• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Kuliah Epidemiologi (IPH 516)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bahan Kuliah Epidemiologi (IPH 516)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Definisi

Tujuan Investigasi wabah

Pola temporal, spatial dan hewan

10 langkah investigasi wabah

(3)

Wabah (epidemik) adalah rangkaian kejadian

penyakit yang terjadi secara berkelompok dalam suatu waktu dan tempat.

 Kasus penyakit baru terjadi dengan tingkat

frekuensi yang lebih tinggi dari pada biasanya (keadaan normal). Tingginya tingkat kejadian penyakit tersebut relatif, tergantung seberapa besar biasanya terjadi pada populasi tertentu di area yang sama dan pada musim yang sama

(4)

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan

atau kematian yang telah meluas secara cepat,

baik jumlah kasusnya maupun daerah

(5)

Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang

wabah penyakit menular

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu

penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata

melebihi dari pada keadaan yang lazim pada

waktu dan daerah tertentu serta dapat

(6)

 Untuk penyakit tertentu (misalnya penyakit

eksotik), meskipun ditemukan satu kasus sudah dapat dikatakan wabah jika terjadi pada

peternakan yang tidak pernah terinfeksi sebelumnya

(7)

dideteksi dari analisis data surveilans rutin

adanya laporan petugas, pamong ataupun

(8)

 Mengadakan penanggulangan dan pencegahan

 Kesempatan mengadakan penelitian dan

pelatihan

 Pertimbangan Program

(9)

Adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengetahui penyebab dan sumber terjadinya epidemik.

Harus dapat menjawab:

 Apakah masalahnya?

 Apa langkah – langkah yang harus diambil

untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

 Bagaimana mencegah kejadian tersebut dimasa yang akan datang?

 Apakah kemungkinan sumber infeksinya dan apakah peternakan lain dapat terinfeksi?

(10)

Skala Prioritas Dalam Melakukan Investigasi dan Penanggulangan (Control) Wabah Berdasarkan

Sumber, Cara Penularan, dan Agen Penyebab

Sumber/Cara Penularan

Diketahui Tidak Diketahui

Agen Penyebab

Diketahui Investigasi + Investigasi +++

Control +++ Control +

Tidak Diketahui

Investigasi +++ Investigasi +++

(11)

Kasus penyakit tidak tersebar secara acak

dalam populasi tetapi terjadi dengan pola

tertentu.

Jika pola tersebut dapat diketahui maka

akan mengarahkan investigator dalam

membuat hipotesis mengenai faktor-faktor

penyebab penyakit

(12)

Tiga tipe utama pola penyebaran

penyakit:

Temporal (Waktu)

Spasial

(13)

 Merupakan grafik plot antara waktu (sumbu X)

dan jumlah kasus (sumbuY)

 Grafik seperti itu disebut sebagai kurva epidemik;

bentuknya dapat memberikan informasi

mengenai sifat alamiah dari suatu epidemik: Bersumber umum (misalnya food atau water-borne) atau propagated (penyebaran dari hewan ke hewan)

(14)

 Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah

dan kemungkinan kelanjutan

 Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat

memperkirakan kapan pemaparan terjadi 

memusatkan penyelidikan pada periode tersebut

 Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber

tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya

(15)

 Untuk membuatnya dibutuhkan informasi

tentang waktu timbulnya gejala pertama.

  tanggal timbulnya gejala pertama

  jam timbulnya gejala pertama, untuk masa

(16)

 Pertimbangkan bentuknya.

 Bentuknya ditentukan oleh: cara penularan & periode pemaparan

1. Cara penularan penyakit

a. Point source epidemic, pemaparan bersumber tunggal dan waktu yang singkat

b. Continuous common source epidemic: periode

pemaparan memanjang --> kurva berpuncak tunggal & datar  c. Intermittent common source epidemic: lama

pemaparan dan jumlah orang yang terpapar tak beraturan besarnya, kurva bergerigi tak beraturan

d. Propagated epidemic: penularan dari hewan ke hewan, berpuncak banyak, berjarak 1 masa inkubasi

(17)

Time F r e k u e n c y Index case Ascending Part Plateau Descending part Secondary peak Endemic level

KURVA EPIDEMIK

(18)

1. Tingkat Endemik

 Tingkat penyakit yang terjadi secara “normal”

dalam suatu populasi – harus digambarkan pertama kali

2. Bagian menaik (Ascending part)

Vertikal pada point source epidemimic, misalnya Penyakit foodborne atau waterborne

 Curam jika periode inkubasi pendek dan transmisi efisien

Kurang curam/tinggi pada propagated epidemics

(19)

