• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

__________________________________________________________________________________________

1 Mahasiswa Akuntansi, Program S1, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 2 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang

3 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA

PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR

Febri Ferta Yanto1, Mukhlizul Hamdi2, Meihendri3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Email : febri.fertayanto@gmail.com

Abstract

The purpose of this study was to examine the effect of local revenue (PAD) and Fund Balance (DP) of the Financial District and City governments in West Sumatra. The population in this study were 19 district and town in the province of West Sumatra, wich already has the data of the local budget (APBD) 2009-2013. This study uses data collection directly spaciousness and the research literature. The data used is data secondary data sources are from DPKD West Sumatra province. To examine the effect of local revenue (PAD) and Fund Balance (DP) of the Financial Performance of government used multiple linear regression model. The results showed that the original income (PAD) and Fund Balance (DP) in partial and simultaneous effect on the financial performance and the district government in the city of West Sumatra province.

Keywords : Local Revenue (PAD), Intergovermental Transfer, Government Financial Performance

Pendahuluan

Provinsi Sumatera Barat

merupakan salah satu provinsi yang telah

menerapkan otonomi daerah dengan

landasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur semua urusan pemerintahan dan memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat

setempat. Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat secara demokratis, adil,

merata, dan berkesinambungan (Halim, 2007 : 229).

Pengelolaan dan pertanggung

jawaban keuangan daerah telah ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Pasal 4 No.105 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa

pengelolaan keuangan daerah harus

dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka tentunya akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah itu sendiri. Kinerja

(performance) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaa suatu

kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasara,tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

strategic planning suatu organisasi

(Mahsun, 2006: 25). Kinerja keuangan

daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim,

(2)

2

berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus prestasinya secara objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja

pemerintah daerah adalah dengan

melakukan analisis rasio keuangan

terhadap APBD yang telah ditetapkan dan

dilaksanakan. Dalam organisasi

pemerintah untuk mengukur kinerja

keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat desentralisasi, ketergantuan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service coverage

ratio, dan pertumbuhan (Halim dalam

Sularso, 2011).

Namun pada kenyataannya,

berdasarkan data yang ada pada DPKD Provinsi Sumbar pada periode 2009-2013 menyebutkan bahwa masih banyaknya permasalahan yang terjadi pada Kabupaten dan Kota di provinsi Sumbar dalam pengelolaan keuangannya yaitu masih banyaknya Realisasi PAD yang belum mencapai target PAD yang disepakati. Ini juga serupa yang terdapat di media online yaitu dilihat dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dharmasraya tidak satu pun yang mencapai target yang disepakati (www.hariansinggalang.co.id, 2012). Permasalahan ini serupa yang terjadi pada Kabupaten Dharmasraya yaitu Menjelang tahun anggaran 2011 berakhir realisasi PAD Solok selatan masih jauh dibawah target (www.padek.com, 20 oktober 2011).

Permasalahan yang terjadi di

Kabupaten dan Kota di provinsi Sumbar juga terjadi karena ketergantungan yang dimiliki pemerintah daerah terhadap dana

perimbangan yang ditransfer di

bandingkan dengan pendapatan asli (PAD) daerah yang dihasilkan dinilai masih sangat tinggi, sehingga menjadi salah satu

permasalahan terkait otonomi dan

desentralisasi keuangan daerah (data

DPKD Provinsi Sumbar). Permasalahan ini juga serupa yang ditemukan di media online yaitu Ketergantungan yang dimiliki pemerintah daerah di Indonesia terhadap dana perimbangan yang ditransfer dinilai masih sangat tinggi, sehingga menjadi salah satu permasalahan terkait otonomi

dan desentralisasi keuangan daerah

(www.anatarasumbar.com, 2014). di Kota Bukit Tinggi yang mencakup tentang permasalahan pendapatan asli daerah (PAD) tapi juga memilki ketergantungan

yang cukup besar terhadap dana

perimbangan untuk mendanai program dan kegiatan (www.antarasumbar.com, 2010).

