• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. KONDISI UMUM BAB I. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1. KONDISI UMUM BAB I. PENDAHULUAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. KONDISI UMUM

esuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut di atas dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan untuk periode tahun 2015-2019 dan berpedoman pada RPJMN 2015-2019.

(2)

Proses penyusunan Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi tahun 2015 - 2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Selanjutnya Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi pada saat ini berdasarkan peran, tugas fungsi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1.1.1 Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika dan makanan di wilayah provinsi Jambi. Tugas, fungsi dan kewenangan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi di atur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebelumnya merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor wilayah Kesehatan di provinsi Jambi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

c. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi;

d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi;

(3)

f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

g. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan;

j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI sesuai dengan bidang tugasnya.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI merupakan garda terdepan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Disisi lain, tugas pokok dan fungsi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga sangat penting dan strategis dalam rangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yang telah dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo, khususnya pada butir :

2) Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;

3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan;

5). Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, khususnya di sektor kesehatan;

6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

Untuk mendukung tugas- tugas tersebut, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi perlu diperkuat, baik dari sisi kelembagaan maupun kualitas sumber daya manusia, serta sarana prasarana pendukung lainnya seperti laboratorium, sistem teknologi dan informasi, dan lain sebagainya,

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Luas wilayah Propinsi Jambi ± 53.435,00 km2 terdiri

(4)

dari luas daratan 50.160,05 km2 dan perairan 3.274,95 km2 dengan wilayah

pengawasan 11 (sebelas) Kabupaten/Kota, yaitu :  Kabupaten Kerinci : 3.355,27 km2 ,

 Kabupaten Bungo: 4.659 km2,

 Kabupaten Tebo : 6.461 km2,

 Kabupaten Merangin : 7.679 km2 ,

 Kabupaten Sarolangun : 6.184 km2,

 Kabupaten Batang Hari : 5.804 km2

 Kabupaten Muaro Jambi : 5.326 km2 ,

 Kab.Tanjung Jabung Barat : 4.649,85 km2 ,

 Kab.Tanjung Jabung Timur :5.445km2

 Kota Sungai Penuh : 391,5 km2,

 Kota Jambi : 205,43 km2 ,

Umumnya wilayah Propinsi Jambi dapat ditempuh dengan transportasi darat dan ada beberapa yang melalui air (sungai), seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Lama waktu perjalanan ke Ibukota Kabupaten rata-rata 4 jam, untuk Ibu Kota Kabupaten yang terjauh membutuhkan waktu tempuh 12 jam dan Ibu Kota Kabupaten yang terdekat hanya membutuhkan waktu 30 menit, Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan ke sarana, waktu yang diperlukan di satu wilayah kerja rata-rata 2 hari. untuk Kabupaten terjauh dibutuhkan waktu 5 hari kerja dan yang terdekat 1 hari kerja, kondisi ini merupakan salah satu faktor yang sangat sulit bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dalam melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan justru menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dalam melakukan revitalisasi dan penguatan terhadap mandat dan kinerjanya mengawasi keamanan mutu produk obat dan makanan, baik produk dalam negeri maupun produk impor yang beredar di masyarakat.

Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada pola hidup masyarakatnya. menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk dipenuhi oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama

(5)

pemenuhan standar kesehatan, dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik bagi kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari.

1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Pasal 4 ayat (1) dan (3) serta Pasal 34, dikategorikan kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe A.

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi Kepala Balai POM

Sub Bagian Tata Usaha Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Seksi Pengujian Terapetik, Nar, OT, Kosmetik dan P.Komp Seksi Pengujian Mikrobiologi Kelompok Jabatan Fungsional

(6)

Masing-masing Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

1. Seksi Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional,

Kosmetik dan Produk Komplemen

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujiaan dan penilaian mutu di bidang terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen.

2. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya.

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya

3. Seksi Pengujian Mikrobiologi.

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.

4. Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan.

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi, distribusi, sarana pelayanan kesehatan serta penyidikan pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

5. Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen.

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan layanan informasi konsumen.

6. Subbagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi.

(7)

7. Kelompok Jabatan Fungsional.

Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional pengawas farmasi dan makanan, penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan bidang keahliannya.

Untuk mendukung tugas-tugas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 68 orang yang terdistribusi pada: 1. Sub Bagian Tata Usaha 18 (delapan belas) orang, dengan latar belakang

pendidikan terdiri dari Apoteker 3 (tiga) orang (Kepala Balai POM dan CPNS), Sarjana Ekonomi 1 (satu) orang, Sarjana Hukum 2 (dua) orang, Sarjana Teknologi Pangan 1 (satu) orang, D3 Komputer/Akuntansi 2 (dua) orang, D1 Analis Kesehatan 1 (satu) orang, SMF 2 orang, SLTA Umum/Kejuruan 5 (lima) orang, dan SD 1 (satu) orang;

2. Seksi Pengujian Teranokoko berjumlah 18 (delapan belas) orang dengan latar belakang pendidikan yang terdiri dari Apoteker 11 (sebelas) orang, Sarjana Kimia 2 (dua) orang, D3 Farmasi/Kimia 2 (dua) orang dan SMF 3 (tiga) orang; 3. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya 10 (sepuluh) orang dengan latar

belakang pendidikan Apoteker 6 (enam) orang, SMF 3 (tiga) orang, dan SMAK 1 (satu) orang;

4. Seksi Pengujian Mikrobiologi 6 orang latar belakang pendidikan Apoteker 2 orang, Sarjana Biologi 1 orang, D3 Farmasi/Kimia 1 orang dan SMF 2 orang, ; 5. Seksi Pemeriksaan 10 (sepuluh) orang dengan latar belakang pendidikan

Apoteker 4 orang, Sarjana Hukum 1 orang, Sarjana Komputer 1 orang, SMF 3 orang, dan SAKMA 1 orang;

6. Seksi Serlik 6 orang dengan latar belakang pendidikan Apoteker 4 orang, SMF 1 orang dan D3 Kimia 1 orang.

(8)

Gambar 2. Profil Pegawai Balai POM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 – 2014

Tabel 1. Profil Pegawai BPOM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan (Sumber : Data BPOM tahun 2014)

No. Unit Kerja

Pendidikan

JUMLAH

S2 Apt S1 Non

Lain Sarjana

1 2 3 4 5 6 7

1 Sub. Bag Tata Usaha - 3 4 11 18

2 Sie. Pemeriksaan dan Penyidikan - 4 2 4 10 3 Sie. Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya 1 5 - 4 10 4 Sie. Pengujian Mikrobiologi - 2 1 3 6 5 Sie. Pengujian Teranokoko - 11 2 5 18

6 Sie. Sertifikasi dan Layanan Informasi

Konsumen - 4 - 2 6

Total 1 29 9 29 68

Persentase 1,47% 42,65% 13,24% 42,65%

Dari komposisi SDM Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sampai dengan tahun 2014 terdapat 42,65% dengan latar belakang pendididkan non sarjana sehingga dirasakan perlunya peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM agar mampu menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis,

0 5 10 15 20 25 30 2010 ( 73 ) 2011 ( 73) 2012 ( 68) 2013 (66) 2014 (68) 3 3 2 1 1 27 27 25 27 29 8 8 9 9 9 6 6 6 6 6 18 18 17 17 17 9 9 7 5 5 2 2 2 1 1

(9)

khususnya mengantisipasi perubahan lingkungan strategis eksternal, sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.