4. Bagian menurun

 Ukurannya tergantung pada banyaknya hewan

yang peka

5. Puncak sekunder

 Adanya hewan baru yang peka atau terjadi

perpindahan hewan dari area epidemik ke tempat baru yang peka

Puncak kecil pertama

 Mungkin mendahului puncak utama

 Menggambarkan indeks kasus

 Interval dari puncak pertama ke puncak utama dapat mengindikasikan periode inkubasi

(20)
(21)
(22)

Point source:

 Periode pemaparan singkat dan simultan

 Biasanya memiliki satu puncak, kecuali jika terdapat kasus sekunder

(23)

Periode Inkubasi

 Jarak antara waktu paparan efektif suatu agen dengan munculnya gejala penyakit (onset)

(24)
(25)

 Contoh: Sepuluh ekor sapi perah menderita

keracunan makanan yang diperkirakan terjadi

pada saat diberi pakan pada siang hari, tanggal 1 Maret 1997, jam 13.00. Saat timbulnya gejala

(26)

1. tanggal 1 Maret jam 24.00 2. tanggal 1 Maret jam 18.30 3. tanggal 2 Maret jam 01.00 4. tanggal 1 Maret jam 21.00 5. tanggal 1 Maret jam 16.00 6. tanggal 1 Maret jam 19.00 7. tanggal 1 Maret jam 19.00 8. tanggal 1 Maret jam 20.00 9. tanggal 1 Maret jam 19.00 10. tanggal 1 Maret jam 18.00

Tentukan masa inkubasi terpendek, terpanjang, dan median masa inkubasi?

(27)

 Masa inkubasi terpendek adalah 3 jam (kasus no.

(28)

1. tanggal 1 Maret jam 16.00 2. tanggal 1 Maret jam 18.00 3. tanggal 1 Maret jam 18.30 4. tanggal 1 Maret jam 19.00 5. tanggal 1 Maret jam 19.00 6. tanggal 1 Maret jam 19.00 7. tanggal 1 Maret jam 20.00 8. tanggal 1 Maret jam 21.00 9. tanggal 1 Maret jam 24.00 10.tanggal 2 Maret jam 01.00

Median kelompok ini terletak pada penderita no. 5 1/2 ( berasal dari (n +1)/2 , yang dalam hal ini (10 + 1)/2 Sehingga median masa inkubasinya adalah jarak antara jam 13.00 ke jam ( 19.00 + 19.00 ) / 2 = 19.00 yaitu 6 jam

(29)

1. Bila penyakit belum diketahui, informasi

tentang masa inkubasi bersama diagnosis penyakit dapat mempersempit differential diagnosis

2. Untuk memperkirakan saat terjadinya

(30)

Tabel 1

Distribusi frekuensi penderita diare berdasarkan masa inkubasinya, kecamatan M, tahun 1996 Masa inkubasi (dalam hari) Frekuensi Frekuensi kumulatif 0-1 2 2 2-3 5 7 4-5 10 17 6-7 9 26 8-9 5 31 10-11 3 34 12-13 2 36 14-15 1 37 jumlah 37

(31)

Median = B + [(Pm – f) / (fm – f)] x i

B = batas atas dari kelas dibawah kelas median Pm = posisi median

f = frekuensi kumulatif dari kelas dibawah median

fm = frekuensi kumulatif dari kelas median I = besarnya interval kelas

(32)

1. Posisi median = (37 + 1)/2 = 19

2. Kelas median adalah kelompok 6-7 hari

3. Oleh karena antara tiap kelas interval ada selang satu hari, maka batas antara masing-masing interval

dianggap terdapat pada pertengahan selang tersebut, sehingga untuk kelas 6-7 hari batasnya adalah 5,5 – 7,5 hari, sedangkan untuk kelas 2-3 hari adalah 1,5 – 3,5 hari. Dengan demikian interval masing-masing kelas adalah 2 hari.

4. Frekuensi kumulatif kelas median = 26

5. Frekuensi kumulatif kelas dibawah kelas median = 17 6. Dengan menggunakan rumus, didapat hasil sbb:

7. Median = 5,5 + [(19-17)/(26-17)] x 2 hari = 5,94 hari atau 5 hari 22 jam 33 menit 36 detik

(33)

 Dapat digambarkan dengan berbagai tipe

pemetaan. Identifikasi pola spasial juga

membantu dalam penentuan sifat alamiah suatu penyakit

Jenis peta yang biasanya digunakan adalah spot

(34)

 Skala distribusinya tergantung kepada tujuan

investigasi.

Misalnya: AI mungkin di petakan di pedesaan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan negara.