Berdasarkan temuan bukti-bukti tersebut, jelas terlihat bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah masih buruk dan dapat dinilai belum baik. Salah satu

instrumen untuk menilai kinerja

Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan.

PAD dan Dana Perimbangan

memiliki peranan yang besar sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan

pada akhirnya mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi di daerah.

Penurunan kegiatan ekonomi diberbagai daerah juga menyebabkan penurunan PAD daerah sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom. Begitu juga sebaliknya peningkatan kegiatan ekonomi diberbagai daerah akan meningkatkan

PAD daerah sehingga pelaksanaan

kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah tidak terhambat (Ebit, et al. 2012).

Penelitian sejenis sebelumnya telah dilakukan oleh Ebit Julitawati, Darwanis, Jalaluddin (2012) yang meneliti tentang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana

(3)

3

perimbangan terhadap kinerja keuangan kabupaten/kota di provinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.

Penelitian ini juga senada dengan penelitian Cherrya Dhia Wenny (2012) tentang Analisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan

pada pemerintah kabupaten/kota di

provinsi Sumatera Selatan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, namun, secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan, sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan mempengaruhi kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Dan Krisna Dwipayana Hamara (2012) meneliti tentang Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Studi Kasus di Pemerintahan Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Dana Perimbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya (2) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah di Pemerintah Kota Tasikmalaya (3) Dana Perimbangan dan pendapatan asli daerah secara simultan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di pemerintah Kota Tasikmalaya. Ini berarti bahwa keseluruhan komponen

PAD sangat mempengaruhi kinerja

keuangan pemerintah.

Penelitian mengenai Kinerja

Keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dikarnakan masih banyak hasil penelitian yang belum konsisten dan juga masih banyaknya

permasalahan-permasalahan yang sangat dominan terjadi pada Kabupaten dan Kota mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masih belum tergarap sebagai mestinya dan tingginya Dana Perimbangan sebagai ketergantungan keuangan, dan peneliti ingin melakukan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan

judul “PENGARUH PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN DAN KOTA DI

PROVINSI SUMBAR PERIODE 2009-2013“.

Teori dan Pengembangan Hipotesis Kinerja Keuangan Pemerintah

Kinerja (performance) adalah

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaa suatu kegiatan atau program

atau kebijakan dalam mewujudkan

sasara,tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006: 25). Kinerja

merupakan gambaran pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan dalam

mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006:117).

Menurut Halim (2004:24) kinerja keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan

daerah dalam menjalankan otonomi

daerah. Menurut (Halim, 2008:133)

Kinerja keuangan adalah suatu ukuran

kinerja yang menggunakan indikator

keuangan. Analisis keuangan pada

dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja dimasa lalu dengan melakukan berbagai

(4)

4

keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.

Dalam organisasi pemerintah untuk

mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat desentralisasi, ketergantuan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service

coverage ratio, dan pertumbuhan (Halim

dalam Sularso, 2011).

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan merupakan semua

penerimaan daerah dalam bentuk

peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan pusat pertanggung jawaban. Pusat pertanggung jawaban ada pada DPRD, Sekretariat Daerah, Dinas-dinas, dan Lembaga teknis

daerah. Sumber pendapatan dirinci

berdasarkan kelompok dan jenis

pendapatan. Pusat pertanggung jawaban dirinci berdasarkan bagian atau fungsi dan unit organisasi pemerintah daerah (Halim, 2004:69).

