• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum Hak atas Rumah yang Layak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum Hak atas Rumah yang Layak"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

PERATURAN TENTANG HAK WARGA NEGARA BERTEMPAT TINGGAL

1. UUD 1945

Pasal 28 H ayat 1 : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

2. UU No 1 Tahun 2011 Pasal 50 ayat (1) : Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah

3. UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 40: Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum

Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tepat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya (UU No 1 Tahun 2011).

Rumah menjadi kebutuhan dasar setiap individu manusia untuk melanjutkan kehidupannya. Fungsi utama rumah adalah sebagai tempat tinggal atau hunian. Selain memiliki fungsi tersebut, rumah juga memiliki peran utama sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan penyiapan generasi muda. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa rumah memiliki peranan strategis dalam proses pembentukan watak serta kepribadian bangsa untuk masa depan.

Perumahan dan kawasan permukiman tidak dapat dipandang hanya sebagai produk bagi terlaksananya pembangunan, namun juga harus dipandang sebagai proses manusia untuk bermukim dalam menciptakan ruang kehidupan untuk bermasyarakat, menampakkan jati diri dan membentuk suatu peradaban.

1.1.1 Hak atas Rumah yang Layak

Pemenuhan hak atas rumah yang layak dan terjangkau merupakan komitmen global sebagaimana dituangkan dalam komitmen internasional, yaitu:

1. UU Hak Asasi Manusia International

Menyatakan bahwa hak atas perumahan yang layak merupakan salah satu hak asasi manusia. Hak ini berlaku sama untuk laki-laki dan perempuan, baik untuk

(2)

2 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

rumah, tanah dan properti. Ada 7 (tujuh) komponen hak atas rumah yang layak yaitu: 1) ketersediaan jasa pelayanan, bahan bangunan, fasilitas umum dan infrastruktur, 2) keterjangkauan, 3) habitability (kenyamanan sebagai lingkungan perumahan), 4) kemudahan akses, 5) lokasi, 6) rasa aman bermukim (secure tenure) dan 7) kelayakan budaya.

2. Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia PBB (1948), ditetapkan dan diproklamirkan oleh resolusi Majelis Umum PBB 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948.

“Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak atas kesehatan dan kehidupan dirinya dan keluarganya, termasuk makanan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang dibutuhkan, dan hak untuk mendapat jaminan saat menganggur, sakit, cacat, janda, lanjut usia atau ketidakmampuan lain untuk melanjutkan kehidupan dalam situasi yang ada di luar kendalinya.”

3. Deklarasi Vancouver tentang Human Settlement (1976), ditetapkan oleh Konferensi PBB tentang Pemukiman Manusia pada 1976. Bagian III dan Bab II (A.3) menyatakan, berturut-turut:

“Tempat berteduh dan pelayanan yang layak merupakan hak asasi utama yang mewajibkan Pemerintah untuk menjamin pencapaiannya bagi setiap orang, dimulai dengan memberikan bantuan langsung kepada mereka yang paling membutuhkan melalui program-program mandiri dan kegiatan masyarakat yang terarah. Pemerintah harus berusaha keras untuk menghilangkan setiap rintangan yang menghalangi tercapainya maksud ini. Hal paling penting adalah menghapuskan pemisahan berdasarkan status sosial dan ras, misalnya dengan menciptakan keseimbangan lingkungan yang lebih baik, yang menyatukan perbedaan kelompok sosial, kedudukan, perumahan dan fasilitas.”

4. Habitat Agenda (1996)

“Adequate Shelter for All and Sustainable Urbanization” (Hunian yang Layak bagi Semua dan Urbanisasi yang berkelanjutan).

(3)

3 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Rumah Swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat (UU No. 1 Tahun 2011)

5. Millenium Development Goals, Tujuan 7/ Sasaran 11

“Achieve significant improvement in the lives of at least 100 million slum dwellers by 2020” (Mencapai peningkatan kehidupan yang berarti dari minimal 100 juta orang penghuni permukiman kumuh pada tahun 2020).

6. Roadmap Kebijakan Sektor Perumahan :

a. Reorientasi kebijakan perumahan secara signifikan dan peningkatan investasi pada 40% MBR melalui social housing, incremental home improvement, dan slum upgrading.

b. Restrukturisasi, reformasi, dan diversifikasi perangkat kebijakan yang dapat mengembangkan dan memperluas pasar untuk penyediaan dan pembiayaan rumah yang terjangkau.

c. Meningkatkan peran dari para pemangku kepentingan dilevel pusat/daerah khususnya dalam hal pembagian kewenangan dan anggaran untuk kebijakan sektor perumahan.

7. Komitmen penanganan kumuh menjadi komitmen Pemerintah Indonesia, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2025.

1.1.2 Gambaran Perumahan Swadaya

Setiap negara memiliki kewajiban untuk mengakui hak setiap warga negara atas standar hidup yang layak yaitu meliputi kecukupan atas makanan, pakaian dan perumahan serta senantiasa meningkatkan perbaikan kondisi penghidupan secara terus-menerus. Namun data menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 3,4 juta rumah tangga di Indonesia yang belum menempati rumah yang layak huni (sumber : Kemenpera, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa Negara Indonesia yang diwakili oleh pemerintah dan pemangku kepentingan ternyata belum berhasil memenuhi hak warga negara terhadap kebutuhan perumahan. Kondisi ini menjadi isu utama sejak beberapa dekade terakhir terkait pembangunan perumahan.

(4)

4 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Penyediaan perumahan dapat dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain pemerintah, swasta (pengembang) dan masyarakat secara swadaya. Dari berbagai analisa yang dilakukan pasokan dari Pengembang sekitar rata-rata 80.000 sampai dengan 100.000 unit per tahun. Kondisi ini diperkirakan sebanding dengan 15-20 % dari kebutuhan. Dengan demikian sisanya sekitar 80-85 % kebutuhan rumah dilakukan secara swadaya oleh masyarakat (Opini, 2 Desember 2010).

