan
dalam bentuk apapun, termasuk dalam hal pernikahan kecuali dalam kasus khusus
dan itupun dilakukan oleh wali mujbir (ayah). Karena, hubungan dua insan yang
dilandasi keterpaksaan akan berakibat kurang baik secara psikologis bagi kedua pihak
suami istri.
Melihat fenomena yang terjadi di Kelurahan Bontoramba Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa masih banyak terjadi perkawinan paksa dalam kasus pattongko
siri. Sebagai data awal, penulis mengambil sampel, dari pihak yang mengalami
pernikahan atas paksaan orangtua dalam kasus patonggko siri.
Pihak atas nama Saddam usia 25 tahun telah menikah dengan Fatima umur 24
tahun. Awal mula pernikahan ini terjadi karena keadaan yang memaksakan. Pada saat
itu Saddam harus menikahi fatimah dengan terpaksa karena waktu itu kakak dari
5§ §
Dalam situasi itu orangtuanya memaksakan saddam untuk menggantikan kakaknya
menikahi fatimah. Saddam akhirnya menikahi fatimah dengan terpaksa dari pada
mempermalukan keluarganya di hadapan keluarga fatimah.
Dengan melihat dari latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk
membahas dan mengangkatnya dalam sebuah skripsi. Hal ini mengingat banyak
fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat pada saat ini yang menyebabkan
terjadinya perkawinan secara paksa.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Agar tidak menimbulkan kekeliruan dalam penelitian ini maka peneliti
memberikan beberapa defenisi sebagai kata kunci dalam skripsi ini sebagai beriku:
“Tinjauan” menurut kamus besar bahasa indonesia adalah hasil meninjau;
pandangan; pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari dsb). Sedangkan kata
tinjauan berasal dari kata dasar “Tinjau” yang berarti :
1. Melihat sesuatu yang jauh dari tempat yang ketinggian
2. Melihat-lihat ( Menengok, memeriksa, mengamati dsb)
3. Mengintai
4. Melihat (memeriksa)
5. Mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami)
6. Menduga (hati, perasaan, pikiran dsb).7.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
7
6§ §
“Hukum Islam” adalah sebuah sistem hukum yang didasarkan atas syariah
Islam dengan sumber hukum utamanya adalah Al-qur`an dan sunnah. Sistem hukum
ini biasa disebut dengan Islamic Law System atau The Moeslem Legal Tadition, yang
di anut oleh negara-negara Islam.8
“Nikah paksa” Nikah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga. Sedangkan
dalam kamus ilmiah popular paksa adalah mengerjakan sesuatu yang diharuskan
walaupun tidak mau. Jadi kedua kata tersebut jika digabungkan akan menjadi nikah
paksa yang berarti suatu perkawinan yang dilaksanakan tidak atas kemauan sendiri
(jadi karena desakan atau tekanan) dari orang tua ataupun pihak lain yang mempunyai
hak untuk memaksanya menikah.
“Pernikahan Pattongko siri’ Dalam pernikahan bugis makassar di kenal
istilah Pattongko siri’. Appa’bunting dalam bahasa Makassar berarti melaksanakan
upacara perkawinan. Sementara itu, istilah perkawinan dalam bahasa Bugis disebut
siala yang berarti saling mengambil satu sama lain. Dengan demikian, perkawinan
adalah ikatan timbal balik antara dua insan yang berlainan jenis kelamin untuk
menjalin sebuah kemitraan. Pattongko artinya penutup atau menutupi sesuatu, siri’
artinya malu. Jadi pernikahan pattongko siri’ merupakan pernikahan yang terjadi
karena menutupi rasa malu kedua belah pihak.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
8
7§ §
2. Deskripsi fokus
Pembahasan dalam skripsi ini adalah melihat kehidupan pernikahan yang
dimana pernikahan yang dibangun atas paksaan orangtua, baik dalam hal perjodohan
maupun sebagai pattongko siri’ yang berada di Kel.Bontoramba Kec.Somba Opu
Kab.Gowa dan Kemudian akan ditinjau dengan menggunakan hukum Islam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan menjadi
bahasan penulis adalah: Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan
Atas Paksaan Orangtua di Kel.Bontoramba Kec.Somba Opu Kab.Gowa (Studi Kasus
Pernikahan Pattongko siri’ Tahun 2013-2015)
Adapun sub masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana Hukum Islam memandang ketika pernikahan di paksakan oleh
orangtua dalam kasus pattongko siri’?
2. Bagaimana cara penyelesaian masalah terhadap pernikahan atas paksaan
orangtua dalam kasus pattongko siri’?
3. Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terhadap pernikahan pattongko siri’?
D. Kajian Pustaka
Adapun yang menjadi beberapa rujukan dalam kajian pustaka yang peneliti
gunakan adalah sebagai berikut:
1. Tiga Kategori Hukum, Oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, S.H., M.A. dan Dr.
8§ §
syariat, fikih, dan qanun, yang didahului dengan uraian singkat tentang
Al`qur`an dalam kaitanya dengan hukum dan ulil amri serta dilengkapi dengan
pembahasan mengenai siyasa Syar`iyyah yang memungkinkan umara
melahirkan Qanun/qawanin (peraturan perundang-undangan) yang Islami.
Buku ini sedikit banyaknya membantu peneliti untuk mengembangkan
penelitian dikemudian hari.
2. Fiqh Munakahat, Oleh Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof. Dr.
Abdul Wahhab Sayyed Hawwas (2011). Buku ini menyajikan pembahasan
yang komfrehensif tentang seluk beluk pernikahan dalam Islam; peminangan
(khitbah), syarat dan rukun Nikah, Mahar dan kafa’ah (persamaan) dalam
pernikahann Islam; keharaman terjadinya pernikahan; Batalnya pernikahan
(fasakh); hak dan kewajiban suami istri ; perwalian; putusnya pernikahan
(talak); akibat putusnya pernikahan; masalah rujuk dan iddah. Disertai pula
dalil-dalil dan ijtihad para fuqaha’ (ahli fiqh).
3. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Oleh Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A
(2008). Buku ini banyak membahas masalah Hukum Perdata Islam yang
dugunakan di indonesia saat ini. Khususnya masalah perkawinan Sehingga
membantu peneliti memahami hukum kekeluargaan lebih banyak.
Selain dari buku diatas, penulis juga mempersiapkan beberapa rujukan yang
lain, seperti undang-undang Perkawinan, KHI (Kompilasi Hukum Islam), dan
buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan ini. Sehingga penulis dapat dan mampu
memaparkan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan
Atas Paksaan Orangtua di Kel.Bontoramba Kec.Somba Opu Kab.Gowa (Studi Kasus
9§ §
ada yang membahasnya dalam karya ilmiah, serta beberapa rujukan diatas juga hanya
berpaku pada Hukum Islam di Dalam Pernikahan, maka disini penulis sangat
berkesan hati akan penelitian yang terkait hal tersebut.
E. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Islam memandang ketika penikahan di
paksakan oleh orangtua dalam kasus pattongko siri’?
b. Untuk mengetahui Bagaimana cara penyelesaian masalah terhadap pernikahan
atas paksaan orangtua dalam kasus pattongko siri’?
c. Untuk mengetahuai Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terhadap pernikahan
pattongko siri’?
