• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN

DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT

Heni Apriyani*

*Dosen Prodi Keperawatan Kotabumi Poltekkes Tanjungkarang

Salah satu kegiatan yang penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian keperawatan. Pengalaman menunjukkan bahwa sering sekali perawat kesulitan dalam menentukan diagnosis keperawatan spesifik yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin karena pengkajian keperawatan yang tidak terstruktur dengan baik. Sejauh ini belum ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait perawatan pasien dengan gangguan pernapasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang dialami pasien yang dirawat di Ruang Paru di RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Penelitian dengan rancangan deskriptif dilakukan selama 1 bulan (September s.d Oktober 2014), terhadap 30 responden pasien dengan gangguan pernapasan menggunakan accidental sampling dan 2 responden perawat untuk penegakan diagnosis keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 2 diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat ruangan yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif dan Pola napas tidak efektif. Sedangkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti lebih beragam meliputi aspek biopsikososial spiritual. Bersihan jalan napas tidak efektif dialami oleh 100% responden, pola napas tidak efektif dialami oleh 100% responden, risiko trauma vascular dialami oleh 100% responden, defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan aliminasi, dialami oleh 93% responden, kesiapan meningkatkan pengetahuan dialami oleh 90% responden, mual dialami oleh 77% responden, gangguan

body image dialami oleh 70% responden.Saran bagi pihak RS menggunakan instrumen pengkajian

terstruktur berdasarkan NANDA, sehingga selanjutnya dapat dibuat standar asuhan keperawatan di ruang paru.

Kata kunci: Diagnosis keperawatan, pasien, ruang paru LATAR BELAKANG

Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu sistem respirasi terganggu maka sistem lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti TB Paru, Asma Bronchiale, Bronkitis, Pneumonia, dan ISPA (Brunner & Suddarth, 2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat.Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatanharus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

Profesi perawat menggunakan proses keperawatan (nursing process) sebagai kerangka pikir dan kerangka kerja dalam merawat pasien. Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun 2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA (American Nursing Association) (Wilkinson, 2007), yang terdiri dari assesment (pengkajian), diagnosis (penetapan diagnosis), planning outcomes (perencanaan hasil), planning intervention (perencanaan intervensi), implementation (implementasi) dan evaluation (evaluasi).

Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi bisa dikerjakan pada waktu bersamaan/tumpang tindih (overlapping). Salah satu kegiatan yang penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian keperawatan. Pengkajian keperawatan ini sangat penting karena dari pengkajian keperawatan maka perawat akan mampu menentukan apa masalah

PENELITIAN

(2)

keperawatan/diganosa keperawatan dan masalah kolaboratif/diagnosis potensial komplikasi yang dialami oleh pasien dan membuat perencanaan dalam merawat pasien.

Pengalaman menunjukkan bahwa sering sekali perawat kesulitan dalam menentukan diagnosis keperawatan spesifik yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin karena pengkajian keperawatan yang tidak terstruktur dengan baik.Pengalaman menunjukkan bahwa pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak mempunyai urutan yang runut dan

terkait dengan diagnosis keperawatan.Sering terjadi perawat mempunyai data tertentu tetapi kebingungan untuk menentukan data tersebut mendukung diagnosis keperawatan yang mana. Atau sebaliknya perawat mempunyai prediksi pasien mempunyai diagnosis tertentu tetapi tidak tahu data apa yang perlu dikaji untuk mendukung diagnosis tersebut muncul (Nurjannah, 2010).

Panduan penulisan diagnosis keperawatan NOC, NIC (2011), menyatakan bahwa diagnosis keperawatan yang timbul pada pasien penyakit pernafasan ada beberapa diagnosis, diantaranya bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, kurang pengetahuan, resiko aspirasi, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Herman, 2014 )

Sejauh ini belum ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait perawatan pasien dengan gangguan pernapasan. Sedangkan proses mengkaji dan mendiagnosis merupakan kegiatan yang sangat penting karena menentukan keberhasilan keperawatan. Dalam merumuskan diagnosis keperawatan menurut Wilkinson (2007) terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendiagnosis keperawatan adalah interpretasi dari data yang ada, kemudian melakukan verifikasi dengan pasien, menentukan label diagnosis keperawatan dan menuliskan diagnosis keperawatan.

