• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade terakhir dinilai sebagai prestasi yang sangat baik. Pada tahun 1971-an Total Fertility Rate (TFR) berkisar antara 5,29 hingga 5,81 sementara pada tahun 1991-an turun menjadi sekitar 3,22 hingga 3,25. Dilihat dari persentasenya, penurunan tersebut hampir mencapai 40 persen (Faturochman, 1996). Data TFR dari hasil Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 1997) menunjukkan penurunan dari tahun 1991 sebesar 3,02 menjadi 2,86 pada tahun 1994, dan 2,79 pada tahun 1997 (BPS, 1998).

Penurunan angka fertilitas terjadi di semua daerah atau propinsi, termasuk Propinsi Sulawesi Selatan. Angka TFR Sulawesi Selatan menurun sampai lebih dari setengah dibandingkan kondisi pada awal tahun 1970-an. Berdasarkan Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 1996, 1998 dan 2001, TFR di Sulawesi Selatan masing-masing 2,59; 2,67; dan 2,81. Ini menunjukkan bahwa selama periode Susenas 1996-2001, setiap wanita melahirkan rata-rata 2-3 anak selama masa reproduksinya. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan sekitar 30 tahun yang lalu, dengan TFR pada saat itu masih tinggi yaitu 5,71. Namun angka tersebut dari tahun ke tahun semakin

(2)

menunjukkan penurunan. Kondisi tersebut juga terjadi di Kota Makassar. Berdasarkan data Susenas 2002, TFR Kota Makassar pada tahun 2001 sebesar 2,16. Nilai TFR-nya lebih rendah dari Prop.Sul-Sel (BPS, 2002).

Penurunan fertilitas menunjukkan adanya pergeseran nilai anak. Dahulu sebagian besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “banyak anak banyak rezeki”, maka sekarang pameo itu berubah menjadi “banyak anak banyak beban”. Keuntungan finansial (materi) dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang tua apabila mempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam membesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, maka biaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut dapat membebani orang tuanya.

Dari beberapa hasil penelitian tentang fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang menjadi sebab utama tinggi rendahnya fertilitas adalah beban ekonomi keluarga. Dalam hal ini ada dua pandangan yang saling bertentangan. Pandangan pertama beranggapan bahwa dengan mempunyai jumlah anak yang banyak dapat meringankan beban ekonomi yang harus ditanggung orang tua. Di sini anak dianggap dapat membantu (meringankan) beban ekonomi orang tua bila mereka sudah bekerja. Pandangan kedua, yang dapat dikatakan pandangan yang agak maju, beranggapan bahwa anak banyak bila tidak berkualitas justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orangtua kelak. Dengan anggapan

(3)

tetapi berkualitas. Untuk memiliki anak yang berkualitas sudah jelas diperlukan waktu, tenaga, perhatian, dan biaya yang tidak sedikit yang pada akhirnya akan menjadi beban orang tua. Berkaitan dengan ini, agar beban tidak terlalu berat, orang tua cenderung ingin memiliki anak sedikit.

Fawcett (1986) mengemukakan bahwa ada enam nilai anak bagi orang tua, yaitu (1) perekat cinta kasih, (2) sumber tenaga kerja, (3) asuransi di hari tua, (4) pelangsung keturunan, (5) sumber rezeki, (6) anak sebagai teman, penolong dan pelindung.

Persepsi tentang nilai anak akan dapat mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki. Sebagian orang berpendapat bahwa jumlah anak banyak dapat merupakan asset keluarga yang menguntungkan karena dapat diharapkan untuk membantu keluarga, khususnya di bidang ekonomi. Akan tetapi sebagian orang lain berpendapat sebaliknya, yaitu anak banyak hanyalah merupakan beban ekonomi keluarga yang tidak ringan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya jumlah anak akan menyebabkan juga banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sebagai kewajiban dan rasa tanggung jawab orang tua.

Penurunan fertilitas tentu memberikan kenyataan bahwa jumlah anak yang dimiliki seorang wanita semakin sedikit. Akibatnya, wanita semakin mempunyai banyak waktu, selain mengasuh anaknya. Terlebih-lebih bagi perempuan yang sudah memiliki anak yang sudah beranjak dewasa. Maka banyak wanita yang memanfaatkan tenaga dan waktu

(4)

luang yang dimiliki untuk melakukan aktivitas di luar tugas domestik mereka, terutama aktivitas ekonomi.

Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 31, menyatakan bahwa wanita mempunyai kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Dengan jumlah anak yang rendah, maka tugas-tugas wanita sebagai ibu rumah tangga, khususnya dalam mengasuh, memelihara, dan membesarkan anak akan berkurang (Ediastuti, 1995). Dengan demikian, dapat diartikan pula bahwa fertilitas yang rendah akan menyebabkan banyaknya tenaga dan waktu luang bagi wanita, yang seharusnya untuk mengurus anak. Didukung oleh semakin banyaknya wanita yang memiliki anak sedikit, maka banyak wanita yang memanfaatkan tenaga dan waktu luang. Hal tersebut memberikan peluang besar kepada wanita untuk memasuki dunia kerja.

