• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Citra medis merupakan catatan informasi penting seorang pasien yang disimpan pada media penyimpanan maupun basis data rumah sakit yang dapat dipertukarkan antara rumah sakit ataupun pusat data kesehatan melalui media transmisi berupa jaringan internet. Citra medis didapatkan dari Computerized

Radiography, Computer Tomography (CT), Ultrasound (US), Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan sebagainya [1]. Untuk pengolahan informasi pasien dan citra

medis harus diatur dengan benar agar dapat menghindari kesalahan penanganan dan kehilangan data, serta untuk meningkatkan pemanfaatan yang efisien dan

bandwidth saluran komunikasi dan ukuran penyimpanan data harus dikurangi.

Keamanan citra medis menjadi isu yang penting terutama untuk memproteksi integritas citra ketika citra dan informasi pasien di transmisikan melalui media internet, karena citra digital mudah digandakan dan dimodifikasi menggunakan software pengolahan gambar seperti Photoshop [1], [2]. Teknik yang umum digunakan untuk keamanan citra digital adalah kriptografi, teknik ini hanya bisa digunakan untuk melindungi keamanan citra digital, ketika salah satu skema seperti RSA, AES, DES, atau MD5 digunakan untuk keamanan citra digital, perubahan yang terjadi pada citra digital dapat terdeteksi, namun skema ini tidak dapat menemukan dimana daerah atau koordinat dari citra yang mengalami perubahan atau kerusakan (tamper detection).

Teknik authentication citra adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk copyright protection, owner’s identification, image authentication, dan

tamper detection [3]. Ada 2 kategori authentication yaitu hard authentication dan soft authentication kedua metode tersebut dapat memastikan integritas citra [1],

teknik hard authentication seperti Message Authentication Code (MAC) [1], [4] dimana pengirim akan menciptakan kode otentikasi pesan (MAC) dan melakukan enkripsi dengan algoritme enkripsi, kemudian citra digital dan MAC yang

(2)

ter-2

enkripsi akan diberikan kepada penerima. setelah penerima menerima citra digital dan MAC yang ter enkripsi, penerima akan mencoba membandingkan MAC yang ter-enkripsi dengan MAC dari gambar yang diterima, dari hasil tersebut penerima dapat menentukan apakah citra digital yang diterima dimodifikasi atau tidak. Sedangkan soft authentication seperti watermarking [1][5] kode otentikasi biasanya berasal dari fitur yang menonjol dari citra asli dan kemudian melakukan penyisipan secara langsung ke dalam citra. Pada sisi penerima, kode otentikasi yang disisipkan di ekstrak untuk mendapatkan vektor dari fitur asli dan vektor ini kemudian dibandingkan dengan vektor yang dihitung dari citra. Jika citra asli dirusak, maka kedua vektor tersebut akan berbeda.

Kedua teknik otentikasi yang telah disebutkan di atas sangat sederhana dan sangat mudah untuk diimplementasikan, namun tidak tepat jika diterapkan pada citra medis, karena jika teknik MAC di terapkan pada citra medis, maka akan terdapat dua proses pengiriman yaitu pengiriman MAC yang ter-enkripsi dan citra asli, ini akan menyebabkan biaya komunikasi menjadi tinggi. Kemudian pada teknik watermarking, teknik ini tidak hanya memodifikasi citra tetapi juga merusak citra asli secara irreversible, sehingga jika diterapkan pada citra medis maka kerusakan yang terjadi pada citra dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Kedua metode ini hanya dapat mendeteksi apakah terjadi kerusakan pada citra atau tidak dan tidak dapat mengetahui dimana daerah kerusakan itu terjadi [1].

