Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 1
APLIKASI BAHAN BAKAR GAS PADA MOTOR DIESEL DAN EFFEKNYA TERHADAP TEGANGAN PISTON
Semin, Aguk Zuhdi MF, Hendra Septiawan
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
E-mail: [email protected] Abstrak
Konversi mesin diesel menjadi mesin berbahan bakar gas mempunyai pengaruh terhadap proses pembakaran. Untuk dapat mengoptimalkan proses pembakaran pada bahan bakar gas harus mempunyai ruang bakar yang lebih besar. Pada penulisan ini dilakukan analisa tegangan pada piston original dan yang telah dimodifikasi. Tahapan pertama adalah pengumpulan data mesin, seperti tekanan pembakaran maksimal, dimensi piston, material piston, dan temperature maksimal silinder. Kemudian dilakukan pembuatan model piston pada softwere AutoCAD. Model yang sudah jadi dianalisa dengan menggunakan Finite Element Method (FEM). Langkah-langkah yang dilakukan untuk anlisa FEM yaitu pembentukan mesh, input material properties, boundry condition dan yang terakhir adalah analisa model. Karena ingin mengetahui tegangan piston, maka penganalisaan dilakukan pada kondisi torsi maksimal, dengan Compression Ratio (CR) yang bervariasi. Dengan adanya variasi CR tekanan maksimal pembakaran dan temperature maksimal pada piston juga akan bervariasi. Dari hasil analisa struktur tegangan terbesar yaitu 339 N/mm2 di daerah lubang pin piston, sedangkan temperature terbesar yaitu 969oC di daerah piston head. Pada CR 19 piston dapat menahan beban dari tekanan dan temperature.
Kata kunci: Bahan bakar gas, finite element method, mesin diesel, rasio kompresi, tegangan piston
1. Pendahuluan
Saat ini, bahan bakar alternatif telah berkembang karena kekhawatiran bahwa cadangan bahan bakar fosil di seluruh dunia yang terbatas dan pada dekade awal abad ini akan habis sama sekali. Selain itu, krisis energi dunia saat ini membuat kenaikan harga bahan bakar fosil. Di sisi lain, bahan bakar fosil memberikan kontribusi pencemaran lingkungan yang besar. Banyak jenis bahan bakar alternatif yang tersedia di dunia. Compressed Natural Gas (CNG) sebagai bahan bakar alternatif menjadi semakin penting. Oleh karena itu maka timbulah ide mengkonversi diesel yang semula berbahan bakar solar menjadi berbahan bakar gas.
Dalam proses konversi mesin diesel menjadi mesin bahan bakar gas diperlukan perubahan rasio kompresi pada ruang bakar. Mesin diesel mempunyai ratio kompressi sekitar 20:1, sedangkan pada bahan bakar gas mempunyai rasio kompresi diatas 12:1. Dalam konversi mesin diesel mejadi mesin bahan bakar gas perlu direncanakan rasio kompresi yang tepat agar diperoleh unjuk kerja mesin bahan bakar gas yang tinggi. Perencanaan rasio kompresi dapat dimulai dari nilai 12:1 sampai dengan 20:1, kemudian dipilih nilai rasio kompresi yang mempunyai unjuk kerja yang paling tinggi. Proses investigasi efek rasio kompresi terhadap unjuk kerja mesin dilakukan dengan menggunakan software GT-Power.
Paper bertujuan untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada piston akibat tekanan yang terjadi akibat pembakaran pada ruang bakar, mengetahui distribusi temperatur yang terjadi pada piston dan engetahui apakah piston dapat menerima beban yang diberikan akibat konversi bahan bakar diesel menjadi CNG tersebut.
2. Metodologi 2.1 Data Mesin
Mesin yang digunakan adalah Yanmar L-100. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data-data engine seperti tekanan pembakaran maksimal pada ruang bakar, dimensi dan material piston. Untuk mengetahui tekanan pembakaran pada ruang bakar, dilakukan simulasi pada softwere.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 2
2.2 Material Piston
Piston dibuat dari bahan dural aluminium, juga disebut duraluminum, duraluminium atau dural merupakan merupakan perkembangan baru dari aluminium alloy yang mengalami pengerasan.
2.3 Dimensi Piston
Gambar 1. Dimensi Piston 2.4 Simulasi Performa Mesin
Untuk mendapatkan data tekanan maksimal, temperature maksimal dan data-data yang lain yang dibutuhkan untuk analisa stress meggunakan model FEM (Finite Element Method), maka diperlukan simulasi performa mesin. Data inputan untuk simulasi didapat dari catalog dan hasil penelitian.
