• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI. Teknologi komunikasi selular sebenarnya sudah berkembang dan banyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR TEORI. Teknologi komunikasi selular sebenarnya sudah berkembang dan banyak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Komunikasi Seluler

Teknologi komunikasi selular sebenarnya sudah berkembang dan banyak digunakan pada awal tahun 1980-an, diantaranya sistem C-NET yang dikembangkan di Jerman dan Portugal oleh Siemens, sistem RC-2000 yang dikembangkan di Prancis, sistem NMT yang dikembangkan di Belanda dan Skandinavia oleh Ericsson, serta sistem TACS yang beroperasi di Inggris. Namun teknologinya yang masih analog membuat sistem yang digunakan bersifat regional sehingga sistem antara negara satu dengan yang lain tidak saling kompatibel dan menyebabkan mobilitas pengguna terbatas pada suatu area sistem teknologi tertentu saja (tidak bisa melakukan roaming antar negara) [1].

Teknologi analog yang berkembang, semakin tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat Eropa yang semakin dinamis, maka untuk mengatasi keterbatasannya, negara-negara Eropa membentuk sebuah organisasi pada tahun 1982 yang bertujuan untuk menentukan standar-standar komunikasi selular yang dapat digunakan di semua negara Eropa. Organisasi ini dinamakan Group Special

Mobile (GSM). Organisasi ini memelopori munculnya teknologi digital selular

yang kemudian dikenal dengan nama Global System for Mobile Communication atau GSM.

Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi bergerak, yaitu suatu komunikasi antara dua buah terminal dengan salah satu atau kedua

(2)

terminal berpindah tempat. Dengan adanya perpindahan tempat ini, sistem komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai medium transmisi.

Sebuah sistem komunikasi bergerak selular menggunakan sejumlah besar pemancar berdaya rendah untuk menciptakan sel (daerah geografis) layanan dasar dari sistem komunikasi nirkabel (tanpa kabel). Variabel tingkat daya antena pemancar, memungkinkan sel-sel diubah ukurannya menyesuaikan kepadatan pelanggan dan permintaan dalam suatu wilayah tertentu. Arsitektur umum komunikasi seluler dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Arsitektur umum komunikasi selular

Dari Gambar 2.1, dapat dilihat bahwa sistem komunikasi seluler terdiri dari komponen berikut [1]:

1. PSTN, tersusun atas local networks, exchange area networks, dan long-haul

network. PSTN menginterkoneksikan antara telepon dengan peralatan komunikasi

lain.

2. Mobile Switching Center (MSC) atau Mobile Telephone Switching Office

(MTSO). Dalam sistem komunikasi seluler, MSC berfungsi untuk menghubungkan antara telepon seluler dengan PSTN. Dalam sistem seluler analog, MSC berfungsi untuk mengatur agar sistem tetap beroperasi. Suatu MSC

(3)

dapat menangani 100.000 pelanggan seluler dan 5.000 panggilan dalam waktu yang bersamaan.

3. Base Station, sering disebut juga sebagai Base Transceiver Station (BTS)

pada sistem GSM, cell site (site). Pada base station, terdapat beberapa pemancar (seringkali disebut sebagai transmitter atau TX) dan penerima (receiver atau RX). TX dan RX akan megangani komunikasi full duplex secara serempak. Biasanya, TX dan RX dikombinasikan menjadi transceiver (TRX) yang diletakkan di dalam suatu Radio Base Station (RBS). Base station biasanya juga mempunyai menara untuk membantu proses pemancaran atau penerimaan sinyal pada antena.

4. Mobile Station (MS). MS merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh

pelanggan jasa komunikasi seluler untuk memperoleh layanan. Beberapa komponen yang ada pada MS adalah transceiver, antena, rangkaian pengontrol, dan sebagainya. Selain itu, MS juga dilengkapi dengan kartu Subscriber Identity

Module (SIM) yang berisi nomor identitas pelanggan.

5. Visitor Location Register (VLR) ,penyimpan data-data temporer yang

masuk dari MSC lain dan sifatnya resident.

6. Home Location Register (HLR), penyimpan data-data tetap dari pelanggan

dalam MSC itu sendiri.