Berdasarkan permasalahan di atas, beberapa peneliti [3], [5]–[7] mencoba mengusulkan teknik image watermarking untuk mendeteksi daerah kerusakan yang terjadi pada citra atau yang disebut dengan tamper detection dengan metode ini tidak hanya dapat mendeteksi apakah citra mengalami kerusakan atau tidak, tetapi juga dapat mengetahui di daerah mana pada citra yang mengalami kerusakan dan dapat melakukan lokalisasi terhadap daerah citra yang mengalami kerusakan. Namun metode ini melakukan modifikasi terhadap citra yang dapat merusak citra asli, kemudian beberapa peneliti [8]–[16] mengusulkan teknik reversible

watermarking dimana teknik ini dapat merekonstruksi kembali citra setelah proses

ekstraksi watermark mejadi citra asli dan dapat melakukan penyisipan data pada citra, namun tidak dapat melakukan tamper detection dan lokalisasi daerah

(3)

3

kerusakan pada citra. kemudian beberapa peneliti [2], [17] mencoba mengusulkan teknik reversible watermarking dengan tamper detection dimana metode ini dapat merekonstruksi kembali citra setelah proses ekstraksi watermark menjadi citra aslinya tanpa adanya kerusakan dan sekaligus dapat melakukan pendeteksian kerusakan dan melakukan lokalisasi daerah citra yang mengalami kerusakan.

Teknik reversible watermarking dengan tamper detection sudah dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dalam teknik otentikasi pada citra medis, namun menurut Al-Qershi dan Khoo [18], teknik medical image watermarking tidak hanya dapat melakukan tampere detection tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk sistem perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi pada citra dan dapat menyimpan informasi data pasien sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan biaya transmisi, Al-Qershi dan Khoo membagi medical image watermarking menjadi 3 kategori yaitu : authentication schemes (termasuk tamper detection dan

recovery) [1], [19], [20], data-hiding schemes (untuk hiding electric patient records) [21], dan skema yang menggabungkan teknik authentication dan data hiding [15], [18], [22], [23], kemudian Coatrieux, et al [24] mengidentifikasikan

tiga kelas dari algoritme watermarking yang digunakan untuk citra medis, kelas yang pertama penyisipan informasi di dalam wilayah region of non-interest (RONI) agar tidak membahayakan proses diagnosis, kelas kedua reversible watermarking, dan kelas ketiga teknik watermarking yang berdasarkan algoritme watermarking klasik dengan meminimalisir terjadinya kerusakan seperti least significant bit (LSB) dengan melakukan lossless image compression [7].

Pada penelitian ini, diusulkan sebuah skema medical image watermarking yang menggabungkan authentication dan data hiding, pada skema ini citra dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian region of interest (ROI), bagian region of

non-interest (RONI) dan bagian region of border. Informasi data pasien dan hash message dari ROI akan disisipkan pada bagian ROI dengan teknik multiple-layer embedding berdasarkan difference expansion of quad, sedangkan data untuk tamper detection dan recovery data serta embedding map dari proses penyisipan pada

daerah ROI akan disisipkan pada daerah RONI menggunakan teknik

(4)

4

koordinat ROI dan embedding map dari RONI kemudian disisipkan pada LSB’s

region of border menggunakan teknik Least Significant Bit (LSB). Dengan

penelitian ini diharapkan metode yang diusulkan dapat digunakan untuk melakukan otentikasi terhadap citra medis, dapat melakukan pendeteksian terhadap kerusakan dan melokalisasi daerah citra yang mengalami kerusakan, serta dapat melakukan perbaikan terhadap citra tersebut dan citra medis dapat digunakan untuk menyimpan informasi data pasien sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan biaya transmisi.

1.2 Perumusan masalah

Medical image watermarking adalah teknik yang dikembangkan untuk

otentikasi citra medis, karena mampu memberikan layanan mengidentifikasi pihak-pihak yang berkomunikasi dan sumber dari citra medis, serta juga mampu memberikan layanan kepastian integritas data. Umumnya Medical image

watermarking yang banyak dikembangkan menerapkan teknik penyisipan secara irreversible yang dapat merusak citra secara permanen setelah proses ekstraksi,

sehingga semakin besar data yang disisipkan maka akan semakin besar kerusakan yang terjadi setelah proses ekstraksi, dan Medical image watermarking hanya mampu untuk mendeteksi kerusakan tanpa mampu melakukan lokalisasi terhadap daerah citra yang mengalami kerusakan dan memperbaiki daerah citra yang mengalami kerusakan tersebut.

1.3 Keaslian penelitian

Penelitian mengenai medical image watermarking merupakan salah satu bidang yang banyak digunakan sebagai objek penelitian. Pada penelitian Al-Qershi dan Khoo [18], [22], [23] mengusulkan skema yang menggabungkan teknik

authentication dan data hiding, dimana skema yang diusulkan ini merupakan

gabungan dari beberapa skema reversibel data hiding dan teknik kompresi data yang bertujuan untuk mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk penyimpanan data dan waktu yang dibutuhkan untuk proses transmisi.