Pada tahun 2014 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi belum didukung dengan SDM yang memadai dan masih kekurangan SDM sejumlah 19 (Sembilan belas) orang, dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dari target yang ditetapkan. Berikut ini adalah profil kebutuhan pegawai berdasarkan analisa beban kerja.

Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk melakkukan moratorium pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada penambahan pegawai selama kurun waktu tersebut. Diperkirakan sejumlah 15 (lima belas) pegawai akan pensiun, pindah dan sebagainya dalam lima tahun tersebut, sementara beban kerja makin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal

1.1.3 Capaian Kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi periode 2010-2014

Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi secara ringkas disampaikan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai Penetapan Kinerja Tahunan dan Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi 2010-2014 (Renstra Revisi II 2010 -2014), yaitu :

SS 1 : Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam Rangka Melindungi Masyarakat di Provinsi Jambi

Indiakator yang digunakan adalah

INDIKATOR KINERJA

1 Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar

2 Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar 3 Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar

4 Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar 5 Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar

(10)

INDIKATOR KINERJA

6 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan

Mutu)

7 Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat

(BKO)

8 Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 9 Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat

Keamanan

10 Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat

SS 2 : Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang Modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Jambi

INDIKATOR KINERJA

1 Persentase Pemenuhan Sarana dan Prasana Laboratorium

terhadap Standar Terkini

Indikator ini dihitung berdasarkan Standar Minimal Alat Laboratorium terbaru.

SS 3 : Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

INDIKATOR KINERJA

1 Persentase SDM yang Ditempatkan Sesuai Kompetensi

SS 4 : Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan Balai POM di Jambi sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu

INDIKATOR KINERJA

1 Persentase Sertifikat Sistem Mutu yang dipertahankan

SS 5 : Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan oleh Balai POM di Jambi

(11)

INDIKATOR KINERJA

1 Persentase ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang

Kinerja

(12)

Tabel 2. Capaian Kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi Periode 2010-2014

NO Indikator Kinerja Sasaran Target Realisasi Rasio

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1. Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar 0,1 0,1 0,1 0,1 99.40 1,33 -0,15 -0,94 0,51 - 1.330% -150 % -940% 510%

2. Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi

standar 1,0 1,0 1,0 1,0 91.21 8,51 -0,23 0,23 0,00 - 8510% -23% 23% 0,00%

3. Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar 0,2 0,1 0,1 0,1 100.0

0 0,99 0,00 0,00 -0,23 - 495% 0,00% 0,00% -230 %

4. Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi

standar 0,42 0,42 0,42 0,42 98.04 -0,56 0,56 0,00 0,00 - 133,33% 133,33% 0,00% 0,00%

5. Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar 2,0 2,0 2,0 2,0 89.75 2,99 2,18 -0,94 1,43 - 101,13% 105,47% 105.22% 106.56% 6 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat &

Mutu) 96,7 96,8 96,9 97,0 97,1 98,67 100 99,85 98,91 99,42 102,03% 103,31% 103,04% 101,97% 102,39% 7 Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia

Obat (BKO) 11,0 10,0 9,0 8,0 7,0 8,51 0,00 0,23 0,00 0,00 77,36% 0,00% 2,56% 0,00% 0,00%

8 Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,99 0,00 0,00 0,00 0,23 82,5% 0,00% 0,00% 0,00% 32,86%

9 Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi

Syarat Keamanan 0,01 0,01 1,65 0,01 0,01 0,00 0,56 0,00 0,00 0,00 0,00% 5.600% 0,00% 0,00% 0,00%

10 Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat 83,0 85,0 87,0 89,0 91,0 84,42 87,41 89,59 88,65 90,08 101,71

% 102,84% 102,98% 99,61% 98,99% 11 Persentase pemenuhan sarana dan prasarana

laboratorium terhadap standar terkini 60,0 70,0 75,0 80,0 90,0 - 71,2 72,5 84,29 52,62 - 101,71% 96,67% 105,36% 58,47%

12 Persentase SDM yang ditempatkan sesuai kompetensi 90,0 92,0 94,0 96,0 100,0 - 100,0 100,0 100,0 100,0 - 108,69% 106,38% 104,17% 100,00% 13 Persentase Sertifikat Sistem Mutu yang dipertahankan 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 - 100,0 100,0 100,0 100,0 - 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 14 Persentase Ketersediaan sarana dan prasarana

penunjang kinerja 47,8 53,35 58,90 64,45 70,0 - 100,0 100,0 100,0 100,0 - 187,44% 169,78% 155,16% 142,86%

(13)

Sebagaimana Tabel 2. terkait pencapaian kinerja berdasarkan Renstra tahun 2010-2014 tersebut di atas, kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi telah menunjukkan perbaikan yang sangat signifikan dilihat dari seluruh indikator kinerja sasaran sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan Makanan.

3.1 Sampling dan Pengujian Laboratorium

Sampling dan Pengujian Laboratorium yang dilakukan selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014 dengan rincian sebagai berikut :

1) Produk Obat sebanyak 2.850 sampel DIPA dan 410 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 2.837 ( 99,5%)

2) Produk Obat Tradisional sebanyak 2.111 sampel DIPA dan 17 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 1.749 ( 82,85%)

3) Produk Kosmetika sebanyak 4.018 sampel dan 50 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 4. 017 (99,97%)

4) Produk Napza sebanyak 322 sampel DIPA dan 1.556 sampel pihak ketiga kepolisian dengan hasil Memenuhi Syarat sebanyak 322 (100%)

5) Produk Suplemen Makanan sebanyak 821 sampel DIPA dengan hasil memenuhi syarat sebanyak 820 (99,9%)

6) Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga sebanyak 60 sampel DIPA dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 58 (96,66%)

7) Produk Pangan sebanyak 5.039 sampel DIPA dan 2.142 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 4.487 ( 89,05%) Sampling dan pengujian produk pangan di laboratorium meliputi pengujian pangan nasional (1.934 sampel), pangan produk lokal (2.252 sampel), pangan jajanan anak sekolah (454 sampel), garam beryodium (262 sampel), tepung terigu (12 sampel), jajanan pasar beduq (70 sampel), kemasan pangan (46 sampel), dan pangan uji DNA babi (9 sampel).

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Produk Pangan yang memenuhi syarat sebanyak 89,05% sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 10,10 % .yang terdiri dari pangan nasional 233 (3,24%), pangan produk lokal 190 (2,64%), pangan jajanan anak sekolah 8 (0,11%), garam beryodium 113 (1,57%), tepung

(14)

terigu 4 (0,06%) jajanan pasar beduq 2 (0,03%), kemasan pangan 2 (0,03%) dan pihak ketiga 202 (2,81%).

Pada umumnya produk pangan tidak memenuhi syarat keamanan dan mutu, yaitu antara lain; mengandung Bahan Berbahaya untuk Pangan (Formalin; Boraks; Rhodamin B); rendahnya kadar KIO3 sesuai persyaratan yang diizinkan dalam garam, cemaran mikroba melebihi batas; menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas yang diijinkan dan lain-lain. Selain itu juga tidak memenuhi syarat label dan penandaan, antara lain jenis pemanis yang digunakan dan jumlah

Acceptable Daily Intake (ADI). Terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut

dilakukan tindak lanjut berupa penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan produk, serta kepada produsen diberikan peringatan dan pembinaan lainnya . Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi

mainstreaming di Renstra 2015-2019.