2. Kegunaan
a. Kegunaan Ilmiah
Agar dapat memberikan sumbangsi pemikiran terkait pernikahan atas paksaan
orangtua dalam kasus pattongko siri’ bagi peneliti. Selanjutnya serta sebagai referensi
bagi semua kalangan akademisi maupun bukan.
b. Kegunaan Praktis
Peneliti mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang bagi
masyarakat demi terwujudnya pemahaman hukum Islam terkait dengan Pernikahan
§ §
ĆĀ§ §
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pernikahan Dalam Islam
Ćö Ű릤 ꮠꮠ䬬ꮠ§릤ꮠ산 산§
릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§산산牨§ꮠ䬬ꮠ산 §산갬산牨산§ꮠ䬬릤䨸§逄ꮠ산 §ꮠ산산 §牨릤산䨸산§䬬䨸산䨸§
산산§산산䨸§릤산ꮠ산§䨸䨸§牨릤갬ꮠ산산§ꮠꮠ§산산산§䬬릤산갬§산ꮠð산ꮠ§산§䘐산ꮠ산§䨸䨸§
牨릤갬 산산산§ 䨸䨸갬산§릤산牨ꮠ§산산산§릤䨸산§릤산 §ꮠ 산§䨸䨸§牨릤䘐䨸䨸산§䬬䨸산䨸§
ꮠ䨸§릤릤䨸산갬산§䀸산갬§ꮠꮠ䨸ꮠ§산䬬산§산䬬ꮠ §䬬산䀸산갬§산§릤릤산牨산§×牨산䘐산산 §䘐산§
산 牨산 ݧ릤갬산§산산ð산산§䀸산갬§ꮠꮠ 산ꮠ§릤 §Ş산 §⟴䘐öƧ
릤산䘐ꮠ산§산산§릤릤산§䬬릤릤산 §牨산䬬ꮠ갬ð牨산䬬ꮠ갬§산䬬산갬산§䬬ꮠ산§牨릤산䨸산§
릤산산䀸산§䀸산갬§䬬ꮠꮠ §산산牨§牨릤䘐䨸䨸산§䨸䨸산§산산牨§릤ꮠ산 산ö§Ş산 §ꮠ산§
牨릤산ꮠ산§牨산䨸䬬ꮠ산§䬬릤릤ꮠ§牨산 䨸ð牨산 䨸§산ꮠ䀸산î§䀸산갬§ ꮠ䨸§릤산䬬§牨릤갬ꮠ䨸ꮠ§
산䨸ꮠ䀸산§산§릤 䨸䨸갬산§산산산§산산§산§릤ꮠ산§䬬릤산산§릤산䬬§산산䨸§ꮠ산§산산§
산䨸산ö§Ş산§릤산ꮠî§䨸䨸§牨릤산갬산§릤 牨산산§산§牨산산산§牨산䨸䬬ꮠ산산 §
牨릤牨릤ꮠ산§䨸䨸산§䀸산갬§䬬릤䬬䨸산ꮠ§릤갬산§牨산산산§牨산䨸䬬ꮠ산ö§Ť릤䨸§릤산䘐ꮠ산§ꮠꮠ§
牨릤牨릤ꮠ§산산§䀸산갬§산牨산§산산§산䨸ꮠ§䬬릤䬬䨸산§䨸䨸§牨릤牨릤ꮠ 산산§릤䨸䨸산§릤갬산§
산ꮠ§산§牨릤산갬산§ 산갬산§ꮠꮠ§산갬산§ꮠ산§ꮠ산§산䬬산산§䨸牨䨸§䀸산갬§산산§ꮠ§牨산산§릤 §
ꮠ산산갬§릤산§牨산산䨸§릤갬산§䬬릤릤산䀸산ön§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ć
⟴릤牨ꮠ䀸산ꮠî Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan ×�갬䀸산산산ĺ§ ꮠ릤䀸�갬䀸산산산î§ĆĴĮĴÝî§ ö§Ĵö§
n
ĆƧ §
릤산䘐ꮠ산§릤산䬬산§산ꮠ§산산§逄산䘐ꮠ§䀸산갬§牨릤䨸䨸§산 산䬬산§릤䬬ꮠ산§산ꮠ䀸산§
牨릤牨릤䨸§릤䨸산갬산§릤갬산§산䘐산§릤ꮠ䬬§牨릤산䨸산§ 䨸䨸갬산§릤산牨ꮠ§산산䨸§
릤䬬릤䨸䨸 öЧ
릤산䘐ꮠ산§산산牨§산 산䬬산§Ş산§ꮠ산산 §逄ꮠ산 ö§﵌산산§ꮠ산 §릤산ꮠ§산ɬ산§산산䨸§
릤산ꮠ산§릤䬬牨ꮠ§䀸산갬§牨릤갬 산산산§릤갬산䨸산§산§릤䬬릤䨸䨸 산§릤산䘐ꮠ산§䬬산 §
䬬릤산산§ 䨸䨸牨öĖ§
﵌산산§ꮠ산 §䨸갬산§䬬릤ꮠ갬§ꮠ갬䨸산산§䨸䨸§산ꮠ§릤갬산䨸갬§ 䨸䨸갬산§릤산牨ꮠ§
산§䨸갬산§릤산ꮠ§산ɬ산öĜ§
릤갬갬䨸산산§산 산§산ɬ산§䨸䨸§牨릤릤산䬬산§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ䨸§산산산 §䬬䨸산䨸§
릤산ꮠ산§䀸산갬§ꮠ䨸산§릤 §산갬ð산갬§산산䨸§ꮠ 산ðꮠ 산§䀸산갬§릤ꮠ산§산산牨§
릤산䘐ꮠ산ö§
릤산䘐ꮠ산§ꮠ䨸§ꮠ䨸산§산산牨§릤䨸§산ɬ산§산릤산§ꮠ산§산산산 §릤ꮠ䬬ꮠ䘐산§ 䨸䨸牨§
산§䨸산§릤ꮠ䬬ꮠ䘐산§ꮠ갬ꮠ䬬§산산䨸§䬬릤牨산산§ 䨸䨸갬산§릤산牨ꮠ§산산산§산ꮠð산ꮠ§산§
릤릤牨䨸산öĢ§
સ릤䨸䨸§Űö§ö§Şö§﵌산ꮠ§Ş 牨산î§સ⟴î§Ŷ§산 䘐산§§릤산䘐ꮠ산§산산牨§ꮠ䬬ꮠ산 §
산갬산牨산§䬬산牨§산산산 §ꮠ산 §ꮠ䨸§牨릤산䨸산§䬬䨸산䨸§산ɬ산§산산䨸§릤산ꮠ산§䨸䨸§
牨릤갬ꮠ산산§ꮠꮠ§䬬릤산갬§산ꮠð산ꮠ§산§䘐산ꮠ산§䨸䨸§牨릤갬 산산산§ 䨸䨸갬산§릤산牨ꮠ§