 Pemetaan dapat dikombinasikan dengan waktu

(35)
(36)
(37)

Legend 0.38 0.39 - 0.46 0.47 - 0.58 0.59 - 0.65 0.66 - 0.83 0.84 - 1.27 1.28 - 1.34 1.35 - 2.15 2.16 - 3.72 3.73 - 9.52 0.46 0.38 1.34 3.51 3.72 2.15 1.27 0.83 0.58 0.65 9.52 Petaling Riau Silip Bakam Belinyu Batu Rusa Pemali Puding Besar Gunung Muda Kenanga Sungailiat Sinar Baru

(38)
(39)

 Biasanya dipadukan dengan pola temporal, spasial atau keduanya.

 Pola ini terutama disebabkan oleh adanya

kerentanan atau ketahanan pada sekelompok hewan baik terjadi secara alamiah maupun buatan.

 Pada saat wabah biasanya beberapa resistensi buatan dapat memperoteksi hewan yang sehat. Misalnya: hewan tidak terpapar suatu penyakit karena terletak di kandang yang terpisah

(40)

 Pola ini digunakan sebagai kelompok

pembanding dalam membuat tabel attack

rate. Umur, asal, jenis kelamin, keturunan

dan genetik sering menggambarkan sifat indung semang.

(41)

 Buat 10 daftar yang akan dilakukan pada

investigasi wabah

 Tidak semua langkah penting untuk diikuti

dalam setiap wabah, dan tidak selalu harus berurutan; mungkin pada beberapa kegiatan dimulai secara serempak.

(42)

 Jika diagnosa sudah dilakukan, maka

harus diverifikasi oleh investigator yang biasa melakukannya melalui pencatatan hasil pemeriksaan patologi klinik dan

(43)

 Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah (1) untuk

memastikan bahwa masalah tersebut telah

didiagnosis dengan patut (2) untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang

menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan

Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi

 Distribusi ini penting untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus

(44)

 Bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah

yang diharapkan, kelebihan ini tidak selalu

menunjukkan adanya wabah. Peningkatan yang demikian disebut Pseudo Epidemik, contohnya:

1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan kasus

2. Adanya cara diagnosis baru

3. Bertambahnya kesadaran peternak untuk mengobati

ternaknya

4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

(45)

 Sangat penting, terutama jika diagnosa

yang dilakukan adalah diagnosa sementara

 Membuat kriteria yang mencakup kasus

yang diteliti

 Mencakup seluruh kasus yang diteliti dan

mengeluarkan kasus yang secara klinis tidak berhubungan

(46)

Kasus Pasti (Confirmed): Harus disertakan pemeriksaan lab hasil +

Kasus Mungkin (Probable): Harus memenuhi semua

ciri klinis penyakit, tanpa pemeriksaan lab

Kasus Meragukan (Possible): Biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis saja

(47)

 “Apakah ini suatu epidemik? Untuk menjawab hal ini, hitung attack rate (AR) dan bandingkan

dengan keadaan normal atau kejadian yang diharapkan dari penyakit (atau kematian).

 Attack rate adalah mengukur kejadian dan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

AR = Kasus baru (dan/atau kematian) x 100 Total jumlah hewan yang berisiko

(48)

 Untuk mengetahui sebaran temporal suatu kasus

baru, harus digambarkan beberapa kurva epidemik dengan menggunakan berbagai interval waktu (x-axis) yang mungkin sesuai untuk penyakit yang dipelajari, misalnya: jam, hari, minggu.

(49)
(50)
(51)

 Sketsa topografi suatu daerah dengan kasus di

dalamnya atau layout suatu kandang dengan kasus di dalamnya.

 Perhatikan hubungan antara kasus dan antara

(52)

 Umur  Tujuan  Asal

(53)

 Menghitung attack rate (AR)

spesifik-faktor---umur, jenis kelamin, asal, pakan, kandang, dan lain-lain. Perhitungan hanya dilakukan pada hewan yang berhubungan dengan faktor.

 Buatlah tabel AR – dalam tabel AR,

dibandingkan nilai AR antara hewan yang terpapar faktor yang tidak terpapar faktor.

(54)

Tabel attack rate

Faktor

Terpapar faktor Tidak terpapar faktor Total Sakit/Mati Sehat AR Total Sakit/Mat

i

Sehat AR

(55)

Perhitungan attack rate dengan 1 faktor risiko (unggas yang dipelihara dengan dicampur)

Faktor Jumlah dengan Jumlah tanpa Total Sakit/ Mati Sehat AR1 Total Sakit/ Mati Sehat AR2 Pencam puran 4687 1956 2731 41.7 % 220 2 218 0.9%

(56)

 Attack rate tertinggi(AR1) pada kelompok yang

terpapar faktor

 Attack rate terendah (AR2) pada kelompok yang

tidak terpapar faktor

 Perbedaan attack rate yang terbesar

 attributable risk = AR1 - AR2

 Relative risk

 RR = AR1/AR2

(57)

 Mengembangkan satu atau lebih hipotesa:

a) jenis epidemik : Point epidemic vs.