Di bawah ini pada gambar 3 dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja BPOM di Jambi dari tahun 2010-2014.

Gambar 3. Profil Sampel Obat dan Makanan yang diuji BPOM Jambi Tahun 2010-2014

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 2010 2011 2012 2013 2014 827 507 497 540 479 421 426 424 420 420 423 909 556 1222 908 51 202 208 180 180 75 85 87 45 30 18 16 16 10 0 1200 909 1138 915 877 Obat Otra Kosmetik Prod.Kompl Napza PKRT Pangan

(15)

Dari 14 (empat belas) indikator kinerja, 5 (lima) indikator pertama baru ditetapkan pada tahun 2013 yaitu pada revisi ketiga Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Hal ini bertujuan supaya dapat diukur indikator komposit pada tahun 2014.

Kelima indikator kinerja utama tersebut sekaligus merupakan bagian dari indikator sasaran strategis yang pertama yaitu “Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat di Provinsi Jambi.” Kelima indikator tersebut baru diukur pencapaiannya pada tahun 2014, dengan menggunakan data kinerja 2010 sebagai baseline. Capaian indikator kinerja utama pada tahun 2014 secara rinci dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Capaian Indikator Utama Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama

Tahun 2014

Target Realisasi %

Capaian 1 Persentase Kenaikan Obat yang

Memenuhi Standar

0.4% 0.75% 187.50%

2 Persentase Kenaikan Obat tradisional yang Memenuhi Standar

4,0% 8,51% 212.75%

3 Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar

0.5% 0.76% 152.00%

4 Persentase Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar

1.68% 0.0% 0.00%

5 Persentase Kenaikan Makanan yang Memenuhi Standar

8.0% 5.66% 70.75%

Persentase kenaikan produk obat dan makanan yang memenuhi standar pada tahun 2014 tersebut merupakan selisih dari persentase produk yang memenuhi syarat pada tahun 2014 terhadap persentase produk yang memenuhi standar pada tahun 2010. Persentase produk yang memenuhi standar merupakan

(16)

perbandingan antara jumlah produk yang memenuhi standar terhadap jumlah sampel total yang diuji laboratorium.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai capaian “BAIK” untuk indikator point (1) sampai (3) karena lebih dari 100,00%, sedangkan nilai capaian “CUKUP” untuk point (4) karena nilai capaian belum tercapai 100.00%. Untuk indikator point (4) realisasi 0,00%, hal ini disebabkan karena dari tahun sebelumnya persentase suplemen makanan yang memenuhi syarat sudah mencapai 100,00% (nilai maksimal capaian) sehingga ditahun berikutnya diperoleh nilai capain 100,00% akan terlihat seperti tidak ada kenaikan capaian, sementara target yang ditetapkan sebesar 1,68% untuk selanjutnya agar penetapan target berikutnya harus berdasarkan analisis trend data sebelumnya.

Penetapan kriteria persentase masing-masing capaian mengacu pada peraturan Bappenas PP.39/2006, dengan kriteria sebagai berikut:

95.0% < X < 105.0% BAIK 70,0% < X < 95.0% 105.0% < X < 130.0% CUKUP X ≤ 70.0% X ≥ 130,0% TIDAK DAPAT DISIMPULKAN *X = persen capaian

Pembahasan lebih lanjut mengenai persentase kenaikan produk obat dan makanan yang memenuhi standar tersebut akan dijelaskan pada pembahasan masing-masing sasaran strategis berikut:

1. Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka Melindungi Masyarakat di Provinsi Jambi.

Keberhasilan pencapaian sasaran pertama ini diukur dengan 10 (sepuluh) indikator kinerja dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (1) Persentase Kenaikan Obat Yang Memenuhi Standar dan Pencapaian Indikator Kinerja nomor (6) Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat, Dan Mutu)

Pada tahun 2014, proporsi obat yang memenuhi standar (aman, manfaat, dan mutu) adalah sebesar 99,42% dari target 97,10% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja nomor (6) adalah 102,39% terhadap target.

(17)

Gambar 3. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar Tahun 2010 – 2014

Gambar 4. Persentase Kenaikan Obat yang Memenuhi Standar Th. 2010 – 2014

Dari gambar 3 dan 4 di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2013 terjadi penurunan jumlah proporsi obat yang memenuhi standar. Hal ini terjadi karena terdapat perubahan metodologi dalam penetapan prioritas sampling sehingga pemetaan wilayah sampling semakin tepat sasaran.

Dari gambar 4 diatas terlihat bahwa pada tahun 2013 dilakukan pendekatan analisis risiko yang dipertajam sesuai tingkat kekritisan sehingga diperoleh

targetted sampel yang terdiri dari 9 (sembilan) kategori untuk routine sampling dan 4 (empat) kriteria untuk triggered sampling serta peningkatan

(18)

Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar pada tahun 2014 sebesar 0.51% dari target 0.1% dengan demikian persentase capaian sebesar 510.0%. Berdasar kriteria hal ini berarti indikator nomor 1 tidak dapat disimpulkan. Capaian sangat melebihi target yang ditetapkan hal ini berarti perlu dievaluasi lagi penetapan target untuk periode berikutnya.

Setelah produk beredar di pasaran, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi melakukan post market control sebagai upaya untuk menjamin bahwa produk yang beredar di pasaran tetap memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu seperti pada saat didaftarkan untuk mendapatkan persetujuan/ nomor ijin edar. Post market control antara lain dilakukan melalui:

 pengambilan sampel produk di pasaran,

 pengujian laboratorium,

 upaya penegakkan hukum terhadap pelanggaran di bidang obat,

 pemberdayaan masyarakat agar mampu melindungi diri dari produk obat yang tidak memenuhi syarat.

Pengambilan sampel produk di pasaran dilakukan dengan pendekatan analisis resiko. Dengan cara ini produk yang mempunyai resiko paling tinggi dan paling banyak digunakan oleh masyarakat akan mempunyai peluang untuk disampling lebih banyak. Selain itu sampling juga dilakukan untuk keperluan compliance dan vigilance. Hal ini dilakukan untuk melihat kepatuhan terhadap pemenuhan CPOB dan kemungkinan produk dipalsukan. Sampling dilakukan berdasarkan kaidah ilmiah untuk memastikan

Jika dibandingkan terhadap data baseline tahun 2010 dengan proporsi sebesar 98,67% maka pada tahun 2011-2014 terjadi kenaikan persentase obat yang memenuhi syarat. Hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja nomor (1) dan (6), sasaran strategis nomor (1) yaitu meningkatnya efektifitas pengawasan dalam rangka melindungi masyarakat tercapai.

(19)

keterwakilan (representativeness) terhadap populasi produk yang beredar di pasaran. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 517 sampel obat, dengan hasil 514 (99,42%) sampel obat memenuhi syarat dan 3 (0.58%) sampel obat yang tidak memenuhi syarat.

