• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DWT SEBAGAI TRANSFORMASI SPARSITY UNTUK PENCUPLIKAN KOMPRESIF PADA AUDIO ANALYSIS OF DWT AS SPARSITY TRANSFORM FOR AUDIO COMPRESSIVE SAMPLING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DWT SEBAGAI TRANSFORMASI SPARSITY UNTUK PENCUPLIKAN KOMPRESIF PADA AUDIO ANALYSIS OF DWT AS SPARSITY TRANSFORM FOR AUDIO COMPRESSIVE SAMPLING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DWT SEBAGAI TRANSFORMASI SPARSITY UNTUK PENCUPLIKAN

KOMPRESIF PADA AUDIO

ANALYSIS OF DWT AS SPARSITY TRANSFORM FOR AUDIO COMPRESSIVE

SAMPLING

Rifki Muhammad Harris1, Dr. Ida Wahidah, S.T., M.T.2, I Nyoman Apraz R., S.T., M.T.3

1,2,3Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

1[email protected] 2[email protected] 3[email protected]

Abstrak

Proses pencuplikan data merupakan proses yang terjadi pada setiap perangkat transducer yang berfungsi sebagai analog to digital converter. Proses pencuplikan data tersebut bekerja dengan cara mencuplik bagian- bagian dari sinyal analog sesuai dengan teorema Shannon- Nyquist. Namun, perkembangan teknologi informasi menuntut efisiensi lebih dari proses tersebut. Jumlah bagian-bagian sinyal yang dicuplik tidaklah efisien karena sebagian besar cuplikan tersebut akan dibuang pada saat proses kompresi.

Pada tugas akhir ini diberikan analisis dari teknik pencuplikan kompresif untuk dilakukan pada data sampel yang berupa sinyal audio. Sinyal tersebut akan diubah menjadi sinyal bersifat sparse/jarang menggunakan transformasi sparsity dengan metode Daubechies discrete wavelet transform, lalu akan digunakan teknik

Hadamard sebagai transformasi proyeksi. Hasil dari transformasi tersebut lalu akan direkonstruksi menjadi

sinyal aslinya dengan menggunakan basis pursuit.

Performansi sistem pencuplikan kompresif pada tugas akhir ini didapat dengan melakukan pengujian untuk mengambil beberapa parameter seperti sparsitas, SNR, MSE, PEAQ dan rasio kompresi. Hasil terbaik

didapatkan saat sistem menggunakan DWT tipe dB3, dimana tingkat sparsitas maksimal mencapai 6% dan SNR maksimal mencapai 51.23 dB. Semakin tinggi level DWT akan membuat kualitas sinyal keluaran semakin bagus. Kata kunci : Pencuplikan kompresif, DWT, Hadamard, Basis Pursuit

Abstract

Process of data sampling is a process that exists in every transducer device that serves as analog to digital converter. The process is done by sampling data from the analog signal with sampling frequency of twice its maximal frequency, according to Shannon-Nyquist theorem. But, the growth of field of information technology demands more efficiency from such process. The number of samples needed or the sampling frequency is too high and it makes the process not efficient because most of the samples is dumped at the compression process.

In this final project is given analysis of compressive sampling for audio signal. The audio signal is transformed into sparse signal using sparsity transform with Daubechies discrete wavelet transform as its method. Hadamard matrix is used for the projection transform. The result of the two transformation then will be reconstructed into the original signal using basis pursuit algorithm.

Compressive sampling system performance in this final project is acquired by doing testing to obtain several parameter values such as sparsity, SNR, MSE, PEAQ and compression ratio. The best result is acquired when the system adopted DWT type dB3, which the maximum sparsity reaches 6%, maximum SNR reaches 51.23 dB. Thus, the higher the DWT level, the better the output.