(5)

5

Pada penelitian [22] citra dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian region of

interest (ROI) dan bagian region of non-interest (RONI). Data yang disisipkan pada

daerah ROI adalah informasi data pasien yang terkompresi dan hash message dari ROI menggunakan algoritme MD5, teknik reversible data hiding yang digunakan untuk proses penyisipan adalah modified DE, dan data yang disisipkan pada daerah RONI adalah nilai bit data kompresi dari ROI dengan algoritme JPEG2000, data kompresi dari nilai rata-rata blok ROI dengan ukuran 16 × 16 dengan algoritme

Huffman coding, data kompresi embedding map dari proses penyisipan pada daerah

ROI dengan algoritme Huffman coding, dan kompresi embedding map dari proses penyisipan pada daerah RONI dengan algoritme Huffman coding, LSB’s dari daerah rahasia yang telah ditetapkan di RONI yang digunakan untuk menanamkan informasi yang diperlukan untuk memulai ekstraksi watermark, teknik reversible

data hiding yang digunakan untuk proses penyisipan adalah DE.

Pada penelitian [23] citra dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian region of

interest (ROI), bagian region of non-interest (RONI), dan region of border. Proses

penyisipan hanya dilakukan pada bagian region of non-interest (RONI), dan region

of border. Data yang disisipkan pada bagian RONI adalah nilai rata-rata blok ROI

dengan ukuran 16 × 16, hash message dari ROI, nilai bit data ROI, LSB’s dari

region of border, dan informasi data pasien, semua data tersebut dikompresi

menggunakan algoritme Huffman coding, teknik reversible data hiding yang digunakan untuk proses penyisipan adalah 2D-DE. Data embedding map dari proses penyisipan pada daerah RONI dan data koordinat ROI di kompresi kemudian disisipkan pada LSB’s region of border.

Pada penelitian [18] citra dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian region of

interest (ROI) dan bagian region of non-interest (RONI). data yang disisipkan pada

daerah ROI adalah informasi data pasien yang terkompresi dan hash message dari ROI menggunakan algoritme MD5, teknik reversible data hiding yang digunakan untuk proses penyisipan adalah modified DE, dan data yang disisipkan pada daerah RONI adalah nilai bit data kompresi dari ROI dengan algoritme JPEG2000, data kompresi dari nilai rata-rata blok ROI dengan ukuran 16 × 16 dengan algoritme

(6)

6

ROI dengan algoritme Huffman coding, teknik reversible data hiding yang digunakan untuk proses penyisipan adalah DE, untuk proses penyisipan daerah RONI dibagi menjadi blok dengan ukuran 16 × 16, kemudian dilakukan proses transformasi tree-level Haar DWT, dan 124 bit dari data dapat disisipkan dengan teknik quantization method.

Dari ke tiga penelitian medical image watermarking yang dilakukan oleh Al-Qershi dan Khoo [18], [22], [23] yang merupakan gabungan teknik

authentication dan data hiding telah bekerja dengan baik pada citra medis, namun

kapasitas penyisipan informasi data pasien masih kecil dan kualitas citra setelah proses penyisipan dan perbaikan saat terjadi kerusakan masih kurang baik, oleh karena itu pada penelitian ini, diusulkan sebuah skema authentication watermark pada citra medis yang merupakan gabungan teknik authentication dan data hiding yang mampu menyediakan kapasitas yang besar untuk penyisipan informasi data pasien.

Tabel 1.1 memperlihatkan penelitian-penelitian tentang authentication

watermark yang telah dilakukan sebelumnya berdasarkan pada image authentication, tamper detection, recovery image, dan reversible data hiding.

Tabel 1.1 Review Penelitian Sebelumnya Tentang Authentication Watermark. No Penulis Paper Judul Paper Metode Paper

1

Moniruzzaman, et al [3].

An image fragile watermarking scheme based on chaotic system for image tamper detection. Teknik watermarking untuk mendeteksi daerah kerusakan citra. 2

Liu, et al [5]. An image fragile watermark scheme based on chaotic image pattern and pixel-pairs. Teknik watermarking untuk mendeteksi daerah kerusakan citra. 3

Rawat and Raman [6].