Menurut Ahmad Yani (2002:51) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah

merupakan pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluarsaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas desentralisasi.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ebit, et al. (2012) dan

Hamara (2012) menyebutkan bahwa

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Hal ini bertolak belakang dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wenny (2012) yang membuktikan bahwa secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan, sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan mempengaruhi kinerja keuangan, dan juga Rukmana (2013) penelitiannya membuktikan bahwa secara

parsial pajak daerah berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah, sedangan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah

H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan

Dana Perimbangan

Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi. Pada

Akuntansi Keuangan Daerah (Abdul

Halim, 2004:69) menyatakan bahwa Dana

Perimbangan merupakan dana yang

bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Salah satu tujuan pemberian Dana Perimbangan

tersebut adalah untuk mengurangi

kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan antar daerah, serta meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah.

Pada aspek hubungan pemerintahan pusat dan daerah ini (Elmi, 2002:55) mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan akan terjadi

(5)

5

pembagian keuangan yang adil dan rasional. Artinya bagi daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam akan memperoleh bagian pendapatan yang jumlahnya lebih besar sedangkan daerah-daerah lainnya akan mengutamakan bagian dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Penelitian ini sejalan dengan yang

dilakukan oleh Rukmana (2013)

membuktikan bahwa secara parsial dana

perimbangan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan, dan Ebit, et al.

(2012) membuktikan bahwa Dana

Perimbangan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamara (2012) berbeda dengan hasil penelitian yang lainnya membuktikan

bahwa Dana Perimbangan tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

H2 : Pengaruh Dana Perimbangan berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan

PAD dan Dana Perimbangan

memiliki peranan yang besar sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan

pada akhirnya mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi di daerah.

Penurunan kegiatan ekonomi diberbagai daerah juga menyebabkan penurunan PAD daerah sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom. Begitu juga sebaliknya peningkatan kegiatan ekonomi diberbagai daerah akan meningkatkan

PAD daerah sehingga pelaksanaan

kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah tidak terhambat.

Ebit, et al. (2012), Hamara (2012), Wenny (2012) dan Rukmana (2013) membuktikan bahwa Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H3 : Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Perimbangan berpengaruh

Terhadap Kinerja Keuangan Metodologi Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi seluruh pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat.Data sampel yang digunakan adalah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat yang berjumlah 19 Kabupaten dan Kota, terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota. Penelitian ini memiliki rentang waktu 5 tahun yaitu mulai dari tahun 2009-2013. Maka jumlah semua sampel berjumlah 95 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data berasal dari dokumen laporan realisasi APBD yang

diperoleh dari Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi

Sumatera Barat. Dari laporan realisasi APBD tahun 2009-2013 dapat diperoleh

data mengenai Kinerja keuangan,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Metode pengumpulan data yang dignakan adalah metode langsung kelapangan dan kepustakaan.

Variabel Dependent (Variabel

Terikat) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Pemerintah

yang diukur menggunakan Rasio

Efektivitas dan Rasio Ketergantungan

Keuangan, sedangkan variabel

Independent (Variabel Bebas) yang

digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan.

(6)

6

Kinerja (performance) adalah

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaa suatu kegiatan atau program

atau kebijakan dalam mewujudkan

sasara,tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006: 25). Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu maupun kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang

hendak dicapai. Kinerja merupakan

gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006:117).

Kinerja keuangan pemerintah

daerah menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga

daerahnya sehingga tidak tergantung

sepenuhnya kepada pemerintah pusat (Yunus, 2013). Menurut Halim (2004:24) kinerja keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang

dapat digunakan untuk melihat

kemampuan daerah dalam menjalankan

otonomi daerah. Menurut (Halim,

2008:133) Kinerja keuangan adalah suatu

ukuran kinerja yang menggunakan

indikator keuangan. Analisis keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja dimasa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.

Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan dalam Kinerja Keuangan yang

dipakai oleh peneliti adalah Rasio

Efektivitas dan Rasio Ketergantungan Keuangan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendapatan asli daerah

merupakan pendapatan daerah yang

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas desentralisasi (Yani, 2002:51).

Dana Perimbangan merupakan

dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah (Abdul Halim, 2004:69).

