• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAJAR, Rabu, :24 30 Figur Pemimpin Bank Sentral Indonesia Yang Diharapkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAJAR, Rabu, :24 30 Figur Pemimpin Bank Sentral Indonesia Yang Diharapkan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FAJAR, Rabu, 15—05-2008| 21:24 | 30

Figur Pemimpin Bank Sentral Indonesia Yang Diharapkan

DOK FAJAR

Oleh: Marsuki Dea (Pengamat Ekonomi)

Dapat disepakati bahwa peristiwa yang menyita perhatian banyak kalangan dalam beberapa minggu terakhir adalah mengenai siapa yang bakal menjadi pemimpin baru di bank sentral Republik Indonesia (Gubernur BI).

Peristiwa tersebut terkesan kontroversial karena hasil fit and proper test yang dilakukan DPR komisi XI minggu lalu, menetapkan untuk sementara waktu menolak dua calon pengganti pemimpin BI yang diusulkan Presiden. Alasannya sederhana, karena keduanya dianggap masih kurang mempunyai keahlian dan pengalaman untuk menjadi gubernur bank sentral Indonesia, BI.

Sebenarnya kejadian ini tidak perlu menjadi kontroversial karena baik Presiden maupun DPR sebenarnya telah melakukan tugasnya sesuai dengan mekanisme yang ada. Dari sisi eksekutif, pengusulan calon Gubernur BI untuk disetujui oleh DPR telah dilakukan sesuai dengan amanat undang-undang. Demikian juga dari sisi DPR, pengujian atas kelayakan calon yang diusulkan Presiden juga telah dilakukan,

terlepas dari apapun hasilnya.

Artinya, dalam hal ini tidak ada pihak yang menyalahi ketentuan yang berlaku. Justru kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk bersikap lebih bijaksana, bahwa selama hal tersebut sesuai dengan yang diamanatkan

undang-undang, maka seharusnya kita dapat menerima hasil keputusan itu dengan baik, sehingga tidak perlu dihebohkan, apalagi mencari-cari alasan untuk

menyalahkan pihak-pihak tertentu, karena hal itu justru akan memperburuk keadaan.

Hal yang perlu segera dilakukan adalah mencari calon baru untuk selanjutnya dapat dipilih dan ditetapkan sebagai pemimpin BI yang baru dan bisa diterima pihak

pemangku kepentingan. Untuk itu, pelaku utama, yakni kepala negara dalam mengusulkan calon selayaknya bertindak sebagai kepala negara bukan sebagai kepala pemerintahan, demikian juga DPR selayaknya bukan bertindak sebagai pribadi atau mewakili kelompok kepentingan tapi sebenar-benarnya mewakil kepentingan rakyat.

Berarti kedua belah pihak sebaiknya mendasarkan keputusannya pada pemikiran dan pertimbangan yang mendalam dan seksama, dengan memperhitungkan secara profesional berbagai kriteria yang seharusnya dimiliki seorang gubernur bank

(2)

sentral, baik sesuai dengan aturan formal undang-undang maupun yang sifatnya non formal namun dapat dipertanggungjawabkan.

Hal pertama yang perlu disadari bahwa pemimpin sebuah bank sentral di negara manapun, selalu dianggap oleh para pelaku ekonomi sebagai ikon akan baik atau buruknya kondisi suatu institusi ekonomi yang sangat penting dan strategis. Sehingga secara khusus dapat menjadi indikator atau barometer mengenai

sejauhmana tingkat kemajuan, perkembangan dan kedalaman sektor moneter dan keuangan negara tersebut, dan secara umum akan menentukan citra dan arah akan baik atau buruknya perkembangan perekonomian bangsa bersangkutan.

Dari sisi formalitas, dalam kasus Indonesia khususnya, mau tidak mau calon pemimpin bank sentral Indonesia (Gubernur BI) harus sesuai dengan prasyarat formal yang ditetapkan dalam UU kebanksentralan di Indonesia, UU BI no 3/2004 pasal 40, bahwa calon gubernur BI harus mempunyai keahlian dan pengalaman cukup di bidang ekonomi, perbankan, keuangan dan aspek hukum.

Syarat keahlian mengindikasikan bahwa setiap calon sebaiknya mengerti tentang mekanisme kerangka berpikir logis tentang kebijakan moneter, mulai sejak perencanaan, penetapan, pelaksanaan sampai ke pengawasannya. Hal ini berarti bahwa sebenarnya calon tidak harus menguasai ilmu kebijakan moneter

berdasarkan teori tekstual semata.

Yang diperlukan adalah calon yang mengerti prinsip-prinsip dasar tentang logika operasionalisasi suatu kebijakan moneter, dalam kaitan dengan pencapaian sasaran utama langsungnya, yakni menstabilkan nilai mata uang, dan secara tidak langsung menggiatkan kegiatan ekonomi, untuk kepentingan pembangunan nasional.