Keywords : Compressive sampling, DWT, Hadamard, Basis Pursuit 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Jumlah data yang dihasilkan oleh manusia semakin banyak setiap harinya. Menurut IBM, data yang dihasilkan setiap hari diperkirakan mencapai 2,3 triliun GB dan pada tahun 2020, jumlah data yang dihasilkan akan mencapai 43 triliun GB [1]. Sebagian besar diantaranya merupakan data multimedia, yang berupa audio, citra, dan video digital. Namun, kecepatan manusia dalam memproduksi data-data tersebut belum diimbangi dengan kecepatan perkembangan teknologi penyimpanan data. Upaya untuk menunjang efisiensi dalam penyimpanan data dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan meningkatkan efisiensi kompresi data.

Compressive Sampling (CS) merupakan salah satu teknik yang bisa kita gunakan untuk mencapai efisiensi penyimpanan data. Pencuplikan data saat ini kurang efisien karena sebagian besar data yang telah di-sampling akan dibuang pada saat kompresi. Dengan menggunakan CS, ketidakefisienan tersebut dapat dihindari. Jika data dapat diambil secukupnya, frekuensi sampling yang digunakan dapat lebih kecil dari kriteria Nyquist. Secara

(2)

prinsip, CS mengkombinasikan proses sampling dan kompresi dalam satu tahap dengan menghitung jumlah sampel mínimum yang dapat mengandung informasi dengan jumlah maksimum dari sinyal tersebut. Hal ini membuat data tidak perlu diambil dan disimpan dalam jumlah banyak ketika nantinya hanya akan dibuang.[2]

Proses CS sendiri terbagi menjadi tiga tahap, transformasi sparsity, transformasi proyeksi, dan rekonstruksi. Pada tugas akhir ini, akan dianalisis penggunaan Daubechies Wavelet Transform sebagai metode bagi transformasi sparsity pada sinyal audio.

2. Dasar Teori

2.1 Pencuplikan Kompresif

Pencuplikan kompresif/compressive sampling (CS) merupakan teknik kompresi yang dapat dilakukan untuk menghindari ketidakefisienan pada saat pencuplikan data. Data yang dihasilkan saat pengumpulan data seringkali dibuang pada saat kompresi. Dengan menerapkan CS, dapat dilakukan pencuplikan/ sampling pada sinyal di bawah kriteria Shannon-Nyquist, yang menyebutkan bahwa frekuensi cuplik minimum bagi suatu sinyal harus lebih besar dari dua kali frekuensi maksimalnya.

Metode CS memerlukan dua buah basis saat pencuplikan, yaitu basis sparsity (Ψ) dan basis proyeksi (Φ). Basis sparsity didapatkan dengan melakukan transformasi sparsity/penjarang pada sinyal. Tujuan dari transformasi sparsity adalah mencari domain di mana sinyal tersebut menjadi sinyal sparse, di mana sinyal hanya memiliki jumlah nilai yang sedikit/jarang. Selain transformasi sparsity, ada juga transformasi proyeksi yang dilakukan sebagai operasi pengamatan dan pengukuran. Transformasi proyeksi dapat dilakukan dengan cara mengalikan sinyal asli dengan operator proyeksi Φ yang memiliki dimensi sesuai dengan Measurement Rate (MR) yang diinginkan.

Gambar 1 Skema transformasi proyeksi [3]

Hasil dari proses transformasi sparsity dan transformasi proyeksi akan menghasilkan matriks yang telah terkompresi dibandingkan matriks inputnya. Diperlukan sebuah teknik rekonstruksi agar sinyal dapat dikembalikan seperti semula.

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk tahap rekonstruksi dari pencuplikan kompresif. Beberapa teknik yang sering digunakan ialah l1 norm atau basis pursuit dan Greedy Algorithm seperti Orthogonal Matching

Pursuit.