Gambar 5. Hasil Pengujian Sampel Obat tahun 2014

Pengujian laboratorium dengan parameter uji yang telah ditetapkan dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah bahwa produk yang beredar di pasaran tetap memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Untuk itu diperlukan kemampuan laboratorium yang handal yang mampu mengawal semua produk yang telah diberikan persetujuan edar. Munculnya produk-produk baru harus dapat diantisipasi oleh laboratorium Balai POM di Jambi, baik dari segi peralatan, SDM, Metoda Analisa, Reagensia, Baku pembanding, dan dukungan teknologi informasi. Balai POM di Jambi akan terus berupaya memenuhi kebutuhan peralatan laboratorium agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis. Masih ditemukannya obat palsu dan sub standar di Indonesia disebabkan karena masih adanya unsur permintaan dan penawaran (supply-demand) dijalur ilegal. Sanksi hukum yang tidak menimbulkan efek jera dan kondisi keuangan masyarakat merupakan sebagian faktor yang menyebabkan produk obat palsu dan sub standar masih beredar di Indonesia. Rendahnya putusan pengadilan yang dijatuhkan kepada para pelanggar hukum tindak pidana bidang obat dan makanan merupakan salah satu penyebab tidak efektifnya upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Balai POM di Jambi. Putusan hukum yang dijatuhkan tidak menimbulkan efek jera dan tidak sebanding dengan insentif ekonomi serta keuntungan finansial yang

(20)

didapatkan oleh para pelanggar hukum. Hal ini mengakibatkan pelanggaran berulang dan bahkan menjadi contoh bagi para pelanggar hukum yang lain. Pada tahun 2014, jumlah pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti dengan projusticia sebanyak 8 perkara dengan total jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 46 kasus, dengan demikian jumlah pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti dengan projusticia sebesar 17.39%.

Gambar 6. Profil Obat Memenuhi Syarat 2010 - 2014

b. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (2) Persentase Kenaikan Obat Tradisional yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (7) Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)

Gambar 7. Proporsi Obat tradisional yang mengandung BKO Tahun 2010 – 2014 99,40% 99,80% 100% 99,26% 99,37% 98,80% 99,00% 99,20% 99,40% 99,60% 99,80% 100,00% 100,20% 2010 (822/827) 2011 (506/507) 2012 (497/497) 2013 (536/540) 2014 (476/479) Profil Obat Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014

(21)

Gambar 8. Persentase Kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar Th. 2010 – 2014

Pada tahun 2014, realisasi Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) adalah sebesar 0.00% dari target 7,0%. Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi obat tradisional yang mengandung BKO, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya. Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut :

Dengan menggunakan rumus tersebut maka persentase capaian indikator untuk nomor (7) Proporsi Obat tradisional yang Mengandung BKO adalah 107.53% terhadap target.

Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 420 sampel obat tradisional, dengan hasil 299 (71.19%) sampel obat tradisional memenuhi syarat dan 121 (28.81%) sampel obat tradisional yang tidak memenuhi syarat parameter fisik seperti uji keseragaman bobot dan waktu hancur, dan tidak ditemukan satu sampel pun yang mengadung BKO dari total sampel yang diuji. Dari Gambar 7 di atas terlihat bahwa dari tahun 2010 hingga 2014 proporsi obat tradisional yang mengandung BKO mengalami penurunan yang berarti capaian kinerja semakin baik. Persentase kenaikan

(22)

obat tradisional yang memenuhi standar dari tahun 2010 sampai 2014 dijabarkan dalam Gambar 8.

Gambar 9. Hasil Pengujian Sampel Obat Tradisional tahun 2014

Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 4.0%, sedangkan realisasi sebesar 8,51%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 212.75%. Dengan melihat capaian ini maka perlu untuk dilakukan evaluasi penetapan target pada renstra periode 2015-2019 supaya disesuaikan dengan trend data yang ada.

Intensifikasi pengawasan obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) secara rutin dilakukan setiap tahun dengan cara peningkatan kemampuan petugas pengawas/inspektur melalui pelatihan peningkatan kompetensi. Selain itu juga dibentuk forum koordinasi lintas sektor penanganan obat tradisional mengandung BKO, yang secara komperehensif menjalankan tugas secara intensif dan terkoordinasi. Secara simultan juga dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai media agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi obat tradisional sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan.

Gambar 10 Profil Obat Tradisional Memenuhi Syarat 2010 - 2014

91,21% 86,38% 93,16% 72,14% 71,19% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 2010 (384/421) 2011 (368/426) 2012 (395/424) 2013 (303/420) 2014 (299/420) Jumlah sampel = 420

(23)

Pada Tahun 2010 ada 3 item TMS BKO, 2011 dan 2012 masing-masing ada 1 item TMS BKO, 2013 dan 2014 tidak ada TMS BKO (Hanya TMS uji Fisika, seperti kadar air, keseragaman bobot, waktu hancur).

c. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (3) Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (8) Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya

Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut :

% Capaian = (100% - Realisasi) (100% - Target)

Gambar 11. Proporsi kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Tahun 2010 – 2014

(24)

Gambar 12. Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar Th. 2010 – 2014

Pada tahun 2014, Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya adalah sebesar 0,23% dari target 0,7% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja nomor (8) adalah 100,47% terhadap target. Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya.

Dengan melihat gambar 8 diatas maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2011, 2012, dan 2013 proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya sebesar 0.00%, artinya tidak ditemukan adanya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 0.23% kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dari total 877 sampel yang selesai diuji. Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 0.5%, sedangkan realisasi sebesar 0.76%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 152.00%. Hal ini berarti bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2014 telah terjadi kenaikan persentase kosmetik yang memenuhi standar sebesar 0.76%. Hal ini berarti pula bahwa masyarakat Jambi menjadi lebih terlindungi dari peredaran kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Dengan melihat capaian ini maka perlu untuk dilakukan evaluasi penetapan target pada renstra periode 2015-2019 supaya disesuaikan dengan trend data yang ada.

(25)

Kosmetik pada dasarnya termasuk produk low risk (berisiko rendah) tetapi pada kenyataannya terjadi penyimpangan yang menyebabkan risiko produk berubah menjadi membahayakan kesehatan. Penggunaan bahan berbahaya yang dilarang dalam kosmetik mengakibatkan kosmetik menjadi berbahaya bagi kesehatan. Pada tahun 2014 dilakukan pengujian terhadap 877 sampel kosmetik, dengan hasil 875 (99.77%) sampel memenuhi syarat.

Gambar 13. Hasil Pengujian Sampel Kosmetik Tahun 2014

Pengawasan kosmetik merupakan tanggung jawab tiga pilar pengawasan yaitu pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen. Balai POM di Jambi melakukan inspeksi sarana distribusi kosmetik dalam rangka penerapan kaidah distribusi kosmetik yang baik. Balai POM di Jambi telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemenuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan melalui kegiatan pembinaan secara intensif.

