__________________________________________________________________________________________
1 Mahasiswa Akuntansi, Program S1, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 2 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang
3 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA
PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH
KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR
Febri Ferta Yanto1, Mukhlizul Hamdi2, Meihendri3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Email : febri.fertayanto@gmail.com
Abstract
The purpose of this study was to examine the effect of local revenue (PAD) and Fund Balance (DP) of the Financial District and City governments in West Sumatra. The population in this study were 19 district and town in the province of West Sumatra, wich already has the data of the local budget (APBD) 2009-2013. This study uses data collection directly spaciousness and the research literature. The data used is data secondary data sources are from DPKD West Sumatra province. To examine the effect of local revenue (PAD) and Fund Balance (DP) of the Financial Performance of government used multiple linear regression model. The results showed that the original income (PAD) and Fund Balance (DP) in partial and simultaneous effect on the financial performance and the district government in the city of West Sumatra province.
Keywords : Local Revenue (PAD), Intergovermental Transfer, Government Financial Performance
Pendahuluan
Provinsi Sumatera Barat
merupakan salah satu provinsi yang telah
menerapkan otonomi daerah dengan
landasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur semua urusan pemerintahan dan memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat
setempat. Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat secara demokratis, adil,
merata, dan berkesinambungan (Halim, 2007 : 229).
Pengelolaan dan pertanggung
jawaban keuangan daerah telah ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Pasal 4 No.105 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus
dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka tentunya akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah itu sendiri. Kinerja
(performance) adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaa suatu
kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasara,tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi
(Mahsun, 2006: 25). Kinerja keuangan
daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim,
2
berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus prestasinya secara objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja
pemerintah daerah adalah dengan
melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan. Dalam organisasi
pemerintah untuk mengukur kinerja
keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat desentralisasi, ketergantuan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service coverage
ratio, dan pertumbuhan (Halim dalam
Sularso, 2011).
Namun pada kenyataannya,
berdasarkan data yang ada pada DPKD Provinsi Sumbar pada periode 2009-2013 menyebutkan bahwa masih banyaknya permasalahan yang terjadi pada Kabupaten dan Kota di provinsi Sumbar dalam pengelolaan keuangannya yaitu masih banyaknya Realisasi PAD yang belum mencapai target PAD yang disepakati. Ini juga serupa yang terdapat di media online yaitu dilihat dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dharmasraya tidak satu pun yang mencapai target yang disepakati (www.hariansinggalang.co.id, 2012). Permasalahan ini serupa yang terjadi pada Kabupaten Dharmasraya yaitu Menjelang tahun anggaran 2011 berakhir realisasi PAD Solok selatan masih jauh dibawah target (www.padek.com, 20 oktober 2011).
Permasalahan yang terjadi di
Kabupaten dan Kota di provinsi Sumbar juga terjadi karena ketergantungan yang dimiliki pemerintah daerah terhadap dana
perimbangan yang ditransfer di
bandingkan dengan pendapatan asli (PAD) daerah yang dihasilkan dinilai masih sangat tinggi, sehingga menjadi salah satu
permasalahan terkait otonomi dan
desentralisasi keuangan daerah (data
DPKD Provinsi Sumbar). Permasalahan ini juga serupa yang ditemukan di media online yaitu Ketergantungan yang dimiliki pemerintah daerah di Indonesia terhadap dana perimbangan yang ditransfer dinilai masih sangat tinggi, sehingga menjadi salah satu permasalahan terkait otonomi
dan desentralisasi keuangan daerah
(www.anatarasumbar.com, 2014). di Kota Bukit Tinggi yang mencakup tentang permasalahan pendapatan asli daerah (PAD) tapi juga memilki ketergantungan
yang cukup besar terhadap dana
perimbangan untuk mendanai program dan kegiatan (www.antarasumbar.com, 2010).
Berdasarkan temuan bukti-bukti tersebut, jelas terlihat bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah masih buruk dan dapat dinilai belum baik. Salah satu
instrumen untuk menilai kinerja
Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan.
PAD dan Dana Perimbangan
memiliki peranan yang besar sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan
pada akhirnya mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi di daerah.