2.5 Pembuatan Model Piston Pada Softwere AutoCAD
Data yang didapat dari studi literatur akan digunakan sebagai referensi menggambar model piston pada softwere AutoCAD. File yang diexport yaitu dalam format ”ACIS”. Kemudian akan diexport untuk dilakukan analisa struktur dan thermal. Mesin yang digunakan adalah mesin diesel direct-injection. Model dibuat dengan satuan milimeter (mm).
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 3
Gambar 3. Piston yang telah dimodifikasi
2.6 Pembuatan Meshing dan Boundry Condition
Meshing merupakan pembuatan model menjadi beberapa elemen, agar tiap bagian dapat dianalisa. Meshing dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis, tergantung kebutuhan. Meshing menggunakan tipe element tetrahedral dan dilakukan secara otomatis, dengan ratio 0.3. Boundry condition piston dilakukan sesuai dengan tipe analisa yang dilakukan. Jika untuk analisa struktur maka tekanan akan diberikan pada piston head dan pada lubang piston pin akan dicekam. Sedangkan untuk analisa termal boundry condition dilakukan dengan memberikan temperatur dan aplikasi panas pada piston head, konveksi panas pada bagian piston ring dan skirt piston.
2.7 Analisa Model
Setelah pembuatan meshing dan input pembebanan, maka dilakukan analisa model. Pada analisa termal, model dianalisa pada kondisi steady-state. Dimana tekanan tidak berubah menurut waktu atau model dalam keadaan tunak. Untuk analisa termal, model juga dianalisa pada kondisi steady-state. Dimana suhu tidak berubah menurut waktu. Untuk analisa model yang lebih lengkap akan dibahas pada bab tersendiri.
2.8 Collapse Simulation
Jika terjadi collape simulation atau terdapat angka hasil simulasi yang tidak logis, maka diperlukan pembuatan mesh dan pembebanan kembali, namun apabila angka hasil simulasi terlihat logis maka akan dilakukan analisa data. Beberapa hal yang perlu dicek jika terjadi collapse simulation yaitu boundry condition, meshing dan material input, karena data-data tersebut sangat berpengaruh pada saat proses analisa.
2.9 Analisa Data
Analisa data dilakukan pada setiap model piston dengan variasi CR yang berbeda-beda, yaitu mulai dari CR 20.28, 19, 17, 15, 13 dan 10. Dari berbagai variasi CR terebut maka tegangan yang terjadi akibat tekanan maupun thermal akan berbeda.
3. Hasil dan Analisa
3.1 Simulasi Performa Mesin
Hasil dari simulasi dan analisa struktur piston mesin ditampilkan pada tabel 1 dan 2 sebagai berikut:
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 4
Tabel 1. Data hasil simulasi untuk analisa struktur pada piston
CR Tekanan Maksimal (bar) Tekanan Maksimal (N/mm2)
20.28 86.64 8.664 19 81.21 8.121 17 72.83 7.283 15 64.51 6.451 13 56.32 5.632 10 44.13 4.413
Tabel 2. Data simulasi untuk analisa thermal pada piston
CR Temp. Head (OC) Temp. max (OC) Heat Transfer (W/mm2)
20.28 317.85 1750 201 19 317.85 1750 193 17 317.85 1790 180 15 317.85 1820 167 13 317.85 1850 154 10 317.85 1910 132
3.2 Meshing dan Boundry Condition
Hasil dari meshing dengan boundary condition pada piston adalah sebagai berikut:.
Tabel 3. Tipikal unit untuk analisa struktur piston
Quantity SI SI (mm) SI US Unit (ft) US Unit (inch)
Length m mm m ft ft
Force N N kN lbf lbf
Mass kg Tonne (103kg) tonne slug lbf s2/in
Time s s s slug s
Stress Pa(N/m2) MPa(N/mm2) Kpa lbf/ft2 psi (lbf/ft2)
Energy J mJ (10-3J) KJ ft.lbf in.lbf
Density kg/m3 tonne/mm3 tonne/m3 slug/ft3 lbf s2/in4
Tabel 4. Tipikal unit untuk thermal material proprerties
Quantity SI US Unit
Thermal Conductivity W/m-oC Btu/hr-ft-oF Specific Heat J/kg-oC Btu/lbm-oF
Density kg/m3 lbm/ft3
Dynamic Viscosity kg/m-sec lbm/ft-hr
Enthalpy J/kg Btu/lbm
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 5
Tabel 5. Tipikal unit untuk thermal loads dan boundry condition
Quantity SI Unit US Unit
Temperature oC oK oF oR
Normal Heat Flux W/m2 Btu/hr-ft2
Directional Heat Flux W/m2 Btu/hr-ft2
Nodal Source W Btu/hr
Volumetric Generation W/m3 Btu/hr-ft3
Convection Heat Flow W/m2 Btu/hr-ft2
Advection Heat Flow W Btu/hr
Convection Heat Transfer Coefficient W/m2-oC Btu/hr-ft2-oF
Radiation to Space W/m2 Btu/hr-ft2
Radiation Enclosure W/m2 Btu/hr-ft2
3.3 Analisa Data
Analisa data dilakukan pada setiap model piston dengan variasi CR yang berbeda-beda, yaitu mulai dari CR 20.28, 19, 17, 15, 13 dan 10. Dari berbagai variasi CR terebut maka tegangan yang terjadi akibat tekanan maupun thermal akan berbeda seperti yang tersaji pada tabel 6 dan 7..