Dewar, Andrew dan Watson (1981) menyatakan bahwa perumahan swadaya adalah sebuah proses pembangunan rumah yang individu dan komunitas memegang kendali terhadap keputusan tentang rumah dan lingkungannya, tanpa perlu membangunnya sendiri. Turner berpendapat bahwa perumahan swadaya sebagai aspirasi kemanusian yang mendalam, dinyatakan dalam istilah seperti rumah oleh rakyat (housing by people), dan rumah adalah kata kerja (housing is a verb) (Harris, 2003). Housing is a verb mengacu pada rumah selalu berkembang, sementara housing by people mengacu pada partisipasi aktif masyarakat dalam proses. Keterlibatan masyarakat memungkinkan tersedianya rumah yang terjangkau dan sesuai. Khususnya untuk kelompok masyarakat miskin, perumahan swadaya didefinisikan sebagai proses pembangunan perumahan yang memungkinkan penduduk miskin bertindak sebagai pengambil keputusan pada tahapan perencanaan, desain, pengelolaan dan implementasi sementara pemerintah hanya menyediakan dana awal, pelatihan pengelolaan dan pengawasan selama pelaksanaan proyek (Ntema, 2011).

UN-Habitat menunjukkan bahwa sekitar 70 persen investasi perumahan di negara-negara berkembang dilakukan oleh masyarakat khususnya dalam bentuk rumah tumbuh (progressive housing/incremental shelter). Bahkan di Indonesia jumlahnya mencapai 90-95 persen (UN-Habitat, 2005). Hal ini menunjukkan peran masyarakat sendiri dalam pemenuhan rumah tidak dapat diabaikan.

(5)

5 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Sumber : UN Habitat, 2005

Gambar 1.2

Prosentase Pembangunan Rumah Swadaya di Beberapa Negara

Keterlibatan masyarakat ini yang kemudian diberi label rumah swadaya, secara sederhana diartikan sebagai upaya masyarakat baik secara individu maupun berkelompok dalam memenuhi kebutuhannya terhadap rumah

Pembangunan rumah secara swadaya dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, dari yang berpenghasilan tinggi sampai dengan yang berpenghasilan rendah. Dalam pelaksanaan pembangunan perumahan, masyarakat mencoba memenuhi kebutuhan akan perumahan tersebut dengan berbagai cara.

Pada umumnya masyarakat berpenghasilan menengah ke atas mampu menggunakan berbagai sumberdaya untuk mendapat akses ke pembiayaan, tanah, jasa konsultan/kontraktor, perijinan, dan informasi tentang pasar perumahan sehingga kualitas rumah yang dibangun tergolong baik. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan pembangunan perumahan swadaya yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Minimnya akses informasi (dokumen perencanaan, tata cara perijinan, informasi tentang kualitas bangunan), sulitnya mengakses pembiayaan. Hal tersebut menyebabkan pembangunan rumah swadaya tidak memperhatikan tata ruang dan rendahnya kualitas bangunan rumah yang dibangun. Permasalahan tersebut tentu saja berdampak pada lingkungan permukiman. Golongan masyarakat tersebut ketika membangun rumahnya hanya berorientasi pada kapling atau petak tanah yang dia miliki. Masalah yang menyangkut bangunan rumahnya maupun kebutuhan utilitas rumah tangganya semua diselesaikan dengan berorientasi pada sebidang tanah miliknya.

(6)

6 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Konsep pembangunan yang ada dibenaknya benar-benar hanya pembangunan rumah, bukan perumahan apalagi lingkungan permukiman.

Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung memilih untuk membangun rumahnya secara swadaya karena pengadaan dan pembangunan rumah secara swadaya dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dari perumahan yang disediakan oleh sektor formal sehingga pembangunannya dapat dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki, serta dapat memilih sendiri bahan bangunan dan mekanisme pembangunan rumahnya yang dikehendaki. Namun dalam pelaksanaannya, pengadaan rumah bukanlah hal yang mudah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Tingginya harga lahan, bahan bangunan serta mahalnya biaya perijinan untuk mendirikan rumah menyebabkan masih banyak masyarakat yang belum dapat mengadakan rumahnya secara swadaya dengan baik. Masyarakat mengalami banyak kendala dan keterbatasan, baik dalam hal sosial, teknologi, maupun ekonomi yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan rumahnya tersebut. Hal ini menuntut pemerintah untuk melakukan reorientasi kebijakan pembangunannya dan melakukan pemberdayaan masyarakat serta peningkatan kemampuan (capacity building) dari semua pelaku-pelaku kunci yang berkepentingan (stakedolders).

Bagi masyarakat yang miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), rumah yang dibangun secara swadaya cenderung dibangun secara informal dan tidak terorganisir, artinya tanpa mekanisme perencanaan dan perijinan sehingga tidak ada pengendalian terhadap tata bangunan, kualitas bangunan, kehandalan bangunan, dan kesesuaian dengan rencana kota. Perumahan swadaya tersebut tumbuh secara spontan dan irregular (tidak beraturan). Lokasi perumahan swadaya pun banyak yang tidak sesuai Rencana Tata Ruang atau di daerah yang rawan bencana, serta tidak mempunyai legalitas hak atas tanah.

(7)

7 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

1.1.3. Kondisi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah (UU No. 1 Tahun 2011). Berdasarkan data BPS bulan September 2014, jumlah penduduk miskin mencapai ± 27,7 juta jiwa atau sekitar 10,96 % dari seluruh penduduk Indonesia. Prosentase penduduk miskin di atas 20% terdapat di provinsi Papua, dan Papua Barat. Berikut Sebaran penduduk miskin di Indonesia menurut Provinsi :

Tabel I.1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Per September 2014

PROPINSI

JUMLAH PENDUDUK MISKIN

(000) PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (%)

KOTA DESA KOTA+DESA KOTA DESA KOTA+DESA

Aceh 158.04 679.38 837.42 11.36 19.19 16.98 Sumatera Utara 667.47 693.13 1360.60 9.81 9.89 9.85 Sumatera Barat 108.53 246.21 354.74 5.41 7.84 6.89 Riau 159.53 338.75 498.28 6.53 8.93 7.99 Jambi 109.07 172.68 281.75 10.67 7.39 8.39 Sumatera Selatan 370.86 714.94 1085.80 12.96 13.99 13.62 Bengkulu 99.59 216.91 316.50 17.19 17.04 17.09 Lampung 224.21 919.73 1143.93 10.68 15.46 14.21 Kepulauan Bangka Belitung 20.27 46.96 67.23 3.04 6.84 4.97 Kepulauan Riau 91.27 32.90 124.17 5.61 10.54 6.40 DKI Jakarta 412.79 0.00 412.79 4.09 0.00 4.09 Jawa Barat 2554.06 1684.90 4238.96 8.32 10.88 9.18 Jawa Tengah 1771.53 2790.29 4561.83 11.50 15.35 13.58 DI Yogyakarta 324.43 208.15 532.59 13.36 16.88 14.55 Jawa Timur 1531.89 3216.53 4748.42 8.30 15.92 12.28 Banten 381.18 268.01 649.19 4.74 7.18 5.51 Bali 109.20 86.76 195.95 4.35 5.39 4.76