산산산§릤䨸산§릤산 §ꮠ 산§릤갬산§산䬬산§䬬䨸산릤산ö§﵌릤ꮠ 산산§릤䨸산§릤산 §ꮠ 산§䨸䨸§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Đ
Ű릤ꮠ䨸î§Kamus Besar bahasa Indonesia§×산산산姍산산ꮠ§䨸䬬산산î§ĆĴĴĖÝî§ ö§ĖĜĢö§
Ė
ꮠ牨§䨸䬬산산§ 릤ꮠ î§Kamus Besar Bahasa Indonesiaî§ ö§ĜĴĴö§
Ĝ
Ş牨ꮠ§⟴䀸산ꮠ 䨸ꮠî§Hukum Perkawinan Islam di Indonesiaî§ ö§ĐĢö§
Ģ
Ćn§ §
牨릤䘐䨸䨸산§䬬䨸산䨸§릤산 산갬ꮠ산산§ ꮠ䨸§릤릤䨸산갬산§䀸산갬§ꮠꮠ䨸ꮠ§산䬬산§산䬬ꮠ §䬬산䀸산갬§
산§릤릤릤산牨산§릤갬산§산산ð산산§䀸산갬§ꮠꮠ 산ꮠ§Ş산 §䬬䘐öĨ§
⟴릤牨릤산산§⟴䨸산ꮠ牨산§산䬬䀸ꮠ§릤산산갬산§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ산산 §산ɬ산§䀸산갬§
牨릤갬 산산산§릤갬산䨸산§산§牨릤牨산산䬬ꮠ§ 산§산§릤䘐산ꮠ산§䬬릤산§갬§牨릤갬§
산산산§䬬릤산갬§산ꮠð산ꮠ§산§䬬릤산갬§릤릤牨䨸산§䀸산갬§䨸산§牨산 산牨ö§
⟴릤산갬산§ ö§Űö§ö§સ산 牨䨸§�䨸䨸䬬§릤릤산산§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ산산 §
산ɬ산§산산산§산§䬬䨸산牨ꮠ§ꮠ䬬ꮠ§䨸䨸§牨릤牨릤䨸 ꮠ§ 산산§릤ꮠ䬬䀸산§牨릤䨸䨸§䀸산갬§ꮠ산䨸§
릤 §䬬䀸산ꮠ산öĮ§
릤ꮠ §산䨸î§⟴산牨산§Şꮠꮠ§산§Ş牨ꮠ䨸ꮠ§산산牨§逄릤산䘐ꮠ산§산§
릤릤산ꮠ산§﵌릤䨸산갬산§સ䨸䬬ꮠ牨§牨릤갬릤牨䨸산산§릤릤산산§릤갬릤ꮠ산§릤산䘐ꮠ산§
牨릤䨸䨸§릤산산§산산§䨸산牨산§牨산 산§ĺ§
산ö 쀔산牨산§산산 ꮠ䀸산 §牨릤갬산산산§릤산䘐ꮠ산§䬬릤산갬산ꮠ§산ɬ산§䀸산갬§릤갬䨸산§䨸䨸§
牨릤牨ꮠꮠꮠ§牨䨸산 §릤갬산§䬬릤갬산산ö§Şꮠ䀸산§䬬릤산갬§산ꮠð산ꮠ§산산§牨릤갬䨸산䬬산ꮠ§
릤릤牨䨸산§릤갬산§䬬릤䨸䨸 §산갬갬산§산산䀸산§䨸䨸§牨릤산산산§릤䬬릤산갬산§
산§릤산 산갬ꮠ산산ö§
ö 쀔산牨산§ ⟴䀸산 ꮠꮠ䀸산 §牨릤갬산산산§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§산산산 §산ɬ산§릤갬산§
牨릤갬갬䨸산산§산 산§ꮠ산 §산산䨸§zanjî§䀸산갬§牨릤䀸ꮠ牨산§산ꮠ§牨릤牨ꮠꮠꮠö§Şꮠ䀸산î§
릤갬산§릤ꮠ산 산§䬬릤䬬릤산갬§산산§牨릤牨ꮠꮠꮠ§산산䨸§牨릤산산산§릤䬬릤산갬산§산ꮠ§
산䬬산갬산䀸산ö§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ĩ
Şö§﵌산ꮠ§Ş 牨산î§Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Baratî§ ö§ĆĨö§
Į
ĆЧ §
ö 쀔산牨산§સ산ꮠꮠ䀸산 §牨릤䀸릤䨸산§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§산산산 §산ɬ산§ 䀸산갬§
牨릤갬산䨸갬§산ꮠ§牨䨸산 §䨸䨸§牨릤산산ꮠ§릤䨸산䬬산§릤갬산§ꮠ산§牨릤䘐산ꮠ산§
산산䀸산§ 산갬산ö§
ö 쀔산牨산§ 산산ꮠ산 §牨릤䀸산산산§ 산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§산산산 §산ɬ산§릤갬산§
牨릤갬갬䨸산산§ 산 산§inkah 산산䨸§tazwij 䨸䨸§牨릤산산산§릤䨸산䬬산ö§Şꮠ䀸산î§
䬬릤산갬§산ꮠð산ꮠ§산산§牨릤牨릤릤 §릤䨸산䬬산§산ꮠ§䬬릤산갬§릤릤牨䨸산§산§
䬬릤산ꮠ䀸산ö§Ű산산牨§릤갬릤ꮠ산§ꮠ§산산䬬§릤산산§산산ð산산§牨ꮠꮠ§䀸산갬§牨릤갬䨸산갬§
릤갬릤ꮠ산§ 산§䨸䨸§牨릤牨ꮠꮠꮠ§牨릤산䨸ꮠ§산ɬ산§ꮠ산 öĴ§
સ릤ꮠ 산§릤갬릤ꮠ산§릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§ꮠ릤ꮠ산§릤 §䨸산牨산§산§릤릤ꮠ산䘐산§
સ䨸䬬ꮠ牨§산牨산䀸산§ 산䀸산§牨릤갬릤牨䨸산산§ 산ꮠ산§䨸산牨산§산ꮠ§䬬䨸산䨸§릤산䘐ꮠ산§䀸산ꮠ䨸§
릤릤 산§ 䨸䨸牨§산산牨§ 䨸䨸갬산§산산산§䬬릤산갬§산ꮠð산ꮠ§산§䬬릤산갬§䘐산ꮠ산§䀸산갬§
䬬릤牨䨸산§ꮠ산산갬§牨릤산ꮠ§ꮠ릤 산î§䀸산ꮠ䨸§릤䨸䨸 산§牨릤산䨸산§ 䨸䨸갬산§릤산牨ꮠ§
䬬릤릤산 §릤산갬䬬䨸갬䀸산§산ɬ산§ꮠ산 §䨸䨸§牨릤산산산§릤䬬릤산갬산§산ꮠ§산䬬산갬산䀸산ö§