Penurunan kegiatan ekonomi diberbagai daerah juga menyebabkan penurunan PAD daerah sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom. Begitu juga sebaliknya peningkatan kegiatan ekonomi diberbagai daerah akan meningkatkan
PAD daerah sehingga pelaksanaan
kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah tidak terhambat (Ebit, et al. 2012).
Penelitian sejenis sebelumnya telah dilakukan oleh Ebit Julitawati, Darwanis, Jalaluddin (2012) yang meneliti tentang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana
3
perimbangan terhadap kinerja keuangan kabupaten/kota di provinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Penelitian ini juga senada dengan penelitian Cherrya Dhia Wenny (2012) tentang Analisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan
pada pemerintah kabupaten/kota di
provinsi Sumatera Selatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, namun, secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan, sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan mempengaruhi kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan.
Dan Krisna Dwipayana Hamara (2012) meneliti tentang Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Studi Kasus di Pemerintahan Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Dana Perimbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya (2) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah di Pemerintah Kota Tasikmalaya (3) Dana Perimbangan dan pendapatan asli daerah secara simultan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di pemerintah Kota Tasikmalaya. Ini berarti bahwa keseluruhan komponen
PAD sangat mempengaruhi kinerja
keuangan pemerintah.
Penelitian mengenai Kinerja
Keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dikarnakan masih banyak hasil penelitian yang belum konsisten dan juga masih banyaknya
permasalahan-permasalahan yang sangat dominan terjadi pada Kabupaten dan Kota mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masih belum tergarap sebagai mestinya dan tingginya Dana Perimbangan sebagai ketergantungan keuangan, dan peneliti ingin melakukan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH
KABUPATEN DAN KOTA DI
PROVINSI SUMBAR PERIODE 2009-2013“.
Teori dan Pengembangan Hipotesis Kinerja Keuangan Pemerintah
Kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaa suatu kegiatan atau program
atau kebijakan dalam mewujudkan
sasara,tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006: 25). Kinerja
merupakan gambaran pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006:117).
Menurut Halim (2004:24) kinerja keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan
daerah dalam menjalankan otonomi
daerah. Menurut (Halim, 2008:133)
Kinerja keuangan adalah suatu ukuran
kinerja yang menggunakan indikator
keuangan. Analisis keuangan pada
dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja dimasa lalu dengan melakukan berbagai
4
keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Dalam organisasi pemerintah untuk
mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat desentralisasi, ketergantuan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service
coverage ratio, dan pertumbuhan (Halim
dalam Sularso, 2011).
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan merupakan semua
penerimaan daerah dalam bentuk
peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan pusat pertanggung jawaban. Pusat pertanggung jawaban ada pada DPRD, Sekretariat Daerah, Dinas-dinas, dan Lembaga teknis
daerah. Sumber pendapatan dirinci
berdasarkan kelompok dan jenis
pendapatan. Pusat pertanggung jawaban dirinci berdasarkan bagian atau fungsi dan unit organisasi pemerintah daerah (Halim, 2004:69).
Menurut Ahmad Yani (2002:51) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah
merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluarsaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas desentralisasi.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ebit, et al. (2012) dan
Hamara (2012) menyebutkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hal ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wenny (2012) yang membuktikan bahwa secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan, sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan mempengaruhi kinerja keuangan, dan juga Rukmana (2013) penelitiannya membuktikan bahwa secara
parsial pajak daerah berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah, sedangan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah
H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Dana Perimbangan
Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Pada
Akuntansi Keuangan Daerah (Abdul
Halim, 2004:69) menyatakan bahwa Dana
Perimbangan merupakan dana yang
bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Salah satu tujuan pemberian Dana Perimbangan
tersebut adalah untuk mengurangi
kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan antar daerah, serta meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah.
Pada aspek hubungan pemerintahan pusat dan daerah ini (Elmi, 2002:55) mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan akan terjadi
5
pembagian keuangan yang adil dan rasional. Artinya bagi daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam akan memperoleh bagian pendapatan yang jumlahnya lebih besar sedangkan daerah-daerah lainnya akan mengutamakan bagian dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Penelitian ini sejalan dengan yang
dilakukan oleh Rukmana (2013)
membuktikan bahwa secara parsial dana
perimbangan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan, dan Ebit, et al.