Nusa Tenggara Barat 385.31 431.31 816.62 19.17 15.52 17.05 Nusa Tenggara Timur 105.70 886.18 991.88 10.68 21.78 19.60 Kalimantan Barat 78.53 303.38 381.92 5.47 9.20 8.07 Kalimantan Tengah 39.45 109.37 148.83 4.75 6.74 6.07 Kalimantan Selatan 61.21 128.28 189.50 3.68 5.64 4.81 Kalimantan Timur 98.48 154.20 252.68 3.98 10.06 6.31 Sulawesi Utara 60.08 137.48 197.56 5.57 10.47 8.26 Sulawesi Tengah 71.65 315.41 387.06 10.35 14.66 13.61 Sulawesi Selatan 154.40 651.95 806.35 4.93 12.25 9.54

(8)

8 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

PROPINSI

JUMLAH PENDUDUK MISKIN

(000) PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (%)

KOTA DESA KOTA+DESA KOTA DESA KOTA+DESA

Sulawesi Tenggara 45.79 268.30 314.09 6.62 15.17 12.77 Gorontalo 23.88 171.22 195.10 6.24 23.21 17.41 Sulawesi Barat 29.87 124.82 154.69 9.99 12.67 12.05 Maluku 47.58 259.44 307.02 7.35 25.49 18.44 Maluku Utara 11.17 73.62 84.79 3.58 8.85 7.41 Papua Barat 14.06 211.40 225.46 5.52 35.01 26.26 Papua 35.61 828.50 864.11 4.46 35.87 27.80 INDONESIA 10356.69 17371.09 27727.78 8.16 13.76 10.96 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Badan Pusat Statistik menyebutkan ada 14 (empat belas) kriteria kemiskinan dimana 7 (tujuh) diantaranya terkait dengan kondisi rumah, adapun kriteria rumah tangga miskin yang terkait rumah adalah:

1. Ruangan kurang dari 8 m2 per orang;

2. Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu berkualitas rendah; 3. Dinding terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah;

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar;

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan; 7. Atap tempat tinggal terluas adalah genteng/ seng/ asbes dengan kondirsi jelek/

kualitas rendah atau ijuk/ rumbia/ lainnya.

Berdasarkan hal tersebut intervensi pemerintah diperlukan dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui bidang perumahan. Hal tersebut diperkuat dengan UU No 1 tahun 2011 dimana masyarakat berpenghasilan rendah dikategorikan sebagai masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan daya beli, persyaratan perbankan seringkali mempersulit masyarakat untuk memperoleh pinjaman. Selain persyaratan gaji tetap, diperlukan jaminan majikan dan jaminan (collateral) berupa tanah bersertifikat. Hal ini menjadi salah satu tantangan yang perlu ditangani dalam bidang perumahan swadaya.

(9)

9 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

1.2 Potensi dan Permasalahan 1.2.1 Potensi

Potensi dalam pembangunan perumahan swadaya terdiri dari kekuatan dan peluang yang dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel I.2

Potensi dan Permasalahan Pembangunan Rumah Swadaya

Kekuatan dasar hukum Berikut adalah beberapa dasar hukum penyelenggaraan perumahan swadaya 1. UUD 1945

Pasal 28 H ayat 1 :

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 40: Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak 3. UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Pasal 50 ayat (1) : Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah

Pasal 54 ayat (3) : Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: (a) subsidi perolehan rumah, (b) stimulan rumah swadaya, (c) insentif perpajakan, (d) perizinan, (e) asuransi dan penjaminan, (f) penyediaan tanah, (g) sertifikasi tanah; dan/atau (h) prasarana, sarana dan utilitas umum.

Disamping beberapa dasar hukum di atas, terdapat beberapa peraturan yang mendukung penyelenggaraan perumahan swadaya. Peraturan tersebut diantaranya;

1. UU No.32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

2. PP No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota (perumahan sebagai urusan wajib daerah)

3. Perpres No 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Potensi Regulasi & Kebijakan Dalam penyelenggaraan perumahan swadaya dalam 5 tahun ke depan, Perumahan swadaya masuk dalam arahan dari RPJMN 2015 - 2019 dengan konsep pemberdayaan dalam rangka peningkatan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan dan peningkatan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau. Hingga 2015 telah tersusun berbagai kebijakan/regulasi:

1. Peraturan Menteri PUPR Nomor 39/PRT/M/2015 tentang Perubahan Atas Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya;

2. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 06 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya;

3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 05 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Fasilitasi Pra dan Paska Sertifikasi Hak Atas Tanah untuk Memberdayakan Masyarakat Berpenghasilan Rendah Memebangun Rumah Swadaya;

(10)

10 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

4. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah;

5. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 04 Tahun 2011 tentang Tentang Petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus Bidang perumahan dan kawasan permukiman (akses masyarakat terhadap PSU);

6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 03 Tahun 2010, Tentang Pelimpahan sebagian urusan kementerian perumahan rakyat Tahun 2010 melalui dekonsentrasi;

7. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 04 Tahun 2010, Tentang Pedoman pelaksanaan dekonsentrasi lingkup Kementerian perumahan rakyat tahun 2010;

8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 01 Tahun 2009 tentang Acuan Penyelenggaraan Peningkatan Kualitas Perumahan dan 9. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 05 Tahun 2009

tentang Pedoman pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat Mandiri perumahan dan permukiman (pnpm mandiri perkim) 10. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 22 Tahun 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Perumahan Rakyat;

11. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 08 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya;

12. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Permukiman;

13. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 08 Tahun 2006, Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Melalui Lembaga Keuangan Mikro/ Lembaga Keuangan Non Bank;

14. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 26 Tahun 2006 Tentang Dukungan penjaminan kredit/pembiayaan untuk Pembangunan/ perbaikan perumahan swadaya melalui kredit pembiayaan mikro; 15. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 08 Tahun 2006, Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan untuk Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Melalui Lembaga Keuangan Mikro/ Lembaga Keuangan Non Bank.