Ű산산牨§산ꮠ산§ꮠꮠî§સ䨸 산牨牨산§Ş䨸§䬬 산 §牨릤牨릤ꮠ산§릤 ꮠꮠ䬬ꮠ§䀸산갬§릤ꮠ §
䨸산䬬î§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ산산 §Şɬ산§䀸산갬§牨릤牨릤ꮠ산§ 산릤산 § 䨸䨸牨§릤릤 산§
牨릤갬산산산§ 䨸䨸갬산§릤䨸산갬산§×䬬䨸산牨ꮠ§ꮠ䬬ꮠݧ산산산§ꮠ산§산§䘐산ꮠ산§산§牨릤갬산산산§
갬§牨릤갬§산§牨릤牨릤ꮠ§산산䬬§ 산§산갬ꮠ§릤牨ꮠꮠ䀸산§䬬릤산§릤牨릤䨸 산§릤䘐산ꮠ산§
산갬ꮠ§牨산䬬ꮠ갬ð牨산䬬ꮠ갬öĆĀ§
⟴산䀸䀸ꮠ§⟴산ꮠɬ§릤ꮠ §산䨸§牨릤갬牨릤산ꮠ§ĺ§
릤산䘐ꮠ산§牨릤䨸산산§䬬산산 §䬬산䨸§䬬䨸산䨸산 §䀸산갬§릤산䨸§산산§䬬릤牨䨸ꮠ산§ 牨산 䨸§䨸 산î§산ꮠ§산산§牨산䨸䬬ꮠ산î§ 릤䘐산§牨산䨸䨸§䨸牨䨸 ð䨸牨䨸 산ö§ §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ĵ
Ť릤ꮠ§Ş䨸산 î§Ū䬬î§Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim§×Ť산䨸갬ĺ§䨸䬬산산§⟴릤ꮠ산î§ nĀĆĐÝî§ ö§ĆĮö§
ĆĀ
ĆĖ§ §
릤산䘐ꮠ산§牨릤䨸산산§산산§䀸산갬§ꮠꮠꮠ §Ş산 §䬬릤산갬산ꮠ§산산§산갬ꮠ§牨산䨸䬬ꮠ산§ 䨸䨸§릤산산§ꮠ산î§릤릤牨산갬§ꮠ산î§산§牨릤릤䬬산ꮠ산§ ꮠ䨸䀸산§䬬릤릤산 § 牨산䬬ꮠ갬ð牨산䬬ꮠ갬§산䬬산갬산§䬬ꮠ산§牨릤산䨸산§릤산䀸산§ 䀸산갬§䬬ꮠꮠ §산산牨§
牨릤䘐䨸䨸산§䨸䨸산§릤산䘐ꮠ산öĆƧ
§
Ű산ꮠ§릤릤산산§릤갬릤ꮠ산§䀸산갬§릤 䨸䨸갬산§릤갬산§릤산䘐ꮠ산§릤䬬릤䨸î§
牨산산§산산§ꮠ䬬ꮠ牨䨸산§䬬릤산갬산ꮠ§릤ꮠ䨸§ĺ§
Ćö 릤산䘐ꮠ산§산산§산䬬산䀸산§산산산 §䬬䨸산䨸산 §䀸산갬§릤산䨸§산산§䬬릤牨䨸산§
牨산 䨸§Ş산 §䬬䘐ö§
nö 릤산䘐ꮠ산§산산§牨산䨸䬬ꮠ산§牨릤䨸산산§䬬산산 §䬬산䨸§릤ꮠ산 §산갬산牨산§릤산산§
산ꮠð산ꮠ§산§릤릤牨䨸산§䀸산갬§牨산牨䨸§
Đö 릤산䘐ꮠ산§牨릤䨸산산§䘐산산 §릤䀸산䨸산§릤䨸䨸 산§ꮠ갬ꮠ䬬§牨산䨸䬬ꮠ산§
䀸산갬§䘐산산î§산§산산牨§산산산§산ꮠî§릤산䘐ꮠ산§ꮠ산ꮠ䬬ꮠ산§牨릤산ꮠ§
䬬䨸산 §릤ꮠ산䨸ö§
Ėö 릤산䘐ꮠ산§산산산 §산ɬ산§산산산§䬬릤산갬§산§牨릤牨릤산ꮠ§ꮠ산§릤갬산§
牨릤牨릤산ꮠ§䘐산ꮠ산§산산䬬§산䬬산§릤릤산산§산§릤䬬䨸산산§릤䨸산§릤산 §ꮠ 산§
䨸䨸§牨릤갬 산산산§릤산牨䨸산§산산산§릤䨸산䀸산î§갬§牨릤갬§䬬릤산§
릤牨릤䨸 산§ 산§산§릤䘐산ꮠ산§牨산䬬ꮠ갬ð牨산䬬ꮠ갬ö§
§
nö Ű산䬬산§䨸䨸牨§릤ꮠ산 산§
릤산䘐ꮠ산§산산산 §䬬릤䨸산 §릤䨸산산§䀸산갬§ꮠ릤ꮠ산 산§Ş산 §산§ꮠ䬬䨸䨸 §
릤 §산ꮠ§䬬산䘐ö§Ť산䀸산§䬬릤䨸산§Ş산 §산§산ꮠ§䬬산䘐§䨸䨸§牨릤산䬬산산산§릤산䘐ꮠ산ö§
Űꮠ산산산䀸산§ ꮠ牨산§Ş산 §산산牨§§
§
§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
ĆĆ
ĆĜ§ §
§
꒤⟴§Şð䨸䨸únĖĺ§Đn§䀸산갬§릤䨸䀸ꮠ§ĺ§
(
#
q
ßsÅ
3R
r
&
u
r
4
y
J»
t
F
{
$
#
ó
O
ä
3Z
Ï
B
t
ûü
ÅsÎ
=»
¢Á
9
$
#
u
r
ô
`
Ï
B
ö
/
ä
.
Ï$
t
6Ïã
ö
N
à
6
Í
¬
!
$
t
B
Î)
u
r
4
b
Î)
(
#
q
ç
Rq
ä
3
t
u
ä
!
#
t
s
)
èù
ã
N
Î
g
Ï
Y
øóã
ª
!
$
#
`
Ï
B
¾
Ï
&
Î
#
ôÒ
s
ù
3
ª
!
$
#
u
r
ììÅ
º
u
r
Ò
O
Î
=
t
æ
ÇÌËÈ
릤릤牨산 䀸산§ĺ§ § Ű산§산䘐ꮠ산산 §산갬ð산갬§䀸산갬§䬬릤ꮠꮠ산§ꮠ산산산§﵌산牨䨸î§산§산갬ð산갬§ 䀸산갬§산䀸산§×릤산䘐ꮠݧ산ꮠ§ 산牨산ð 산牨산§䬬산 산䀸산牨䨸§䀸산갬§릤산ꮠ§산§ 산牨산ð 산牨산§䬬산 산䀸산牨䨸§ 䀸산갬§릤릤牨䨸산ö§ꮠ산§牨릤릤산§牨ꮠ䬬ꮠ§Ş산 §산산§ 牨릤牨산牨䨸산§牨릤릤산§릤갬산§䨸ꮠ산ð䀸산ö§Ű산§Ş산 §સ산 산§䨸산䬬§×릤牨릤ꮠ산ð
䀸산ݧ산갬ꮠ§સ산 산§સ릤갬릤산 䨸ꮠöĆn§
સ산䨸䬬ꮠ산§ꮠ산산§䨸䨸§䬬릤산䨸§ ꮠ䨸§릤䬬산牨산§릤牨ꮠ§릤산갬䬬䨸갬산§ ꮠ䨸䀸산ö§﵌산릤산§ꮠ䨸§산갬산牨산§䬬산牨§牨릤갬산䨸산§산갬§䨸䨸§䬬릤갬릤산§牨릤ꮠ산 ö§ સ릤ꮠ산 §산산산 §산䨸ꮠ§ ꮠ䨸§牨산䨸䬬ꮠ산î§ 산§ꮠꮠ§牨릤䨸산산§䬬릤䨸산 §릤 산䨸䬬산§산 산§ 牨릤䨸산산§릤䘐산ꮠ산§산갬ꮠ§䬬릤ꮠ산§산갬§䀸산갬§䬬산갬갬䨸§牨릤산䬬산산산䀸산ö§﵌산릤산§ 릤갬산§릤산䘐ꮠ산î§산산§牨릤갬䨸산갬ꮠ§牨산䬬ꮠ산§릤갬ꮠ 산산î§牨릤牨릤ꮠ 산산§ꮠꮠ§산ꮠ§ 릤䨸산산§ꮠ산ö§Ű산산牨§ 산§ꮠ䨸î§산ꮠ§䬬산䘐§릤䬬산산§ĺ§ §