Gambar 14. Profil Kosmetik Memenuhi Syarat 2010-2014

Pada Tahun 2014 ditemukan 2 item kosmetik mengandung Hg yang dibeli secara online. 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 99,78% 99,65% 99,70% 99,75% 99,80% 99,85% 99,90% 99,95% 100,00% 100,05% 2010 (423/423) 2011 (909/909) 2012 ( 556/556) 2013 (1222/1222) 2014 (906/908) Jumlah sampel = 877

(26)

d. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (4) Persentase Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (9) Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat

Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya. Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut :

Gambar 15. Proporsi Suplemen Makanan Yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan Tahun 2010 – 2014

(27)

Gambar 16. Persentase Kenaikan Suplemen Makanan Yang Memenuhi Standar Th. 2010 – 2014

Pada tahun 2014, Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 0,00% dari target 0,01% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja utama nomor 9 adalah 100,01% terhadap target. Pada tahun 2011, proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan adalah sebesar 0,56%, tahun 2012, 2013, dan tahun 2014 adalah sebesar 0,00%. Dengan demikian pada tahun 2014 terjadi penurunan proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan dibanding tahun 2011, yang berarti pada tahun 2014 terjadi peningkatan kinerja Pengawasan Suplemen Makanan dari tahun 2011. Data tahun 2010 sebagai data baseline, diketahui proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 0,00%, artinya target yang ditetapkan telah tercapai sejak tahun 2012. Perubahan gaya hidup dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan tindakan pencegahan merupakan salah satu sebab meningkatnya konsumsi suplemen makanan. Hal ini ditangkap sebagai peluang bisnis bagi pelaku usaha baik di dalam maupun di luar negeri. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan daya beli yang semakin baik merupakan pasar strategis bagi produk suplemen makanan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jenis dan jumlah produk suplemen makanan yang beredar di dalam negeri yang juga mengindikasikan bahwa perkembangan pasar global juga melanda Indonesia. Selain produk impor, juga

(28)

banyak produk suplemen makanan yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri.

Maraknya produk suplemen makanan yang beredar merupakan tantangan tersendiri bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Klaim yang berlebihan akan memberikan informasi yang menyesatkan dan merugikan konsumen. Bukan hanya kerugian secara materi tetapi juga membahayakan kesehatan karena konsumsi suplemen makanan yang tidak sesuai kebutuhan untuk itu diperlukan upaya intensifikasi pengawasan iklan serta edukasi kepada masyarakat agar mengkonsumsi produk suplemen makanan dengan bijaksana dan sesuai kebutuhan.

Pengawasan post market suplemen makanan dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium serta pengawasan iklan produk agar tidak menyampaikan klaim berlebihan. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 180 sampel suplemen makanan, dengan hasil 100% sampel memenuhi syarat dan 0,00% sampel suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan.

Gambar 17. Hasil Pengujian Suplemen Makanan Tahun 2014

Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 1.68%, sedangkan realisasi sebesar 0.0%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 0.0%. Dengan melihat capaian ini seolah terlihat bahwa pengawasan keamanan suplemen makanan tidak memberikan hasil. Namun, dalam hal ini tidak demikian karena data tahun 2010 sebagai baseline data proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat sebesar 0.0% sehingga hal ini sudah merupakan target tertinggi yaitu proporsi suplemen makanan yang memenuhi syarat

(29)

sebesar 100.0%, sehingga ketika proporsi suplemen makanan yang memenuhi syarat pada tahun 2014 diperoleh nilai 100.0% seolah terlihat seperti tidak ada kenaikan.

Gambar 18 Profil Suplemen Makanan Memenuhi Syarat 2010-2014

Pada tahun 2010 ditemukan 1 item suplemen makanan TMS kadar Nikotinamid.

e. Pencapaian indikator kinerja utama nomor 5 Persentase Kenaikan Makanan yang Memenuhi Standar dan indikator kinerja nomor 10 yaitu Proporsi Makanan yang memenuhi syarat

Pada tahun 2014, Proporsi Makanan yang memenuhi syarat adalah sebesar 90,08% dari target 91,00% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja utama nomor 10 adalah 98,99% terhadap target.

98,04% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 97,00% 97,50% 98,00% 98,50% 99,00% 99,50% 100,00% 100,50% 2010 (50/51) 2011 (202/202) 2012 ( 208/208) 2013 (180/180) 2014 (180/180)

(30)

Gambar 19. Proporsi makanan yang memenuhi syarat Tahun 2010 – 2014

Gambar 20. Persentase Kenaikan makanan yang memenuhi standar Th. 2010 – 2014

Dari gambar 19 terlihat bahwa proporsi makanan yang memenuhi syarat dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi. Namun presentase tertinggi terdapat pada tahun 2014 yaitu sebesar 90.08%. Hal ini berarti bahwa Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sudah berusaha untuk terus meningkatkan kinerja pengawasan makanan dalam rangka melindungi masyarakat.

Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 8.0%, sedangkan realisasi sebesar 5.66%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 70.75%, termasuk kriteria cukup.

Sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan proporsi makanan yang memenuhi syarat dari tahun 2012 yang berarti secara teori kinerjanya menurun. Namun hal ini tidak dapat serta merta dikatakan kinerja menurun,

(31)

karena hal ini dapat pula diartikan bahwa pemetaan wilayah sampling sudah tepat sasaran sehingga makanan yang tidak memenuhi syarat dapat terdeteksi.

Dalam rangka pengawasan post market keamanan mutu produk pangan yang beredar di masyarakat selama tahun 2014, secara rutin telah dilakukan pengambilan sampel pengujian laboratorium sejumlah 877 sampel pangan, dengan hasil 790 (90.08%) memenuhi syarat dan 87 (9.92%) sampel tidak memenuhi syarat. Dari 87 yang TMS, ditemukan 4 sampel atau 0.46% dari total sampel yang di uji, yang mengandung bahan berbahaya, formalin, rodamin B, dan boraks, dan 83 Sampel TMS Mutu

Indikator untuk pengukuran kinerja proporsi makanan yang memenuhi syarat diambil dari sampel pangan, sampel garam beryodium, bahan berbahaya/ kemasan pangan dan Pangan Jajanan Anak Sekolah. Selain itu Balai POM di Jambi juga melakukan pembinaan kepada produsen dan distributor makanan. Untuk produk pangan yang ijinnya dikeluarkan oleh pemerintah daerah, Balai POM di Jambi bekerja sama dengan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya pembinaan dan bimbingan teknis dalam rangka penerapan cara pembuatan makanan yang baik atau CPMB. Untuk industri rumah tangga pangan, penerapan CPMB dilakukan secara bertahap dan di prioritaskan kepada higien dan sanitasi.