Potensi yang ada di masyarakat 80% pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan secara swadaya dengan memanfaatkan potensi yang bersumber pada masyarakat seperti budaya gotong royong, kepemilikan tanah MBR, kearifan lokal masyarakat, dana masyarakat, serta sumber daya material lokal

Potensi Kemitraan Potensi kemitraan diantaranya Kerja sama dengan K/L lain, organisasi dalam negeri maupun luar negeri, negara donor, dunia usaha, institusi penelitian dan pengembangan, serta Pengembangan penelitian oleh lembaga penelitian/perguruan tinggi terkait perumahan.

1.1.2. Permasalahan dan Tantangan

Bagi masyarakat berpenghasilan rendah khususnya miskin, mempunyai banyak keterbatasan antara lain penghasilan, dan kemampuan dalam mengorganisasikan diri

(11)

11 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

untuk pembangunan perumahan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan beberapa hambatan dalam pembangunan rumah secara swadaya, yaitu:

1) Kapasitas Kelembagaan 2) Pembiayaan alternatif 3) Pendampingan masyarakat

4) Keterbatasan pada akses sumber daya 5) Fasilitasi

Hambatan MBR dalam menempati rumah layak huni tersebut disebabkan karena beberapa permasalahan utama, yang antara lain adalah seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel I.3

Uraian Permasalahan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dalam Menempati Rumah Layak Huni

PERMASALAHAN URAIAN PERMASALAHAN

Kapasitas

Kelembagaan 1) Belum seluruh Pemerintah Daerah melaksanakan urusan wajib bidang perumahan seperti yang tertuang dalam PP No 38 tahun 2007 dan UU Nomor 23 Tahun 2014;

2) Masih lemahnya sistem kelembagaan di bidang perumahan dan permukiman;

3) Terjadinya perubahan kebijakan umum dan organisasi di daerah yang mempengaruhi penyelenggaraan bidang perumahan (rotasi jabatan, kelembagaan);

4) Masih terdapat ego sektoral dalam menangani masalah perumahan terkait penanggulangan kemiskinan;

5) Penanganan lingkungan perumahan kumuh masih bersifat parsial dan belum jadi prioritas Pemda; dan

6) Belum terwujudnya kelembagaan yang menerapkan prinsip Good Governance.

Pembiayaan alternatif atau pendanaan

1) Masih terbatasnya alokasi anggaran pembangunan perumahan swadaya di Pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan;

2) Masih terbatasnya akses ke sumber dana alternatif bidang perumahan (CSR, donor, LSM, Perbankan, dll); dan

3) Belum adanya kelompok keuangan mikro swadaya. Keterbatasan akses terhadap sumber daya  Informasi (perijinan, dokumen perencanaan)  Bahan bangunan  Teknologi

1) Belum tersedianya layanan/informasi bidang perumahan bagi masyarakat di tingkat daerah (kesesuaian peruntukan, ketentuan layak huni, dokume perencanaan, dll);

2) Belum adanya self help housing centre yang berfungsi sebagai tempat informasi terkait perijinan, dokumen perencanaan, tata cara pembangunan rumah layak huni, bahan bangunan, dan teknologi;

3) Kurangnya sosialisasi dan tindak lanjut terhadap regulasi dan kebijakan yang telah dimiliki oleh Deputi Bidang Swadaya sebelumnya, serta tingkat pemahaman SDM yang masih kurang terhadap regulasi dan kebijakan; dan

(12)

12 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

4) Keterbatasan akses bahan bangunan PSU dan belum tersedianya bahan bangunan alteratif yang berkualitas . Pendampingan

Masyarakat 1) Belum adanya sertifikasi untuk Fasilitator; dan 2) Belum adanya jumlah pasti Fasilitator yang sudah terserftifikasi.

Selain permasalahan diatas, dalam pembangunan perumahan swadaya terdapat tantangan yang harus ditangani dan diselesaikan. Berikut tantangan dalam pembangunan perumahan swadaya berdasarkan Renstra Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2015 – 2019 :

 Angka Backlog 7,6 unit rumah.

 Rumah tidak layak huni (RTLH) berjumlah 3,4 juta unit rumah.  Rumah tangga kumuh berjumlah 9,6 juta.

(13)

13 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

“Rumah layak huni adalah

rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan

penghuninya” (Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 22 tahun 2008 tentang SPM)

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

DIREKTORAT RUMAH SWADAYA

2.1 Visi

Arah kebijakan Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015-2019 tergambar pada visi Direktorat Jenderal

Penyediaan Perumahan, yaitu “Setiap

Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak huni”. Berdasarkan visi tersebut, ditetapkanlah visi Direktorat Rumah Swadaya dalam Rencana Strategis Direktorat Rumah Tahun 2015 – 2019 sebagai berikut:

“Terpenuhinya rumah yang layak huni melalui peningkatan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan rumah”

Dengan visi ini diharapkan dalam memenuhi kebutuhannya akan didorong tumbuh dan berkembang keswadayaan masyarakat baik masyarakat yang berpenghasilan rendah sebagai penerima manfaat akhir serta seluruh pemangku kepentingan dalam rangka melaksanakan proses pembangunan perumahan swadaya.

Hal ini diperlukan mengingat permasalahan yang terjadi dibidang perumahan dan permukiman, tantangan tersebut tidak mungkin diselesaikan sendiri oleh Direktorat Jenderal Rumah Swadaya khususnya Direktorat Rumah Swadaya yang berperan sebagai enabler, melakukan regulasi, dan fasilitasi.

2.2 Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan Misi Direktorat Rumah Swadaya untuk mencapai visi Mewujudkan Keswadayaan Mayarakat untuk Menempati Rumah Layak Huni adalah:

1. Mewujudkan rencana teknik dan standarisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

(14)

14 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

2. Menyiapkan fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. 3. Menyiapkan fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi

akses kemitraan untuk mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

4. Menetapkan Penerima Bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

5. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

2.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015 - 2019 merupakan penjabaran dari setiap misi yang disusun. Adapaun penjabaran tujuan Renstra Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015 – 2019 adalah :

Tabel II.1

Tujuan Rencana Srategis Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tahun 2015 – 2019

No Misi Tujuan

1 Mewujudkan rencana teknik dan standarisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya

1. Menyiapkan penyusunan rencana teknik di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya

2. Menyiapkan penyusunan standarisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya 2 Menyiapkan fasilitasi

pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

1. Menyiapkan fasilitasi pendataan backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni dibidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya 2. Menyiapkan verifikasi data backlog rumah

swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya 3 Menyiapkan fasilitasi

pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses kemitraan untuk

1. Menyiapkan fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni.. 2. Menyiapkan fasilitasi akses kemitraan untuk

(15)

15 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

No Misi Tujuan

mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya

4 Menetapkan Penerima Bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang

penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

1. Menyiapkan penerima bantuan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya 2. Mendampingi dalam pelaksanaan bantuan

stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya

5 Meningkatkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya

1. Menyiapkan pemantauan pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang

penyelenggaraan bantuan rumah swadaya 2. Menyiapkan evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan dibidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya

2.4. Sasaran Strategi

Untuk mencapai tujuan Rencana Srategis Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015 – 2019 diperlukan rumusan sasaran yang lebih spesifik dan terukur. Sasaran strategis tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut;

1. Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi

2. Terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak bagi 1.750.000 masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi.

