• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN PERBEKALAN STERIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENALAN PERBEKALAN STERIL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN PERBEKALAN STERIL

PENDAHULUAN

Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab I yang diberikan pada pertemuan pertama, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan jenis, syarat dan evaluasi dasar perbekalan steril. Pada bab I akan dipelajari macam-macam perbekalan steril (sediaan farmasi steril, alat kesehatan dan perlengkapan steril), syarat-syarat perbekalan steril sesuai jenisnya, cara-cara penggunaan sediaan farmasi steril dan alat kesehatan serta cara-cara evaluasi dasar sediaan farmasi steril, alat kesehatan dan perlengkapan steril.

MATERI

1. Jenis perbekalan steril

Perbekalan steril adalah semua sediaan steril farmasi dan peralatan kesehatan termasuk ruangan-ruangan yang digunakan untuk memperlakukan / meng-handle semua perbekalan steril. Perbekalan steril meliputi:

1. Sediaan farmasi steril, meliputi :

 Obat suntik (injeksi), terdiri dari single dose dan multiple dose  Tetes mata baik single dose maupun multiple dose

 Sediaan biologis, seperti: sera/serum, vaksin

 Sediaan darah, seperti: sediaan plasma, sediaan darah utuh  Salep mata

 Sediaan susuk (implant), biasanya berisi hormon untuk KB 2. Alat kesehatan steril, terdiri dari :

 Alat kesehatan steril reusable, contoh : pisau operasi, gunting operasi, dll

 Alat kesehatan steril disposable use, contoh : spit / syringe, jarum suntik, kateter, infusion set, dll

BAB I

(2)

3. Perlengkapan steril, seperti;

 Linen, contoh : baju operasi lengkap, dock, alas meja operasi dll  Sarung tangan steril (gloves steril)

 Ruangan steril, seperti: ruang operasi

2. Cara-cara penggunaan sediaan farmasi steril dan alat kesehatan

Terdapat banyak cara penggunaan sediaan farmasi steril bentuk injeksi, antara lain: intravena, intramuskular, intradermal, intraarterial, intratekal, subcutan, intracardial, intra pleural. Bahasan dari masing-masing cara penggunaan sediaan farmasi bentuk injeksi dapat anda lihat pada buku Pharmaceutical dosage form chapter 2.

Adapun beberapa contoh penggunaan alat kesehatan adalah sebagai berikut:

1. IV. Catether , merupakan cateter yang dimasukkan dalam pembuluh darah vena yang berfungsi sebagai vena tambahan (perpanjangan vena) untuk pengobatan intra vena jangka lama yang lebih dari 48 jam.

2. Nelaton cateter, merupakan kateter yang digunakan agar supaya dapat buang air kecil.

3. Foley catether / balloon catether digunakan untuk pengambilan urin dalam system tertutup, bebas dari udara dan polusi sekitamya.

4. Blood administration set, merupakan alat untuk memberikan darah kepada pasien.

5. Solution administration set, alat untuk memberikan cairan infus kepada pasien.

6. Surgical scissors, gunting yang digunakan dalam pembedahan. 7. Umbilical cord scissors digunakan untuk memotong pusar bayi. 8. Chirurghische pincet, merupakan pinset operasi

9. Doek klem , merupakan alat yang digunakan untuk menjepit kain operasi. Contoh-contoh alat kesehatan lain beserta kegunaannya dapat anda lihat pada buku alat-alat kesehatan.

3. Syarat sediaan farmasi steril, alat kesehatan dan perlengkapan steril Pada dasarnya perbekalan steril harus memenuhi syarat bebas dari inikroorganisma. Beberapa persyaratan lain yang harus dipenuhi pada sediaan

(3)

farmasi steril meliputi:

1. Larutan jernih/tidak berwama 2. Isotonis

3. Isohidris

4. Ada keseragaman volume 5. Kadar zat aktif sama 6. Bebas pirogen

4. Evaluasi dasar perbekalan farmasi sterilitas

Semua perbekalan steril harus memenuhi syarat sterilitas, bebas dari mikroorganisme hidup. Untuk uji sterilitas, Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) menggunakan:

a. Media Tioglikolat Cair

PH media setelah sterilisasi 2J1 ± 0,2. Media Tioglikolat Cair digunakan untuk inkubasi dalam kondisi aerob.

b. Media Tioglikolat Alternatif

PH media setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2. Media Tioglikolat Alternatif digunakan dengan cara menjamin kondisi anaerob selama masa inkubasi.

c. Soybean Casein Digest Medium

PH medium setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2. Soybean-Casein Digest Medium digunakan untuk inkubasi dalam kondisi aerob

Perbedaan mendasar uji sterilitas antara sediaan farmasi steril, alat kesehatan steril dan perlengkapan steril pada dasarnya terletak pada cara pengambilan sampel untuk pemeriksaan.