Berdasarkan uraian dan data-data yang di kemukakan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Identifikasi Diagnosis Keperawatan Pada Pasien yang dirawat di ruang Paru pada tahun 2014 di Rumah Sakit Daerah HM. Ryacudu Kotabumi”.

Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada pasien yang dirawat di Ruang Paru RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara, baik oleh perawat ruangan maupun peneliti.

METODE

Desain penelitian ini adalah penelitian deskritif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu diagnosis keperawatan pada pasien yang dirawat diruang paru RSD H.M. Mayjend Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun 2014.

Penelitian dilakukan di Ruang Paru RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara.Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan (September s.d Oktober 2014), terhadap 30 orang responden pasien dengan masalah Paru, dan responden perawat 2 orang untuk membandingkan diagnosis keperawatan.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto, 2006), dengan kriteria sampel yaitu sedang dirawat di Ruang Paru dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria responden untuk perawat adalah pendidikan minimal D3 Keperawatan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang disusun berdasarkan pengkajian NANDA -ISDA. Kuesioner diberikan kepada pasien lalu disimpulkan diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan NANDA. Responden perawat juga diminta

(3)

menegakkan diagnosis keperawatan sesuai data pengkajian yang diperoleh dari pasien. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi atau prosentase masing-masing dari setiap diagnosis keperawatan yang muncul.

HASIL

Tabel 1: Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Penyakit f % TB Paru 11 36,7 Asma Bronkhial 7 23 Pneumonia 6 20 Efusi Pleura 5 17 PPOK 1 0,33 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 1 hampir separuh penyakit yang dialami pasien di Ruang Paru adalah TB Paru (36,7%). Prosentase selanjutnya adalah Asma Bronkial (23%), Pneumonia (20%) dan Efusi Pleura (17%). Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 22 73

Perempuan 8 27

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 2 sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (73%).

Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia (Tahun) f % 31 - 40 6 20 41- 50 5 17 51 - 60 10 33 61 - 70 6 20 71 - 80 3 10 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 3 usia terbanyak pasien yang dirawat di Ruang Paru pada

bulan Oktober 2014, berada pada rentang usia 51 – 60 tahun adalah sebanyak 33%. Tabel 4: Daftar Diagnosis Keperawatan

yang Ditegakan oleh Perawat Ruangan Paru dan Diagnosis Keperawatan yang Ditegakkan Peneliti

Diagnosis Keperawatan oleh

Perawat f %

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif 3. Gangguan pola Tidur 4. Kurang pengetahuan 20 10 21 30 67 33 70 100 Diagnosis Keperawatan oleh

Peneliti f %

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif 3. Risiko trauma vascular 4. Risiko jatuh

5. Defisit perawatan diri: mandi

6. Defisit perawat diri: berpakaian

7. Defisit perawatan diri: makan

8. Defisit perawatan diri: eliminasi

9. Kesiapan meningkatkan pengetahuan

10. Mual

11. Gangguan body image 12. PC: Reaksi Allergi 13. Ansietas

14. Ketidakefektifan performa peran

15. Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

16. Risiko trauma

17. Risiko distress spiritual

30 30 30 29 28 28 28 28 27 23 21 10 9 7 6 4 2 100 100 100 97 93 93 93 93 90 77 70 33 30 23 20 13 6 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa dari jumlah sampel 30 pasien, diagnosis yang ditegakkan pada pasien yang dirawat di Ruang Paru, berdasarkan pengkajian dengan menggunakan NANDA terdapat 17 diagnosis dapat ditegakkan, sedangkan diagnosis yang ditegakkan

(4)

perawat sejumlah 4 diagnosis. Jika dilihat dari jenis diagnosis, diagnosis berdasarkan NANDA meliputi diagnosis aktual (actual diagnosis): 11 diagnosis, risiko (Risk diagnosis): 4 diagnosis, promkes (Wellness diagnosis): 1 diagnosis dan potensial komplikasi (Potensial complication): 1 diagnosis, sedangkan diagnosis yang ditegakkan oleh perawat seluruhnya adalah diagnosis aktual.