Dari sasaran-sasaran strategis di atas, disimpulkan Indikator Kinerja yang menggambarkan keberhasilan Direktorat rumah swadaya secara keseluruhan yaitu terbangunnya 1.750.000 unit rumah yang layak secara swadaya dalam lingkungan yang aman dan sehat.

(16)

16 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 2015 – 2019

Sesuai dengan penugasan RPJMN termasuk didalamnya penjelasan mengenai program lintas mengacu pada UU Nomor 25 tahun 2004 mengenai Sistem Pembangunan Nasional, yang mengharuskan setiap Kementerian memiliki renstra Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah memasuki akhir masa berlakunya sehingga perlu ada penyusunan RPJMN Tahun 2015 – 2019 yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Strategis Nasional yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Sumber : UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025

Diagram III. 1

Periode Tahapan RPJPN Tahun 2005 - 2025

3.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2015 - 2019

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-2, RPJMN ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam (SDA) yang tersedia, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,

(17)

17 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

serta kemampuan iptek. Salah satu prioritas dalam RPJP adalah bidang infrastruktur yang didalamnya terdapat sub.bidang perumahan. Pada bidang perumahan dan permukiman dalam RPJMN tahap 3 ini, terkait dalam pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. RPJMN Tahun 2015-2019 sendiri terdiri atas:

a. Buku I memuat kebijakan umum pembangunan, kerangka mikro, dan agenda pembangunan nasional yang memuat kegiatan prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke depan;

b. Buku II memuat arah sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan yang dijabarkan menjadi kegiatan prioritas untuk masing-masing bidang pembangunan; dan

c. Buku III memuat arah pembangunan kewilayahan.

Visi Pembangunan Nasional untuk tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, yang diwujudkan melalui 7 (tujuh) misi pembangunan, yaitu:

a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

b. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

c. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritime.

d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan.

g. kepentingan nasional.

(18)

18 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Strategi Pembangunan Nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 berdasarkan kepada:

a. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

b. Dimensi Pembangunan, diperlukan untuk menunjukan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang lebih baik ke depan, maka dirumuskan Sembilan agenda prioriitas yang disebut dengan Nawa Cita yang salah satunya adalah “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan” dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Strategi Pembangunan Nasional terdiri dari 3 (tiga) dimesi pembangunan, yaitu:

1. Dimensi Pembangunan Manusia meliputi, pendidikan, kesehatan, perumahan dan mental/karakter. Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan meliputi, kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemarimitiman dan kelautan, dan pariwisata dan industri.

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan meliputi antarkelompok pendapatan dan antarwilayah (desa, pinggiran, luar jawa, dan kawasan Timur).

c. Kondisi Sosial, Politik, Hukum dan Keamanan yang Stabil. Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

(19)

19 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

d. Quick Wins, dilakukan agar ouput pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

Sumber : Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa perumahan (pembangunan perumahan, air minum dan sanitasi) termasuk ke dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat dengan indikator sebagai berikut [1] akses air minum yang layak (100%), [2] akses sanitasi yang layak (100%), [3] kawasan permukiman kumuh (0 Ha), dan [4] backlog keterhunian (5 Juta). Adapun arah kebijakan terkait dengan pembangunan perumahan air minum dan sanitasi adalah sebagaimana ditunjukan oleh tabel berikut.

(20)

20 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Tabel III.1

Arah Kebijakan terkait Perumahan

NO ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN,

AIR MINUM DAN SANITASI

1 Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai

2 Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan meningkatkan kualitas hunian

3 Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan perumahan

4 Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR

5 Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan 6 Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta

pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).

7 Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan

Sumber : Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

3.1.2 Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan

Sejalan dengan Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 – 2019 dan arah kebijakan pembangunan perumahan dalam mendukung perumahan rakyat Indonesia yang berdaulat dan mandiri melalui terpenuhinya akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak, maka Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menetapkan Visi, yaitu:

“Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni”

Pencapaian visi tersebut memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan di bidang perumahan mengingat intensitas dan kompleksitas permasalahan yang harus ditangani. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam pencapaian visi tersebut memiliki kewenangan sebagai regulator, fasilitator maupun pelaksana pembangunan perumahan sehingga terpenuhi kebutuhan rumah yang layak huni bagi setiap keluarga Indonesia.

(21)

21 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Misi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang merupakan rumusan upaya-upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra 2015 – 2019 dalam mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan nasional, berdasarkan mandat yang diemban oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian PU dan Perumahan Rakyat sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, amanat RPJMN tahapketiga serta perubahan kondisi lingkungan strategis yang dinamis adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan iklim yang kondusif dalam kebijakan penyediaan perumahan;

2. Mempercepat penyediaan dan pembangunan perumahan rakyat yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai untuk mendukung layanan infrastruktur dasar dan hunian yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’;

3. Mempercepat penyediaan perumahan dan pembangunan infrastruktur perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung pemanfaatan teknologi dan industry konstruksi yang berkualitas untuk pembangunan perumahan dalam rangka keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan Negara, dan daerah pasca bencana/konflik dan kawasan maritim/nelayan dalam kerangka NKRI;

4. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya perumahan secara optimal;

5. Meningkatkan koordinasi dan kelembagaan pelaksanaan kebijakan pembangunan perumahan melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan.

Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan memiliki tujuan yang merupakan rumusan kondisi yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari visi serta dilengkapi dengan rencana sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2015 – 2019. Tujuan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan secara umum adalah

(22)

22 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

menyelenggarakan fasilitasi penyediaan perumahan dengan tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera. Lebih lanjut, tujuan tersebut di jabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim yang kondusif dalam pembangunan perumahan, termasuk dukungan kebijakan kebijakan penyediaan perumahan terhadap ketersediaan dan harga lahan, efisiensi proses dan biaya perizinan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

2. Menyelenggarkan penyediaan perumahan untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manuasia, melalui fasilitasi bantuan PSU rumah umum, penyediaan rumah susun, pembangunan dan peningkatan kualitas rumah layak huni;

3. Menyelenggarakan penyediaan perumahan yang didukung dengan prasarana dan sarana utilitas yang terpadu dan berkelanjutan dengan pemanfaatan teknologi dan industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, melalui penyediaan rumah khusus di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan negara, daerah pasca bencana/konflik dan kawasan maritim/nelayan; 4. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya pembangunan perumahan; dan

5. Meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan.

Berdasarkan penjabaran tujuan di atas, sasaran strategis yang hendak dicapai oleh Direktorat Jenderal Perumahan adalah:

1. Meningkatnya pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan, penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama, data dan informasi serta evaluasi kinerja pengembangan perumahan;

(23)

23 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

2. Terlaksananya pembangunan 550.000 unit satuan rumah susun yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas pendukungnya;

3. Terlaksananya pembangunan 50.000 unit rumah khusus di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan negara, daerah pasca bencana/konflik dan kawasan maritim/nelayan;

4. Terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kulitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak bagi 1.750.000 masayarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi;

5. Meningkatnya pembinaan dan pengembangan rumah umum dan komersial; 6. Terlaksananya fasilitasi bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit;

7. Terselenggaranya pencadangan tanah dan pembangunan rumah susun melalui penyertaan modal Negara untuk Perum Perumnas;

8. Terfasilitasinya pengelolaan rumah susun sewa bagi MBR yang dilaksanakan oleh BUMN.

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan

3.2.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Perumahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025 menetapkan bahwa sasaran pokok pembangunan perumahan dan permukiman jangka panjang adalah terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa kumuh. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, Agenda prioritas pembangunan nasional sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita yang terkait dengan penyediaan perumahan adalah Agenda Nomor 6, yaitu Meningkatkan Produktifitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar

(24)

24 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Internasional dengan Sub Agenda Prioritas Membangun Perumahan dan Kawasan Permukiman.

a. Arah kebijakan pembangunan perumahan adalah meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai. Sasaran pembangunan perumahan yang menjadi target RPJMN Tahun 2015 – 2019 adalah: Terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk 2,2 juta rumah tangga dari anggaran Pemerintah dalam menurunkan akumulasi kekurangan tempat tinggal khususnya masyarakat berpenghasilan rendah menjadi lima juta rumah tangga di tahun 2019 melalui: penyediaan rumah umum untuk 900.000 rumah tangga yang didukung dengan bantuan pembiayaan perumahan berupa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sejahtera tapak, KPR satuan rumah susun (sarusun), dan KPR sewa beli untuk sarusun; penyediaan rumah susun sewa untuk 550.000 rumah tangga; penyediaan KPR swadaya untuk 450.000 rumah tangga; bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya untuk 250.000 rumah tangga; sertapembangunan rumah khusus di daerah perbatasan, pasca bencana, dan pasca konflik untuk 50.000 rumah tangga.

b. Mendorong keswadayaan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan tempat tinggal yang layak untuk 2,2 juta rumah tangga untuk mendukung penurunan angka kekurangan rumah.

c. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni untuk 1,5 juta rumah tangga, termasuk dalam rangka penanganan kawasan permukiman kumuh.

(25)

25 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Strategi sesuai arah kebijakan pembangunan perumahan dilakukan melalui:

a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru (sewa/milik) dilakukan berdasarkan sistem karir perumahan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya, bantuan stimulan, mempertajam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan rakyat dalam sistem jaminan sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulant dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.

b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan perumahan melalui:

1) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank);

2) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan; dan mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan perumahan.

c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR melalui:

1) peningkatan ekuitas Perum Perumnas dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) salah satunya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN);

(26)

26 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

3) melakukan perpanjangan Peraturan Presiden tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan pemerintah.

d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun milik, fasilitas penyediaan dan revitalisasi rumah susun sewa, serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan seperti lahan milik Negara, BUMN, swasta, dan masyarakat, tanah terlantar, serta tanah wakaf.

e. Pengembangan sistem karir perumahan (housing career system) sebagai dasar penyelesaian backlog kepenghunian.

f. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).

g. Penyediaan layanan air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan.

h. Revitalisasi dan pengembangan industrialisasi perumahan. 3.2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Penyediaan Perumahan

Untuk melaksanakan kebijakan nasional pembangunan perumahan yang diamanatkan dalam RPJMN 2015 - 2019, arah kebijakan penyediaan perumahan untuk 5 (lima) tahun ke depan 2015 – 2019, yaitu untuk memperluas akses terhadap tempat tinggal yang layak yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana dan utilitas yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara berkeadilan, melalui pengembangan multi-sistem penyediaan perumahan secara utuh dan seimbang, meliputi (1) Pengendalian Perumahan Komersial, (2) Penguatan Perumahan Umum dan Rumah Susun, (3) Pemberdayaan Perumahan Swadaya, dan (4) Fasilitas Perumahan Khusus. Target Rencana Strategis penyediaan perumahan Tahun 2015 – 2019 berdasarkan target RPJMN 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

(27)

27 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

a. Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya sebanyak 550.000 unit.

b. Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritime/nelayan dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung sebanyak 50.000 unit. c. Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya sebanyak

250.000 unit.

d. Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000 unit.

e. Pembangunan Rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit.

Target bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit tidak termasuk dalam target RPJMN 2015 – 2019, akan tetapi masuk dalam target strategis Renstra Penyediaan Perumahan 2015 – 2019 dikarenakan dalam rangka mendorong pembangunan rumah baru untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan mendukung Program Strategis Nasional “Sejuta Rumah”.

Strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian target tersebut adalah:

a. Meningkatkan harmonisasi, sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan regulasi dan kebijakan pembangunan perumahan yang implementatif dan berpihak kepada seluruh kelompok masyarakat secara proporsional dan berimbang, sehingga tercipta iklim yang kondusif untuk mempercepat penyediaan perumahan yang layak bagi MBR.

b. Memberdayakan seluruh pemangku kepentingan dalam rangka mewujudkan pembangunan perumahan yang sinergis, efektif dan efisien, yaitu pemerintah sebagai regulator dan enabler, sedangkan masyarakat dan dunia usaha sebagai provider:

1) Membenahi tata laksana dan penguatan dukungan kelembagaan pembangunan perumahan, baik di pusat maupun daerah;

(28)

28 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

2) Melaksanakan program-program strategis nasional dan percontohan untuk penyediaan tempat tinggal yang layak terutama untuk MBR;

3) Meningkatkan kualitas dan kapasitas pelaku pembangunan perumahan dengan pembinaan dalam rangka menjamin kualitas dari pembangunan rumah yang layak huni;

4) Mendorong pemerintah daerah agar berperan sesuai kewenangannya dalam pembangunan perumahan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota didukung dengan mekanisme pendanaan yang tepat baik melalui dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, hibah maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). c. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan

perumahan:

1) Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Pemukiman (RP3KP) di pusat dan daerah dalam rangka perencanaan pembangunan PKP yang terpadu (lintas sektor maupun wilayah);

2) Mensinergikan perencanaan pembangunan perumahan dengan system perencanaan pembangunan nasional dengan mengintegrasikan RP3KP ke dalam penyusunan RPJMN dan RPJMD;

3) Meningkatkan kualitas pengembangan kebijakan dan perencanaan yang terpadu melalui penyediaan data yang akurat dan termutakhir;

4) Mengoptimalkan pengawasan dan pengendalian dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pembangunan perumahan yang akuntabel melalui pengembangan audit perumahan.

d. Mengembangkan pengelolaan tanah yang efektif dan efisien untuk pembangunan perumahan bagi MBR sekaligus dalam rangka pengendalian harga tanah:

1) Pengendalian pembangunan rumah tapak dan percepatan pembangunan rumah susun di perkotaan;

2) Pengembangan sistem pertanahan perumahan: Penyediaan dan pencadangan lahan, penataan dan konsolidasi lahan, dan Pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah wakaf.

(29)

29 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

e. Mengembangkan multi-sistem penyediaan perumahan yang berkeadilan:

1) Pengendalian Perumahan Komersial melalui penerapan hunian berimbang, serta penetapan insentif dan disinsentif;

2) Penguatan Perumahan Umum melalui fasilitasi penyediaan rumah umum tapak yang dilaksanakan oleh swasta, serta pembangunan rumah susun, baik sewa maupun milik dengan memanfaatkan tanah negara dan terlantar;

3) Pemberdayaan Perumahan Swadaya melalui peningkatan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan dan pencegahan rumah tidak layak huni, serta peningkatan kualitas rumah tidak layak huni: Pengembangan baledaya perumahan sekaligus sebagai pusat informasi daerah, pendampingan perumahan swadaya melalui pelembagaan Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM), penyediaan dan peningkatan kualitas PSU lingkungan perumahan, dan bantuan stimulan untuk pembangunan rumah baru, kampung deret dan peningkatan kualitas rumah;

4) Fasilitasi Perumahan Khusus melalui pembangunan rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, kawasan tertinggal, maritim/nelayan dan perbatasan negara.

f. Meningkatkan efisiensi dalam industri pembangunan perumahan yang berkelanjutan: 1) Standardisasi perijinan;

2) Pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan; dan

3) Pengembangan dan penyediaan logistik bahan bangunan murah. 3.2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Rumah Swadaya

Untuk mendukung pencapaian target RPJMN 2015 – 2019 di bidang penyediaan perumahan khususnya perumahan swadaya, yaitu Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya sebanyak 250.000 unit dan Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000 unit, telah dirumuskan 9 (Sembilan) strategi Direkorat Rumah Swadaya yaitu sebagai berikut:

(30)

30 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Tabel III.3 Arahan Kebijakan

Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015 – 2019

NO MISI KEBIJAKAN

1 Meningkatkan iklim yang kondusif dalam kebijakan penyediaan perumahan

Penyelenggaraan tata pemerintahan dengan prinsip Good Governance

2 Mempercepat penyediaan dan pembangunan perumahan rakyat yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai untuk mendukung layanan infrastruktur dasar dan hunian yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua

Pengembangan pola kemitraan dan kerja sama pemangku kepentingan perumahan swadaya

3 Mempercepat penyediaan perumahan dan

pembangunan infrastruktur perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung pemanfaatan teknologi dan industry konstruksi yang berkualitas untuk pembangunan perumahan dalam rangka keseimbangan

pembangunan

antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan Negara, dan daerah pasca bencana/konflik dan kawasan maritim/nelayan dalam kerangka NKRI

Peningkatan kualitas kebijakan perumahan swadaya yang komprehensif dan bersinergi antara pusat dan daerah

(31)

31 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

pendayagunaan

sumberdaya perumahan secara optimal

pembangunan perumahan swadaya

5 Meningkatkan koordinasi dan kelembagaan pelaksanaan kebijakan pembangunan perumahan melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam

pembangunan perumahan

Peningkatan pendayagunaan sumber daya pembangunan perumahan swadaya

3.3

Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi merupakan perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggaraan negara dan para pemangku kepentingan lainnya dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Berdasarkan identifikasi regulasi pembangunan perumahan swadaya yang telah disusun sebelumnya masih diperlukan suatu penyempurnaan mengarahkan proses perencanaan pembentukan regulasi agar sesuai kebutuhan pembangunan, meningkatan kualitas regulasi dalam rangka mendukung pencapain prioritas pembangunan, dan meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan regulasi.

Berikut usulan kerangka regulasi terkait pembangunan perumahan swadaya :

1. Regulasi terkait petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya.

2. Regulasi terkait standar rumah layak huni berdasarkan tipologi rumah swadaya (fungsi, lokasi, kearifan lokal).

3. Regulasi terkait panduan teknis pendataan perumahan swadaya.

4. Regulasi terkait panduan monitoring dan evaluasi kebijakan perumahan swadaya.

(32)

32 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

5. Regulasi terkait peningkatan kapasitas dan keswadayaan masyarakat. 6. Regulasi terkait fasilitasi pembangunan perumahan swadaya.