(2012) membuktikan bahwa Dana
Perimbangan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamara (2012) berbeda dengan hasil penelitian yang lainnya membuktikan
bahwa Dana Perimbangan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
H2 : Pengaruh Dana Perimbangan berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan
PAD dan Dana Perimbangan
memiliki peranan yang besar sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan
pada akhirnya mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi di daerah.
Penurunan kegiatan ekonomi diberbagai daerah juga menyebabkan penurunan PAD daerah sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom. Begitu juga sebaliknya peningkatan kegiatan ekonomi diberbagai daerah akan meningkatkan
PAD daerah sehingga pelaksanaan
kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah tidak terhambat.
Ebit, et al. (2012), Hamara (2012), Wenny (2012) dan Rukmana (2013) membuktikan bahwa Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
H3 : Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Perimbangan berpengaruh
Terhadap Kinerja Keuangan Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi seluruh pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat.Data sampel yang digunakan adalah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat yang berjumlah 19 Kabupaten dan Kota, terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota. Penelitian ini memiliki rentang waktu 5 tahun yaitu mulai dari tahun 2009-2013. Maka jumlah semua sampel berjumlah 95 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data berasal dari dokumen laporan realisasi APBD yang
diperoleh dari Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi
Sumatera Barat. Dari laporan realisasi APBD tahun 2009-2013 dapat diperoleh
data mengenai Kinerja keuangan,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Metode pengumpulan data yang dignakan adalah metode langsung kelapangan dan kepustakaan.
Variabel Dependent (Variabel
Terikat) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Pemerintah
yang diukur menggunakan Rasio
Efektivitas dan Rasio Ketergantungan
Keuangan, sedangkan variabel
Independent (Variabel Bebas) yang
digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan.
6
Kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaa suatu kegiatan atau program
atau kebijakan dalam mewujudkan
sasara,tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006: 25). Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu maupun kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang
hendak dicapai. Kinerja merupakan
gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006:117).
Kinerja keuangan pemerintah
daerah menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan asli daerah untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga
daerahnya sehingga tidak tergantung
sepenuhnya kepada pemerintah pusat (Yunus, 2013). Menurut Halim (2004:24) kinerja keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang
dapat digunakan untuk melihat
kemampuan daerah dalam menjalankan
otonomi daerah. Menurut (Halim,
2008:133) Kinerja keuangan adalah suatu
ukuran kinerja yang menggunakan
indikator keuangan. Analisis keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja dimasa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan dalam Kinerja Keuangan yang
dipakai oleh peneliti adalah Rasio
Efektivitas dan Rasio Ketergantungan Keuangan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendapatan asli daerah
merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan atas desentralisasi (Yani, 2002:51).
Dana Perimbangan merupakan
dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah (Abdul Halim, 2004:69).
Model Regresi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
Y = α + β1PAD + β2DP + e Dimana :
Y = Kinerja Keuangan
α = Konstanta
β = Slope atau Koefisien Regresi
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DP = Dana Perimbangan
e = Eror
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Sebelum dilakukannya analisis regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Dan sesudah dilakukan pengujian analisis regresi berganda maka uji yang dilakukan adalah uji Parsial dan Simultan.
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah statistik
7
deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinieritas,uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), uji R2, uji f (uji Simultan), dan uji t (uji Parsial). Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan analisis regresi linier berganda.
Setelah melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dapat disimpulkan tidak terdapat masalah asumsi klasik dalam penelitian ini.
Hasil Uji kelayakan model (uji F) menunjukkan nilai F signifikan 0,050 < α
= 0,05) (tingkat signifikan yang
digunakan), karena lebih berat ke daerah signifikan yang menunjukan bahwa secara
Simultan (bersama-sama) variabel
independen (PAD dan DP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan
Rasio Efektivitas (RE), dan nilai F
signifikan signifikan 0,000 < α = 0,05 (tingkat signifikan yang digunakan) yang
menunjukan bahwa secara Simultan
(bersama-sama) variabel independen (PAD dan DP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan yang diukur
menggunakan Rasio Ketergantungan
Keuangan (RKK). Berdasarkan
pengolahan data yang dilakukan untuk koefisien determinasi (R2), nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,43 dan 0,243 atau 43% dan 24,3%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang diteliti mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen yang diukur menggunakan Rasio Efektivitas dan
Rasio ketergantungan Keuangan sebesar
43 % dan 24,3 %, sisanya 57 % dan 75,7 % lagi ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.