Diagnosis keperawatan yang paling sering muncul berdasarkan NANDA-ISDA adalah adalah Bersihan jalan napas tidak efektif (100%), Pola napas tidak efektif (100%), Risiko trauma vascular (100%), Risiko jatuh (97%), Defisit perawatan diri: mandi (93%), Defisit perawatan diri: berpakaian (93%), Defisit perawatan diri: eliminasi (93%), Defisit perawatan diri: makan (93%), Kesiapan peningkatan pengetahuan (90%), Mual (77%), Gangguan body image (70%), PC: reaksi allergi (33%), Ansietas (30%), Ketidakefektifan performa peran (23%), ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan (20%), Risiko trauma (13%), dan Risiko distress spiritual (6%).

Daftar diagnosis di atas memperlihatkan hanya ada 2 (dua) diagnosis yang sama ditegakkan baik oleh perawat maupun diagnosis yang ditegakkan berdasarkan NANDA-ISDA, yaitu: Bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.

PEMBAHASAN

Diagnosis keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif dan Pola napas tidak efektif selalu ditegakkan oleh perawat ruangan dan peneliti. Frekuensi kemunculan yang sering pada kedua diagnosis keperawatan ini, tidak hanya dilakukan oleh perawat ruangan, namun juga berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Andrade, et.al. 2012), bahwa diagnosis Pola napas tidak efektif, Bersihan jalan napas tidak efektif dan Gangguan pertukaran gas merupakan diagnosis keperawatan yang paling banyak ditegakkan oleh perawat berdasarkan

serangkaian data pada pasien dengan gangguan pernapasan Pneumonia dan Asma.

Hal ini juga sesuai pendapat Antipuesto (2009), bahwa pasien dengan gangguan respirasi akan mengalami masalah Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola napas tidak efektif, Gangguan pertukaran gas, Kurang pengetahuan, dan Ansietas.

Diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA lebih beragam daripada diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat. Dengan NANDA-ISDA pengkajian dilakukan dari berbagai Aspek dan didasari pada pemahaman terhadap definisi suatu diagnosis tersebut (Nurjannah, 2010). Sedangkan diagnosis yang dibuat perawat tidak didasari pada pengkajian dan pemahaman tentang definisi diagnosis itu sendiri, contohnya terdapat diagnosis “Gangguan pola tidur”. Istilah ini tidak ditemukan dalam nomenklatur NANDA-I, untuk data kurang tidur. Namun data “ kurang tidur “ akan memunculkan diagnosis “Risiko jatuh”. Begitu pula, tidak satupun tidak satupun masalah kolaborasi (potensial complication) ditegakkan oleh perawat sementara dari rutinitas pekerjaan yang dilakukan lebih banyak pada pekerjaan mengatasi masalah pontensial komplikasi. Sebagai contoh, pasien yang terpasang tranfusi akan muncul diagnosis keperawatan PC : risiko allergi, dan ini dialami oleh 10 responden atau sekitar 33%.

Semua responden terpasang infus, namun tidak ada perawat yang menegakkan diagnosis keperawatan “Risiko trauma vaskular”. Berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA, data pemasangan infus akan memunculkan diagnosis keperawatan Risiko trauma vaskular.

Menurut Saputra (2013), komplikasi pemasangan infus diantaranya adalah hematoma, infiltrasi, tromboplebitis dan emboli udara.