Komunikasi selular juga dibedakan antara sistem komunikasi konvensional dan sistem komunikasi modern. Sistem konvensional memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Daerah jangkauan luas 2. Daya yang digunakan besar 3. Kapasitas sistem masih rendah

(4)

4. Modulasi analog berupa frequency modulation (FM) sehingga memerlukan

bandwidth yang besar

5. Belum menggunakan handoff

6. Belum terhubung ke jaringan Public Service Telephone Network (PSTN) 7. Untuk suara

Komunikasi seluler modern memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Alokasi bandwidth kecil

2. Efisiensi pemakaian frekuensi tinggi, karena penggunaan frequency refuse. 3. Modulasi digital

4. Daerah pelayanan dibagi atas daerah - daerah kecil yang disebut sel, sering disebut sebagai sistem seluler.

5. Kapasitas besar

6. Daya yang dipergunakan kecil 7. Memiliki handoff

8. Efisiensi kanal tinggi karena menggunakan mode akses jamak (multiply access) seperti frequency division multiple access (FDMA), time divisin multiple access (TDMA), dan code division multiple access (CDMA).

2.2 Konsep Seluler

Cell adalah Area Cakupan (coverage area) dari Radio Base Station, daerah layanan ini dibagi-bagi menjadi daerah yang kecil-kecil yang disebut cellular, yang sifatnya pelanggan mampu bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan.

(5)

Selular artinya adalah sistem komunikasi jarak jauh tanpa kabel, selular adalah bentuk komunikasi modern yang ditunjukkan untuk menggantikan telepon rumah yang masih menggunakan kabel. Pada sistem seluler semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan yang lain sehingga bentuk sel secara heksagonal lebih mewakili di banding bentuk lingkaran. Bentuk lingkaran lebih mewakili perserbaran daya yang ditransmisikan oleh antena .

Bentuk seperti itu adalah bentuk ideal, didalam prakteknya bentuk seperti itu tidak pernah di temukan, karena radiasi antena tidak bisa membentuk daerah cakupan seperti itu, disamping itu keadaan geografis (kontur) turut mempengaruhi bentuk sel, sehingga bentuk sel sebenarnya bisa di gambarkan seperti Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bentuk sel sebenarnya

Pada Gambar 2.3 pada setiap sel-sel dipegang oleh 1 BTS pada suatu daerah tertentu, sel-sel ini dapat diubah ukuran nya sesuai tingkat daya antena pemancar untuk menangani daerah-daerah yang padat.

(6)

Gambar 2.3 konsep sel

Sebagai pengguna ponsel yang bergerak dari sel ke sel, percakapan dilakukan dengan teknik handoff antara sel-sel untuk mempertahankan layanan komunikasi agar berjalan lancar (tidak terputus). Saluran frekuensi yang digunakan dalam satu sel dapat digunakan kembali di sel lain yang letaknya agak jauh. Sel dapat ditambahkan untuk mengakomodasi pertumbuhan pelanggan , menciptakan sel-sel baru di daerah yang belum terlayani atau overlay sel di daerah yang telah terlayani.

Satu sel akan dilayani oleh site. Dalam satu site bisa memiliki lebih dari satu sel. Setiap site biasanya terdiri atas sebuah menara (tower) antena dan shelter. Ada juga yang hanya menjadi pengulang (repeater) untuk minilink saja. Penempatan site biasanya dilakukan di atas tanah, namun untuk daerah yang padat

site ditempatkan di atas gedung-gedung yang tinggi.

Dalam selular pola-pola untuk penyusunan kanal frekuensi dalam satu cluster,yaitu dengan aturan bahwa satu cluster tidak boleh menggunakan kanal frekuensi yang sama.

(7)

2.2.1 Frekuensi Reuse

Konsep frekuensi reuse yaitu memungkinkan penggunaan frekuensi yang sama pada sel yang berbeda, diluar jangkauan interferensinya. Parameter yang menjadi ukuran adalah perbandingan daya sinyal/carrier terhadap daya total interferensinya.

Pada frequency reuse, penggunaan kanal tidak tergantung pada frequency

carrier yang sama untuk beberapa wilayah cakupan. Pada Gambar 2.4 dapat

dilihat penggunaan ulang kanal frekuensi. Pada sel a yang menggunakan kanal radio f1 mempunyai radius R dapat digunakan ulang pada sel yang berbeda dengan jangkauan yang sama pada jarak D dari sel yang sebelumnya.

Gambar 2.4 Konsep Frekuensi Reuse

Sedangkan jarak pemisah relatif terhadap radius sel dinyatakan dengan D/R. Persamaan rumus di bawah ini [1]:

D/R= √3K (2.1) Di mana :

D = jarak antara BS dengan BS yang lain R = radius sel

K = jumlah pola frekuensi

Cluster adalah sekelompok sel yang masing-masing selnya memiliki 1 set

(8)

sering juga dilambangkan = N) adalah jumlah sel yang terdapat dalam 1 cluster. Ukuran cluster tergantung dari syarat C/I (Carrier to Interference) sistem seluler.