Gambar 21. Profil Pengujian Pangan yang Memenuhi Syarat

89,75% 87,57% 90,86% 86,89% 89,51% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00% 2010 (1077/1200) 2011(796/909) 2012 (1034/1138) 2013 (795/915) 2014 (785/877)

(32)

3.2 Pengawasan sarana Distribusi dan Produksi Obat dan Makanan selama tahun 2010-2014.

Gambar 22. Profil Jumlah Sarana dan Cakupan Pengawasan 2010-2014

Gambar 23. Profil Pengawasan Sarana Produksi dan Distribusi yang Memenuhi Ketentuan Tahun 2010-2014 4741 4728 4731 4166 4108 1218 1422 1486 1572 1654 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah sarana Cakupan pengawasa n 69,38% 77,06% 75,50% 75,13% 78,40% 64,00% 66,00% 68,00% 70,00% 72,00% 74,00% 76,00% 78,00% 80,00% 2010 2011 2012 2013 2014

(33)

Gambar 24. Profil Pengawasan Sarana Distribusi Tahun 2010-2014

Jumlah sarana distribusi obat dan makanan yang diperiksa pada kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 6.204 sarana dengan hasil 4780 sarana (77,04%) memenuhi ketentuan, sedangkan 1424 sarana (22,96%) tidak memenuhi ketentuan. Sarana tidak memenuhi ketentuan dikarenakan mengedarkan kosmetik Tanpa Izin Edar (TIE), kosmetik mengandung bahan berbahaya, obat tradisional TIE, obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), pangan TIE, dan pangan mengandung bahan berbahaya serta mengedarkan produk yang telah ditarik dari peredaran. Jumlah sarana yang diperiksa berfluktuasi dari tahun ke tahun, yang terendah pada tahun 2010 sebanyak 924 sarana dan jumlah sarana diperiksa terbanyak pada tahun 2014 berjumlah 1.492 sarana. Dari hasil pemeriksaan terlihat bahwa persentase sarana yang memenuhi ketentuan berkisar antara 75,11% sampai 77,05%. Persentase tertinggi hasil pemeriksaan sarana yang memenuhi ketentuan (MK) sebesar 77,05 % (diperiksa 1492, MK 1175) pada tahun 2014, sedangkan persentase terendah hasil pemeriksaan sarana yang memenuhi ketentuan sebesar 75,11 % (diperiksa 924, MK 694) pada tahun 2009.

MK Jumlah 0 500 1000 1500 2010 2011 2012 2013 2014 694 904 973 1034 1175 230 277 292 308 317 924 1181 1265 1342 1492 MK TMK Jumlah

(34)

Gambar 25. Profil Pengawasan Sarana Produksi Tahun 2010-2014

Jumlah sarana produksi obat dan makanan yang diperiksa selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 671 sarana dengan hasil 517 sarana (77,05%) memenuhi ketentuan dan 154 sarana (22,95%) tidak memenuhi ketentuan. Sarana tidak memenuhi ketentuan dikarenakan masalah higiene dan sanitasi serta penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) tidak dilaksanakan secara konsisten, belum memiliki sertifikat produk pangan industri rumah tangga pangan (P-IRT), mencantumkan tulisan “Halal” tetapi belum memiliki sertifikat Halal dari MUI. Disamping itu juga penggunaan bahan berbahaya seperti, boraks masih ditemukan di Industri Rumah Tangga Pangan.

Gambar 26. Profil Pengawasan Iklan Tahun 2010-2014

MK Jumlah 0 50 100 150 200 2010 2011 2012 2013 2014 71 119 101 101 125 28 26 27 36 37 99 145 128 137 162 MK TMK Jumlah MK TMK Jumlah 0 200 400 600 800 2010 2011 2012 2013 2014 311 603 724 291 264 60 17 27 31 16 371 620 751 322 280 MK TMK Jumlah

(35)

Jumlah iklan obat, PKRT, makanan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen dan rokok dari tahun 2010 sampai tahun 2014 sebanyak 2.344 iklan, dengan hasil 2193 iklan atau 93,56% telah sesuai ketentuan sedangkan 151 iklan atau 6,44% tidak sesuai ketentuan. Iklan tidak sesuai ketentuan dikarenakan klaim berlebihan untuk obat tradisional dan kosmetika, spot peringatan dan aturan pakai serta nomor registrasi untuk obat bebas terbatas dan produk komplemen, spot peringatan untuk rokok serta menyatakan khasiat pengobatan untuk produk pangan.

Gambar 27. KASUS YANG DITINDAK LANJUTI SECARA PROJUSTITIA TAHUN 2010-2014

Kasus Pelanggaran dibidang Obat dan Makanan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 ada 131 kasus dan ditindaklanjuti secara prujustitia 31 kasus (23,66%) di antaranya 21 kasus di bidang obat (67,74%), 7 kasus di bidang kosmetik (22,58%), 2 kasus di bidang Obat Tradisional (6,45%) dan 1 kasus di bidang pangan (3,23%). 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2010 2011 2012 2013 2014 20 17 24 24 46 5 10 4 4 8 Kasus Projust

(36)

3.3 Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen a. Sertifikasi

1. PreAudit dalam rangka Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan Makanan

Gambar 28. Profil Pre-Audit dalam rangka Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan Makanan Tahun 2010 – 2014

Kegiatan pre-audit dalam rangka sertifikasi sarana distribusi obat dan sarana produksi pangan (MD dan P-IRT) , produksi obat tradisional, UMKM Kosmetik dilaksanakan dengan melakukan peninjauan lokasi atas dasar permohonan/ permintaan dari perusahaan yang bersangkutan dalam rangka persetujuan pendaftaran produk pangan atau perpanjangan masa berlaku izin edar dari produk pangan serta pemberian izin pencantuman tulisan halal pada label makanan terhadap produk pangan, obat tradisional, kosmetika yang diajukan dalam hal pemenuhan persyaratan CPPOB, CPOTB dan CPKB serta pengajuan perizinan PBF atau pengakuan izin PBF Cabang maupun verifikasi pindah alamat/gudang PBF dalam hala pemenuhan persyaratan CDOB 0 4 2 0 22 0 1 5 0 0 18 5 3 5 0 4 3 2 18 4 2 4 4 1 18 9 1 1 0 35 2010 2011 2012 2013 2014

(37)

2. Surveilan dan Audit Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah

Sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi terus menerus melakukan Audit/Surveilan Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah (PBKP-KS) terhadap sekolah yang sudah memperoleh Bimtek KIE Keamanan PJAS/ Bimtek PBKP-KS. Hasil Audit/Surveilan PBKP-KS yang telah mampu dan konsisten menerapkan Keamanan Pangan di kantin sekolah dengan nilai ≥ 80% akan memperoleh penghargaan Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah (PBKP-KS).

Tahun PBKPKS Audit Penerima PBKPKS Surveilan PBKPKS Pertahankan PBKPKS

Lomba PBKP Kantin Sekolah Pemenang Lomba PBKPKS Tk Prop Nas Tk 2010 10 1 3 3 - - - 2011 10 3 4 4 - - - 2012 51 5 4 4 6 4 1** 2013 40 6* 9 9 - - - 2014 25 8 9 9 7 4 - Jumlah 136 17 9 9 13 8 1 Catatan :

*) Calon Penerima PBKPKS, Belum memperoleh Sertifikat Laik Sehat dari Dinas Kesehatan Setempat

**) Juara Harapan II, Tk Nasional, SD Negeri 260/IV Rawa Jaya II Kecamatna Tabir Selatan Kabupaten Merangin

3. Lomba PBKP Kantin Sekolah

Sekolah yang memperoleh penghargaan PBKP-KS diikutsertakan dalam Perlombaan PBKP Kantin Sekolah sebagai motivasi untuk SD/MI yang sudah menerapkan keamanan pangan di kantin sekolahnya. Tim Auditor, Tim Juri dan Verifikator Perlombaan Tingkat Propinsi berasal dari petugas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil Kementerian Agama dan Tim Pembina UKS Propinsi dan Kota Jambi,

(38)

Hasil kesepakatan Tim Verifikator Propinsi Jambi menetapkan Juara I tingkat Propinsi berhak disulkan sebagai nominasi perlombaan tingkat nasional.

b. Layanan Informasi dan Pengaduan

1. Bimbingan Teknis Keamanan dan Mutu PJAS

Dalam Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (AN-PJAS) telah ditetapkan beberapa strategi untuk mencapai peningkatan keamanan mutu dan gizi pangan jajanan anak sekolah dengan kegiatan utama berupa pengawasan, pembinaan dan pengawalan. Pengawasan merupakan kegiatan sampling dan pengujian sampel PJAS dari kantin dan penjaja di lingkungan sekolah, sedangkan pembinaan adalah kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) keamanan PJAS dan pengawalan adalah kegiatan pendampingan dan pemantauan yang dilengkapi dengan pendataan kegiatan-kegiatan terkait keamanan pangan di sekolah yang telah mendapat intervensi pada tahun sebelumnya.