Sedangkan syarat pengalaman, mengindikasikan bahwa setiap calon perlu

mempunyai pengalaman yang cukup dalam mengimplementasikan syarat-syarat keahlian yang dimilikinya secara praktis dalam bidang ekonomi, perbankan,

keuangan dan hukum, yang tercermin dari “track recordnya” yang sukses dan telah dirasakan manfaatnya oleh para pemangku kepentingan.

Secara umum penjelasan di atas mengindikasikan bahwa calon sebenarnya dapat mempunyai syarat-syarat minimal, namun tentu harus dapat

dipertanggungjawabkan dari sisi keilmuan yang relevan utamanya ekonomi, perbankan, keuangan dan hukum, kemudian mempunyai kapabilitas, kredibilitas atau integritas serta dapat diterima pasar dan terutama diakui oleh pemangku kepentingan utama, yakni kepala negara, DPR dan pihak-pihak partner

internasional.

Dalam kepentingan itu, sebagai calon pemimpin lembaga ekonomi yang sangat penting dan strategis, mereka perlu mempunyai kriteria kemampuan dan

kepribadian yang standar seperti, mempunyai kerangka berfikir kebijakan moneter yang rasional, visioner, inovatif dan terutama implementatif, mempunyai jiwa leadership dan tegas, serta mampu menerapkan praktek manajemen organisasi publik moderen yang “good corporate governance”. Sepintas tampaknya

persayaratan tersebut cukup berat, namun jika dikehendaki dan diinginkan, orang-orang dengan kapasitas seperti itu cukup banyak tersedia di republik ini.

Dalam tataran praktis, hal yang harus diketahui dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh calon jika ingin berada di lingkungan kerja BI adalah mengerti tentang

(3)

bagaimana melakukan penyesuaian dan langkah-langkah strategis guna menghadapi kenyataan di BI, saat mana lembaga ini sudah mempunyai rencana, program,

strategi dan arah kebijakan moneter, perbankan dan system pembayaran serta manajemen internal yang tampaknya sudah mapan, yang telah dibuat dengan baik oleh pengelola BI selama ini, yang dinilai banyak pihak sudah baik.

Sehingga mungkin sepintas tidak akan mudah dihadapi bagi calon yang baru mengenal prinsip-prinsip pengelolaan kebanksentralan, apalagi jika calon sudah dianggap sebelah mata oleh pelaku internal bank sentral.

Yang jelas bahwa ada beberapa masalah penting dan menantang yang harus

dihadapi dan diselesaikan oleh para calon jika ingin menduduki kursi panas gubernur bank sentral periode akan datang. Diantaranya, persoalan penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang tampaknya kembali dipermasalahkan publik dalam waktu terakhir ini.

Kemudian masalah pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang selalu menjadi masalah dalam kaitannya dengan pemerintah. Masalah bagaimana

mengimplementasikan secara konsekuen strategi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang sudah berjalan ditengah jalan tapi masih menghadapi beberapa masalah, seperti persoalan permodalan dan program Single Present Policy (SPP). Juga

masalah bagaimana menerapkan program Basel II dalam kerangka kepentingan globalisasi keuangan.

Termasuk persoalan kebijakan publik BI untuk memfasilitasi dan meng-advis pemerintah dalam pelaksanaan program pembangunan yang pro poverty untuk memberdayakan sektor UMKM, termasuk BPR dan keuangan syariah. Juga masih adanya persoalan yang selama ini banyak dipersoalkan publik, seperti bagaimana memaknai dan mengimplementasikan status ”independensi BI” yang sewajarnya, serta persoalan bagaimana sebaiknya menerapkan prinsip ”good corporate

governance” dalam pengelolaan organisasi dan keuangan BI.

Kesemuanya itu, jelas bukan persoalan yang mudah untuk dicarikan solusinya dalam kondisi yang serba mendadak, apalagi jika calon pemimpin bank sentral ini dipilih secara tergesa-gesa.

Masalahnya menjadi lebih pelik, sebab saat pemilihan calon pemimpin bank sentral dilakukan, perekonomian dunia sedang memanas, baik sebagai akibat volitilenya pasar keuangan dunia, karena resesi ekonomi US yang mengancam, termasuk kurang kondunsifnya pasar surat-surat berharga di Eropa dan Asia, dan terutama sebagai akibat tingginya harga komoditas minyak mentah dunia yang dianggap sudah sulit untuk turun, termasuk komoditas pertanian. Belum lagi

memperhitungkan sudah memanasnya gejolak politik dalam negeri dalam rangka pemilihan presiden tahun depan.

Kondisi-kondisi tersebut mengindikasikan bahwa tidak bisa dipungkiri akan

mempersulit peran yang harus dilakukan pemimpin BI yang baru, terutama dalam mengatasi masalah ketidakstabilan harga barang di pasar domestik dan perubahan nilai mata uang nasional yang cukup mengkhawatirkan.