§
ِمْﻮﱠﺼﻟﺎِﺑ
§
ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ
§
ْﻊِﻄَﺘْﺴَﯾ
§
ْﻢَﻟ
§
ْﻦَﻣَو،
§
ْجﱠوَﺰَﺘَﯿْﻠَﻓ
§
َةَءﺎَﺒْﻟا
§
ُﻢُﻜْﻨِﻣ
§
َعﺎَﻄَﺘْﺳا
§
ِﻦَﻣ
§
ِبﺎَﺒﱠﺸﻟاَﺮَﺸْﻌَﻣ ﺎَﯾ
(رﺎﺨﺒﻟا هور
ݧ
ٌءﺎَﺟِو
§
ُﮫَﻟ
§
ُﮫﱠﻧِﺎَﻓ
§
Şꮠ䀸산§ĺ§ § 산ꮠ§산산§릤牨䨸산§Ť산산갬§䬬ꮠ산산§䀸산갬§릤산 §䬬산갬갬䨸§䨸䨸§산䘐ꮠî§牨산산§ 산䘐ꮠ산 ö§﵌산릤산§䬬릤䬬䨸갬갬䨸 䀸산§산䘐ꮠ§ꮠ䨸§산산§牨릤갬䨸산갬ꮠ§산산갬산§牨산산§ 산ꮠ§䀸산갬§ꮠ산§산ꮠ§산§릤ꮠ §牨릤산갬산§릤 牨산산ö§Ű산§산산갬§䬬ꮠ산산§䀸산갬§ §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ ĆnĆĢ§ §
ꮠ산§牨산牨䨸§䨸䨸§산䘐ꮠî§牨산산§ 릤산산 §ꮠ산§䨸산䬬산î§산릤산§䨸산䬬산§ꮠ䨸§산갬ꮠ䀸산§
릤갬릤산갬§ 산䘐산§산 䬬䨸öĆЧ
§
Ű산산牨§산산산§䬬산牨î§릤산䘐ꮠ산§䨸산§䬬릤릤산§ 䨸䨸갬산§䀸산갬§릤산ꮠ§산산산§
산ꮠð산ꮠ§산§릤릤牨䨸산î§릤산ꮠ§릤산ꮠ산§ ꮠ산 §牨산䨸䬬ꮠ산§산§䬬䨸산 §산䬬䨸䨸산 §䬬산䘐§
䀸산갬§牨릤갬산䨸§산산§ꮠ산§䬬릤䬬릤산갬§䨸䨸§牨릤산갬䬬䨸갬산§릤산䘐ꮠ산ö§
Şð산ꮠ䀸§牨릤갬산산산§산 䘐산§ĺ§
Ű릤갬산§牨릤ꮠ 산§릤산산§ 산ꮠ산§릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§牨릤䨸산산§산ɬ산§산산䨸§ 릤산ꮠ산§䀸산갬§牨릤갬 산산산§산ꮠð산ꮠ§산§릤릤牨䨸산§牨릤산䨸산§䬬릤䬬䨸산䨸§䀸산갬§ 䬬릤릤䨸牨䀸산§ꮠ 산산牨산î§牨산산§산산§ꮠ산산산§산 䘐산§ 䨸䨸牨§산䬬산§릤산䘐ꮠ산§
ꮠ䨸§산산산 §mubahö§§산牨䨸î§릤갬산§牨릤ꮠ 산§릤산산§䬬ꮠ 산䀸산§䬬릤산갬산ꮠ§䬬䨸산䨸산 î§
ꮠ산 §牨산䨸䬬ꮠ산§릤갬산§䬬䨸산 §산䬬䨸䨸산 §䬬산䘐§䀸산갬§牨릤갬산䨸§릤산산§ꮠ산§ 䬬릤䬬릤산갬§牨릤산갬䬬䨸갬산§릤산䘐ꮠ산î§릤䨸§ꮠ산§牨䨸갬ꮠ§ꮠ산산산§산 䘐산§
䨸䨸牨§릤산䘐ꮠ산§ ꮠ䨸§ 산䀸산§ 䬬릤牨산산§mubah. 鯈릤 § 산릤산§ ꮠ䨸î§ 䨸䨸牨§
릤산䘐ꮠ산§릤䨸산 ð䨸산 §䬬릤䬬䨸산ꮠ§릤산산산§산§牨ꮠ §산갬§䀸산갬§산산§ 牨릤산갬䬬䨸갬산§릤산䘐ꮠ산ö§
§
Ű릤갬산§릤牨ꮠꮠ산î§릤산䘐ꮠ산§산산§ 牨릤산ꮠ§䘐산ꮠ§ 牨산산산산§릤䨸산§
牨릤牨릤산ꮠ§䬬䨸산 §牨산牨䨸§䬬릤산산§ ꮠ䬬ꮠî§牨산릤ꮠ§산§牨릤산ꮠ산䬬§산ꮠꮠ산 䀸산ö§ꮠ산§산갬§
䀸산갬§릤갬산§ꮠ䬬ꮠ§ꮠꮠ§ꮠ산§牨릤ꮠ산 î§䬬릤산갬§산 䬬䨸§䬬릤䬬䨸산䀸산§ꮠ산§산산§ꮠ산 산§
산갬ꮠî§ꮠ산§산산§릤䬬산ö§
ꮠ산 §ꮠ䬬䀸산ꮠ산산§릤 §산갬산牨산§䬬릤산산§릤갬산§ ꮠ牨산 §牨산䨸䬬ꮠ산§ꮠꮠ산산§
릤 §Ş산 §䀸산ꮠ䨸§牨릤牨산牨䨸산§䨸ꮠ산§릤갬산§산산§릤릤ꮠ 산산䀸산§릤릤牨산갬ꮠ산산§
䨸牨산§牨산䨸䬬ꮠ산ö§산산§䨸산牨산§䬬릤릤산산§산 䘐산§ꮠ산 §ꮠ䨸§ꮠ䬬䀸산ꮠ산산§릤 §산갬산牨산î§
릤䬬릤ꮠ䬬ꮠ 산§牨릤릤산§ꮠ산산산䀸산§산산牨§ 산§ 䨸䨸牨§ꮠ산 öĆĖ§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
ĆĐ
Şꮠ§Şꮠ산 §સ䨸 산牨牨산§ꮠ§䬬牨산ꮠ§ꮠ§산 ꮠ牨î§Shahih Bukhari ×સ릤䬬ꮠĺ§Ű산䨸§ꮠɬî§ĆĐĖĨ§ Ýî§ ö§Đö§
ĆĖ
ĆĨ§ §
Ť릤릤산§ 산䀸산§릤갬산§䬬릤䬬릤산갬§䀸산갬§牨산牨䨸§䬬릤산산§산 ꮠꮠ산 §산§산ꮠꮠ산 î§
릤산ꮠ§ꮠ산§牨산牨䨸§牨릤산 산§산 䬬䨸§䬬릤䬬䨸산䀸산î§牨산산§牨릤ꮠ산 §산갬ꮠ䀸산§ 䨸䨸牨䀸산§
䬬䨸산 ö§
Ş산䨸§산갬§䀸산갬§ꮠ산§牨릤牨ꮠꮠꮠ§릤牨산牨䨸산î§산ꮠ§릤牨산牨䨸산§산 ꮠꮠ산 §
牨산䨸䨸§릤牨산牨䨸산§산ꮠꮠ산 §×ꮠ산§牨산牨䨸§牨릤䨸산ꮠ산§릤䘐산ꮠ산䀸산§릤 산산§
ꮠ䬬ꮠ䀸산î§산ꮠ§산 산 §산 ꮠ§산산䨸䨸§산 산 §산ꮠÝî§牨산산§牨릤ꮠ산 §산갬ꮠ䀸산§ 䨸䨸牨䀸산§
산산牨î§산릤산§산산§牨릤牨산 산䀸산산§ ꮠ䨸§산산牨§릤䨸牨산 §산갬갬산ö§
