• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN

Maslikha 1 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK)

Vol. 4, No. 3, Agustus 2019

ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak )

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF

SEDOTAN BILANGAN

Maslikha

SD Negeri Tembok Luwung 01, Adiwerna, Kab Tegal

*Diterima Februari 2019, disetujui Mei 2019, dipublikasikan Agustus 2019

Abstrak

Banyak peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar 70 pada pembelajaran pecahan sederhana. Dari jumlah siswa sebanyak 37, hanya 16 siswa yang mencapai nilai di atas KKM, sedangkan 21 siswa lainnya belum. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri Tembokluwung 01 Tahun Pelajaran 2017/ 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan pencapaian hasil belajar telah sesuai target yang telah ditetapkan. Dari jumlah 37 siswa hanya satu siswa yang belum mencapai KKM. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tampak semangat dan menikmati pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga/bahan manipulatif sedotan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang pecahan sederhana pada siswa. Untuk itu diharapkan alat peraga ini merupakan sarana yang tepat dalam pembelajaran untuk mengurangi verbalisme dan meningkatkan hasil belajar siswa sesuai ketentuan.

© 2019 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter Kata Kunci: Alat peraga; Hasil Belajar; Pecahan Sederhana

PENDAHULUAN

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dengan ciri utama memiliki obyek yang abstrak dan penalaran deduktif yang konsisten dan disajikan secara sistematis. Di samping itu, belajar adalah kegiatan psikofisik yang disengaja dan terencana melalui tahapan-tahapan tertentu untuk menghasilkan perubahan-perubahan meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Kata pecahan (fraction) itu diartikan berbeda-beda. Ada yang mengartikan bilangan rasional dan ada pula yang mengartikan lambang bilangan untuk bilangan rasional. Yang penting, bahwa kita harus memiliki satu bahasa apa yang dimaksud dengan pecahan itu. Bilangan pecahan adalah bilangan yang lambangnya dapat ditulis dengan bentuk a/b di mana a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0. Pada pecahan a/b, a disebut pembilang dan b disebut penyebut pecahan tersebut. Kita menggunakan jenis bilangan yang disebut pecahan, apabila kita membicarakan bagian-bagian benda atau bagian-bagian himpunan atas beberapa bagian yang sama. Oleh karena itulah, bilangan pecahan dapat diperagakan dengan suatu bagian dari keseluruhan suatu himpunan ataupun suatu benda. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh.

(2)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 4 Nomor 3, Agustus 2019

2 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN Maslikha

Keller dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 39) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi; sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak. Dari uraian di atas, maka menurut peneliti hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Nabisi Lapono (2010) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari penilaian hasil belajar itu sendiri. Nana Sudjana (2014) mendefinisikan penilaian hasil belajar sebagai proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Alat-alat penilaian hasil-hasil belajar, berupa tes, baik tes objektif ataupun tes uraian. Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dasar untuk melakukan refleksi dan dasar pendokumentasian hasil belajar sebagai laporan. Dikaitkan dengan karakteristik anak SD, Jean Peaget dengan Teori Perkembangan Mental Anak dalam Karso, dkk., (2008:1.6) membagi tahapan kemampuan berpikir anak menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensori motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun), tahap operasional awal/pra operasi (usia 2 sampai 7 tahun), tahap operasional/operasi konkrit (usia 7 atau 12 tahun) dan tahap operasional formal/operasi formal (usia 11 tahun ke atas).

Hal tersebut sejalan dengan Siti Hawa (2008) menyimpulkan pemikiran Bruner, bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Peran guru dalam penyelenggaraan pelajaran tersebut, (a) perlu memahami struktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk pemahaman dengan benar, (c) pentingnya nilai berfikir induktif.

Dengan demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.

M. Jauhar Siddiq, dkk (2008) yang mendefinisikan alat peraga sebagai benda-benda yang difungsikan untuk meragakan suatu arti atau pengertian tentang benda tersebut. Meragakan adalah kegiatan memfisikan/memvisualisasikan suatu pengertian agar tidak terjadi verbalisme. Media pembelajaran adalah segala hal (alat, benda, metode, prosedur) yang difungsikan sebagai perantara penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran. Perantara adalah pengantar pesan dari sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar adalah segala hal (termasuk alat peraga dan media pembelajaran) yang difungsikan sebagai tempat di mana materi pelajaran diperoleh untuk belajar.

Benda manipulatif adalah sarana siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses “memahami” sebuah konsep matematik. Belajar dengan benda manipulatif memungkinkan siswa untuk dapat melihat, menyentuh, dan memanipulasi sehingga mampu memberikan pendapat, penilaian dan gagasan dengan caranya sendiri. Kelly dari University of Colorado at Colorado Springs dalam jurnalnya menganjurkan kepada para guru untuk menggunakan benda manipulatif dalam pembelajaran matematika. Penggunaan benda-benda konkret dalam pembelajaran matematika

(3)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 4 Nomor 3, Agustus 2019

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN

Maslikha 3 adalah sesuatu hal yang penting. Hal ini karena benda-benda konkret itu dapat membantu siswa dalam memahami konsep. Manipulasi dan model matematika adalah alat yang sangat penting untuk membantu siswa dalam mengkomunikasikan ide dan konsep matematika (Marno, 2006:11).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada penjumlahan bilangan adalah hasil yang peroleh siswa setelah melaksanakan tes tentang operasi hitung perkalian bilangan cacah yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.