Oleh karena itu, kiranya para pemangku kepentingan utama yakni pemerintah dan DPR hendaknya menghadapi masalah pelik ini dengan penuh kehati-hatian dan kebijakan dalam bertindak, sehingga jangan sampai justru mereka yang akan

(4)

menjadi pihak atau pelaku yang dapat membuat dan menambah kegalauan ekonomi nasional, yang selama ini kinerjanya sudah membaik.

Selain itu, dalam perspektif yang lebih luas bahwa dalam kondisi lingkungan sosial politik yang berbeda dengan negara lainnya, utamanya negara maju, maka

tampaknya calon pemimpin bank sentral di negara yang masih berkembang

(emergence economy) seperti Indonesia, juga perlu mempunyai kemampuan khusus lainnya yang spesifik.

Di antaranya, kemampuan melakukan komunikasi-komunikasi sosial, politik,

ekonomi dan bisnis yang bersifat informal dengan para penentu kebijakan dan para pelaku utama ekonomi dalam lingkungan nasional, regional, dan internasional, dalam rangka meningkatkan peran BI dalam kegiatan pembangunan ekonomi masyarakat.

Tujuannya, agar dapat mendekatkan secara tidak langsung bank sentral dengan praktik sosial, politik, ekonomi dan dunia bisnis real, yang secara alamiah ada dan memang perlu mendapat perhatian. Namun tentu saja, hal tersebut dilakukan dalam koridor prinsip-prinsip “good governance”, yakni kegiatan dilaksanakan berdasarkan asas kepatutan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sepintas hal ini memang dapat menjadi sesuatu kebijakan yang bersifat trade off bagi BI, terutama jika tidak dikelola dengan bijaksana. Karena akan dianggap bahwa peran BI seakan tidak fokus untuk menjaga stabilitas nilai mata uang rupaih, yang merupakan tugas pokoknya.

Namun sebenarnya, dalam kondisi sosial, politik dan ekonomi masyarakat kita yang masih belum mapan dan terstruktur, pendekatan-pendekatan informal sebenarnya dapat menjadi instrumen yang membantu untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan sosial-politik, ekonomi dan bisnis masyarakat di lapangan, terutama dalam mendorong lahir dan berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dan bisnis yang akan berdampak pada membaiknya taraf kehidupan sosial dan politik

masyarakat.

Semuanya itu hanya dapat dilakukan jika pemimpin BI yang baru mempunyai

kapasitas membaca situasi, mampu berkomunikasi dan bersedia melakukan sesuatu secara arif dan bijaksana untuk kepentingan para pihak pemangku kepentingan pembangunan ekonomi di lapangan.

Akhirnya, sebenarnya persoalan asal calon dari dalam atau dari luar bank sentral memang bukanlah menjadi masalah serius, selama beberapa pemikiran di atas dapat dipahami dan dapat dilaksanakan oleh calon Gubernur BI yang baru. Tapi tampaknya persoalan menjadi lain, terutama jika calon mempunyai keterbatasan syarat formal dalam keahlian dan pengalaman maupun keterbatasan aspek informal tentang kebanksentralan secara utuh.

Namun yang jelas banyak pihak berharap semoga persoalan yang dialami bank sentral Indonesia saat ini berada di luar kepentingan politik praktis dari pihak-pihak tertentu. Sebab harus dipahami bahwa lembaga ekonomi yang sangat strategis dan menentukan ini seharusnya dibangun di atas pondasi asas profesionalisme yang dapat dipertanggungjawabkan ke publik karena didasarkan pada logika rasional ilmu ekonomi yang relevan, hukum dan norma sosial budaya dan politik masyarakat yang

(5)

berkembang sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat nasional, regional dan internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh iklan layanan iklan layanan KB versi dua anak lebi baik terhadap perilaku, terdapat indikator variabel iklan layanan

Dengan energi penggerak yang tidak tergantung pada listrik dan minyak bumi, sistem ini bisa menjadi alternatif untuk mengurangi pengaruh krisis energi terutama yang disebabkan oleh

c.) guru dalam kegiatan pembelajaran sangat terbantu dengan adanya buku paket Kewirausahaan. d.) adanya metode pembelajaran observasi yang mana tujuan dari kegiatan ini

Moving Picture Expert Group (MPEG) Surround, an international standard developed based on spatial audio coding, specifies Reverse Two-To-Three (R-TTT) module to extend stereo

Luas wilayah berdasarkan grafik persentase menunjukkan bahwa Kelurahan Simomulyo merupakan kelurahan terluas yang ada di Kecamatan Sukomanunggal, yaitu 2 ,6 km 2

Paper bertujuan untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada piston akibat tekanan yang terjadi akibat pembakaran pada ruang bakar, mengetahui distribusi temperatur

Wilayah perairan merupakan daerah akhir pengaliran dari daratan, sehingga tingkat pencemaran di perairan pantai ini cenderung meningkat seiring