Tabel 6. Data hasil analisa struktur
CR Tekanan Maksimal (bar) Tekanan Maksimal (N/mm2) Stress (N/mm2) Tegangan ijin (N/mm2) Max. Min. 20.28 86.64 8.664 339 0.0539 420.8 19 81.21 8.121 308 0.0656 420.8 17 72.83 7.283 304 0.0624 420.8 15 64.51 6.451 266 0.065 420.8 13 56.32 5.632 221 0.0564 420.8 10 44.13 4.413 171 0.0445 420.8
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 6 Dari data diatas, maka dapat diketahui bahwa pada CR 13 dan 10 tekanan yang terjadi pada cylinder masih dapat diterima oleh piston. Karena tegangan yang terjadi masih lebih kecil dari tegangan ijin. Dengan demikian modifikasi piston yang dapat diaplikasikan pada mesin diesel yang dikonversi menjadi mesin berbahan bakar gas yaitu pada compression ratio 13 dan 10.
Tabel 7. Data hasil analisa thermal
CR Distr. Therm.(
o
C) Heat Flux (W/mm2)
max min max min
20.28 1750 1740 1.45 2.06 x10-4 19 1750 1740 1.47 2.15 x10-4 17 1790 1780 1.49 2.45 x10-4 15 1820 1810 1.46 6.96 x10-7 13 1850 1840 1.48 1.17 x10-5 10 1910 1900 1.51 6.07 x10-6
Gambar 5. Meshing dan Boundry Condition untuk Analisa Termal
Dari data diatas dapat diketahui bahwa distribusi temperature terbesar yaitu pada CR 10 dengan temperature maksimal 969 oC. hal itu terjadi karena bahan bakar yang disemprotkan lebih banyak dibandingkan dengan CR yang lebih kecil.
4. Kesimpulan
Dari hasil analisa tegangan yang terjadi akibat tekanan masih dapat ditahan oleh piston. Karena tegangan yang terjadi pada piston terbesar yaitu 339 N/mm2, sedangkan tegangan ijin yaitu 420.8 N/mm2. Tegangan terbesar terjadi pada daerah lubang piston pin, karena piston pin tersebut menerima beban tekan dari ruang bakar mesin. Distribusi temperature terbesar terjadi pada CR 10 yaitu dengan temperature maksimal 1910oC. Karena semakin besar CR, maka semakin banyak gas pembakaran dan kebutuhan bahan bakar pun akan lebih banyak. Semakin kecil CR, maka distribusi temperature akan lebih kecil.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang telah mendanai penelitian ini sehingga dapat selesai dengan baik.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012 X - 7
Daftar Pustaka
Britto M,A.2005, MSc Patran handbook, MSC.Software Corporation.
Ganesan, V., 1999. Internal Combustion Engines. 2nd Edn., Tata McGraw-Hill, New Delhi, India, pp: 110-255
Gudimetal P., and Gopinath C.V., 2009. Finite Element Analysis of Reverse Engineered Internal Combustion Engine Piston, King Mongkut’s University of Technology North Bangkok Press, Bangkok, Thailand.
Holman, J.P., 1986. Perpindahan Panas, 6th Edition, Erlangga, Jakarta.
Morel, T., Harman. S.T., and Keribar. R., 1990. Detailed Analysis of Heat Flow Pattern in Piston. Poulton, M.L., 1994. Alternative Fuels for RoadVehicles. 1st Edn., Comp. Mechanics
Publications, UK., pp: 10-110.
Sera, M.A., R.A. Bakar and S.K. Leong, 2003.CNG engine performance improvement strategy through advanced intake system. SAE Technical Paper 2003-01-1937. http://www.sae.org/technical/papers/2003-01-1937
Shasby, B.M., 2004. Alternative Fuels: Incompletely Addressing the Problems of the Automobile, Virginia Polytechnic Institute and State University, USA. http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd- 05252004-152456/
Singer. F.L., and Pytel. A., 1980. Ilmu Kekuatan Bahan, 3rd Edition, Jakarta : Erlangga.
Surdia, Tata & Saito, Shinroku. 1992. Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi kedua). Jakarta: Pradnya Paramita.