• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA DAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MULSA DAN PEMUPUKAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA DAN PEMUPUKAN UREA

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH

(Capsicum annum L.)

Try Koryati

ABSTRAK

Melihat kebutuhan dan permintaan akan cabai merah cukup besar maka perlu diadakan teknik budidaya untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman cabai merah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penggunaan mulsa mana yang terbaik dan dosis pupuk urea yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan mulsa berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah dan produksi tertinggi diperoleh pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (M3) diikuti oleh penggunaan mulsa alang-alang (M1) dan mulsa jerami

padi (M2), sedangkan produksi terendah diperoleh pada perlakuan tanpa penggunaan

mulsa (M0). Perlakuan pemupukan urea juga berpengaruh nyata terhadap produksi

tanaman cabai merah dan produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan pemupukan urea dengan dosis 135 g/plot atau 450 kg/Ha. Hasil penelitian penggunaan mulsa ini dapat digunakan sebagai alternatif metode untuk manipulasi lingkungan tempat untuk tanaman cabai merah.

Kata kunci: Penggunaan Naungan dan Tanaman Cabai Merah

PENDAHULUAN

Tanaman cabai merah (Capsicum annum, L) adalah salah satu komoditi tanaman sayuran buah semusim yang pengting dan dikenal sebagai bahan makanan pelengkap penghangat dan penyedap cita rasa masakah khas di Indonesia, disamping mempunyai kandungan vitamin A dan vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh (Sunaryono, 2000).

Kebutuhan akan cabai merah tiap tahun semakin meningkat sehubungan dengan semakin beragam dan bervariasinya jenis masakan yang menggunakan bahan asal cabai merah mulai dari kebutuhan rumah tangga, buah segar sampai kepada kebutuhan luar negeri. Tingkat konsumsi per kapita terhadap cabai merah pada tahun 1992 sebesar 3.16 kg/tahun + 8.9 g per kapita per hari, tidak termasuk kebutuhan industri (Santika, 2002).

Melihat kebutuhan dan permintaan akan cabai merah cukup besar maka perlu diadakan teknik budidaya untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman cabai merah, salah satu diantaranya adalah teknologi budidaya cabai merah (Sunaryono, 2000).

Dalam rangka memacu produksi tanaman cabai merah ada beberapa faktor yang dapat dilakukan disamping penggunaan benih atau bibit unggul, yaitu manipulasi lingkungan tempat untuk tanaman seperti ; penggunaan mulsa pada tanaman cabai merah. Pada awalnya penggunaan mulsa ditujukan kepada pencegahan erosi pada musim hujan dan pencegahan kekeringan pada musim kemarau. Pada dewasa ini pemulsaan pada cabai merah berkembang pada kajian iklim mikro tanah, refleksi matahari dan daya serap permukaan tanah (Umboh, 2002).

Penggunaan bahan mulsa pada cabai merah bisa dari bahan alami, seperti : tanaman, limbah hasil panen, daun-daunan, batang tanaman dan jeramin padi. Sedangkan bahan sintetis bisa digunakan seperti plastik polietilen, hanya saja bahan dari sintetis harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan bahan mulsa alami. Dengan demikian perlu pertimbangan analisa tentang efektifitas kedua bahan tersebut.

Untuk mendapatkan produksi yang maksimum tanaman cabai merah harus dilengkapi dengan pemberian unsur hara yang cukup dan tepat. Salah satu unsur hara yang esensial adalah Nitrogen yang

(2)

tergabung kepada unsur hara makro yang digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan vegetatif bagi tanaman cabai merah (Anonimus, 2000; Sutejo, 2002). Dari beberapa percobaan menunjukkan bahwa penggunaan Nitrogen yang mencapai pada batas tertentu dalam jumlah yang banyak akan mengakibtkan produksi tanaman cabai merah lebih tinggi (Sunaryono, 2000). Untuk mengetahui penggunaan mulsa mana yang terbaik dan berapa dosis pupuk Nitrogen yang tepat pada tanaman cabai merah maka perlu dilakukan penelitian.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di lahan petani Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan ketinggian tempat ± 20 m dari permukaan laut, pH tanah 6.5. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2003 sampai dengan bulan Agustus 2003.