Beberapa cluster dapat disusun atau diulang-ulang menjadi suatu kelompok

cluster dalam suatu sistem. Gambar 2.5 adalah gambar cluster 3 dan 4 dimana

K=3 maka dalam satu cluster ada terdapat 3 sel demikian dengan K=4 terdapat 4 sel yang berbeda dalam satu cluster.

Gambar 2.5 Frekuensi Reuse dengan 3 dan 4 Kluster

Kaidah penetuan nomor sel atau kaidah parameter geser dengan cara lalui sejauh i sel dari sel referensi sepanjang rantai heksagonalnya ( garis lurus yang menghubungkan dua pusat sel), lalu berputar 60̊ berlawanan dengan arah jarum jam, kemudian lalui sepanjang j sel pada arah tersebut. Pada posisi akhir disitulah letak frekuensi reusenya. Kaidah penentuan nomor sel dapat dilihat pada Gambar 2.6.

(9)

Dimana ukuran cluster dihitung dengan [1]: K = i2 + j2 + i.j (2.2) Untuk : i = 1 dan j = 1  K = 3 i = 1 dan j = 2  K = 7 i = 0 dan j = 2  K = 4 i = 1 dan j = 0  K = 4

Interferensi ada 2 yaitu Co-channel Interference dan Adjancent

Interference. Interferensi sangat berpengaruh pada kriteria performansi sistem

komunikasi seluler yaitu: kualitas suara (voice quality ), kualitas layanan (service quality), dan fasilitas tambahan (special features) [2].

Co-channel Interference ( CCI ) atau interferensi antar kanal disebabkan

oleh sel yang menggunakan frekuensi yang sama. Sedangkan interferensi merupakan faktor masalah utama yang membatasi kinerja dari sistem radio selular, dapat disebut dengan crosstalk. Sehingga interferensi co-channel adalah

crosstalk dari dua pemancar radio yang berbeda menggunakan frekuensi yang

sama. CCI tidak dapat dihilangkan dengan memperbesar daya pembawa di pemancar karena bila daya dinaikkan maka akan menaikkan daya interferensi yang berasal dari sel co-channel. Untuk menghilangkan pengaruh interferensi, maka jarak sel co-channel harus dipisahkan sehigga secara fisik tidak terpengaruh oleh propagasi gelombang. Interferensi co-channel merupakan fungsi dari parameter q yang didefinisikan sebagai [2]:

𝑞 =

𝐷𝑅 (2.3)

Dimana:

(10)

R = radius sel

Nilai q disebut faktor pengurangan interferensi co-channel (co-channel

reductionfactor) dapat ditentukan untuk setiap level dari perbandingan sinyal

terhadap interferensi yang diinginkan.

Interferensi Adjacent merupakan interferensi kanal berdekatan. Interferensi ini terjadi karena filter yang digunakan di penerima bukan merupakan suatu filter ideal, sehingga sebagian daya dari kanal lain dapat diterima / menginterferensi sinyal utama. Atau tidak sempurnanya frekuensi operasi dari filter pada receiver. Penggunaan receiver ini mengakibatkan frekuensi yang berdekatan dapat lolos dari filter. Interferensi ini akan menjadi masalah yang serius bila kanal yang bersebelahan.

Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh adjacent channel

interference, yaitu :

1. Mempertajam karakteristik peredaman pada filter. (Hal ini sulit atau tergantung pada perkembangan teknologi)

2. Memberi jarak / spasi frekuensi operasi dalam satu cakupan yang sama (merupakan paling realisitis untuk dilakukan).

Efek dari adjacent channel interference dapat diperkecil dengan proses filterisasi yang baik dan pembagian kanal (channel assignment) yang baik.

Channel assignment dilakukan dengan memberikan jarak frekuensi pemisah yang

(11)

2.2.2 Konsep Handoff

Konsep handoff yaitu memungkinkan seorang pengguna pindah dari suatu sel ke sel yang lain tanpa adanya pemutusan hubungan. Terjadi pemindahan frekuensi/kanal secara otomatis yang dilakukan oleh sistem.

2.3 Penugasan Kanal ( Channel Assignment )

Channel assignment merupakan pengalokasian kanal frekuensi ke setiap sel

berdasarkan atas beban trafik yang diketahui. Pengalokasian kanal frekuensi ini bergantung pada kemampuan reuse pada kelompok sel dan trafik yang ada.