Hasil pengujian hipotesis dapat dilahat dari tabael 1 dibawah ini :
Tabel 1
Hasil Pengujian Hipotesis RE Variabel
Independen
Koef.
Regresi Nilai t Sig. t Α
LN_PAD 7,984 2,434 0,17 0,05
LN_DP -5,026 -1,066 0,289 0,05
Tabel 2
Hasil Pengujian Hipotesis RKK Variabel
Independen
Koef.
Regresi Nilai t Sig. t Α
LN_PAD -5,722 -5,164 0,00 0,05
LN_DP 7,894 4,957 0,00 0,05
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa LN_PAD memiliki nilai t-sig sebesar 0,017 < α (α = 0,05), yang artinya
Pendapatan Asli Daerah memiliki
pengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan
Rasio Efektivitas. Sedangkan variabel
LN_DP memiliki nilai t-sig sebesar 0,289 > α (α = 0,05), yang artinya Dana Perimbangan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan
yang diukur menggunakan Rasio
Efektivitas. Jadi dapat disimpulkan,
variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh secara signinifikan terhadap
Kinerja Keuangan yang diukur
menggunakan Rasio Efektivitas, sedangkan variabel Dana Perimbangan memiliki pengaruh secara tidak signifikan terhadap
Kinerja Keuangan yang diukur
menggunakan Rasio Efektivitas. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa LN_PAD memiliki nilai t-sig sebesar 0,000 < α (α = 0,05), dan LN_DP memiliki nilai t-sig sebesar 0,000 < α (α = 0,05) yang artinya Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kinerja Keuangan yang diukur
menggunakan Rasio Ketergantungan
Keuangan. Jadi dapat disimpulkan,
variabel Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan memiliki pengaruh secara
8
signinifikan terhadap Kinerja Keuangan
yang diukur menggunakan Rasio
Ketergantungan Keuangan.
Berdasarkan pada hasil analisis data pada Tabel 1 yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (LN_PAD) adalah sebesar 7,984 yang berarti bahwa setiap peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1% akan meningkatkan Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan
Rasio Efektivitas sebesar 7,984% dengan
asumsi variabel lain konstan. Koefisien
regresi Dana Perimbangan (LN_DP)
adalah sebesar -5,026 yang berarti bahwa setiap peningkatan Dana Perimbangan sebesar 1% akan menurunkan Kinerja Keuangan yang diukur menggunakan
Rasio Efektivitas sebesar 5,026% dengan
asumsi variabel lain konstan. Sedangkan pada hasil analisis data pada Tabel 2 yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (LN_PAD) adalah sebesar -5,722 yang berarti bahwa setiap penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1% akan menurunkan
Kinerja Keuangan yang diukur
menggunakan Rasio Ketergantungan
Keuangan sebesar 5,026% dengan asumsi
variabel lain konstan. Koefisien regresi
Dana Perimbangan (LN_DP) adalah
sebesar 7,894% yang berarti bahwa setiap peningkatan Dana Perimbangan sebesar 1% akan meningkatkan Kinerja Keuangan
yang diukur menggunakan Rasio
Ketergantungan Keuangan sebesar
7,894% dengan asumsi variabel lain konstan.
Kesimpulan
Berdasarkan pendahuluan, kajian
teori dan pengolahan data serta
pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
secara Parsial berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja
Keuangan pemerintah
Kabupaten dan Kota di provinsi Sumatera Barat yang diukur menggunakan Rasio Efektivitas pada tahun 2009-2013.
2. Dana Perimbangan (DP) secara Parsial berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Keuangan
pemerintah Kabupaten dan
Kota di provinsi Sumatera
Barat yang diukur
menggunakan Rasio
Ketergantungan Keuangan pada tahun 2009-2013.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (DP)
secara Simultan
(bersama-sama) berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Keuangan
pemerintah Kabupaten dan
Kota di provinsi Sumatera
Barat yang diukur
menggunakan Rasio Efektivitas
dan Rasio Ketergantungan
Keuangan pada tahun 2009-2013.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Untuk mengukur kinerja
keuangan pemerintah daerah
dapat diganti dengan
menggunakan pengukuran
Rasio Efisien, Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal, Rasio Indeks
Kemampuan Rutin dan Rasio Keserasian.