Model Regresi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

Y = α + β1PAD + β2DP + e Dimana :

Y = Kinerja Keuangan

α = Konstanta

β = Slope atau Koefisien Regresi

PAD = Pendapatan Asli Daerah

DP = Dana Perimbangan

e = Eror

Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Sebelum dilakukannya analisis regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Dan sesudah dilakukan pengujian analisis regresi berganda maka uji yang dilakukan adalah uji Parsial dan Simultan.

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah statistik

(7)

7

deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinieritas,uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), uji R2, uji f (uji Simultan), dan uji t (uji Parsial). Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan analisis regresi linier berganda.

Setelah melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dapat disimpulkan tidak terdapat masalah asumsi klasik dalam penelitian ini.

Hasil Uji kelayakan model (uji F) menunjukkan nilai F signifikan 0,050 < α

= 0,05) (tingkat signifikan yang

digunakan), karena lebih berat ke daerah signifikan yang menunjukan bahwa secara

Simultan (bersama-sama) variabel

independen (PAD dan DP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan

Rasio Efektivitas (RE), dan nilai F

signifikan signifikan 0,000 < α = 0,05 (tingkat signifikan yang digunakan) yang

menunjukan bahwa secara Simultan

(bersama-sama) variabel independen (PAD dan DP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan yang diukur

menggunakan Rasio Ketergantungan

Keuangan (RKK). Berdasarkan

pengolahan data yang dilakukan untuk koefisien determinasi (R2), nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,43 dan 0,243 atau 43% dan 24,3%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang diteliti mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen yang diukur menggunakan Rasio Efektivitas dan

Rasio ketergantungan Keuangan sebesar

43 % dan 24,3 %, sisanya 57 % dan 75,7 % lagi ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.

Hasil pengujian hipotesis dapat dilahat dari tabael 1 dibawah ini :

Tabel 1

Hasil Pengujian Hipotesis RE Variabel

Independen

Koef.

Regresi Nilai t Sig. t Α

LN_PAD 7,984 2,434 0,17 0,05

LN_DP -5,026 -1,066 0,289 0,05

Tabel 2

Hasil Pengujian Hipotesis RKK Variabel

Independen

Koef.

Regresi Nilai t Sig. t Α

LN_PAD -5,722 -5,164 0,00 0,05

LN_DP 7,894 4,957 0,00 0,05

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa LN_PAD memiliki nilai t-sig sebesar 0,017 < α (α = 0,05), yang artinya

Pendapatan Asli Daerah memiliki

pengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan

Rasio Efektivitas. Sedangkan variabel

LN_DP memiliki nilai t-sig sebesar 0,289 > α (α = 0,05), yang artinya Dana Perimbangan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan

yang diukur menggunakan Rasio

Efektivitas. Jadi dapat disimpulkan,

variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh secara signinifikan terhadap

Kinerja Keuangan yang diukur

menggunakan Rasio Efektivitas, sedangkan variabel Dana Perimbangan memiliki pengaruh secara tidak signifikan terhadap

Kinerja Keuangan yang diukur

menggunakan Rasio Efektivitas. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa LN_PAD memiliki nilai t-sig sebesar 0,000 < α (α = 0,05), dan LN_DP memiliki nilai t-sig sebesar 0,000 < α (α = 0,05) yang artinya Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan memiliki pengaruh signifikan terhadap

Kinerja Keuangan yang diukur

menggunakan Rasio Ketergantungan

Keuangan. Jadi dapat disimpulkan,

variabel Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan memiliki pengaruh secara

(8)

8

signinifikan terhadap Kinerja Keuangan

yang diukur menggunakan Rasio

Ketergantungan Keuangan.