A chaotic system based fragile watermarking scheme for image tamper detection. Teknik watermarking untuk mendeteksi daerah kerusakan citra. 4

Zain, et al [7]. Reversible watermarking for authentication of DICOM images. Teknik watermarking untuk mendeteksi daerah kerusakan citra.

(7)

7

Tabel 1.1 Review Penelitian Sebelumnya Tentang Authentication Watermark. (Lanjutan)

No Penulis Paper Judul Paper Metode Paper 5

Nedelcu and Coltuc [8].

Alternate embedding method for difference expansion reversible watermarking.

Teknik reversible watermarking.

6

Al-Qershi and Khoo [9].

Reversible Watermarking Scheme Based on Two-Dimensional Difference Expansion (2D-DE).

Teknik reversible watermarking.

7

Alattar [10]. Reversible watermark using difference expansion of triplets.

Teknik reversible watermarking.

8

Alattar [11]. Reversible watermark using difference expansion of quads.

Teknik reversible watermarking.

9

Alattar [12]. Reversible watermark using the difference expansion of a generalized integer transform.

Teknik reversible watermarking.

10

Jaber and Yaqub [13]. Reversible Watermarking

Using Modified Difference Expansion.

Teknik reversible watermarking.

11

Dragoi and Coltuc [14]. Local-Prediction-Based Difference Expansion Reversible Watermarking. Teknik reversible watermarking. 12

Kumar and Agarwal [15].

Reversible watermarking scheme for medical images.

Teknik reversible watermarking.

13

Al-Qershi and Khoo [16].

Two-dimensional

difference expansion (2D-DE) scheme with a characteristics-based threshold.

Teknik reversible watermarking.

14

Lo and Hu [2]. A novel reversible image authentication scheme for digital images.

Teknik reversible watermarking

dengan tamper detection.

(8)

8

Tabel 1.1 Review Penelitian Sebelumnya Tentang Authentication Watermark. (Lanjutan)

No Penulis Paper Judul Paper Metode Paper

15

Tan, et al [17]. Security protection of DICOM medical images using dual-layer reversible watermarking with tamper detection capability. Teknik reversible watermarking dengan tamper detection. 16

Chiang, et al [1]. Tamper detection and restoring system for medical images using wavelet-based reversible data embedding.

Authentication schemes (termasuk tamper detection dan recovery).

17

Kiatpapan and Kondo

[19]. An image tamper detection and recovery method based on self-embedding dual watermarking.

Authentication schemes (termasuk tamper detection dan recovery).

18

Zain and Fauzi [20]. Medical image watermarking with tamper detection and recovery.

Authentication schemes (termasuk tamper detection dan recovery).

19

Lou, et al [21]. Multiple layer data hiding scheme for medical images. Data-hiding schemes (untuk hiding electric patient records). 20

Al-Qershi and Khoo [18].

Authentication and data hiding using a hybrid ROI-based watermarking scheme for DICOM images.

Teknik

authentication dan data hiding.

21

Al-Qershi and Khoo

[22]. Authentication and data hiding using a reversible roi-based watermarking scheme for DICOM images.

Teknik

authentication dan data hiding.

22

Al-Qershi and Khoo

[23]. ROI-based detection and recovery for tamper medical images using reversible watermarking technique.

Teknik

authentication dan data hiding.

Metode medical image watermarking yang diusulkan pada penelitian ini adalah dengan menggabungkan authentication dan data hiding, dimana dalam

(9)

9

skema ini, citra dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian region of interest (ROI), bagian region of non-interest (RONI) dan bagian region of border. Data pasien dan

hash function dari ROI akan disisipkan pada bagian ROI dengan teknik multiple-layer embedding berdasarkan difference expansion of quad, sedangkan data untuk tamper detection dan recovery data akan disisipkan pada daerah RONI

menggunakan teknik 2D-DE berdasarkan skema [16] dan data koordinat ROI dan

embedding map dari RONI kemudian disisipkan pada LSB’s region of border

menggunakan teknik Least Significant bit (LSB). Proses tamper detection adalah untuk mendeteksi kerusakan pada citra dan melakukan lokalisasi pada daerah citra yang mengalami kerusakan, untuk melakukan hal tersebut nilai rata-rata blok dengan ukuran 8 × 8 dari daerah ROI disisipkan pada daerah RONI, kemudian untuk proses recovery atau proses perbaikan citra jika mengalami kerusakan maka data ROI yang sudah terkompresi disisipkan pada daerah RONI.