Tahun Kabupaten/ Kota Peserta Bimtek mengikuti Bimtek Sekolah yang PJAS Sekolah yang di Audit Penerima PBKPKS

2010 Kota Jambi 50 orang SD = 1 @ 10 orang SMP = 4 @ 10 orang SMA = 5 @ 10 orang

10 1

2011 Kota Jambi 50 orang SD = 12 @ 5 orang SMP = 5 @ 5 orang SMA = 3 @ 5 orang 10 3 2012 Kota Jambi Kab. Bungo Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Tanjab Barat Kab Batanghari 150 orang 55 orang 55 orang 106 orang 106 orang 106 orang SD/MI = 26 + Dinkes + Diknas SD/MI = 13 + Dinkes + Diknas SD/MI = 10 + Dinkes + Diknas SD/MI = 11 + Depag + Diknas SD/ MI = 8 + Dinkes + Diknas SD/ MI = 8 + Depag + 21 5

(39)

Diknas 2013 Kota Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tanjab Timur Kabupaten Tebo Kabupaten Kerinci Kota Sungai Penuh 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang SD/MI = 14 + Depag + Diknas SD/MI = 15 + Depag + Diknas SD/MI = 15 + Depag + Diknas SD/MI = 14 + Depag + Diknas SD/MI = 20 + Depag + Diknas SD/MI = 19 + Depag + Diknas 40 -

2014 Kota Jambi 50 orang

50 orang SD/MI = 10 + Diknas + Dinkes SD/MI = 10 (4 Siswa +

1 Guru)

25 8

Jumlah

………. 1.078 orang SD = 196; SMP = 9; SMA = 8 136 17

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi hanya melakukan Bimbingan Teknis Keamanan Pangan dan Mutu PJAS terhadap Kepala Sekolah, Guru Pembimbing UKS, Pengelola Kantin Sekolah, Komite Sekolah, Siswa SD/MI kelas IV/V dan ditambah dengan lintas sektor terkait yaitu Petugas Dinas Pendidikan dan Petugas Dinas Kesehatan Kab/Kota terkait.

Setelah pelaksanaan Bimtek Keamanan dan Mutu PJAS dalam selang waktu sebulan kedepan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi melakukan Audit PBKP-KS guna menilai penerapan prinsip keamanan pangan di kantin sekolah terhadap SD/MI yang telah mengikuti Bimtek Keamanan Mutu PJAS.

Salah satu upaya Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk melaksanakan program Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (ANPJAS) dengan target akhir tahun 2014 sebanyak 100 (seratus) SD/MI yang diawasi jajanannya dan pengawalan 300 (tiga ratus) SD/MI melalui Revitalisasi Mobil Laboratorium Keliling dengan beberapa intervensi, yaitu :

(40)

Intervensi A Intervensi B Intervensi C PENGAWALAN TOTAL

TA RG ET

REALIS

ASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

TA RG ET

REALIS

ASI TARGET REALISASI

15 15 45 62 40 52 300 342 400 471

Mengingat jumlah SD/MI yang menjadi target AN-PJAS di Provinasi Jambi ± 400 SD/MI sedangkan tenaga Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk mengawal kegiatan di SD/MI tersebut sangat terbatas, maka perlu dikembangkan program untuk meningkatkan peran serta masyarakat sebagai tenaga Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah. Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah merupakan inisiasi upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program keamanan pangan di sekolah.

Kebiasaan jajan di sekolah bagi siswa SD/MI merupakan prioritas dalam pengawasan PJAS, untuk itu perlu dilakukan perluasan cakupan penyebaran informasi, edukasi dan pendidikan keamanan pangan kepada komunitas sekolah, penjual di sekitar sekolah, pemangku kepentingan terkait, kelompok peduli PJAS, maupun masyarakat secara berkesinambungan melalui kegiatan Fasilitator Keamanan Pangan kepada Pengawas Sekolah SD/MI dan petugas Dinas Pendidikan, petugas Puskesmas, Dinas Kesehatan serta Biro Kesra Pemda Propinsi dan Kota Jambi.

2. Penyebaran Informasi Produk Terapetik, Pangan dan Bahan Berbahaya serta Obat Tradisional, Kosmetik dan produk Komplemen

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi mempunyai kewajiban untuk peningkatan pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyebaran informasi yang seluas luasnya tentang mutu, keamanan dan manfaat Terapetik, Pangan dan Bahan Berbahaya, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen dalam melindungi diri terhadap keamanan dari peredaran dan penggunaannya di 11 (sebelas) Kab/Kota di Propinsi Jambi

(41)

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga ikut berpartisipasi dalam berbagai event kegiatan Pameran yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi berupa Pameran Penyebaran Informasi Keamanan Mutu Produk Obat dan Makanan, juga sebagai narasumber dari stakeholder dan media elektonik dalam kegiatan Talk Show.

Gambar 28 Masyarakat yang Sudah Mendapatkan Informasi dan Edukasi Terhadap Keamanan Mutu Produk Obat dan Makanan

Selama tahun 2010 sampai dengan 2014, kegiatan penyebaran informasi terhadap keamanan mutu produk obat dan makanan yang dilaksanakan oleh Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi hanya 1 (satu) kali dalam setahun untuk 1 (satu) Kabupaten/Kota dengan target peserta 30 (tiga puluh) orang perKab/Kota/tahun. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir terdata masyarakat yang sudah mendapatkan informasi dan edukasi terhadap keamanan mutu produk obat dan makanan dengan target masyarakat yang menerima informasi sebanyak 250 (dua ratus lima puluh) orang, realisasi 561 (lima ratus enam puluh satu) orang, seperti terlihat dalam Gambar 28.

145 145 145 145 145 120 145 145 145 145 145 182 815 220 145 145 120 115 115 145 182 145 0 200 400 600 800 1000 1200 REALISASI TARGET

(42)

3. Pemutakhiran Data SPIMKer

Penyelidikan KLB keracuna pangan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis terhadap KLB keracunan pangan untuk mengungkap penyebab, sumber dan cara pencemaran serta distribusi KLB menurut variabel tempat, orang dan waktu. Balai Pengawas Obat dan Makanan di JAmbi sebagai penanggung jawab dalam pengujian sampel pangan untuk konfirmasi penyebab keracunan pangan di tingkat Kabupaten/Kota.