Berdasarkan pada hasil analisis data pada Tabel 1 yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (LN_PAD) adalah sebesar 7,984 yang berarti bahwa setiap peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1% akan meningkatkan Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan

Rasio Efektivitas sebesar 7,984% dengan

asumsi variabel lain konstan. Koefisien

regresi Dana Perimbangan (LN_DP)

adalah sebesar -5,026 yang berarti bahwa setiap peningkatan Dana Perimbangan sebesar 1% akan menurunkan Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan

Rasio Efektivitas sebesar 5,026% dengan

asumsi variabel lain konstan. Sedangkan pada hasil analisis data pada Tabel 2 yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (LN_PAD) adalah sebesar -5,722 yang berarti bahwa setiap penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1% akan menurunkan

Kinerja Keuangan yang diukur

menggunakan Rasio Ketergantungan

Keuangan sebesar 5,026% dengan asumsi

variabel lain konstan. Koefisien regresi

Dana Perimbangan (LN_DP) adalah

sebesar 7,894% yang berarti bahwa setiap peningkatan Dana Perimbangan sebesar 1% akan meningkatkan Kinerja Keuangan

yang diukur menggunakan Rasio

Ketergantungan Keuangan sebesar

7,894% dengan asumsi variabel lain konstan.

Kesimpulan

Berdasarkan pendahuluan, kajian

teori dan pengolahan data serta

pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

secara Parsial berpengaruh

signifikan terhadap Kinerja

Keuangan pemerintah

Kabupaten dan Kota di provinsi Sumatera Barat yang diukur menggunakan Rasio Efektivitas pada tahun 2009-2013.

2. Dana Perimbangan (DP) secara Parsial berpengaruh signifikan

terhadap Kinerja Keuangan

pemerintah Kabupaten dan

Kota di provinsi Sumatera

Barat yang diukur

menggunakan Rasio

Ketergantungan Keuangan pada tahun 2009-2013.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (DP)

secara Simultan

(bersama-sama) berpengaruh signifikan

terhadap Kinerja Keuangan

pemerintah Kabupaten dan

Kota di provinsi Sumatera

Barat yang diukur

menggunakan Rasio Efektivitas

dan Rasio Ketergantungan

Keuangan pada tahun 2009-2013.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Untuk mengukur kinerja

keuangan pemerintah daerah

dapat diganti dengan

menggunakan pengukuran

Rasio Efisien, Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Derajat Desentralisasi

Fiskal, Rasio Indeks

Kemampuan Rutin dan Rasio Keserasian.

2. Untuk pemerintah daerah

(9)

9

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan tujuan agar dapat membiayai belanja

daerahnya sendiri sehingga

mengurangi transfer Dana

Perimbangan dari pemerintah

pusat sebagai wujud

kemandirian daerah dalam

membiayai belanjanya.

Kemampuan untuk memenuhi belanja daerah membuktikan bahwa pemerintah daerah telah melakukan keefektivitasannya

terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah

kabupaten/kota itu sendiri. Daftar Pustaka

Abdul Halim, 2004. Bunga Rampai

Manajemen Keuangan Daerah.

Yogyakarta: UPP YKPN.

_______, 2004. Akuntansi Keuangan

Daerah. Edisi Revisi, Penerbit

Salemba Empat. Jakarta.

_______, 2007. Akuntansi Keuangan

Daerah. Yogyakarta: Penerbit

Salemba Empat.

_______, 2008. Analisis Investasi (Belanja

Modal) Sektor Publik Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN,

Yogyakarta.

Agus Widarjono, 2007. Ekonometrika

Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua,

Penerbit Ekonisia Fakultas

Ekonomi UII. Yogyakarta.

Ahmad Yani, 2002. Hubungan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan

Daerah di Indonesia. Edisi

Revisi, Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

_______, 2008. Hubungan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta:

Rajagrafindo.

Ebit, et al, 2012. Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Dana

Perimbangan Terhadap Kinerja

Keuangan Pemerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.

Jurnal Akuntansi. Magister

Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Elmi, B, 2002. Keuangan Pemerintah

Daerah Otonom di Indonesia.

Jakarta: UI- Press.