2. Untuk pemerintah daerah
9
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan tujuan agar dapat membiayai belanja
daerahnya sendiri sehingga
mengurangi transfer Dana
Perimbangan dari pemerintah
pusat sebagai wujud
kemandirian daerah dalam
membiayai belanjanya.
Kemampuan untuk memenuhi belanja daerah membuktikan bahwa pemerintah daerah telah melakukan keefektivitasannya
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah
kabupaten/kota itu sendiri. Daftar Pustaka
Abdul Halim, 2004. Bunga Rampai
Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta: UPP YKPN.
_______, 2004. Akuntansi Keuangan
Daerah. Edisi Revisi, Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
_______, 2007. Akuntansi Keuangan
Daerah. Yogyakarta: Penerbit
Salemba Empat.
_______, 2008. Analisis Investasi (Belanja
Modal) Sektor Publik Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN,
Yogyakarta.
Agus Widarjono, 2007. Ekonometrika
Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua,
Penerbit Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII. Yogyakarta.
Ahmad Yani, 2002. Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan
Daerah di Indonesia. Edisi
Revisi, Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
_______, 2008. Hubungan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta:
Rajagrafindo.
Ebit, et al, 2012. Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
Jurnal Akuntansi. Magister
Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Elmi, B, 2002. Keuangan Pemerintah
Daerah Otonom di Indonesia.
Jakarta: UI- Press.
Hamara, Krisna Dwipayana, 2012.
Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus di Pemerintahan Kota Tasikmalaya). Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.
Imam Ghozali, 2013. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program.
Edisi Tujuh, Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Indra Bastian, 2006. Akuntansi Sektor
Publik, Suatu Pengantar. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor
Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.
Yogyakarta.
Mohamad Mahsun, 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik.
Yogyakarta: Edisi Pertama.
Penerbit BPFE-Yogyakarta.
Mohammad Yusuf, 2010. Langkah
Pengelolaan Aset Menuju
Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta : Salemba Empat.
Saragih, Juli Panglima, 2003.
Desentralisasi Fiskal dan
Keuangan Daerah Dalam
Otonomi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Sesotyaningtyas, Mirna, 2012. Pengaruh
10
Intergovermental Revenue dan
Pendapatan Pajak Daerah
terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah. Accounting
Analysis Journal. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Sjafrizal, 2014. Perencanaan
Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Penerbit Rajawali Pers.
Jakarta.
Sularso, Havid, Yanuar E Ristanto, 2011.
Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Alokasi Belanja Modal
dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah.
Media Riset Akuntansi. Fakultas
Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Uma Sekaran, 2007. Research Methods
For Business. Edisi empat,
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah.
Jakarta 1999.
_______, Nomor 25 Tahun 1999 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
Jakarta 1999.
_______, Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara. Jakarta 2003.
_______, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah. Departemen
Dalam Negeri Republik
Indonesia, Jakarta 2004.
_______, Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Departemen Dalam negeri
Republik Indonesia, Jakarta 2004.
_______, Nomor 32 Tahun 2008 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Departemen Dalam negeri
Republik Indonesia, Jakarta 2008. Wenny, Cherrya Dhia, 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Pemerintah
Kabupaten dan Kota Di Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah.
STIE MDP, Sumatera Selatan.
www.hariansinggalang.co.id, 2012 www.anataranews.com, 16 Januari 2014 www.padek.com, 20 oktober 2011 www.kliksumbar.com, 2013 www.anatarasumbar.com, 2014 www.antarasumbar.com, 2010
Yuliandriansyah, 2009. Otonomi Daerah
dan Investasi. Artikel Online.
(http://yuliandri
ansyah.staff.uii.ac.id/2009
/02/02/otonomi-daerah-dan-investasi/, di-akses tanggal 21 Januari 2011).
Yuwono, S. Et al, 2005. Penganggaran
Sektor Publik. Surabaya: Bayumedia