• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder. Teori stakeholder menekankan mengenai akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan itelektual mereka, melebihi dan diatas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh

stakeholder. Salah satu bentuk sukarela yang berkembang saat ini yaitu publikasi Corporate Social Responsibility. Melalui publikasi CSR perusahaan dapat

memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali, 2007). Akibat dari kurangnya perhatian terhadap stakeholder adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan (Ghozali, 2007).

Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka perusahaan tidak dapat terlepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasi

stakeholder serta mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan

keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu

(2)

stabilitas usaha dan jaminan going concern (Ardianto dan Machfudz, 2011:75-76).

2.1.2 Teori Legitimacy

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksikan strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Hadi, 2011:87).

O’Donovan (2002) dalam Hadi (2011:87) menyatakan bahwa legitimasi merupakan organisasi yang dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going

concern).

Gray et al. (1987) dalam Retno (2012) berpendapat bahwa legitimasi merupakan “….a system-oriented view of organization and society… permits us to

focus on the role of information and disclosure in the relationship between organization, the slate, indivisuals and group”.

Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu,

(3)

sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat.

Pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar. Legitimasi perusahaan dimata stakeholder dapat dilakukan dengan integritas pelaksanaan etika dalam berbisnis (business ethics integrity) serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility). Tanggung jawab sosial (social responsibility) perusahaan memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahaan, menjaga image dan strategi perusahaan (Hadi, 2011).

2.1.3 Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia

bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis.Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholder.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan strategi perusahaan untuk memuaskan keinginan para stakeholder. Dengan menjalankan tanggung jawab

(4)

sosial, perusahaan diharapkan agar tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek saja, namun juga turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

Menurut Untung (2008:6) Corporate Sosial Responsilibility memberikan banyak manfaat bagi persahaaan yang melaksanakannya, antara lain:

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. 2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.

4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. 5. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dengan dampak pembuangan limbah. 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.

8. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 9. Peluang mendapatkan penghargaan.

Menurut Hendriksen (1991) dalam Nurlela (2008) mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Suatu pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan suatu informasi tentang laporan wajib dilakukan oleh perusahaan berdasarkan peraturan atau standar tertentu. Selain itu ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi tambahan perusahaan. Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan berfokus pada pencapaian

(5)

laba, disamping itu juga mempunyai tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan.

Bapepam merupakan lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal dan lembaga keuangan di Indonesia, telah mengeluarkan beberapa aturan tentang disclosure yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang

go public. Peraturan ini dimaksudkan untuk melindungi para pemilik modal dari

adanya asimetri informasi. Perusahaan dapat memberikan disclosure melalui laporan tahunan yang telah diatur oleh Bapepam (mandatory disclosure), maupun melalui pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan.

Di Indonesia, pengungkapan dalam laporan tahunan pada dasarnya telah diatur dalam PSAK No. 1. Selain diatur dalam PSAK No.1, pada tanggal 1 Agustus 2012, pemerintah Indonesia melalui keputusan ketua BAPEPAM dan LK telah menerbitkan penyempurnaan peraturan yaitu Peraturan Nomor X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunnan Emiten dan Perusahaan publik di Indonesia. Sedangkan pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah atau suatu lembaga yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan pengungkapan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah go public. Tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan investor dari ketidakseimbangan informasi antara manajemen dengan pemegang saham dengan adanya kepentingan manajemen.

Pengungkapan corporate social responsibility dalam penelitian ini menggunakan 78 item yang terbagi menjadi enam tema. 78 item tersebut

(6)

didapatkan dari penelitian Sembiring (2005) yang diperoleh dengan cara menyesuaikan item pengungkapan milik Hockson dan Milne yang semua terdiri dari 90 item pengungkapan dalam enam tema. Berdasarkan peraturan Bapepam no VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk aplikasi di Indonesia, maka penyesuaian kemuadian dilakukan. 12 item dihapuskan karena kurangnya sesuai untuk diterapkan di Indonesia, sehingga total tersisa 78 item pengungkapan. Menurut Sayekti dan Wondabio (2007) juga terdapat 78 item dari 6 tema. Daftar pengungkapan tersebut adalah sebagai berikut:

LINGKUNGAN

1) Pengendalian polusi kegiatan operasi pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan pousi.

2) Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak

mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 3) Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan

dikurangi.

4) Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi.

5) Konversi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air, dan kertas.

6) Penggunaan materian daur ulang.

7) Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.

(7)

8) Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.

9) Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10) Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.

11) Pengolahan limbah.

12) Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.

13) Perlindungan lingkungan hidup.

ENERGI

1) Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2) Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.

3) Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 4) Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5) Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk.

6) Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 7) Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.

TENAGA KERJA

1) Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja.

2) Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 3) Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.

4) Menaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja. 5) Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6) Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.

(8)

8) Menungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

9) Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat.

10) Mengungkapkan presentase/jumlah tenaga kerja wanita /orang cacat dalam tingkat managerial.

11) Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan.

12) Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat. 13) Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.

14) Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 15) Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.

16) Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan.

17) Mengungkapkan perencaan kepemilikan rumah karyawan. 18) Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.

19) Mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun.

20) Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 21) Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahan. 22) Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada.

23) Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan.

24) Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 25) Mengungkapkan tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja. 26) Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkut.

(9)

28) Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.

29) Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.

30) Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan.

31) Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.

32) Melaporkan hubungan perusahaan engan serikat buruh. 33) Melaporkan ganguan dan aksi tenaga kerja.

34) Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 35) Peningkatan kondisi kerja secara umum.

36) Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. 37) Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.

PRODUK

1) Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya.

2) Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.

3) Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. 4) Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.

5) Membuat produk lebih aman untuk konsumen.

6) Melaksanakan riset atas tingkat keselamatn produk perusahaan.

7) Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk.

(10)

9) Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan.

10) Informasi yang dapat diverivikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9001).

KETERLIBATAN MASYARAKAT

1) Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni.

2) Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar. 3) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4) Membantu riset medis.

5) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 6) Membiayai program beasiswa.

7) Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8) Sebagai sponsor kampanye nasional.

9) Mendukung pengembangan industri lokal.

UMUM

1) Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat.

2) Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut diatas.

(11)

2.1.4 Profitabilitas

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio laba, umumnya diambil dari laporan keuangan laba rugi. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk meghasilkan laba dalam periode tertentu. Profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menarik investor untuk menanamkan dananya untuk ekspansi bisnis, sedangkan tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan investor menarik dananya. Bagi perusahaan sendiri, profitabilitas digunakan sebagai alat evaluasi atas efektifitas pengelolaan kegiatan operasional perusahaan. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya (Brigham, 2006). Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan investasi.

Profitabilitas juga berfungsi sebagai alat prediksi keberlangsungan usaha suatu perusahaan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, hal tersebut dikarenakan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan terjamin kelangsungan hidupnya. Terdapat beberapa pengukuran tingkat profitabilitas dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

(12)

perusahaan dan mencari keuntungan. Hasil pengukuran tersebut juga dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan :

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan.

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Hackston dan Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006).

2.1.5 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar, karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara maksimal apabila harga saham perusahaan meningkat. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahudin, 2008). Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik apabila kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga

(13)

sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan pemilik atau para pemegang saham Gapensi, 1996 (dalam Wahidahwati, 2002).

Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang, dana yang diterima tahun ini bernilai lebih tinggi daripada dana yang diterima tahun yang akan datang dan berarti juga mempertimbangkan berbagai resiko terhadap arus pendapatan Weston (1997) (dalam Martalina, 2011). Penilaian perusahaan (corporate value) merupakan bagian penting dalam proses privatisasi perusahaan. Proses ini seringkali hanya memperhatikan aspek keuangan yang terfokus pada nilai aset fisik (tangible asset) yang direfleksikan dalam bentuk laporan balance sheets dan income statement. Nilai potensial suatu perusahaan dapat dilihat atas dua hal, yaitu modal keuangan dan modal intelektual. Para CEO perusahaan seringkali hanya memperlihatkan aspek modal keuangan, sementara peranan modal intelektual menjadi suatu keharusan dalam paradigma organisasi di era global.

Terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain :

1) Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

(14)

2) Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

3) Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsic ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan mengahasilkan keuntungan di kemudian hari. 4) Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep

akuntansi.

5) Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian empiris terdahulu terkait topik, anatar lain :

1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Laverage sebagai Variabel Moderating (Nazaruddin, 2014).

Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan laverage sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi terhadap hubungan pengaruh CSR dan nilai perusahaan. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini menguji pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan

(15)

profitabilitas sebagai variabel moderating, sedangakan dalam Muhammad Chabibi Nazaruddin Laverage berkedudukan sebagai variabel moderating. 2. Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajemen

sebagai Variabel Moderating (Agustine, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Prosentase Kepemilikan Manajemen dan profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menguji pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating. Sedangkan dalan Ira Agustine kepemilikan manajemen berkedudukan sebagai variabel moderating.

3. Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Kusumadilaga, 2010).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dan nilai perusahaan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rimba Kusumadilaga terdapat pada objek penelitiannya yaitu menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan yang listing di BEI.

(16)

2.2 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu rerangka pemikiran sebagai berikut:

Corporate Social Nilai Perusahaan Responsibility Profitabilitas Gambar 1 Rerangka Pemikiran Keterangan:

=Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan.

=Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan

profitabilitas sebagai variabel moderating.

2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan

Stakeholder Theory berpandangan bahwa perusahaan harus melakukan

pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung jawab kepada para stakeholder. Dengan melaksanakan program CSR serta melakukan pengungkapannya, maka pasar akan memberikan apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan

(17)

harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan meningkat (Edmawati, 2012). Pelaksanaan dan pengungkapan CSR berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Tingginya harga saham suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai yang baik.

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, lingkungan hidup karena

keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan

ekonomi, lingkungan dan masyarakat.

Dengan perusahaan melaksanakan CSR maka perusahaan akan memperoleh banyak manfaat diantaranya adalah produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati oleh investor. Studi sebelumnya memmnyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik, maka diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik pula oleh investor (Kusumadilaga, 2010).

Hasil penelitian (Kusumadilaga, 2010) bahwa corporate social

responsibility berpengaruh positif terhadap niai perusahaan. Artinya, ketika

pelaksanaan CSR dilakukan dengan baik dalam jangka waktu yang panjang maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pelaksanaaan CSR akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor yang menanamkan saham di perusahaan.

(18)

Nurlela (2008) menyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan

Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya, karena semakin besar dividen akan semakin mengehemat biaya modal.

Di sisi lain pelaksanaan CSR diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan perusahaan di dalam memperbaiki lingkungannya (kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial), maka nilai perusahaan semakin meningkat sebagai akibat dari para investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan. Hal tersebut dikarenakan para investor lebih tertarik untuk menginvestasikan modalnya pada korporasi yang ramah lingkungan.

Menurut Hackston dan Milne (1996) dalam (Anggraini, 2006) semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan. Sehingga dapat disimpulakan bahwa,

(19)

profitabilitas perusahaan meningkat. Hasil penelitian Dahlia (2008) juga mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan.

Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Profitabilitas memoderasi pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

(7) Siswa membuat kesimpulan dalam diskusi, Indikator kinerja siswa membuat kesimpulan dalam diskusi pada siklus I sebesar 46,7% atau sekitar 7 orang yang muncul, dan

Hal ini disebabkan karena kurangnya efisiensi waktu dari guru untuk mengajarkan materi secara mendalam ataupun memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan

Lulusannya mampu memahami dan menerapkan hal-hal yang berhubungan dengan peralatan elektronika; melakukan instalasi, menguji, dan memakai sistem instrumentasi; menyusun prosedur

Perbedaan antara volume dan besar arus yaitu, volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu per satuan waktu

Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah (Hukum Keluarga) beserta para Dosen Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah (Hukum Keluarga) yang ikhlas dan penuh kekeluargaan

Dapat mengetahui dan menguraikan dasar-dasar onkologi bedah mulai dari cara menegakkan diagnosis klinis onkologi, diagnosis dengan sarana bantu yang canggih sampai

Untuk dapat memotret segenap skenario yang telah menimpa pendidikan kita, maka sorotan yang paling tajam yang dapat kita lakukan adalah langsung menuju kepada berbagai