2.2 Discrete Wavelet Transform (DWT)

Discrete wavelet transform (DWT) dikembangkan untuk mengurangi redundansi dari Continous Wavelet Transform (CWT), membuat DWT lebih mudah untuk diimplementasikan. DWT dapat mengurangi waktu

komputasi sambil tetap mempertahankan cukup informasi baik untuk analisis maupun sintesis. Persamaan Discrete Wavelet Transform sendiri dapat dilihat di bawah ini

(1)

Di mana ψ(t) merupakan fungsi waktu yang disebut mother wavelet yang akan menentukan parameter translasi dan dilatasi dari persamaan wavelet. Jenis-jenis wavelet akan berpengaruh pada nilai multiplier atau pengali pada filter. Misalkan pada wavelet Haar atau DWT 1 level, koefisien pengali filternya merupakan 1 2 √2. 3. Perancangan Sistem

(3)

Identifikasi koefisien filter Kalkulasi level maksimum dan minimum Pembentukan matriks basis untuk

setiap level Identifikasi ukuran buffer Identifikasi measurement rate Pembentukan matriks Hadamard sesuai ukuran buffer

Pengambilan elemen matriks Hadamard sesuai measurement rate Start Start

Input Audio Finish

Preprocessing Output Audio

DWT IDWT

Proyeksi Hadamard Rekonstruksi Basis Pursuit

Stop

Gambar 2 Diagram Alir Sistem Gambar 3 Diagram Alir Pembentukan Matriks Basis Sparsity Start

Start

Masukan matriks basis proyeksi, sinyal terkompresi, dan parameter error

Inisialisasi parameter Stop Menghitung celah dualitas Backtracking line search Stop Menentukan kriteria berhenti Menghitung Newton Step

Gambar 4 Diagram Alir Pembentukan Matriks Basis Proyeksi Gambar 5 Diagram Alir Rekonstruksi Pada tugas akhir ini, data audio yang akan digunakan terdiri dari tiga kategori: instrumen, musik dan speech. Audio yang dimasukkan ke kategori instrument ialah audio yang terdiri dari suara alat musik saja tanpa ada vokal. Audio yang dimasukkan ke kategori musik ialah audio yang terdiri dari suara alat musik disertai suara vokal. Yang terakhir, kategori speech,hanya terdiri atas suara manusia/suara vokal.

Tabel 1 Data sampel audio

Instrumen Musik Speech

Data Rentang Frekuensi Data Rentang Frekuensi Data Rentang Frekuensi

Kaori.wav 0-4373.932 Hz Ada.wav 0-3280.448 Hz How.wav 0-1261.71 Hz Canon.wav 0-2943.993 Hz Blue.wav 0-4458.045 Hz Online.wav 0-1261.71 Hz Chopin.wav 0-2439.308 Hz Clean.wav 0-2355.194 Hz Sir.wav 0-1514.05 Hz Renaud.wav 0-1345.285 Hz Adam.wav 0-4878.616 Hz Star.wav 0-757.026 Hz Love.wav 0-2271.08 Hz Sam.wav 0-3532.791 Hz Ted.wav 0-2018.737 Hz

(4)

Jum lah ni lai s ig n ifik an Jum lah ni lai s ig n ifik an Jum lah ni lai s ig n ifik an

Setelah dimasukkan sinyal audio pada sistem, akan dilakukan preprocessing. Pada preprocessing, akan dilakukan buffer atau pengelompokan elemen pada matriks sinyal audio. Setelah itu, akan dicari basis sparse-nya menggunakan transformasi sparsity. Metode transformasi sparsity yang akan digunakan adalah Discrete Wavelet

Transform. Transformasi sparsity bertujuan untuk membuat sinyal input menjadi sparse (memiliki jumlah nilai

koefisien yang sedikit). Setelah itu, hasil dari transformasi sparsity akan melalui transformasi proyeksi. Transformasi proyeksi digunakan untuk operasi pengukuran atau pengamatan. Metode yang akan digunakan sebagai transformasi proyeksi adalah metode Hadamard. Transformasi proyeksi akan dilakukan dengan cara mengalikan hasil DWT dengan matriks Hadamard. Setelah itu, sinyal akan mengalami proses rekonstruksi. Pada proses ini, akan digunakan metode basis pursuit.