Alat peraga/bahan manipulatif dalam penelitian ini adalah model stik yang terbuat dari sedotan yang berwarna. Warna-warna yang digunakan di sini selain untuk meningkatkan motivasi siswa juga mempunyai makna tersendiri untuk menentukan nilai tempat suatu bilangan. Dalam menentukan warna sebagai pengganti nilai tempat sesuai kesepakatan siswa dan guru sebelum pembelajaran. Contoh sedotan warna kuning untuk satuan, sedotan warna merah untuk puluhan, sedotan warna biru untuk ratusan, dan seterusnya.

Peneliti sebagai guru matematika di SD Negeri Tembokluwung 01, telah berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Namun, selama ini hasil yang dicapai belum sesuai dengan harapan. Hal ini dapat ditengarai dengan banyaknya peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk kompetensi dasar ini yaitu 70. Dari jumlah siswa kelas III 37, hanya 16 siswa yang mencapai nilai di atas KKM, sedangkan 21 siswa lainnya belum mencapai KKM. Rata-rata kelas pun masih rendah yaitu 60.

Dari hasil pengamatan peneliti, sebagian besar siswa kesulitan menentukan hasil pecahan sederhana karena tidak adanya media dan alat peraga yang tepat. Guru menyampaikan materi secara abstrak dimulai dari penjelasan materi, dan diakhiri dengan mengerjakan soal secara individu sebagai evaluasi pembelajaran.

Kenyataan ini sangat memprihatinkan. Sebenarnya, jika mutu pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat peraga/ bahan manipulatif dan model pembelajaran yang tepat, masalah seperti ini dapat diselesaikan

Salah satu alternatif pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana yang menarik dan konkret di kelas III adalah pembelajaran penggunaan alat peraga yang konkret (bahan manipulatif) yaitu sedotan bilangan. Melalui penggunaan alat peraga/ bahan manipulatif sedotan bilangan ini diharapkan konsep matematika yang abstrak dapat menjadi konkret sehingga mudah dipahami siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk meningkatkan hasil belajar Matematika tentang pecahan sederhana bagi siswa kelas III, peneliti melakukan penelitian tindakan berupa penggunaan sedotan bilangan sebagai alat peraga dengan judul “Peningkatan hasil belajar matematika tentang pecahan sederhana menggunakan alat peraga/ bahan manipulatif sedotan bilangan“.

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar pecahan sederhana pada siswa kelas III. Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika tentang pecahan bilangan melalui penggunaan alat peraga/bahan manipulatif pada siswa akan menjadi referensi pada penelitian berikutnya. METODE PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Kondisi awal sebelum penelitian ini dilaksanakan, materi pecahan sederhana telah diberikan oleh peneliti. Namun penyampaian materi belum disertai penggunaan alat peraga dan model pembelajaran yang tepat. Materi disampaikan secara abstrak melalui penjelasan guru dilanjutkan dengan latihan soal dan evaluasi.

Hal ini berakibat rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil yang dicapai siswa dari siswa belum mencapai KKM. Berikut ini adalah tabel nilai ulangan harian pada kondisi awal.

(4)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 4 Nomor 3, Agustus 2019

4 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN Maslikha

Tabel 1. Nilai Ulangan pada Kondisi Awal

NO. URAIAN UH I UH II

1. Jumlah siswa tuntas 12 16

2. Jumlah siswa tidak tuntas 25 21

3. Nilai Rerata 56 60

Berdasarkan kondisi awal tersebut perlu dilakukan tindakan siklus I untuk memperbaiki kelemahan pembelajaran sehingga didapatkan hasil yang lebih baik pada siklus I. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar dari 60 pada kondisi awal menjadi 70 pada siklus I. Dari hasil observasi, juga terjadi peningkatan motivasi belajar.

Namun demikian, pencapaian hasil belajar belum sesuai target yang telah ditetapkan. Dari jumlah 37 siswa, 20 siswa yang belum mencapai KKM. Selama proses pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang mengalami kebingungan menggunakan alat peraga. Hal ini dikarenakan jumlah anggota kelompok terlalu besar sehingga kurang efektif. Pada siklus kedua jumlah kelompok diperbanyak sehingga anggota kelompok sedikit. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketidakefektifan tersebut.

Berikut ini adalah data hasil evaluasi pada siklus I yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang.

Tabel 2. Data Hasil Evaluasi pada Siklus I

NO Kondisi Awal Siklus I

1. Jumlah siswa tuntas 16 26

2. Jumlah siswa tidak tuntas 21 11

3. Nilai Rerata 60 70

Gambar 1. Diagram Hasil Evaluasi Kondisi Awal dan Siklus I

Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar dari 70 pada siklus I menjadi 77,78 pada siklus II.