Bahan dan alat yang digunakan adalah : benih cabai merah (varietas ethoi), pupuk kandang, pupuk dasar, pupuk urea, jerami, plastik hitam perak, alang-alang, fungisida desenemix, insektisida curacon, 50 EC, polybag, babat, cangkul, garu, gembor, handsprayer, meteran, schlippler, alat tulis dan lain-lain yang dianggap perlu.

Penelitian menggunakan Rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu : faktor pertama (I) penggunaan Mulsa (M) dengan 4 jenis yaitu : MO = Mulsa (M) dengan 4 jenis yaitu : MO = tanpa penggunaan mulsa (kontrol), M1 = penggunaan mulsa alang-alang, M3 = penggunaan mulsa plastik hitam perak. Sedangkan Faktor kedua (II) dosis pupuk Urea (Untuk ) dengan 4 taraf yaitu : UO = kontrol (tanpa pupuk), U1 = 1500 kg/Ha setara dengan 45 g/plot, U2 = 300 kg/Ha setara dengan 90 g/plot, U3 = 450 kg/Ha setara dengan 135g/pot.

Pelaksanaan Penelitian Tanah diolah kemudian dibuat bedengan/plot-plot dengan ukuran 1 x 3 m, tinggi 40 cm dan jarak antar plot 60 cm. Setelah itu dilakukan pemupukan (pupuk dasar). Pemasangan mulsa dilakukan pada saat matahari terik untuk mulsa tidak kendor, sedangkan mulsa jerami dan alang-alang yang telah kering dihamparkan secara merat di atas permukaan plot. Selanjutnya dilakukan

penanaman dengan cara melubangi mulsa sesuai dengan jarak tanam dan besarnya media tanam. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan dosis perlakuan.

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm). Diameter batang (mm). Jumlah cabang (buah). Hasil panen per tanaman (gr) dan hasil produksi panen per Ha (ton).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman dan Diameter Batang

Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan mulsa (M) 8 minggu setelah tanam (mst) tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang, tapi perlakuan M1 cenderung menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dan diameter batang terbesar. Sedangkan perlakuan pupuk Urea (U) pada umur 8 mst juga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Cabai oleh Penggunaan Mulsa (M) dan Pupuk Urea (U) pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam (mst) Perlakuan Tinggi Tanaman 8 mst (cm) Diameter Batang 8 mst (mm) Penggunaan Mulsa (M) M0 = Tanpa mulsa 77.04 a 8.58 a M1 = Mulsa Alang-alang 80.29 a 9.54 a M2 = Mulsa Jerami 79.58 a 9.50 a M3 = Mulsa Hitam Perak 76.58 a 8.96 a Dosis Pupuk Urea

U0 = Tanpa urea 79.88 a 8.88 a U1 = 45 gr Urea/plot 76.42 a 9.42 a U2 = 90 gr Urea/plot 76.72 a 9.17 a U3 = 135 gr Urea/plot 78.43 a 9.13 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom dan Kelompok perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Tabel 2. Rataan Jumlah Cabang Cabai Merah oleh Penggunaan Mulsa (M) dan Perlakuan Pupuk Urea (U) pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam (mst) Perlakuan Jumlah Cabang (buah) Penggunaan Mulsa M0 = Tanpa mulsa 33.87 b B

Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.) Try Koryati

(3)

M1 = Mulsa Alang-alang 41.67

a A

M2 = Mulsa Jerami 39.17

a AB

M3 = Mulsa Hitam Perak 43.58

a A

Dosis Pupuk Urea 37.33

a U0 = Tanpa urea 40.83 a U1 = 45 gr Urea/plot 38.83 a U2 = 90 gr Urea/plot 41.33 a U3 = 135 gr Urea/plot

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan 1% (huruf besar) berdasarkan Uji Jarak Duncan.

