• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki suatu masalah kependudukan, yaitu kemiskinan. Data statistika Badan Pusat Statistika No. 86/09/Th. XVIII, 15 September 2015, mengatakan bahwa jumlah dan presentase penduduk miskin dari tahun 2009 hingga Maret 2015 mengalami penurunan dari 32.52 juta menjadi 28.59 juta. Merupakan suatu keberhasilan jika sebuah Negara dapat mengurangi jumlah penduduk miskinnya. Namun tidak terjadi hal yang sama dengan jumlah anak terlantar di Indonesia. Jumlah anak meningkat hampir 33% dari tahun 2008 hingga 2013, dari yang jumlahnya 154.861 jiwa menjadi 230.000 jiwa yang sebagian besar hidup di Jakarta dan sekitarnya (Austin Foundation, 2013).

Gambar 1.1 Diagram Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Kota Depok (sumber : BPS Kota Depok 2014)

Indonesia memiliki beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan lain-lain. Semakin besar sebuah kota, maka masalah mengenai kesejahteraan dan kependudukan juga semakin kompleks. Sama halnya seperti Kota Depok yang terletak di pinggiran Kota Jakarta. Kota Depok mengalami titik puncak jumlah keluarga miskin pada tahun 2010, yaitu mencapai 49.253 jiwa. Secara grafik, dari tahun 2010 hingga 2013, jumlah penduduk miskin di Depok memang menurun, dari 49.253 jiwa menjadi 45.912 jiwa (BPS

(2)

2 Kota Depok Tahun 2014). Namun, pada kenyataan masih banyak gelandangan dan anak-anak yang terlantar. Menurut KEMENDAGRI, jumlah gelandangan naik 3% pada tahun 2013 – 2014, dari 4000 anak menjadi 4205 anak.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1 dikatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Walaunpun fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, masih banyak kasus yang menimpa anak-anak terlantar ini pada tahun 2015. Kasus yang menimpa mereka adalah menjadi korban eksploitasi, razia, pelecehan, sodomi, kekerasan, pembunuhan, dan lain-lain. Lingkungan hidup mereka yang bebas dan tidak terkendali membuat anak-anak sudah mengenali barang-barang yang seharusnya jauh dari mereka, seperti rokok, judi, dan narkoba.

Ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk mengentaskan anak jalanan, yaitu melalui tiga jenis pendekatan. Pendekatan tersebut adalah street based, community based, dan center based. Street based adalah dimana para pekerja sosial atau volunteer langsung turun ke jalan dalam rangka pendekatan dan pembinaan. Community based adalah pendekatan oleh lembaga non resmi yang didirikan oleh para aktivis sosial untuk pembinaan anak-anak jalanan. Center based adalah pembinaan yang dilakukan oleh lembaga resmi, seperti lembaga pemerintah.

Salah satu contoh dari center based adalah Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang dibentuk oleh Kementrian Sosial. Program ini membantu anak-anak untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, pendidikan, kesehatan, tempat tinggal dan air bersih, rekreasi, keterampilan, penguatan tanggung jawab orangtua/keluarga dalam pengasuhan, perlindungan anak, dan penguatan lembaga kesejahteraan social anak. Namun, program ini masih belum dapat menutupi segala keperluan anak terlantar, karena baru 175.611 anak yang menerima bantuan (Indonesia Ucanews, 2014).

Contoh dari community based adalah rumah singgah untuk anak jalanan. Rumah singgah dinilai menjadi cara yang efektif untuk membina anak-anak jalanan. Jumlahnya yang banyak dan hampir ada di setiap kota membuat pembinaan menjadi lebih mudah. Rumah singgah merupakan tempat yang tidak resmi yang memberikan pendidikan, pembinaan, serta tempat kembali untuk anak-anak jalanan. Salah satu contoh rumah singgah adalah Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia yang ada di Kota Depok,

(3)

3 Jawa Barat, yang terletak di pinggir Terminal Terpadu Kota Depok. Rumah singgah ini merupakan rumah singgah terbesar di Depok dengan jumlah penggunanya lebih dari 1800 orang. Di rumah singgah ini, anak-anak diberikan kehidupan, tempat berlindung, tempat kembali, dan pendidikan formal gratis. Jenis pengguna di rumah singgah ini sangat beragam, dilihat dari jenis pendidikan yang disediakan, yaitu dimulai dari PAUD hingga SMA, membuat pengguna rumah singgah begitu banyak macamnya.

Jumlah pengguna rumah singgah begitu banyak, namun tidak didukung dengan jumlah ruang yang tersedia sehingga harus ada manajemen waktu untuk penggunaan ruang. Pengguna di rumah singgah tidak hanya mereka dengan kondisi yang sempurna saja, namun ada anak dengan kebutuhan khusus yang juga menggunakannya. Namun sayangnya desain rumah singgah masih belum dapat memfasilitasi kebutuhan anak-anak khusus ini. Selain itu, kondisi rumah singgah yang sudah buruk dan tidak layak huni semakin membuat tidak nyaman untuk anak-anak. Letak rumah singgah yang ada di pinggir terminal kendaraan umum juga membahayakan bagi anak-anaknya karena tidak ada batas pengaman antara sirkulasi kendaraan umum dan area rumah singgah.