⟴릤산갬산§䬬릤䬬릤산갬§䀸산갬§ 산䀸산§牨릤갬산산산§릤牨산牨䨸산§䬬릤䬬䨸산ꮠ산䬬䀸산î§
산산§릤산ꮠ§䬬릤산산§릤牨ꮠ§산§릤牨산牨䨸산§牨산릤ꮠ산䀸산§牨산䬬ꮠ §î§牨산산§牨릤ꮠ산 §
산갬ꮠ䀸산§ 䨸䨸牨䀸산§牨산䨸 ö§
⟴릤牨릤산산§䬬릤䬬릤산갬§䀸산갬§ꮠ산§릤릤䬬산§릤 §산산䬬산ð산산䬬산§䀸산갬§牨릤䘐산ꮠ산§
䬬릤갬릤산§牨릤ꮠ산 §산산䨸§산산䬬산ð산산䬬산§䀸산갬§牨릤갬 산산牨산§牨릤ꮠ산 î§牨산산§牨릤ꮠ산 §
산갬ꮠ䀸산§ 䨸䨸牨䀸산§mubahö§
Ű산ꮠ§릤릤산산§ 䨸䨸牨§릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§릤산ꮠ산䬬ꮠ§䬬릤산갬산ꮠ牨산산§릤산 §
ꮠ릤牨䨸산산§ꮠ§산산䬬î§산牨산§릤산䬬§산 䘐산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ䨸§牨릤牨릤䨸산§릤䬬ꮠ산산§
牨릤산§䬬ꮠꮠ䨸산î§릤䬬ꮠ산산§산 ꮠ§산§산ꮠö§﵌산릤산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ䨸§산산산 §䬬䨸산䨸§ 산§
䀸산갬§牨릤牨䨸䀸산ꮠ§산ꮠ산§䀸산갬§䨸산䬬§ꮠ§산산牨§ 䨸䨸갬산§ 䨸䨸牨§산산산§䬬䨸산牨ꮠ§산§ꮠ䬬ꮠö§
Ű릤갬산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ牨䨸§䬬䨸산䨸§ꮠ산산§䀸산갬§릤ꮠ䬬ꮠ§ 산§산§릤䘐산ꮠ산î§ꮠ산산산䀸산§
릤䘐산ꮠ산§牨릤牨릤ꮠ§릤산산§䨸牨산 §산갬갬산î§牨릤ꮠ䨸갬ꮠ§ꮠ䬬ꮠî§ 산§䘐산ꮠ䬬î§산§
䬬릤산갬산ꮠ䀸산ö§⟴릤 ꮠ갬갬산§牨릤ꮠ산 §ꮠ䨸§䘐산ꮠ§䨸䨸§䬬릤산갬ꮠ산§산갬î§䬬䨸산 §䨸䨸§
䬬릤산갬ꮠ산§산ꮠ䀸산î§ 산산牨§䨸䨸§䬬릤갬갬산§릤릤䨸î§산§牨산䨸 §䨸䨸§䬬릤갬갬산§
䀸산갬§산ꮠö§
§
ĆĮ§ §
Đö ⟴䀸산산§산§䨸䨸§릤ꮠ산 산§
산산§산䬬산䀸산§릤릤산산§릤산갬§䬬䀸산산§§산§䨸䨸§ꮠ산 §牨릤䨸산산§牨산䬬산산 §
䀸산갬§䬬릤ꮠ䨸䬬§ꮠ§산산갬산§산산§䨸산牨산§산§ꮠ牨산牨§牨산 산ö§⟴릤 ꮠ갬갬산§릤산ꮠ§䬬ꮠ산갬§
릤산산§릤릤산산§릤갬산§산산§䀸산갬§릤牨산䬬䨸§䨸䨸§산§䀸산갬§牨산산 §䀸산갬§ꮠ산ö§
Ť산 산§릤산ꮠ§릤릤산산§릤산산§산산牨§牨릤릤䨸산§牨산산§䀸산갬§릤牨산䬬䨸§§䨸䨸§
산§䀸산갬§牨산산 §䀸산갬§릤牨산䬬䨸§䬬䀸산산öĆĜ§
સ릤䨸䨸§ 릤릤ꮠꮠ산§﵌ ꮠ䨸ꮠ§산䬬䨸ꮠî§ 릤릤䬬ꮠ牨䨸산§산 䘐산§ꮠ산§
䬬릤산갬䨸§ 䨸ɬ산 산§릤䬬ꮠ산§䀸산갬§䬬릤산산§릤갬산䬬§牨릤牨릤ꮠ산§릤 릤ꮠ䬬ꮠ§䬬䀸산산§산§
䨸䨸§릤산䘐ꮠ산ö§Ş산§牨릤牨산갬§릤릤산산§ 䨸ɬ산 산§䀸산갬§牨릤䀸릤䨸산§䨸䬬䨸§牨산산§
䀸산갬§牨릤산ꮠ§䬬䀸산산§산§䨸䬬䨸§牨산산§䀸산갬§牨릤산ꮠ§䨸䨸§릤산䘐ꮠ산î§산牨䨸§
䨸牨산 䀸산§䨸산牨산§䀸산갬§牨릤䀸릤䨸§䬬산갬산§䬬릤ꮠꮠ§×ꮠ산§牨릤䘐산ꮠꮠÝöĆĢ§
산牨䨸§릤릤산䬬§산ꮠ§ꮠ䬬ꮠ산 §䀸산갬§ꮠ갬䨸산산§릤 §산 ꮠ§ 䨸䨸牨§䬬산牨§ꮠ§산산䬬î§
릤䨸ꮠ䬬§산산牨§ 산§ꮠꮠ§牨릤갬갬䨸산산§ꮠ䬬ꮠ산 §산§䨸䨸§䬬䀸산산§릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§
ꮠ릤ꮠ牨산§릤 §䬬릤산갬ꮠ산§릤䬬산§䨸산牨산ö§સ릤䬬ꮠ䨸§산산§릤릤牨산산䀸산§릤릤산ð릤산§
산릤산§산산§산䬬산䀸산§릤䨸䀸산§릤갬산䨸산§䬬䀸산산§산§䨸䨸§산산산 §䨸䨸§
牨릤릤산ꮠ䬬산䬬ꮠ산§ 릤ꮠ산 산§ 䀸산갬§ sakinah, mawaddah, warahmah,§ 산갬산§ 䨸䨸산§
ꮠ䬬䀸산ꮠ산산䀸산§릤산䘐ꮠ산§산산§릤산산ꮠö§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
ĆĜ
Ş牨ꮠ§䨸䨸ꮠ§산§Ş 산ꮠ§Ş牨산§산ꮠ갬산î§Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, Undang-undang No.1/1974 sampai KHI§×산산산ĺ﵌릤산산§ 릤산산§§સ릤ꮠ산§䨸Ýî§릤ö§﵌릤ðĐî§ ö§ĢĀö§
ĆĢ
ĆĴ§ §
Ş산䨸§䨸䨸§릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§ꮠ䬬릤산ꮠ§䬬䀸산산ð䬬䀸산산§릤릤䨸§릤䬬릤䨸î§
ꮠ산산산䀸산§䀸산ꮠ䨸ĆĨ§
산ö Ş산䀸산§산§䬬䨸산牨ꮠ§산산䨸§牨릤牨릤산ꮠ§산ꮠð산ꮠö§