4. Pemberdayan Masyarakat/ Konsumen

15 0 1 0 161 83 20 23 21 6 3 2 1 8 95 15 16 10 2 32 3 1 106 246 67 27 31 29 8 1 0 1 59 201 78 34 49 0 50 100 150 200 250 300 2014 2013 2012 64 424 118 181 13 14 2 0 3 62 13 370 21 13 1 4 16 28 9 59 21 324 23 16 1 1 13 38 17 184 32 6 0 2 4 18 28 17 86 28 8 1 1 30 0 100 200 300 400 500 2014 2013 2012 2011 2010

Gambar 29 Trend Penyebab Keracunan di Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014

Gambar 30 Profil Perbandingan Pengaduan Berdasarkan Jenis Produk

(43)

Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi telah melakukan kegiatan penyebaran informasi, penyuluhan, pameran, kampanye dan dialog interaktif baik langsung maupun melalui media elektronik (Radio dan TV), dalam rangka sosialisasi, publikasi dan promosi guna mengoptimalkan peran serta masyarakat, Pemberdayaan masyarakat/konsumen yang dilakukan ULPK berupa pelayanan permintaan informasi dan layanan pengaduan di bidang obat dan makanan.

Trend pengaduan yang diterima ULPK dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dari berbagai profesi konsumen yang datang langsung maupun melalui media elektronik (Gambar 31)

124 133 34 21 88 133 5 16 6 147 20 161 29 25 16 162 22 9 1 213 8 7 3 39 16 219 34 21 12 15 17 4 17 39 22 14 8 14 14 40 44 14 19 45 29 36 12 34 31 17 14 24 3 7 4 12 10 3 0 50 100 150 200 250

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

2014 2013 2012 2011 2010

Gambar 31 Profil Perbandingan Trend Pengaduan Yang Ditarima Tahun 2010- 2014

(44)

Mekanisme pengaduan yang diterima ULPK Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 pada umumnya datang langsung ke ULPK atau melalui Stand Pameran ULPK sekitar 95,56%, dan ada juga yang mengajukan permintaan

1 3 1 1 0 1 2 2 2 34 36 3 4 16 2 0 113 8 0 3 0 23 81 2 3 26 4 18 0 46 40 40 2 50 116 1 56 1 0 53 0 0 0 21 2 32 60 14 2 284 12 0 22 83 13 84 9 58 1 2 9 7 0 41 1 38 5 0 0 15 1 122 70 1 0 50 100 150 200 250 300 Kon tra In d ika si Ef e k S amp in g In d ika si Ke gu n aan /M an faa t In terak si Atu ra n P aka i Pe n gu jia n Cara P e n yim p an an Sta b ili ta s Za t Penga w et Za t Pem an is Za t Pew ar n a BT P La in Pro se s P en d afta ra n Se rtif ikas i In sp e ksi Pro d u k Te rd af ta r Pu b lik Wa rn in g Pe rikla n an La b el H ala l N o . Re g. Tan ggal Kad alu ar sa Kom p o sis i De sain Ke m as an H ar ga Lite ra tu r/Pe ra tu ra n Pro d u se n /Dis trib u to r Bros u r/ Bu le ti n … Ma n aj em en Ba d an … In fo P e n yak it La in -l ai n ( K era cu n an ) 2010 2011 2012 2013 2014 0 50 100 150 200 250 1 2 106 197 230 38 25 58 2 12 0 2 215 4 5 7 68 103 7 15 81 2 0 0 9 233 3 0 5 23 92 11 21 20 0 40 0 8 191 1 0 7 16 126 10 31 46 0 31 17 0 6 0 1 5 9 93 0 8 33 1 16 3 2 0 2014 2013 2012 2011 2010

Gambar 32 Profil Perbandingan Pengaduan Berdasarkan Informasi Produk OMKABA Tahun 2010 - 2014

Gambar 33 Profil Perbandingan Jumlah Pengaduan Berdasarkan Profesi Konsumen Tahun 2010 - 2014

(45)

informasi/pengaduan melalui telpon sekitar 3,31%, melalui surat 0,82% dan melalui email 0,31%, rincian lengkap dapat dilihat pada Gambar 34.

4. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan Badan POM RI

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Badan POM RI tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain:

(1) Belum sepenuhnya tercapai penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market);

(2) Belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market);

(3) Belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Badan POM RI dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada gambar 1.4

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Email Datang Langsung

Surat Telepon Fax

885 3 2 527 5 1 406 9 1 262 12 16 1 157 13 2014 2013 2012 2011 2010

(46)

terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Badan POM RI sebagai berikut:

B

Gambar 35 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas BPOM sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat.

Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi BPOM sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu

PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Penguatan kebijakan teknis

pengawasan (RegulatorySystem)

Pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan

BELUM OPTIMALNYA PERAN BPOM DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN

MAKANAN

Belum optimalnya sistem pengawasan Obat

dan Makanan

Belum optimalnya pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan

Edukasi Publik

Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan

(47)

terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai berikut:

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, 3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM di Jambi, serta meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BPOM di Jambi perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara kelembagaan serta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut BPOM di Jambi dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

B.1 POTENSI

1. Independensi dan Profesionalisme Balai POM di Jambi

Balai POM di Jambi dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan mempunyai kemampuan profesional yang terpelihara. Temuan hasil pengawasan di lapangan maupun hasil uji laboratorium ditetapkan secara profesional dan independen. Tindak lanjut atas temuan dilapangan dilaksanakan oleh Balai POM sesuai kewenangan TUPOKSI yang dimiliki, sedang tindak lanjut yang kewenangannya ada pada sektor lain, hasil temuan disampaikan dengan rekomendasi tindak lanjut kepada instansi yang bersangkutan.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 2.   Profil Pegawai Balai POM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan  Tahun 2010 – 2014
Tabel 2.  Capaian Kinerja Balai  Pengawas Obat dan Makanan  di Jambi  Periode 2010-2014
Gambar 3. Profil Sampel Obat dan Makanan yang diuji BPOM Jambi Tahun 2010-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan teori model komunikasi Lasswell, dimana unsur who yang dimaksud adalah Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Gerakan Nasional Revolusi Mental

Untuk memperoleh gambaran sikap dan perilaku peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya upaya meningkatkan keterampilan dan sikap

Sebagai kelanjutan program Pembaharuan Mahkamah Agung, dalam upaya meningkatkan citra Mahkamah Agung serta Pengadilan di bawahnya lembaga dan Pengadilan Tinggi

Sebagai kelanjutan program Pembaharuan Mahkamah Agung, dalam upaya meningkatkan citra Mahkamah Agung serta Pengadilan di bawahnya sebagai lembaga yang terhormat dan

Ulfa Uswatun Hasanah dan Khasan Setiaji (2019:1211) mengatakan Literasi ditigal merupakan penerapan sikap untuk membentuk suatu perilaku, sikap penerapan literasi

Dengan perhitungan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik dari segi waktu, pikiran dan biaya maka penelitian hanya dibatasi pada masalah sikap narsis,

Sebagai upaya dalam perubahan perilaku dan cara pandang generasi muda, UNICEF memfokuskan pada program-program rehabilitasi psikososial dalam pendidikan perdamaian

Renstra LAPAN 2010-2014, memberikan gambaran kuat LAPAN dalam upaya membangun kemandirian di bidang teknologi dirgantara khususnya roket dan satelit sehingga dapat