3.4 Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan di Kedeputian Bidang Perumahan Swadaya ini berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

a. Direktorat Rumah Swadaya, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi, fasilitasi pendataan dan verifikasi, fasilitasi pemberdayaan dan kemitraan, pelaksanaan bantuan stimulan serta pemantauan dan evaluasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Rumah Swadaya menyelenggarakan fungsi:

1) penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;

2) fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;

3) fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses kemitraan untuk mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;

4) penyiapan penerima bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;

5) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan

(33)

33 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

Dalam melaksanakan fungsi tersebut di atas, Direktorat Rumah Swadaya didukung oleh unit kerja eselon III yang terdiri atas:

a. Subdirektorat Perencanaan Teknik dan Standardisasi

Subdirektorat Perencanaan Teknik dan Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rencana teknik dan penyiapan penyusunan standardisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Perencanaan Teknik dan Standardisasi menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan penyusunan rencana teknik di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan

2) penyiapan penyusunan standardisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

b. Subdirektorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi.

Subdirektorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan fasilitasi pendataan backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya;dan

2) penyiapan verifikasi data backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

c. Subdirektorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan;

Subdirektorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan penyiapan fasilitasi akses kemitraan untuk mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdirektorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan menyelenggarakan fungsi :

(34)

34 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

1) penyiapan fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan backlog rumah swadaya dan rumah tidak layak huni termasuk penyiapan fasilitasi penyertifikatan hak atas tanah milik calon penerima bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan

2) penyiapan fasilitasi akses kemitraan untuk mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

d. Subdirektorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan

Subdirektorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penerima bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdirektorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan penerima bantuan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan

2) pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

Pasal 734

Pasal 735 Pasal 736

Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi terdiri atas: a. Seksi Pemantauan; dan

b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

Pasal 737

(1) Seksi Pemantauan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang

penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

(35)

35 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

e. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi

Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan pemantauan pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan

2) penyiapan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya.

f. Subbagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, administrasi barang milik negara, tata naskah dinas, dan kearsipan serta menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan kepada pimpinan dalam rangka mendukung kinerja pimpinan dan melakukan kegiatan penatausahaan pimpinan.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Direktorat Rumah Swadaya

(36)

36 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

BAB IV

TARGET KINERJA DAN

KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Untuk menjalankan kebijakan-kebijakan bidang perumahan di atas, Program yang ada di Direktorat Rumah Swadaya merupakan program-program Kementerian PU dan Perumahan Rakyat yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Program Pengembangan Perumahan meliputi kegiatan pemberdayaan perumahan swadaya. Struktur Program, Kegiatan dan Unit Kerja pelaksana kegiatan dijabarkan dalam tabel 5.1 berikut:

TABEL 4.1

Struktur Program, Kegiatan dan Unit KerjaDirektorat Rumah Swadaya Tahun 2015 – 2019

NO PROGRAM/KEGIATAN UNIT KERJA

PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN 1.

2 Pemberdayaan Perumahan Swadaya Direktorat Rumah Swadaya

2.

2 Bantuan Rumah Swadaya Direktorat Rumah Swadaya

4.2. Kerangka Pendanaan

Untuk menjalankan berbagai program dan kegiatan penyediaan perumahan dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN Tahun 2015 - 2019 bidang perumahan serta sasaran strategis Direktorat Rumah Swadaya, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019, maka kebutuhan pendanaan adalah sebesar Rp. 34,259,115,000,000.

(37)

37 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

yang tercantum dalam Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun 2015 – 2019, yaitu sebesar Rp. 34,259,115,000,000sebagaimana dijabarkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2.

Kerangka Pendanaan Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015-2019

(Dalam Juta Rupiah)

NO PROGRAM/KEGIATAN SATUAN TOTAL

TARGET ANGGARAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN

1 Pemberdayaan Perumahan Swadaya

a. Bantuan Stimulan Pembangunan

Baru Rumah Swadaya Unit 250,000 7,881,773

b. Bantuan Stimulan Peningkatan

Kualitas Rumah Swadaya Unit 1,500,000 26,377,342

TOTAL 1,750,000 34,259,115

Tabel 4.3.

Sasaran Pembangunan Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2015-2019

(38)

38 Renstra Direktorat Rumah Swadaya 2015-2019

BAB V

PENUTUP

Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya 2015 - 2019 merupakan arahan dasar yang dijabarkan secara operasional oleh masing-masing Sub Direktorat di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya. Penyusunan rencana strategis ini juga diharapkan dapat mencapai sasaran-sasaran pembangunan perumahan dan permukiman secara swadaya di Indonesia.

Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan melalui Direktorat Rumah Swadaya berupaya untuk memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat di Indonesia, bagi masyarakat berpenghasilan rendah khususnya masyarakat miskin. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman tersebut dilakukan secara swadaya dengan tetap bertumpu pada kekuatan serta partisipasi masyarakat.

Dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, transparan serta akuntabel, maka diharapkan pembangunan perumahan dan permukiman dapat berjalan secara optimal, khususnya pembangunan yang dilakukan secara swadaya masyarakat. Pada akhirnya, pemenuhan hunian yang layak sebagai hak dasar manusia dapat lebih terjamin dan secara langsung dapat mewujudkan visi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Oleh karena itu, Rencana Strategis dari Direktorat Rumah Swadaya 2015 – 2019 tidak bersifat kaku dan terbuka untuk dapat disempurnakan. Hal ini sesuai dengan prinsip perencanaan pembangunan nasional sebagai suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan sehingga bersifat adaptif terhadap lingkungan strategis yang senantiasa berubah

Gambar

Tabel II.1
Diagram III. 1
Tabel III.1

Referensi

Dokumen terkait

Profil Pengawas Menurut Tingkatan Tugas Berdasarkan hasil penelitian yang dila- kukan peneliti terhadap responden dalam peneli- tian ini, diperoleh data tentang profil

Konversi kalimat di atas menjadi kalimat tidak langsung untuk teks anekdot monolog yang tepat adalah ….. Sang ayah menanyakan kepada anaknya bahwa mengapa anaknya

Pengaruh Persepsi Harga dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli Ulang melalui Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Konsumen Ayam

[(c) Suatu cip TLD dengan ketebalan 0.5 mm digunakan untuk menentukan dos terserap dalam air akibat suatu sumber gamma Co-60.. (i) Bolehkan teorem rongga Bragg-Gray cavity

Penelitian ini membahas mengenai “Keberlangsungan usaha industri kerajinan kuningan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun 2007".

Habermas untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS SMA Bina Bangsa Palembang dalam pelaksanaannya ditemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru

Disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan di hadapan Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

- Melindungi kepentingan negara dan warga negaranya di luar negeri.. 2) Propaganda : usaha sistimatis untuk mempengaruhi pikiran, emosi demi kepentinagn masyarakat