Jumlah Cabang

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan mulsa menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang pada umur 8 mst, dimana jumlah cabang terbanyak diperoleh pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (M3)

yang berbeda nyata dengan kontrol (M0)

tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1 dan M2. Sedangkan

perlakuan pemupukan Urea dan interaksi antara keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata, tapi perlakuan U3 cenderung

menunjukkan jumlah cabang terbanyak. Produksi per Tanaman dan per Hektar

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan penggunaan mulsa (M) dan urea (U) berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman dan per hektar pada tanaman cabai merah. Produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan M3 dan produksi terendah pada pelakuan M0. Sedangkan pada perlakuan Urea, produksi yang tertinggi diperoleh pada dosis pupuk 135 g urea/plot (U3) dan terendah pada perlakuan U0 (kontrol). Interaksi antara keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata.

Tabel 3. Rataan Produksi per Tanaman dan per Hektar Tanaman Cabai Merah oleh Penggunaan Mulsa (M) dan Pemupukan Urea (Untuk ) pada Umur 8 mst. Perlakuan Produksi Per Tanaman (gr) Per Hektar (Ton) Penggunaan Mulsa M0 = Tanpa mulsa 57.91 c B 5.18 b B M1 = Mulsa Alang-alang 67.65 a A 5.97 a A M2 = Mulsa Jerami 63.21 b A B 5.79 a AB M3 = Mulsa Hitam Perak 68.78 a A 6.26 a A Dosis Pupuk Urea

U0 = Tanpa urea 51.41 c C 4.71 c C U1 = 45 gr Urea/plot 64.28 b B 5.99 b B U2 = 90 gr Urea/plot 67.68 b B 5.90 b B U3 = 135 gr Urea/plot 73.67 a A 6.61 a A

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan 1% (huruf besar) berdasarkan Uji Jarak Duncan.

Pembahasan

1. Pengaruh Penggunaan Mulsa

Secara statistik perlakuan mulsa tidak nyata berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan diameter batang (Tabel.1) tetapi tinggi tanaman dan diameter batang tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan mulsa alang-alang (M1),

diikuti dengan mulsa jerami (M2) dan mulsa

plastik hitam perak (M3), sedangkan yang

terendah terdapat pada perlakuan tanpa mulsa (M0). Hal ini disebabkan bahwa

mulsa alang-alang, jerami dan plastik tidak menghambat pertumbuhan tanaman ke permukaan (Nurhayati, dkk. 1986).

Adanya peningkatan pertumbuhan tanaman juga disebabkan persediaan akan unsur hara terpenuhi bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Umboh (2002) yang menyatakan bahwa pada tanah-tanah yang tidak diberi mulsa ada kecendrungan menurunnya bahan organik tanah dan sebaliknya pada tanah-tanah yang diberi mulsa kandungan bahan organiknya cukup mantap dan cenderung meningkat. Selanjutnya mulsa dapat mengurangi penguapan dalam kurun waktu yang lama dan karena dapat menambah bahan organik tanah maka kemampuan untuk menahan air menjadi meningkat.

Pengaruh mulsa terhadap produksi dapat terlihat bahwa produksi tertinggi diperoleh pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (M3) diikuti oleh perlakuan M1

(4)

pada perlakuan tanpa mulsa (M0). Hasil ini

diduga karena mulsa plastik hitam perak dapat mempertahankan kestabilan iklim mikro di dalam tanah, dimana warna perak pada permukaan atasnya dapat memantulkan kembali radiasi matahari yang datang sehingga dapat meningkatkan fotosintesis, sedangkan warna hitam dari mulsa tersebut akan menyebabkan radiasi matahari yang diteruskan ke dalam tanah menjadi kecil bahkan mungkin nol, keadaan ini akan menyebabkan suhu tanah tetap rendah sehingga memberikan hasil yang baik (Umboh, 2002).

Rukmana (1994) mengemukakan bahwa keuntungan dari mulsa plastik hitam perak diantaranya warna hitam dari mulsa menimbulkan kesan gelap sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma, sedangkan warna perak dari mulsa dapat mengurangi hama Apids, Trips dan Tungau serta secara tidak langsung dapat menjaga tanah agar tetap dapat meningkatkan hasil dan mutu hasil.

2. Pengaruh Pemupukan Urea

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemupukan Urea dosis yang lebih tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang dan produksi.