ö Ş산䀸산§산§ꮠ䬬릤ꮠî§산산䨸§산§牨릤牨릤산ꮠ§릤릤牨䨸산§§
ö Ş산䀸산§䘐산ꮠ§§
ö 산§ɬ산䨸§§
릤ö ⟴산䬬ꮠ§ꮠ산 §§
Ş산䨸§ 䨸산갬ð䨸산갬§ 릤산䘐ꮠ산§ 牨릤릤산산§ 산 䘐산§ 䬬䀸산산ð䬬䀸산산§
릤산䘐ꮠ산§ꮠ산䨸§산산牨§산䬬산§Ģ§䬬ö§산䬬산§ĆƧ䨸산갬ð䨸산갬§öƧ산 䨸§ĆĴĨĖ§
릤산갬§릤산䘐ꮠ산î§䀸산갬§산산§䀸산§산산산 §䬬릤산갬산ꮠ§릤ꮠ䨸ĆĮĺ§
산ö 릤산산§릤䬬릤䨸䨸산§릤䨸산§牨릤牨릤산ꮠö§
ö 릤산산§ꮠꮠ§산ꮠ§산갬§䨸산ú䘐산ꮠ§산갬ꮠ§산§牨릤牨릤산ꮠ§䀸산갬§릤䨸牨§릤䨸牨䨸§
nƧ×䨸산§䨸䨸 §䬬산䨸ݧ산 䨸§§
ö 쀔牨䨸§산§牨릤牨릤산ꮠ§ꮠ산§䬬䨸산 §牨릤산산ꮠ§ĆĴ§×⟴릤牨ꮠ산§릤산䬬ݧ산 䨸§산§
牨릤牨릤산ꮠ§䘐산ꮠ산§䬬䨸산 §牨릤산산ꮠ§ĆĢ§×릤산牨§릤산䬬ݧ산 䨸§§
ö Ş산산§릤䨸산§산§牨릤牨릤산ꮠ§ꮠ산§산산§ 䨸䨸갬산§산산 §䀸산갬§ꮠ산산갬§
산䘐ꮠö§
릤ö ꮠ산§릤ꮠ산§ 䨸䨸갬산§릤산䘐ꮠ산§릤갬산§산갬§산ꮠö§
ö ꮠ산§릤릤산ꮠ§䨸䨸§릤䨸산§산ꮠ§릤갬산§䬬䨸산牨ꮠ§산산䨸§ꮠ䬬릤ꮠ§䀸산갬§䬬산牨산î䀸산갬§
릤산§ꮠ산䘐ꮠꮠö§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
ĆĨ
산ꮠ䨸ꮠ§ꮠ§꺸ާ산ðŞꮠ§산ðસ산ꮠ산䀸î§산 §산ðસ䨸ꮠ§ꮠ§⟴䀸산 §산ð꒤산䀸䨸ꮠ§×⟴릤牨산산갬ĺ§ 산§䨸산î§î Ýî§ öĴĴ§
ĆĮ
nĀ§ §
갬ö Ť산갬ꮠ§䬬릤산갬§䘐산ꮠ산§×산산ݧꮠ산§산산§산䘐ꮠ§산갬ꮠ§䬬릤릤䨸牨§牨산䬬산§䨸갬갬䨸§
릤산 ꮠö§ĆĴ§
⟴릤산갬산§산산牨§﵌牨ꮠ산䬬ꮠ§䨸䨸牨§䬬산牨§릤산 §ꮠ산䨸§릤산갬§䨸䨸§산§
䬬䀸산산§릤산䘐ꮠ산§산산牨§산䬬산§ĆĖ§䀸산ꮠ䨸§산산牨§䬬산䨸§릤산䘐ꮠ산§ 산䨸䬬§산산ĺ§
산ö Ū산§䬬䨸산牨ꮠî§
ö Ū산§ꮠ䬬릤ꮠî§
ö 산ꮠ§ꮠ산 î§
ö Ű䨸산§산갬§䬬산䬬ꮠî§
릤ö 산§산§﵌산䨸ö§
Ėö 䨸䨸산§릤산䘐ꮠ산§
릤산䘐ꮠ산§牨릤䨸산산§䘐산산 §릤䀸산䨸산§릤䨸䨸 산§ꮠ갬ꮠ䬬§牨산䨸䬬ꮠ산§䀸산갬§
䘐산산§산§릤갬산ö§Ş갬산牨산§䬬산牨§ꮠ산§牨릤牨릤산산§牨산䨸䬬ꮠ산§ ꮠ䨸§牨릤牨䨸산갬ö§
﵌산릤산§ꮠꮠ 산§ ꮠ䨸§牨릤牨䨸산갬§ꮠ산§䬬릤산산§릤갬산§산§산§산䨸ꮠ䀸산 §牨산䨸䬬ꮠ산§
䀸산갬§牨산ö§Ş산 §牨릤ꮠ산산§牨산䨸䬬ꮠ산§릤산䬬산갬ð산䬬산갬산§산§릤 ð 산§
䨸䨸§牨릤산䨸산§릤䨸䨸산§산§䀸산갬§牨산산§牨릤䨸산산§릤䨸䨸 산§릤䬬릤䬬ꮠ산§牨산䨸䬬ꮠ산ö§
Ű산산牨§꒤⟴§Ş§Ű산ꮠ䀸산산úĜĆĺ§ĖĴ§ꮠ䬬릤䨸산§ĺ§
§
`
Ï
B
u
r
Èe
@
à
2
>
ä
ó
Ó
x
«
$
o
Y
ø
)
n
=
y
z
È
û
÷
ü
y
`÷
r
y
÷
/
ä
3
ª
=
y
è
s
9
t
br
ã©
.
x
s
?
ÇÍÒÈ
§§§
§
릤릤牨산 䀸산§ĺ§ §
Ű산§䬬릤갬산산§䬬릤䬬䨸산䨸§﵌산牨ꮠ§ꮠ산산§릤산䬬산갬ð산䬬산갬산§䬬䨸산䀸산§﵌산牨䨸§
牨릤갬ꮠ갬산§릤릤䬬산산§Ş산 önĀ§
§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
ĆĴ
ꮠ 산§⟴산䀸䨸ꮠ§ 산ꮠî§Hukum Kekeluargaan Indone䬬ꮠ산î§ ö§ĆĖnðĆĖĐö§
nĀ
nƧ §
릤산䘐ꮠ산§산갬ꮠ§牨산䨸䬬ꮠ산§ꮠ산䨸§릤 §릤산갬산ꮠ§릤ꮠ산§산§릤산䨸산§䀸산갬§
牨릤䨸䨸갬§ꮠ갬갬ꮠ§ꮠ산ꮠðꮠ산ꮠ§릤牨산䨸䬬ꮠ산산§䀸산갬§䨸 䨸î§릤산산§산§릤산 산ö§﵌산릤산§
ꮠ䨸산 §릤산䘐ꮠ산§䀸산갬§䬬䀸산산§ꮠ산ꮠ§릤䨸䨸산§䨸䨸§牨릤䘐䨸䨸산§릤 ꮠ䨸산§䨸牨산 §
산갬갬산§䀸산갬§䬬산ꮠ산 î§牨산䘐산산 î§䘐산산 牨산 ö§Ş갬산牨산§䬬산牨§牨릤갬산䨸䀸산§릤갬산§산ꮠ§
산§릤산ꮠî§릤갬산§䬬䀸산산ð䬬䀸산산§산§䨸䨸§릤릤䨸î§산갬산§䨸䨸산§ꮠ䬬䀸산ꮠ산산䀸산§
릤산䘐ꮠ산§䨸䨸§牨릤牨ꮠ산§䨸牨산 §산갬갬산§산§牨릤산䨸산§릤䨸䨸산§산산§릤산산ꮠö§
ö§Űö§Ş䨸§산 牨산§ 산ꮠî§સާ牨릤갬릤牨䨸산산§산 䘐산§ĺ§
䨸䨸산§릤산䘐ꮠ산§牨릤䨸䨸§산갬산牨산§䬬산牨§ꮠ산산 §䨸䨸§牨릤牨릤䨸 ꮠ§릤䨸䨸§ 산갬산牨산§산산牨§산갬산§牨릤ꮠꮠ산§릤䨸산갬산§䀸산갬§ 산牨ꮠ䬬î§䬬릤산 릤산§산§
산 산갬ꮠ산önƧ
Űö§ö§Ş䨸§﵌산ꮠ§Ş 牨산î§સ⟴î§Ŷ§牨릤릤갬산䬬산§ĺ§
⟴산산 §䬬산䨸§䨸䨸산§릤산䘐ꮠ산§산산산 §䨸䨸§牨릤牨릤릤 §릤䨸䨸산§䀸산갬§䬬산 § 산산牨§牨산䬬䀸산산산î§䀸산ꮠ䨸§릤갬산§牨릤ꮠꮠ산§䨸牨산 §산갬갬산§䀸산갬§산牨산ꮠ§산§