Hamara, Krisna Dwipayana, 2012.

Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus di Pemerintahan Kota Tasikmalaya). Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Imam Ghozali, 2013. Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program.

Edisi Tujuh, Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Indra Bastian, 2006. Akuntansi Sektor

Publik, Suatu Pengantar. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor

Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.

Yogyakarta.

Mohamad Mahsun, 2006. Pengukuran

Kinerja Sektor Publik.

Yogyakarta: Edisi Pertama.

Penerbit BPFE-Yogyakarta.

Mohammad Yusuf, 2010. Langkah

Pengelolaan Aset Menuju

Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta : Salemba Empat.

Saragih, Juli Panglima, 2003.

Desentralisasi Fiskal dan

Keuangan Daerah Dalam

Otonomi. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Sesotyaningtyas, Mirna, 2012. Pengaruh

(10)

10

Intergovermental Revenue dan

Pendapatan Pajak Daerah

terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah. Accounting

Analysis Journal. Universitas

Negeri Semarang. Semarang.

Sjafrizal, 2014. Perencanaan

Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Penerbit Rajawali Pers.

Jakarta.

Sularso, Havid, Yanuar E Ristanto, 2011.

Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Alokasi Belanja Modal

dan Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah.

Media Riset Akuntansi. Fakultas

Ekonomi Universitas Jenderal

Soedirman. Purwokerto.

Uma Sekaran, 2007. Research Methods

For Business. Edisi empat,

Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah.

Jakarta 1999.

_______, Nomor 25 Tahun 1999 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,

Jakarta 1999.

_______, Nomor 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara. Jakarta 2003.

_______, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah. Departemen

Dalam Negeri Republik

Indonesia, Jakarta 2004.

_______, Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Departemen Dalam negeri

Republik Indonesia, Jakarta 2004.

_______, Nomor 32 Tahun 2008 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Departemen Dalam negeri

Republik Indonesia, Jakarta 2008. Wenny, Cherrya Dhia, 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Terhadap Kinerja

Keuangan Pada Pemerintah

Kabupaten dan Kota Di Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah.

STIE MDP, Sumatera Selatan.

www.hariansinggalang.co.id, 2012 www.anataranews.com, 16 Januari 2014 www.padek.com, 20 oktober 2011 www.kliksumbar.com, 2013 www.anatarasumbar.com, 2014 www.antarasumbar.com, 2010

Yuliandriansyah, 2009. Otonomi Daerah

dan Investasi. Artikel Online.

(http://yuliandri

ansyah.staff.uii.ac.id/2009

/02/02/otonomi-daerah-dan-investasi/, di-akses tanggal 21 Januari 2011).

Yuwono, S. Et al, 2005. Penganggaran

Sektor Publik. Surabaya: Bayumedia

(11)

Referensi

Dokumen terkait

gogik, kepribadian, sosial, dan professional. 59 Dengan demikian, demi keber- hasilan pelayanan BK yang profesional harus dilaksanakan oleh guru BK yang profesional

Bawang merah dapat digunakan sebagai obat herbal yang berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh (kompres), secara umum bawang merah ( Allium Cepa var. ascalonicum ) adalah

Tujuan progam ini adalah untuk menyadarkan kepada anak sejak usia dini bahwa lingkungan memerlukan perhatian kasih sayang dan cinta agar lingkungan juga memeberika timbal balik

Melalui diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menyusun karya tulis sejarah yang berjudul “ perlawanan rakyat aceh dan ternate terhadap

[r]

Penyaji diwajibkan menguasai sepuluh materi tari Tradisi Gaya Surakarta Putri, diantaranya : Tari Bedhaya Si Kaduk Manis, Tari Bedhaya Duradasih, Tari Bedhaya

J udul Penelitian : POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DENGAN SISWA SD PENYANDANG DOWN SYNDROM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menempuh peendidikan di Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar Jenjang Magister Fakultas Kedokteran Dasar