Secara umum strategi penempatan kanal adalah untuk peningkatan kapasitas kanal dari setiap sel dan meminimalkan interferensi sesuai dengan yang diinginkan. Strategi penempatan kanal yang telah dikembangkan untuk memenuhi tujuan di atas, dapat dikelompokkan menjadi fixed atau dinamic. Pemilihan strategi penempatan kanal dapat mempengaruhi kinerja dari sistem, terutama pengaturan panggilan saat sebuah pengguna berpindah dari satu sel ke sel yang lain.

Channel assignment dapat dibagi menjadi Fixed Channel Allocation (FCA)

dan Dynamic Channel Allocation (DCA).

2.3.1 Fixed Channel Allocation ( FCA )

Merupakan teknik pengalokasian kanal secara tetap, pada setiap sel dialokasikan kanal secara tetap. Karena setiap sel dialokasikan secara tetap maka dalam sistem ini diperlukan management kanal yang tetap. Bila seluruh kanal

(12)

terduduki maka sel akan diblok dan kadang digunakan strategi peminjaman kanal dari sel tetangga [2].

Syarat-syarat fixed channel allocation yaitu: 1. Setiap sel memiliki kelompok kanal yang tetap 2. Bila seluruh kanal terduduki, maka sel akan “block”.

3. Kadang digunakan strategi “peminjaman” kanal dari sel tetangga.

Kelebihan FCA dibandingkan dengan DCA adalah relatif lebih cepat untuk mengatur panggilan yang terjadi dalam sel, lebih murah untuk instalasi dan investasi awal karena tidak dibutuhkan komputer switching yang super cepat untuk pengambilan keputusan saat adanya alokasi kanal baru. Kelemahan dari FCA adalah:

1. Butuh perencanaan alokasi kanal yang sangat matang saat instalasi

2. Butuh pengecekan berkala untuk melihat optimasi pembagian kanal dalam satu cluster atau dalam satu sistem keseluruhan.

3. Operator harus sering mencek perkembangan pelanggan dalam tiap area, perkembangan pelanggan harus diikuti tersediamya kanal di area tersebut, sehingga harus mengatur ulang pola kanal frekuensi.

Operator harus mengecek keadaan di lapangan apakah ada perkembangan beban trafik atau ada daerah yang banyak pelanggannya tapi tidak tercover ataupun jelek performasinya.

2.3.2 Dynamic Channel Allocation ( DCA )

Dynamic Channel Allocation (DCA) merupakan salah satu strategi untuk

(13)

strategi DCA adalah bila beban trafik tidak merata dalam tiap sel maka pemberian kanal frekuensi pada tiap sel akan sering tidak terpakai dalam sel yang kurang padat, dan terjadi blocking pada sel dengan beban trafik padat. Teknik DCA dapat mengalokasi kanal frekuensi bila hanya beban trafik meningkat dan melepaskan kanal frekuensi bila beban trafik menurun. Beberapa teknik DCA tersebut adalah sebagai berikut [2]:

1. First Avaible (FA) 2. Nearest Neighbour (NN) 3. Hybrid Assigment Strategy

4. Borrowing with Channel Ordering Strategy (BCO) 5. Borrowing with Directional Channel Locking

Strategi DCA inilah yang diangkat dalam Tugas Akhir ini, dimana trafik pada setiap sel berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu.

2.4 Perumusan Channel Assignment

Permasalahan channel assignment (CAP) muncul dalam jaringan telepon seluler yakni rentang frekuensi diskrit dengan spektrum frekuensi radio tersedia yang disebut sebagai kanal, diperlukan untuk dialokasikan ke daerah lain guna meminimumkan bentangan frekuensi total, tergantung pada permintaan (demand) dan pembatas bebas interferensi (interference-free constraint).

Batasan electromagnetic compatibility (EMC) ditentukan melalui jarak minimum dimana dua kanal harus dipisahkan agar rasio S/I diterima kuat dapat dijamin dalam wilayah yang salurannya telah ditugaskan, dapat ditunjukkan melalui matriks N x N yang disebut matriks compatibility C.

(14)

Ada tiga jenis batasan kanal dalam penugasan kanal, yaitu [3] : 1. Cochannel Constraint (CCC) disebut cij dengan nilai = 1 atau 0

Dimana frekeunsi yang sama tidak dapat dialokasikan pada satu kanal dengan pasangan frekuensi lain secara bersamaan.