Pencapaian hasil belajar telah sesuai target yang telah ditetapkan. Dari jumlah 37 siswa hanya satu siswa yang belum mencapai KKM. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tampak semangat dan menikmati pembelajaran.

Berdasarkan indikator kinerja yang ditunjukkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran telah berhasil. Berikut ini adalah data hasil evaluasi pada siklus II yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(5)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 4 Nomor 3, Agustus 2019

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN

Maslikha 5 Tabel 3. Data Hasil Evaluasi pada Siklus II

NO Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1. Jumlah siswa tuntas 16 26 36

2. Jumlah siswa tidak tuntas 21 11 1

3. Nilai Rerata 60 70 77,78

Gambar 2. Diagram Hasil Evaluasi Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis skala sikap dapat diambil kesimpulan bahwa siswa bersikap positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan benda manipulatif dan terhadap pemahaman konsep pecahan setelah pembelajaran menggunakan benda manipulatif. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata nilai yang terus meningkat dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa penggunaan benda manipulatif dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep pecahan siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hal ini sesuai dengan pendapat Marno (2006:71) siswa sangat senang belajar menggunakan benda manipulatif serta memberi kemudahan kepada siswa di dalam memahami konsep pecahan. Pada pembelajaran ini siswa dilibatkan secara langsung dalam proses memahami konsep pecahan. Sehingga memberikan keleluasaan dan kemudahan kepada siswa untuk menuangkan gagasan, memberikan penjelasan, memanipulasi benda secara real, dan memberikan rasa senang atas keterlibatannya dalam proses memahami sebuah konsep pecahan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan benda manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat mengembangkan pemahaman konsep dalam hal ini konsep pecahan bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal tersebut didukung oleh pendapat Marno (2006:12) belajar dengan memanipulasi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hubungan keterampilan praktek yang berarti, meningkatkan ingatan dan penerapannya dalam situasi problem solving yang baru.

Karena itu maka diharapkan dengan adanya penelitian ini maka pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika tentang pecahan bilangan melalui penggunaan alat peraga/bahan manipulatif pada siswa akan menjadi referensi pada penelitian berikutnya. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

(6)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 4 Nomor 3, Agustus 2019

6 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA / BAHAN MANIPULATIF SEDOTAN BILANGAN Maslikha

SIMPULAN

Berdasarkan data hasil tindakan dan deskripsi per siklus, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga/bahan manipulatif sedotan bilangan dan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan kegairahan belajar siswa. Alat peraga sedotan bilangan yang sederhana dan menarik, mudah digunakan siswa. Siswa dapat mengerjakan soal pecahan sederhana menggunakan alat peraga sedotan bilangan. Di samping itu mereka dapat mengembangkan kemampuan bekerja sama dalam kerja kelompok. Pada akhirnya pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan sehingga hasil belajar meningkat dan melampaui target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, alat peraga/bahan manipulatif sedotan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri Tembokluwung 01..

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gatot Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hera Lestari Mikarsa, Agus Taufik, Puji Lestari Prianto. 2008. Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Karso, dkk. 2000. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka.

Marno. (2006). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Konsep Pecahan dengan Menggunakan Benda Manipulatif (Alat Peraga) (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Percobaan Negeri Pajagalan 58 Bandung). Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana, Ahamad Rivai. 1989. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.

Nina Riani, Eko Supraptono., Penerapan Model Pembelajaran Take and Give dalam Materi Ajar Media Komunikasi Data jaringan, JPTK, Vol 6, No. 2, 2016

Oemar Hamalik. 2004. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Press.

Rudi Susilana. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Ruseffendi E. T. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Uniersitas Terbuka; Sardiman A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Supardjo. 2004. Matematika Gemar Berhitung 3 Untuk Kelas 3 SD dan MI. Solo: Tiga Serangkai

Gambar

Tabel 2. Data Hasil Evaluasi pada Siklus I
Gambar 2. Diagram Hasil Evaluasi Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami selaku Panitia Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) STTNAS Yogyakarta periode 2016 - 2017, menyampaikan Proposal Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan

PERENCANAAN CAMPURAN APLIKASI MAT FOUNDATION PADA TOWER E APARTEMEN GREEN BAY PLUIT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.  Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk. mengukur ada atau tidaknya korelasi

Kepala sekolah SMPIT Ukhuwah Banjarmasin, guru-guru serta seluruh staff tata usaha dan juga para siswa yang telah berkenan memberikan bantuan dan meluangkan waktu

Dengan menganalisa teks berita Laporan Utama yang diterbitkan majalah Tempo maka dapat diketahui seberapa dalam fakta yang diungkap oleh wartawan majalah Tempo yang

” (Publisitas adalah informasi yang berasal dari sumber luar yang digunakan media massa karena informasi itu memiliki nilai berita. Publisitas merupakan metode yang

To me, leading a remarkable career is the best way I know to kick start that same desire for leading a remarkable life—one where you don’t just become a better and more valuable