4. Pengujian Sistem

4.1 Analisis Pemilihan Filter pada Sistem

Proses pengujian sendiri diawali dengan memasukkan variabel masukan seperti sinyal audio dan ukuran

buffer. Setelah itu, akan dilakukan preprocessing berupa cropping dan buffer. Lalu keluaran dari proses preprocessing akan langsung melewati proses transformasi sparsity dengan mengalikan matriks tersebut dengan

matriks DWT. Setelah itu, proses selanjutnya adalah transformasi proyeksi. Sinyal akan dikalikan dengan matriks Hadamard yang telah melewati proses truncating sesuai dengan MR sehingga jumlah sampel berkurang. Setelah itu, akan dilakukan proses rekonstruksi menggunakan basis pursuit.

4.2 Hasil Pengujian Parameter Sparsitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat sparsitas pada setiap tipe DWT yang digunakan.

100000 50000 Instrument Kaori.wav Canon.wav Chopin.wav Renaud.wav 80000 60000 40000 20000 Music Ada.wav Blue.wav Clean.wav Adam.wav 0 dB1 dB2 dB3 Love.wav 0 dB1 dB2 dB3 Sam.wav 60000 40000 20000 0 Speech dB1 dB2 dB3 How.wav Online.wav Sir.wav Star.wav Ted.wav

Gambar 6 Grafik Sparsitas Instrumen dengan jumlah total koefisien 221184

Dari ketiga kategori yang ada, dapat dilihat bahwa speech cenderung memiliki jumlah koefisien signifikan yang sedikit, di mana tidak ada data sampel yang memiliki jumlah koefisien lebih dari 40000, sehingga memiliki tingkat sparsitas yang tinggi. Kategori instrument dan musik memiliki variasi yang lebih tinggi, di mana ada beberapa data sampel yang memiliki jumlah koefisien signifikan lebih banyak daripada data sampel yang lain. Seperti pada Adam.wav dan Renaud.wav yang memiliki jumlah koefisien signifikan yang lebih banyak daripada audio lain di kategori yang sama.

Penggunaan tipe DWT yang berbeda menyebabkan fluktuasi pada jumlah koefisien signifikan matriks audio. Ada juga yang mengalami penurunan dan ada yang mengalami peningkatan. Hal ini berarti pengaruh DWT terhadap jumlah koefisien signifikan juga dipengaruhi oleh matriks sinyal itu sendiri, sehingga DWT memiliki pengaruh yang berbeda-beda untuk sinyal yang berbeda.

(5)

A ver ag e M SE SN R A verag e T o tal MS E MSE A ver ag e SN R

4.3 Hasil Pengujian Parameter SNR

Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis signal to noise ratio (SNR). Untuk pengujian parameter SNR, akan digunakan ukuran buffer sebesar 512.

120 100 80 60 40 20 0 SNR dB1 Instrument 51 251 451 Measurement Rate Kaori.wav Canon.wav Chopin.wav Renaud.wav Love.wav

Instrument

60 50 40 30 20 10 0

Kaori.wav Canon.wav Chopin.wavRenaud.wav Love.wav Gambar 7 Grafik SNR untuk dB1 Instrumen

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar MR maka SNR pun akan cenderung semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar MR jumlah sampel yang diambil semakin banyak, sehingga sinyal keluaran proses CS akan semakin menyerupai sinyal masukan. Noise atau derau yang ditimbulkan dari proses CS pun akan berkurang.

4.4 Hasil Pengujian Parameter MSE

Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis MSE sebagai salah satu parameter kualitas sinyal keluaran sistem pencuplikan kompresif

0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 Music 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 MSE dB1 Music 25 125 225 Measurement Rate Ada.wav Blue.wav Clean.wav Adam.wav Sam.wav

Ada.wav Blue.wav Clean.wav Adam.wav Sam.wav

Music 0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0

Ada.wav Blue.wav Clean.wav Adam.wav Sam.wav 256 0.0260605 0.02336273 0.014145665 0.032656196 0.023645145 512 0.025975353 0.023311193 0.01411391 0.032627232 0.023590678 1024 0.025951282 0.02328193 0.014098311 0.032577103 0.023557324

256 512 1024

Gambar 8 Grafik MSE untuk kategori musik

Grafik pertama menampilkan data MSE rata-rata untuk setiap data sampel pada setiap tipe DWT, di mana untuk setiap data sampel ditampilkan data dB1, dB2, dan dB3 secara berurutan. Perbedaan tipe DWT hanya menyebabkan sedikit perubahan nilai MSE rata-rata. Untuk sebagian besar data sampel, perubahan

(6)

A ver ag e P EAQ A ve ra ge To tal M SE P EA Q

tersebut berupa penurunan nilai MSE yang berarti kualitas sinyal keluaran semakin bagus. Hal ini berarti pengaruh perbedaan tipe DWT tidak terlalu besar, namun semakin tinggi level DWT akan cenderung membuat nilai MSE semakin rendah.