2. Adjacent Channel Constraint (ACC) disebut cij dengan nilai ≥ 2

Dimana frekuensi yang berdekatan tidak dapat dialokasikan untuk sel radio yang berdekatan secara bersamaan.

3. Cosite Constraint (CSC) disebut cii dengan nilai = α

Dimana setiap pasangan frekuensi yang ditetapkan dalam sel yang sama harus memiliki jarak frekuensi minimum α. Nilai α merupakan nilai positif mulai dari 0 ditugaskan ke sel i. Nilainya tergantung pada standar komunikasi yang digunakan. Pada umumnya nilai α dimulai dengan 5 untuk menyatakan jarak antar kanal dalam satu sel.

Dari ketiga hal tersebut dapat dihitung jumlah kanal minimun yang dapat disediakan untuk penugasan kanal, dengan rumus [3]:

Kanal minimun yang dibutuhkan = (cii(di − 1) + 1) (2.4) Dimana : cii = nilai maksimum CSC pada matrik C

di = nilai maksimum demand (kanal tertinggi)

Ilustrasi pada Gambar 2.7 menunjukan strategi Channel Assignment

(15)

Gambar 2.7 Matriks dan Bentuk Layout Sel

Dari ilustrasi Gambar 2.7 dapat diperoleh jumlah kanal/frekuensi minimum yang di butuhkan dengan melihat matriks demand dimana cii = 5, di = 3. Maka

dapat dihitung jumlah kanal minimum, 5 (3-1) + 1 = 11 kanal. Gambar 2.8 adalah cara penentuan letak kanal pada tiap-tiap sel.

c44 = 5 c44 = 5 c43 = 3 c42 = 2 c24 = 3 sel kanal/frekuensi

Gambar 2.8 Strategi Fequency Exhaustive Assignment

Untuk menugaskan kanal pada Gambar 2.8, langkah pertama adalah terlebih dahulu perlu dilihat pola layout sel bersamaan dengan memperhatikan kendala

Electromagnetic Compability (EMC) yaitu CCC, ACC, dan CSC. Tugaskan/tempatkan demand D terbesar yang ada. Pada ilustrasi Gambar 2.7

demand D terbesar adalah 3 yaitu pada sel ke 4 dengan jarak antara cosite (CCC)

adalah 5 yaitu menempati kanal (f1, f6, dan f11). Kemudian tempatkan demand D

berikutnya yaitu 1 pada sel ke 3 yang menempati kanal (f4). Selanjutnya pada

demand yang sama yaitu 1 untuk sel 2 dan demand 1 untuk sel 1 yang menempati

(16)

2.5 Utilisasi

Utilisasi disini adalah memanfaatkan kanal yang kosong agar semua kanal dapat dialokasikan secara maksimal. Utilisasi bertujuan mengefisienkan biaya pemakaian kanal dengan cara mengurangi kanal yang tidak terpakai.

2.6 Algoritma Tabu Search

Tabu Search berasal dari Tongan, suatu bahasa Polinesia yang digunakan

oleh suku Aborigin Pulau tonga untuk mengindikasikan suatu hal yang tidak boleh “disentuh” karena sakralnya. Menurut kasus Webster, Tabu berarti larangan yang dipaksakan oleh kebudayaan sosial sebagai suatu tindakan pencegahan atau sesuatu yang dilarang karena berbahaya. Bahaya yang harus dihindari dalam Tabu

Search adalah penjadwalan yang tidak layak, dan terjebak tanpa ada jalan keluar

[4]. Dalam konteks lebih luas, larangan perlindungan dapat diganti jika terjadi tuntutan yang mendadak. Pada tahun 1986 ,Fred Glover mengutarakan konsep dasar dari tabu search adalah merupakan suatu algoritma yang menuntun setiap tahapannya agar dapat menghasilkan kriteria aspirasi yang paling optimum tanpa terjebak ke dalam solusi awal yang ditemukan selama tahapan itu berlangsung [5].

2.6.1 Pengertian Algoritma Tabu Search

Tabu Search adalah sebuah metode optimasi yang berbasis pada local search. Proses pencarian bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya, dengan

cara memilih solusi terbaik neighbourhood solusi sekarang (current) yang tidak tergolong solusi terlarang (tabu). Ide dasar dari algoritma tabu search adalah

(17)

mencegah proses pencarian dari local search agar tidak melakukan pencarian ulang pada ruang solusi yang sudah pernah ditelusuri, dengan memanfaatkan suatu struktur memori yang mencatat sebagian jejak proses pencarian yang telah dilakukan. Struktur memori fundamental dalam tabu search dinamakan tabu list [4].