Propagated epidemic;

b) sumber epidemik : bersumber umum,

multiple exposure;

c) Kemungkinan model penyebaran : kontak, kendaraan, vektor.

(58)

 Periksa apakah hipotesis tersebut sesuai

untuk semua faktor, misalnya cocok untuk semua observasi. Jika tidak sesuai, maka

dilakukan revisi terhadap hipotesis tersebut.

 Buat rekomendasi untuk tindakan korektif

(misalnya: mengubah pakan, menghilangkan burung liar, dll) dan untuk tindakan

(59)

 Termasuk pengujian secara klinik, patologi,

mikrobiologi, dan toksikologi pada jaringan, pakan, benda, dan lain-lain – termasuk diagram secara

detail, grafik alur persiapan pakan dan perpindahan hewan.

 Meliputi tindak lanjut epidemiologik, misalnya

mencari kasus tambahan di kandang yang lain atau wabah yang sama di lokasi yang lain.

(60)

 Menelusuri perpindahan ke dalam dan keluar

kandang.

 Keberhasilan penelusuran tergantung kepada

kualitas pencatatan dan identifikasi hewan secara individual.

(61)

 Meliputi percobaan klinis terhadap hewan

yang peka untuk membuktikan penyebab suatu penyakit.

(62)

Instrumen Pengumpulan Data

Survei

(63)

 “Pekerjaan belum lengkap sampai laporan

selesai.”

 Penting untuk menyelidiki wabah dan dilaporkan

secara akurat, tepat dan presentasi dilakukan secara profesional.

(64)

Laporan

Deskriptif

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Departemen Pertanian Republik Indonesia

(65)

Lembar

Informasi

(66)

Dipublikasi dalam Jurnal Ilmiah

RISK FACTORS FOR NATIVE CHICKEN INFECTION WITH AVIAN INFLUENZA H5N1, SUMATERA AND KALIMANTAN ISLANDS,

INDONESIA, 2005

1Abdul Zahid, 2Etih Sudarnika and 3Chaerul Basri

1,2,3 Laboratory of Epidemiology, Faculty of Veterinary Medicine, IPB, 16680,

Darmaga, Bogor, Indonesia.

e-mail: 1zahid@ipb.ac.id, 2etih@ipb.ac.id, 3chaerul@ipb.ac.id

Abstract. The cross sectional study had been carried out in November to December 2005 at Kalimantan and Sumatera Islands, Indonesia. The objective of this study was to identify the risk factor of H5N1 avian influenza virus of native chicken. 12,713 serum samples of chicken from 498 farmers was collected. The H5N1 virus was tested by Haemagglutination Inhibition (HI) test from serum samples and the information of risk factor was obtained from a questionnaire. The questionnaire included farmer’s characteristic and farm management. Logistic regression model showed that an association with H5N1 virus infection risk at a 5% significance level was found for chicken house sanitation (moderate:OR=3.297, 95%CI 1.575 -7.466, dirty:OR=4.392, 95%CI

1.815-11.179), feeding equipment sanitation (moderate:OR=2.292, 95%CI 1.150-4.763,

dirty:OR=4.351, 95%CI 1.908-10.236), drinking equipment sanitation (moderate:OR=2.503, 95%CI 1.240-5.300, dirty:OR=6.235, 95%CI 2.705-5.013) and chicken run sanitation (moderate:OR=2.807, 95%CI 1.403- 5.969, dirty:OR=3.647, 95%CI 1.393- 9.706).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan keterampilan dalam pembuatan telur asin ditambah varian rasa pada kelompok sasaran ibu-ibu rumah tangga di desa

Kawasan lndustrial Taman Tekno Bumi Serpong Damai Blok H3 No.07 Tangerang 15314

Gambar 3 Struktur (Stadia) Cendawan Entomophthorales (a) Resting spores berdinding tebal dan berwarna coklat, (b) Konidia primer/ kapilokonidia, (c) Konidia primer

Struktur  dan  pola  perkembangan  ekonomi  daerah‐daerah  yang  menjadi  Wilayah  Konsentrasi  Pengembangan  (WKP)  pada  kawasan  perbatasan  di  Provinsi 

Survei tentang tingkat Kualitas Kepuasan Masyarakat (KKM) oleh LIPI tahun 2020 ini dilakukan merujuk pada ketentuan baru, yaitu Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tuntunya videoscribe memiliki beberapa manfaat yaitu: Videoscribe dapat digunakan untuk pendidik/Guru atau Dosen sebagai pengantar

Definisi lain tentang keseimbangan Nash adalah kondisi dimana strategi – strategi yang digunakan oleh setiap pemain adalah strategi yang optimal baginya jika diberikan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana sikap siswa kelas XI di MAN Teluk Kuantanterhadap pembelajaran fisika, (2) bagaimana hasil belajar fisika