Grafik berikutnya memperlihatkan ilustrasi korelasi antara parameter MR dan MSE. Semakin banyak jumlah sampel yang diambil, sinyal keluaran akan semakin menyerupai sinyal masukan. Hal tersebut akan memperkecil nilai MSE. Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa semakin besar MR atau jumlah sampel yang diambil, semakin kecil juga MSE yang berarti sinyal keluaran semakin baik.

Grafik ketiga memperlihatkan pengaruh dari ukuran buffer terhadap nilai MSE rata-rata dari pengujian dengan MR dan DWT yang berbeda-beda. Pada sebagian besar data sampel, semakin besar ukuran data buffer yang digunakan, maka nilai MSE semakin kecil meskipun penurunan nilainya tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran buffer semakin besar pula jumlah baris pada matriks input setelah

preprocessing. Proses pengurangan sampel pada sistem bekerja dengan mengurangi jumlah sampel pada baris,

karena itu semakin banyak jumlah baris maka probabilitas hilangnya informasi/loss of information pun semakin sedikit sehingga nilai MSE semakin kecil. Namun, pada prakteknya, penambahan jumlah buffer juga menambah waktu komputasi.

4.5 Hasil Pengujian Parameter PEAQ

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai PEAQ, yang mengukur kualitas sinyal keluaran secara objektif sesuai dengan ITU R. BS-137.

Speech PEAQ dB3 Speech

-4 -3 -2 -1 0

How.wav Online.wav Sir.wav Star.wav Ted.wav

1 0 How.wav -1 -2 Online.wav -3 Sir.wav -4 -5 Star.wav 102 602 Ted.wav Measurement Rate Speech -4 -3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0

How.wav Online.wav Sir.wav Star.wav Ted.wav

256 -3.26831565 -3.29766357 -3.44768309 -3.31501855 -3.1191732

512 -3.29970579 -3.2852926 -3.43961015 -3.30693575 -3.08080763

1024 -3.31011847 -3.33174552 -3.34824628 -3.26989138 -3.0724037

256 512 1024

Gambar 9 Grafik PEAQ untuk kategori speech

Grafik pertama memperlihatkan PEAQ rata-rata untuk setiap data sampel pada setiap tipe DWT, di mana ditampilkan bar dB1, dB2, dB3 secara berurutan untuk setiap data sampel. Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada sebagian besar data sampel level DWT yang semakin tinggi akan membuat nilai PEAQ semakin besar, yang berarti kualitas sinyal semakin baik. Peningkatan nilai PEAQ pada setiap level DWT pun cukup tinggi, tidak seperti pada parameter sebelumnya di mana perubahan yang timbul tidak terlalu signifikan untuk setiap level DWT. Dapat dilihat pada grafik kedua, meskipun terdapat beberapa fluktuasi, didapat trend di mana semakin besar MR maka nilai PEAQ juga akan semakin besar. Namun, pada sebagian besar MR, nilai PEAQ tergolong kecil dan masuk ke kategori annoying(-3) bahkan hampir menyentuh very annoying (-4). Grafik ketiga

(7)

R asi o ko m p re si

memperlihatkan pengaruh dari ukuran buffer terhadap nilai MSE rata-rata dari pengujian dengan MR dan DWT yang berbeda-beda.Dapat dilihat bahwa pada tiga dari lima data sampel, nilai PEAQ akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran buffer yang semakin tinggi akan cenderung membuat nilai PEAQ semakin kecil, yang berarti kualitas sinyal keluaran semakin baik.