Tabu list menyimpan atribut dari sebagian move (transisi solusi) yang telah

diterapkan pada iterasi-iterasi sebelumnya. Tabu search menggunakan tabu list untuk menolak solusi-solusi yang memenuhi atribut tertentu guna mencegah proses pencarian mengalami cycling pada daerah solusi yang sama, dan menuntun proses pencarian menelusuri daerah solusi yang belum dikunjungi. Tanpa menngunakan strategi ini, local search yang sudah menemukan solusi optimum

local dapat terjebak pada daerah solusi optimum local tersebut pada iterasi-iterasi

berikutnya.

2.6.2 Mekanisme Algoritma Tabu Search

Secara umum, algoritma tabu search dapat dituliskan sebagai berikut [6]: 1. Membangkitkan solusi awal

Mempunyai acuan awal sebelum tabu search dimulai. 2. Menentukan kriteria aspirasi

Suatu penanganan khusus terhadap move yang dinilai dapat menghasilkan solusi yang baik namun move tersebut berstatus tabu. Umumnya diterapkan jika pergerakan tabu tersebut menghasilkan kandidat solusi yang memiliki nilai yang lebih baik daripada solusi terbaik yang telah dihasilkan. Pada tugas akhir ini parameter kriteria aspirasi inilah yang akan digunakan untuk melihat hasil kinerja

(18)

optimasi algoritma tabu search. Nilai kriteria aspirasi ini yang akan digunakan, yang nilainya berasal dari nilai cosite constraint atau cii. Adapun nilai kriteria aspirasi yang digunakan pada tugas akhir ini adalah 5,6, dan 7.

3. Melakukan move

Ada beberapa macam move yang dapat dipilih selama proses pencarian ini berlangsung [4]:

Local search, yang terdiri dari dua macam yaitu insertion (memilih secara acak

satu bagian struktur untuk dipindah ke bagian yang lain) dan swap (memilih secara acak dua bagian struktur untuk selanjutnya ditukar posisinya).

Neighborhood search, pada setiap perulangan local search atau tabu search,

perubahan bentuk lokal dapat dipakai untuksolusi yang ada yang ditandai dengan S, menggambarkan suatu set solusi-solusi berdekatan di dalam ruang pencarian, ditunjukkan N(S). N(S) adalah suatu subset ruang pencarian yang digambarkan dengan, N(S) = {solusi-solusi yang diperoleh dengan menerapkan perubahan

bentuk local tunggal untuk S}.

4. Melakukan intensifikasi

Memori jangka menengah menyimpan sejumlah solusi yang berkualitas (elite solution) yang dihasilkan selama proses pencarian. Memori jangka menengah ini bertujuan untuk memberikan prioritas kepada atribut dari solusi berkualitas tersebut.

5. Melakukan diversifikasi

Memori jangka panjang menyimpan infromasi tentang kandidat solusi yang pernah dikunjungi. Berdasarkan infromasi tersebut, memori ini dapat mengeksplorasi area dalam ruang pencarian yang belum dikunjungi.

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur umum komunikasi selular
Gambar 2.2  Bentuk sel sebenarnya
Gambar 2.3 konsep sel
Gambar 2.4 Konsep Frekuensi Reuse
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prihartanto (2013) tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi

Andri Waskita Aji Nur Anita Chandra P Teguh Erawati Supeni Endahjati Anif Istianah. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila

Wahbah al-Zuhaili dengan judul “ Ahkam al-Aulad al-Natijin ‘an al-Zina ” yang disampaikan pada Daurah ke-20 Majma’ Fiqh Islami di Makkah pada 25 – 29 Desember

,uatu larutan mempunyai dua enis si!at-si!at larutan yang sama% yaitu si!at-si!at larutan yang tergantung pada enis.sedangkan si!at yang kedua adalah si!at yang tidak

Guru memberikan soal pre test tentang materi system pengapian sepeda motor, Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri tentang system

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh iradiasi gamma terhadap mikroba pelarut fosfat dan kalium, mempelajari perubahan kemampuan mutan

Dari dua tes hasil belajar yaitu tes hasil belajar pengetahuan dan tes hasil belajar keterampilan, keduanya menunjukan hasil yang tuntas sehingga dapat

Oleh karena itu, dalam permainan sepak bola, unsur-unsur motor ability menjadi komponen yang sangat penting artinya dalam mendukung ketika menggiring