Rumah singgah ini membutuhkan desain yang aman dan nyaman bagi penggunanya serta dapat menampung jumlah pengguna dan variasi aktivitas yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, rumah singgah membutuhkan desain yang fleksibel untuk ruang dan elemen pendukungnya untuk memfasilitas pengguna dan aktivitas yang terjadi.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Permasalahan Umum

Kondisi eksisting Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia membutuhkan ruang yang dapat menampung jumlah pengguna yang tidak dapat ditentukan serta ruang untuk berkegiatan, sehingga harus dibuat perencanaan tentang bagaimana sebuah rumah singgah dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk berbagai macam jenis penggunanya serta dapat menampung jumlah penggunanya dengan fungsi ruang yang dapat berubah sehingga kegiatan di dalam rumah singgah dapat berjalan dengan baik.

(4)

4 a. Bagaimana menciptakan desain ruang rumah singgah yang efektif yang dapat

menampung berbagai macam pengguna.

b. Bagaimana menciptakan ruang yang dapat berubah fungsi dan layout sesuai dengan kebutuhannya.

c. Bagaimana menciptakan sebuah desain rumah singgah yang aman dan nyaman untuk berbagai macam penggunanya.

1.3. Tujuan Pembahasan

Tujuan redesain Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia adalah : a. Menyediakan ruang yang sesuai dengan berbagai macam penggunanya.

b. Menyediakan ruang yang fleksibel untuk berbagai macam kegiatan rumah singgah. c. Memberikan kenyamanan untuk pengguna berkebutuhan khusus.

d. Menciptakan desain rumah singgah yang aman dan nyaman bagi penggunanya.

e. Menciptakan suasana rumah singgah yang menyenangkan untuk beraktivitas di dalamnya.

1.4. Sasaran Pembahasan

Mewujudkan suatu desain rumah singgah yang efektif yang dapat menampung jumlah pengguna yang berubah-ubah dan desain ruang yang dapat berubah fungsi dan layout sesuai dengan kebutuhannya serta mewujudkan sebuah desain rumah singgah yang aman dan nyaman untuk segala penggunanya.

1.5. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan ditekankan pada fungsi rumah singgah sebagai tempat beraktivitas, belajar, dan istirahat untuk anak jalanan dengan fungsi ruang yang dapat menampung berbagai jenis kegiatan dan jumlah pengguna dengan rasa aman dan nyaman untuk berbagai macam penggunanya.

1.6. Metode Pembahasan

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data-data untuk membuat laporan ini adalah sebagai berikut :

(5)

5 a. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati kegiatan di Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia untuk memahami kebutuhan, masalah, dan kendala yang dihadapi yang kemudia dicari penyelesainnya.

b. Wawancara/diskusi

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan diskusi secara langsung dengan pengguna Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan mendokumentasikan kegiatan yang terjadi di Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia dan anak jalanan.

d. Studi Literatur

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan lingkup pembahasan.

1.7. Sistematika Penulisan a. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan latar belakang yang menjadi landasan penulis untuk redesain Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia agar dapat menciptakan fungsi ruang dan kenyamanan bagi penggunanya.

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan lingkup pembahasan, seperti anak jalanan, rumah singgah, sekolah alternatif, hunian, fleksibilitas ruang, dan ruang untuk difabel serta hasil observasi yang dilakukan.

c. Bab III Sekolah MASTER Indonesia

Pada bab ini diuraikan mengenai Rumah Singgah Sekolah MASTER Indonesia itu sendiri, seperti sejarah, kondisi eksisting bangunan, jumlah murid, dan kegiatan yang ada di rumah singgah.

(6)

6 Bab ini berisikan kondisi eksisting tapak, alternatif-alternatif yang bisa diberikan dan kebutuhan untuk perencanaan perancangan.

e. Bab V Konsep Perancangan

Bab ini berisikan konsep-konsep perencanaan perancangan.

1.8. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan ini sebagai pembanding agar tidak terjadi penduplikasian judul serta pendekatan yang dilakukan. Berikut beberapa judul yang mengangkat tema “Rumah Singgah” :

a. Rumah Singgah sebagai Ruang Transisi Kehidupan Jalanan menuju Hunian yang Lebih Layak

Oleh : Joko Widodo Septyanto (05/189817/TK/31178). Tugas Akhir JUTAP FT UGM Persamaan : Fungsi ruang

Perbedaan : Penekanan konsep perancangan

b. Rumah Singgah Anak Jalanan Penekanan pada Karakter Bebas Anak Jalanan Oleh : Yuli Susanti (06/197957/TK/32179). Tugas Akhir JUTAP FT UGM Persamaan : Fungsi Bangunan

(7)

7 1.9. Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Kota Depok  (sumber : BPS Kota Depok 2014)
Gambar 1.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam rangka mengevaluasi keadaan perkembangan Cervus timorensis pada penangkaran - penagkaran di Pulau Jawa dalam rangka mempersiapkan komoditas daging rusa

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap

NUR

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana pada konsentrasi Ribavirin 40 ppm ternyata plbs yang bebas CyMV adalah eliminasi yang sempurna sebesar 100% setelah

Hasil kali elementer A  hasilkali n buah unsur A tanpa ada pengambilan unsur dari baris/kolom yang sama...

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan antara kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga dengan kualitas hidup

6 mahasiswa baru yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar, menarik diri dari lingkungan dan lebih memilih untuk membiarkan masalah yang terjadi antara dirinya