Tidak satupun perawat menegakkan diagnosis keperawatan “Defisit perawatan

(5)

diri : mandi, berpakaian, eliminasi dan makan”. Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa 28 responden mengalami defisit perawatan diri, dan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA responden mengalami defisit perawatan diri pada 4 aspek yaitu mandi, berpakaian, eliminasi, dan makan.Hal ini sesuai pendapat Brunner & Suddarth (2002), bahwa kelemahan pasien yang dirawat di RS akan menyebabkan pasien memerlukan bantuan untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA, tidak hanya diagnosis keperawatan yang bersifat fisik yang dapat ditegakkan, namun muncul pula masalah psikososial, misalnya Ansietas dan Ketidakefektifan performa peran.

Diagnosis keperawatan Nausea, dialami oleh hampir sebagian besar responden, besar kemungkinan karena efek samping obat, namun tidak ditegakkan sebagai diagnosis keperawatan oleh perawat ruangan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa Diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat ruangan lebih sedikit dibandingkan diagnose keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti.

Diagnosis keperawatan yang sama ditegakkan oleh perawat ruangan dan peneliti adalah Bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.Diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti tidak hanya meliputi aspek fisik, namun juga psikososial.

Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian diatas, ada beberapa hal yang dapat disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini yaitu perlunya sosialisasi penegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA-ISDA. Selanjutnya berdasarkan diagnose keperawatan yang sering muncul, pada pasien di Ruang Paru dapat dijadikan dasar dalam pembuatan Standar Asuhan Keperawatan, khususnya di Ruang Paru,

DAFTAR PUSTAKA

Antipuesto, D.J. 2009. Nursing for Respiratory Disease. (http:/nursingcrib.com/nursing.notes_ reviewer/nursing-dx-for-respiratory-disease/. Diakses pada 3 November 2014.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Brunner & Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta:EGC.

Herman. 2014. Daftar Diagnosis Keperawatan Keperawatan (online). (http://www.kampus.blogspot.com) diakses pada tanggal 17 Juni 2014.

NANDA-I. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta:EGC.

Nurjanah, I. 2010. Proses keperawatan: NANDA, NOC dan NIC. Yogyakarta:Moco Media.

Nurjanah, I. 2012. ISDA (Intan’s Screening Diagnosis Assesment. Yogyakarta: Moco Media.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi,Tesis da Instrument Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.

Referensi

Dokumen terkait

belajar lebih giat ketika mendapatkan prestasi belajar yang rendah peserta didik membangun kemauan untuk belajar lebih giat ketika mendapatkan prestasi belajar yang rendah

Pelanggan eksternal (External Customer) yaitu pelanggan yang berasal dari luar perusahaan, yang membeli barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan atau

Akad yang digunakan pada simpanan maslahah adalah akad wadi’ah yad dhamanah yaitu akad penitipan barang atau uang (umumnya berbentuk uang) kepada koperasi, pengelola

Kegiatan pengabdian ini ditujukan untuk mengembangkan sebuah website, melakukan pelatihan terhadap pihak toko sinar jaya untuk dapat memaksimalkan penggunaan akun sosial

Bagi keluarga pasien TB Paru dengan bersihan jalan napas tidak efektif hendaknya dapat melakukan batuk efektif secara mandiri untuk membantu mengeluarkan dahak pada

Peningkatan defisit APBN satu bulan pertama di tahun ini disebabkan oleh penerimaan negara yang realisasinya baru mencapai Rp 100,1 triliun atau terkontraksi 4,8% (yoy) akibat imbas

Penelitian ini bertujuan mengkaji struktur komunitas lamun di perairan pantai Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Sulawesi Utara.Pengambilan sampel dilaksanakan

2. Saya atau mana-mana individu yang mewakili syarikat ini bertanggungjawab memastikan Dasar Keselamatan ICT UNIMAS difahami dan dipatuhi oleh semua individu di dalam