Dibandingkan dengan penduduk laki-laki maka wanita yang masuk dalam dunia kerja berjumlah lebih sedikit. Namun peningkatan partisipasi angkatan kerja justru lebih banyak terjadi pada wanita. Tjiptoherijanto (1999) mengemukakan bahwa antara tahun 1980 dan 1990 angkatan kerja wanita meningkat sebesar sekitar 7% yaitu dari 32,6% menjadi 39,6%. Sementara pada periode yang sama, angkatan kerja laki-laki meningkat hanya 1,8% yaitu dari 68,8% menjadi 70,6%. Pada kelompok pendidikan rendah, jumlah wanita yang bekerja relatif sama dengan laki-laki. Untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi angka ini relatif lebih

(5)

wanita yang bekerja semakin kecil. Akan tetapi di masa depan wanita dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih banyak masuk ke pasar kerja. Selain karena jumlahnya meningkat, juga karena lapangan kerja membutuhkan keahlian tertentu, terutama di bidang-bidang jasa seperti misalnya tenaga penjualan, kesehatan, pendidikan, pelayanan dan lain sebagainya.

Kondisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita di Sulawesi Selatan tidak jauh berbeda dengan kondisi di daerah lain. TPAK di Sul-Sel, perbedaan antara laki-laki dan wanita cukup menyolok, tapi beberapa tahun ini terjadi peningkatan TPAK pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Pada tahun 1996 TPAK laki-laki sekitar 71% dan wanita 29%, kemudian pada tahun 1998 terjadi peningkatan, TPAK laki-laki menjadi 73% dan wanita 32%.Kemudian pada tahun 2001, TPAK laki-laki 72% dan wanita 31%. Data tersebut menunjukkan bahwa selama 5 tahun (tahun 1996-2001) TPAK wanita lebih tinggi peningkatannya yaitu sekitar 2-3% sedangkan TPAK laki-laki sekitar 1-2% (BPS, 2002). Walaupun peningkatan TPAK wanita di Sul-Sel tidak terlalu tajam, tetapi dengan semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga dan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan diri dan adanya peluang besar kepada wanita untuk masuk ke dunia kerja sehingga semakin banyak wanita yang ingin memiliki anak sedikit, terutama untuk kondisi wanita di Kota Makassar.

(6)

Fenomena yang terjadi berdasarkan pada fakta di atas, yaitu semakin menurunnya fertilitas serta semakin besarnya peluang wanita untuk masuk ke dunia kerja. Dengan kondisi demikian, memunculkan ketertarikan untuk mengetahui bagaimana gambaran persepsi nilai anak dan kecenderungan permintaan anak pada wanita terutama wanita dari pasangan usia muda. Persepsi tentang nilai anak dan berapa jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki berbeda antara satu orang dengan lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi nilai dan permintaan anak bagi seseorang, diantaranya tingkat pendidikan, penghasilan, status kerja, usia perkawinan, kematian anak, kondisi pemukiman, status migrasi, umur, dan agama.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas, secara konkret permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migran, status kerja, dan kematian bayi/balita.

2. Bagaimana hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, dan umur perkawinan pertama dengan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda.

3. Bagaimana perbedaan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migran, status kerja,

(7)

4. Bagaimana hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, umur perkawinan pertama dan persepsi nilai anak dengan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda.

5. Bagaimana besar rata-rata permintaan anak antara pemukiman kumuh dan tidak kumuh menurut agama, status migrasi, umur, pendidikan, penghasilan, umur perkawinan pertama, status kerja, kematian bayi/balita pada wanita pasangan usia muda.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migrasi, status kerja, dan kematian bayi/balita di Kota Makassar.

2. Mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, dan umur perkawinan pertama dengan persepsi nilai anak pada wanita pasangan usia muda di Kota Makassar.

3. Mengetahui perbedaan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda menurut kondisi pemukiman, agama, status migrasi, status kerja, dan kematian bayi/balita di Kota Makassar.

4. Mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, penghasilan, umur perkawinan pertama dan persepsi nilai anak dengan permintaan anak pada wanita pasangan usia muda di Kota Makassar.

5. Mengetahui rata-rata permintaan anak antara pemukiman kumuh dan tidak kumuh menurut agama, status migrasi, umur, pendidikan,

(8)

penghasilan, umur perkawinan pertama, status kerja, kematian bayi/balita pada wanita pasangan usia muda di Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pengambil kebijakan di bidang kependudukan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya bagi Pemerintah Kota Makassar.

2. Sumbangan ilmiah dalam memperkaya wawasan kajian kependudukan dan pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, masukan untuk tindakan koreksi di Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Urologi diperoleh dari evaluasi keluhan, evaluasi kepuasan, temuan audit,

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok... Simpan di

Kelancaran distribusi pupuk bersubsidi akibat faktor kebijakan waktu dapat terlihat dari nilai total tingkat kelancaran distribusi lebih tinggi pada bagian lancar

14 Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan secara rutin untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk penyimpangan mutu ( spesifikasi )

Jadi, berdasarkan hasil observasi, hasil jurnal guru dan peserta didik, hasil wawancara, dan dokumentasi foto dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi menggunakan model

Selain itu, dari penelitian ini juga akan dihasilkan database mengenai deskripsi karakter pada masing-masing padi lokal, sehingga para pemulia dapat menggunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keterampilan guru, mendeskripsikan aktivitas siswa dan menemukan peningkatan hasil belajar IPS materi Koperasi

typhi BA 07.4 bersifat imunogenik, yang ditunjukkan terjadinya reaksi antara antibodi anti protein 58kDa dengan protein 58kDa ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4,