Uji bebas dari partikel asing

Partikel asing ini biasanya merupakan bahan bergerak yang tidak larut dan secara tidak sengaja terdapat dalam sediaan parenteral. Adanya partikel dalam sediaan farmasi steril merupakan hal yang tidak dikehendaki sehingga harus selalu diusahakan untuk menghilangkannya, termasuk sumber-sumber dan kemungkinan terjadinya. Beberapa sumber yang dianggap dapat menghasilkan atau mengeluarkan partikel asing antara lain :

(4)

a. Larutan dan zat kimia yang dikandung

b. Proses pembuatan dan variabel lain seperti lingkungan ,alat dan personal c. Komponen pengemas

d. Perangkat dan alat yang digunakan untuk menginjekssi sediaan parenteral Untuk mengetahui adanya partikel dapat dipakai beberapa cara. Partikel dengan akuran 50 µ atau lebih dapat dilihat langsung dengan mata. Untuk partikel yang lebih kecil maka diperlukan teknik dan alat khusus.

Uji bebas pyrogen

Pyrogen didefinisikan sebagai hasil metabolik dari mikroorganisme hidup atau mati yang menyebabkan respon piretik spesifik pada penyuntikan (injeksi). Pyrogen ini merupakan zat padat mikromolekul dengan BM antara 15.000 -4.000.000. Secara kimia pyrogen berupa lypopolysaccharida, larut dalam air dan tidak larut dalam organic solven serta dapat disaring (dengan ukuran tertentu).

Porygen yang dihasilkan oleh mikroorganisme gram negatif adalah paling paten. Dalam tubuh manusia reaksi pyrogenik ditandai dengan timbulnya demam dan kedinginan setelah pemberian injeksi ada waktu antara 45 sampai 90 menit.

Pyrogen yang terdapat dalam sediaan parenteral dapat berasal dari salah satu dari ketiga sumber :

1. Air yang dipakai sebagai solven

2. Wadah atau alat yang dipakai iintuk pembuatan , pengemas , peyimpanan atau penggunaan.

3. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membuat larutan/sediaan parenteral.

Karena larut dalam air maka baik sterilisasi dengan uap air bertekanan maupun filtrasi melalui filter penyeteril tidak dapat menghilangkan pyrogen, meskipun proses tersebut dapat menghilangkan mikroorganismenya. .

Beberapa cara dapat digunakan untuk menghilangkan pyrogen. Sebagai senyawa organic, pyrogen dapat dihancurkan dengan panas tinngi (oksidasi), atau dibakar. Pada temperatur 250° C selama 30 - 45 menit atau 170 -180° C selama 3 atau 4 jam. Metode cukup efektif untuk alat-alat atau wadah dari gelas atau metal, tetapi tidak bias digunakan untuk larutan. Sedangkan pyrogen dalam larutan dapat dihilangkan dengan cara :

(5)

1. Secara kimia dengan peroksida, asam-asam dan basa (tetapi zat-zat ini juga dapat merusak alat dan bahan lain dalam larutan tersebut).

2. Absorpsi dengan asbestos dan charcoal (carbo adsorbent) 3. Filtrasi (penyaringan / media filtrasi sintesis)

Dari segi praktek, pendekatan yang paling baik untuk menghindari terjadinya reaksi pyrogen adalah membuat sediaan parenteral dengan solven, pengemas , alat dan bahan yang bebas pyrogen.

Adanya pyrogen dalam sediaan parenteral dapat diketahui dengan uji pyrogen. Uji pyrogen dapat dilakukan dengan :

a. Menggunakan kelinci

Kelinci ditempatkan dalam kandang suhu antara 20 - 23°C. Larutan parenteral yang diuji disuntikan dengan dosis 10 ml per kg bobot badan, melalui vena tepi telinga seekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Rekam suhu berturut - turut antara jam ke 1 dan jam ke 3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.

Penafsiran hasil:

1. Setiap penurunan suhu dianggap nol.

2. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelincipun menunjukan kenaikan suhu 0,5 °C atau lebih.