Meningkatkan pertumbuhan dan produksi dengan pemberian Urea pada taraf U3 (450 kg/ha atau 135 g/plot) hal ini disebabkan karena kebutuhan tanaman akan unsur N terpenuhi untuk meningkatkan pertumbuhan. Menurut Thompson dan Kelly (1979) bahwa nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan dan memberikan hasil yang lebih besar mendorong pertumbuhan vegetasi seperti daun, batang dan akar yang mempunyai peranan penting di dalam tanaman.

Selain itu peranan unsur hara Nitrogen bagi tanaman yaitu membuat bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung klorofil yang berperan dalam fotosintesis. Unsur tersebut juga bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan meninggi bagi tanaman, memperbanyak jumlah anakan, mempengaruhi lebar dan panjang daun serta membuat buat menjadi besar, menambah kadar protein dan lemak bagi tanaman (Pitojo, 1997).

3. Pengaruh Interaksi Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea

Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa interansi antara penggunaan mulsa dan pemupukan urea menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di muka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan penggunaan mulsa nyata berpengaruh terhadap jumlah cabang dan produksi tanaman cabai merah, sedangkan terhadap parameter yang lain tidak nyata. Perlakuan penggunaan mulsa yang terbaik adalah perlakuan M3 (penggunaan mulsa plastik hitam perak)

2. Perlakuan pemupukan urea memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi per tanaman dan produksi per hektar. Produksi tertinggi dicapai oleh pemupukan Urea sebesar 450 kg/Ha setara dengan 135 gr/plot.

3. Interaksi antara penggunaan mulsa dan pemupukan Urea menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2000. Teknologi Budidaya Cabai Merah Sistem Mulsa Plastik. Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Nurhayati, H.M. Yusuf Nyakpa, A.M Lubis,

S.G. Nugroho, M. Rusli Saul, M. Amin Dika, Go Ban Hong dan H.H. Bayle. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Unversitas Lampung. 488 hal.

Pitojo. S. 1997. Penggunaan Urea Tablet. Penerbit Swadaya Jakarta.

Rukmana. R. 1994. Budidaya Cabai Merah Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Jogjakarta.

Santika, A. 2002. Agribisnis Cabai Merah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.) Try Koryati

(5)

Sunaryono, H.H. 2000. Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algesindo, Bandung

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Thomson, H.C. dan W.C Kelly. 1979. Vegetable Crops, Mc Grow Hill Publissing Company Ltd, New York Umboh, H.A. 2002. Petunjuk Penggunaan

Mula PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa  penggunaan mulsa (M) 8 minggu setelah  tanam (mst) tidak menunjukkan pengaruh   yang  nyata terhadap tinggi tanaman dan  diameter batang, tapi perlakuan M1  cenderung menunjukkan tinggi tanaman   tertinggi  dan diameter batang te
Tabel  3. Rataan Produksi per Tanaman  dan per Hektar Tanaman Cabai  Merah  oleh Penggunaan Mulsa (M)  dan Pemupukan Urea (Untuk ) pada  Umur 8 mst

Referensi

Dokumen terkait

Ada sebuah hal yang menarik dari Werner Rutz dalam bukunya Cities and Towns in Indonesia dimasukannya fasilitas kantor pos pada 74 macam

Menurut Subekti 68 , pengertian Itikad baik dapat ditemui dalam hukum benda (pengertian subjektif) maupun dalam hukum perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen, misalnya satu

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara konformitas dengan aspek risk-taking behavior yaitu exploratory risk behavior pada remaja awal (r = 0.224, p = 0.031 < 0.05),

Berdasarkan analisis data tentang bentuk, fungsi dan, makna numeralia BMDKH, dapat disimpulkan bahwa bentuk numeralia bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu khususnya

Penelitian ini merupakan replikasi yang merupakan kombinasi daripenelitian Masruroh dan Zulaikha (2013), penelitian Rustyaningsih (2011) dan Fahluzy dan Agustina (2014)

Jumlah parasitemia dihitung dengan cara membandingkan jumlah sel darah yang terinfeksi dengan jumlah seluruh sel darah merah yang diamati selama 14 hari berturu-turut dari

Pengembangan usahatani jambu mete yang berorientasi agribisnis dan berkelanjutan diarahkan untuk mengembangkan pola industrial dan padu-padan serta sinergisme dengan usaha lain