4.6 Hasil Pengujian Rasio Kompresi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengurangan ukuran file sebelum dan setelah melewati proses kompresi pada sistem pencuplikan kompresif.

Rasio Kompresi 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% -20.00% 51 102 153 204 256 307 358 409 460 512 Jumlah sampel

Gambar 10 Grafik PEAQ untuk kategori speech

Grafik di atas menunjukkan bahwa rasio kompresi yang didapat berbanding lurus dengan jumlah sampel/measurement rate pada matriks input, dengan ukuran buffer 512. Pada proses pengujian, tipe DWT dan ukuran buffer sama sekali tidak mempengaruhi rasio kompresi. Rasio kompresi 90% pada saat jumlah sampel hanya diambil 51, menunjukkan bahwa ukuran file berkurang sebesar 90%. Sesuai dengan jumlah sampel di mana 51 adalah 10% dari 512.

5. Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian dan analisis pada sistem pencuplikan kompresif, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil parameter sparsitas menunjukkan bahwa kondisi sinyal setelah dilakukan DWT cukup sparse di mana

jumlah koefisien signifikan terbanyak hanya mencapai 80059 dari 221184 atau 36%

2. Semakin tinggi level DWT akan cenderung membuat sinyal rekonstruksi memiliki kualitas yang lebih baik

sehingga Tipe DWT yang direkomendasikan adalah dB3.

3. Semakin tinggi MR akan membuat kualitas sinyal keluaran semakin baik namun akan membuat rasio

kompresi semakin kecil. Karena nilai PEAQ sinyal keluaran sistem cenderung kecil, MR yang disarankan cukup tinggi, yaitu 80%

4. Semakin besar ukuran buffer semakin kecil pula probabilitas loss of information sehingga kualitas sinyal semakin baik.

5. Rasio kompresi hanya dipengaruhi oleh nilai MR. Daftar Pustaka

[1] IBM. “The Four V’s of Big Data”. Available: http://www.ibmbigdatahub.com/sites/default /files/infographic_file/4-Vs-of-big-data.jpg. [diakses pada tanggal 20 Oktober 2015].

[2] AB, Suksmono. 2008. "Memahami Penginderaan Kompresif dengan MATLAB". Bandung: Institut Teknologi Bandung

[3] Richard Baraniuk, Justin Nomberg and Robert Nowak. “Compressive Sensing: A New Framework for Imaging”.2008

Gambar

Gambar 1 Skema transformasi proyeksi [3]
Gambar 2 Diagram Alir Sistem               Gambar 3 Diagram Alir Pembentukan Matriks Basis Sparsity
Gambar 6 Grafik Sparsitas Instrumen dengan jumlah total koefisien 221184
Gambar 7 Grafik SNR untuk dB1 Instrumen
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, Hansen & Mowen (2000) menyebutkan bahwa akuntansi manajemen merupakan salah satu dari cabang akuntansi yang menyangkut rekayasa sistem informasi

(3) Etos kerja dan pola pikir (mindset) dosen Prodi S1 Akuntansi dan tenaga kependidikan dalam mengelola program-program kegiatan akademik dan non- akademik masih perlu

Kendari untuk 20 tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel III.8 di

Sebelum memasuki lapangan : Melakukan analisis objek penelitian yaitu laporan utama Maung Magz edisi V dengan judul “Cerita Dibalik Jersey Persib 2015” membaca, merangkum

Hasil dari Penelitian ini adalah sebuah aplikasi yang menerapkan teknologi augmented reality sebagai panduan tata cara salat pada perangkat berjalan berbasis sistem

Terdapat perbedaan bermakna antara kematian larva yang ditimbulkan oleh berbagai kelompok konsentrasi ekstrak metanol daun kesum dengan kontrol positif.. Ekstrak daun

Lingkup audit mencakup pengujian terhadap kewajaran penyajian Japoran keuangan, penilaian terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern proyek, serta

Dalam penelitian ini akan dibuat web suplemen berupa blogspot berbasis proprofs yang kegunaannya membantu mahasiswa dalam memahami materi , latihan soal dan mengetahui