3. Jika ada kelinci yang menunjukan kenaikan suhu 0,5° C atau lebih lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 ekor kelinci masing- masing menunjukan kenaikan suhu 0,5° C atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° C sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pyrogen.

b. Menggunakan Limulus Amobocyte Lyaate Test (LAL- Test)

Pengujian dilakukan dengan cara mencampur larutan parenteral yang diuji dengan LAL , campuran ini dipanaskan dalam suhu 37 °C selama waktu tertentu. Kemudian diamati ada tidaknya / terbentuknya jendal gel (penggumpalan) yang stabil. Bila terjadi penggumpalan yang stabil berarti ada pyrogen. LAL-Test memberikan keuntungan dibandingkan dengan rabbit tes karena :

1. Mudah / sederhana 2. Lebih sensitive

(6)

3. Reliabel Uji stabilitas

Dalam pembuatan bentuk sediaan steril, suaru hal yang harus diperhatikan adalah stabilitas dari obatnya. Obat dalam larutan pada umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk padatnya sehingga bahan-bahan tambahan yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas fisik dan kemis perlu dipilih. Untuk larutan, stabilitas fisik pada umumnya ditunjukkan dengan perubahan fisiknya selama penyimpanan, misalnya terbentuknya endapan atau terjadinya perubahan warna selama penyimpanan yang merupakan indikasi ketidak stabilan. selain itu perlu diperhatikan pula wadah yang dipakai untuk kemasan , termasuk juga wadah yang harus digunakan untuk obat- obat yang sensitif terhadap cahaya.

Tonisitas

Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan dari zat atau zat padat yang terlarut.

Cairan badan atau cairan mata memberikan tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose normal saline atau laratan Nad 0,9 %. Suatu larutan dengan jumlah solute / zat terlarut lebih banyak dari cairan badan / cairan mata mempunyai tekanan osmose lebih besar dan larutan ini disebut dengan larutan hypertonis. Sebaliknya bila jumlah solute lebih sedikit sehingga tekanan osmose lebih rendah disebut isotonis.

Cairan badan termasuk juga cairan mata mengandung sejumlah zat terlarut yang dapat menurunkan titik beku larutan 0, 52 ° C . Demikian juga larutan NaCl 0,9 % dapat menurunkan titik beku 0, 52 ° C. Oleh karena itu larutan NaCl 0,9% dan cairan badan disebut isotonis. Beberapa cara dapat dipakai untuk menghitung nilai isotonis ( tonisitas ) suatu larutan antara lain :

a. Penurunan titik beku b. Equivalen NaCl

Contoh perhitungan isotonis dengan perurunan titik beku Diketahui larutan pencuci mata mengandung 1 % asam borat. Untuk asam borat 1 % menyebabkan penurunan titik beku sebesar 0,29° C. Hitung NaCl yang harus ditambahkan untuk mendapatkan larutan isotonis.

(7)

Hitungan :

Larutan NaCl 0,9 % = Lamtan isotonis Penurunan titik beku cairan mata = 0, 52° C

Asam borat 1 % menurunkan titik beku = 0, 29° C 0,23° C

NaCl hams ditambahkan untuk menurunkan titik beku ( f.p ) sebesar - 0,23 °C Larutan 0,9 % NaCl menurunkan f.p. 0,52 ° C

Sehingga jumlah NaCl yang hams ditambahkan : 0,52° C 0,23°C

=

0,9% X

X = 0,40 % NaCl = 0,40 g /100ml PENUTUP

Perbekalan steril meliputi sediaan farmasi steril, alat kesehatan steril, dan perlengkapan steril. Syarat utama perbekalan steril adalah bebas dari mikroorganisma (sterilitas), sedangkan persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh sediaan farmasi steril adalah : larutan jernih / tidak berwarna, isotonis, isohidris, ada keseragaman volume, kadar zat aktif sama dan bebas pirogen. Pada pertemuan selanjutnya akan dibahas mengenai pembuatan sediaan farmasi steril.

Referensi

Dokumen terkait

Pencampuran beberapa sediaan farmasi steril seperti IV admixture, penanganan obat sitostatika dan obat berbahaya serta penyiapan parenteral nutrisi harus dilakukan dengan

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang  bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi atau larutan berminyak yang dimasukkan ke dalam mata atau succus konjungtiva dengan cara meneteskan

Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

Pencampuran beberapa sediaan farmasi steril seperti IV admixture, penanganan obat sitostatika dan obat berbahaya serta penyiapan parenteral nutrisi harus dilakukan dengan

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk

Hasil uji kualitas dari sepuluh kali preparasi diperoleh sediaan 131 I-MIBG berupa larutan jernih tak berwarna, pH antara 6,0 – 7,5, steril dan bebas

Tabel 1.2 Klasifikasi Penggunaan Ruangan Bersih Untuk Produksi Sediaan Obat Steril Kondisi Sterilisasi Operasional Ruang bersih Produk yang disterilisasi akhir Penyiapan