릤산䨸önn§
ö§Űö§ö§સ산 牨䨸§�䨸䨸䬬§산 䘐산§ĺ§
䨸䨸산§릤산䘐ꮠ산§ꮠ산산 §牨릤䨸䨸§릤ꮠ산 §Ş산 §䨸䨸§牨릤牨릤릤 §䨸䨸산§ 䀸산갬§䬬산 §산산牨§牨산䬬䀸산산산î§릤갬산§牨릤ꮠꮠ산§䨸牨산 §산갬갬산§䀸산갬§산牨산ꮠ§산§
릤산䨸önЧ
§
ö§Űö§Ş牨ꮠ§⟴䀸산ꮠ 䨸ꮠ§릤릤산산§산 䘐산§산산§릤릤산산§䨸䨸산§ꮠ䬬䀸산ꮠ산산䀸산§
릤산䘐ꮠ산î§ꮠ산산산䀸산§산산산 §ĺ§
산ö 쀔䨸§牨릤산산산§산산§릤䨸䨸산§䀸산갬§䬬산 §산갬ꮠ§牨릤산䨸산§䀸산갬§산산§
산산갬î§
ö 쀔䨸§牨릤산산산§릤䨸산갬산§산 산갬ꮠ산§䀸산갬§릤䨸 §릤릤산갬산§ ꮠ䨸§산§산䬬산§
산䬬ꮠ §䬬산䀸산갬önĖ§
§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
nĆ
Ş䨸§산 牨산§ 산ꮠî§Fiqh Munakahatî§ ö§nnö§
nn
Şö§﵌산ꮠ§Ş 牨산î§Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Baratî§ ö§nnö§§
nĐ
સ산 牨䨸§�䨸䨸䬬î§Hukum Perkawinan dalam Islamî§ ö§Ć§
nĖ
nn§ § ﵌릤 산牨ꮠ䬬산§䬬䨸산䨸§䨸牨산 §산갬갬산§䬬산갬산§ꮠ䨸산갬§릤 §산 ꮠ䀸산§릤䨸䨸산ö§ ⟴䨸산牨ꮠ§ꮠ䬬ꮠ§牨릤산牨산산§산 ꮠ䀸산§산산ð산산§산산牨§릤䨸산갬산î§산릤산§릤䨸牨§릤갬산§ 릤산 산갬ꮠ산산§䨸牨산 §산갬갬산§牨산산산산§산산牨§릤산䘐ꮠ산䀸산§ꮠ산§牨릤牨릤릤 § 릤䨸䨸산ö§Ş산§산산산 §릤릤䨸䬬§산§릤䘐산ꮠ䬬§릤䨸산갬산ö§산산§산산§릤산ꮠ§ꮠ산§산산§ 릤산䨸§릤 ꮠ䨸산§산§릤䨸䨸䬬䀸산§䬬릤산산 §릤䨸䨸산§牨산䨸䬬ꮠ산ö§ Ű릤갬산§릤牨ꮠꮠ산î§牨산산§산산§ꮠ䬬ꮠ牨䨸산§산 䘐산§䨸䨸산§릤산䘐ꮠ산§산산산 § 䬬릤산갬산ꮠ§䨸산䀸산§䨸䨸§牨릤牨릤ꮠ 산산§릤 牨산산§ꮠꮠ§산갬산§ꮠ산§릤릤䨸牨䨸䬬§릤§산산牨§ 릤䨸산산§䀸산갬§릤산산갬ö§સ릤牨릤ꮠ 산산§릤산갬䬬䨸갬산§릤 ꮠ䨸산§릤갬산§산 ꮠ䀸산§ 릤䨸䨸산§䀸산갬§䬬릤 산î§牨릤ꮠꮠ산§릤 ꮠ䨸산§䨸牨산 §산갬갬산§䀸산갬§릤䨸 §산䬬ꮠ §䬬산䀸산갬§ 산산산§䬬䨸산牨ꮠ§ꮠ䬬ꮠ§䀸산갬§䬬산ꮠ갬§牨릤갬§䨸䨸§릤牨산䬬산 산산§릤䬬산牨산î§牨릤牨릤䨸 ꮠ§ 릤䨸䨸§산갬산牨산§산산牨§牨릤䘐䨸䨸산§䨸牨산 §산갬갬산§䀸산갬§ 산牨ꮠ䬬î§䬬릤산 릤산§산§ 산 산갬ꮠ산ö§ Ű산산牨§꒤⟴§Ş§䨸䨸牨úĐĀĺ§nƧ릤갬산§릤산䬬§牨릤䀸릤䨸산§ĺ§
ô
`
Ï
B
u
r
ÿ
¾
Ï
m
ÏG
»
t
#
u
ä
÷
b
r
&
t
,
n
=
y
{
/
ä
3
s
9
ô
`
Ïi
B
ö
N
ä
3
Å¡àÿ
R
r
&
%[`
º
u
r
ø
r
&
(
#þ
q
ã
Z
ä
3
ó¡
t
FÏj
9
$
y
g
ø
s
9
Î)
@
y
è
y
_
u
r
N
à
6
u
Z
÷
t
/
Z
o
¨
u
q
¨
B
º
p
y
J
ôm
u
u
r
4
¨
b
Î)
Îû
y
7
Ï
9º
s
;M
»
t
U
y
5
Q
ö
q
s
)
Ïj
9
t
br
ã©
3
x
ÿ
t
G
t
ÇËÊÈ
릤릤牨산 䀸산§ĺ§ § Ű산§ꮠ§산산산§산산ð산산§릤䨸산䬬산산ð䀸산§ꮠ산산 §Űꮠ산§牨릤ꮠ산산§䨸䨸牨䨸§ ꮠ䬬릤ꮠðꮠ䬬릤ꮠ§산ꮠ§릤ꮠ䬬牨䨸§䬬릤ꮠꮠî§䬬䨸산䀸산§﵌산牨䨸§릤릤䨸갬§산§牨릤산䬬산§릤릤산牨§ 릤산산䀸산î§ 산§ꮠ산ꮠ산ð䀸산§ ꮠ산산산牨䨸§ 산䬬산§ 산䬬ꮠ § 산§䬬산䀸산갬ö§ ⟴릤䬬䨸갬갬䨸 䀸산§산산§䀸산갬§릤牨ꮠꮠ산§ꮠ䨸§릤산ð릤산§릤산산§산산ð산산§산갬ꮠ§
산䨸牨§䀸산갬§릤 ꮠꮠönĜ§
§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
nĜ
nЧ §
B. Kawin paksa dan Dasar Hukum Larangan Kawin paksa
Ćö 릤갬릤ꮠ산§﵌산䘐ꮠ§산䬬산§
릤 산§䀸산갬§ꮠ산䬬산산§산산䨸§ꮠ릤산§릤갬산§逄﵌산䘐ꮠ§산䬬산§산산牨§산ꮠ§
산 산䬬산§릤산䬬산§산ꮠ§䨸산§산산§逄산䘐ꮠ§산§逄산䬬산ö§﵌산䘐ꮠ§산산牨§산牨䨸䬬§Ť산 산䬬산§
릤䬬ꮠ산§릤산ꮠ§릤 산§산산산§산ꮠð산ꮠ§산§릤릤牨䨸산§䬬릤 ꮠ갬갬산§牨릤산ꮠ§䬬䨸산牨ꮠ§
산§ꮠ䬬ꮠî§䬬릤산갬산§산䬬산§산산산 §릤䨸산산§×릤산산î§릤䬬산산§산§䬬릤산갬산ꮠ䀸산ݧ䀸산갬§
牨릤갬 산䨸䬬산§×牨산䨸§ꮠ산§牨산䨸§산산䨸§산산§ 산䨸䬬Ýö§⟴릤산갬