Dengan penelitian ini diharapkan metode yang diusulkan dapat digunakan untuk melakukan otentikasi terhadap citra medis dan dapat melakukan pendeteksian terhadap kerusakan dan daerah yang terjadi kerusakan, serta dapat melakukan perbaikan terhadap citra tersebut dan citra medis dapat digunakan untuk menyimpan informasi data pasien sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan biaya transmisi.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan mengembangkan algoritme medical image

watermarking untuk membantu dalam memecahkan masalah ukuran informasi data

pasien dan otentikasi dari catatan medis pasien untuk aplikasi kesehatan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan mengembangkan algoritme

medical image watermarking yang mampu menyimpan informasi data pasien, tamper detection, localization tampered area, dan recovery tampered area dengan

kapasitas informasi data pasien yang besar tanpa harus merusak kualitas citra setelah penyisipan watermark dan setelah ekstraksi watermark, serta citra dapat dipulihkan seperti aslinya.

(10)

10

Medical image watermarking merupakan teknik untuk menjaga integritas

citra medis. Adapun langkah-langkah dari penelitian ini dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:

a. Me-review beberapa skema medical image watermarking yang telah dikembangkan beberapa tahun terakhir.

b. Merancang skema reversible watermarking dengan kapasitas penyisipan data yang besar untuk citra medis.

c. Menerapkan reversible data hiding dengan teknik multiple-layer embedding dengan metode difference expansion of quad untuk medical image

watermarking agar keaslian citra sebelum proses diagnosis dapat dipastikan.

d. Merancang skema reversible watermarking berbasis ROI untuk citra medis yang dapat digunakan untuk penyembunyian informasi data pasien, tamper

detection dan localization, dan recovery.

e. Menerapkan algoritme watermarking pada citra medis yang berbeda yaitu citra Computerized Radiography, Computer Tomography (CT), Ultrasound (US), Magnetic Resonance Imaging (MR), dan X-ray.

f. Melakukan analisis yang komprehensif tentang kelayakan, ketahanan, kapasitas, dan kinerja dari algoritme yang dikembangkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan sebuah metode baru dalam medical image

watermarking yang mampu melakukan tamper localization, detection accuracy, recovery image, dan penyisipan data pasien sehingga diharapkan penelitian ini

dapat dimanfaatkan untuk keperluan sebagai berikut:

a. Diperoleh peningkatan keamanan informasi pada citra medis.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai media pembanding untuk penelitian lebih lanjut.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu komputer khususnya dalam bidang keamanan informasi digital. d. Penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk mengembangkan diri terutama

(11)

11

watermarking, tamper localization, detection accuracy, dan recovery image

pada bidang pengolahan citra di masa mendatang.

e. Bagi kedokteran, penelitian ini bermanfaat untuk dapat menjaga keaslian citra, mendeteksi kerusakan pada citra, melakukan perbaikan terhadap citra yang mengalami kerusakan, dan menyimpan informasi data pasien pada citra.

f. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk dapat menjaga informasi kesehatan berupa citra medis, sehingga informasi kesehatan itu dapat dipastikan keasliannya.

g. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca, terutama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang relevan dengan penelitian ini, sehingga nantinya akan ada peneliti-peneliti berikutnya sebagai penyempurna peneliti-penelitian ini.

Gambar

Tabel  1.1  memperlihatkan  penelitian-penelitian  tentang  authentication  watermark  yang  telah  dilakukan  sebelumnya  berdasarkan  pada  image  authentication, tamper detection, recovery image, dan reversible data hiding
Tabel 1.1 Review Penelitian Sebelumnya Tentang Authentication Watermark.
Tabel 1.1 Review Penelitian Sebelumnya Tentang Authentication Watermark.

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti

manual, namun salah. Pilih ulang jenis jaringan berdasarkan jenis SIM/USIM card yang digunakan. Terkoneksi ke Internet, namun tidak bias membuka halaman website apa pun.

Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat keakuratan diagnostik potong beku, sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan diagnosa tumor ovarium untuk

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari