• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 3 TAIIUN 2008 TENTANG. i TATA CARA MEMPEROLEH IZIN LOKASI, IZIN PEMANFAATAN TANAH, DAN PENETAPAN LOKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 3 TAIIUN 2008 TENTANG. i TATA CARA MEMPEROLEH IZIN LOKASI, IZIN PEMANFAATAN TANAH, DAN PENETAPAN LOKASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

B U P A T I P A C I T A N P E R A T U R A N B U P A T I P A C I T A N N O M O R 3 T A I I U N 2008 T E N T A N G i T A T A C A R A M E M P E R O L E H I Z I N L O K A S I , I Z I N P E M A N F A A T A N T A N A H , D A N P E N E T A P A N L O K A S I Menimbang Mengingat I B U P A T I P A C I T A N

a. ^ ^ w a dengan semakin terbukanya peran swasta dan masyarakat dalam pembangunan maka perlu adanya pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan tanah agar peruntukannya sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang berlaku;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan Bupati Pacitan tentang Tata Cara Memperoleh Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, dan Penetapan Lokasi.

1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1960 Nomor 104 tambahan Lembaran Negara nomor 3501);

2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara R I Nomor 4275);

3. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 nomor 125, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang perubahan atas undang- Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 nomor 108, lembaran Negara nomor 4438);

4. Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah lembaran. Negara tahun 2004 nomor 126 tambahan lembaran Negara nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional dibidang Pertanahan;

7. Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor

02 tahun 1999 tentang Izin Lokasi; . 8. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 Tahun 2007 tentang

(2)

i M E M U T U S K A N ~ i Menetapkan : P E R A T U R A N B U P A T I P A C I T A N T E N T A N G T A T A C A R A M E M P E R O L E H I Z I N L O K A S I , I Z I N P E M A N F A A T A N T A N A H , D A N P E N E T A P A N L O K A S I j 1 ; B A B I I K E T E N T U A N U M U M < Pasal 1 i

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pacitan yang lerdiri dari Kepala Daerah beserla Perangkat Daerah Otonom yang Jain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

b. Kepala Daerah adalah Bupati Pacitan

c. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

d. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukii legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu;

e. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang menlakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama atau dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap serta bentuk badan lainnya;

f. Perusahaan adalah perseorangan atau badan hukum yang telah memperoleh izin untuk melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku;

g. Penanaman Modal adalah usaha menanamkan modal yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan fasllltas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri;

!

B A B I I I Z I N L O K A S I ', Bagian Kesatu i U m u m I I Pasal 2

Izin I Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan penanaman modalnya dengan batasan keluasan sebagai berikut:

a. Untuk Usaha Pertanian > 25 Ha b. Untuk usaha non pertanian > I Ha

(3)

I Pasal 3

(

I

Izin Lokasi tidak diperlukan dan dianggap sudah dimiliki dalam hal : a. Tanah yang akan dipercleh merupakan pemasukan (inbreng ) dari para

pemegang saham;

b. Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh rencana penanaman modal perusahaan Iain tersebut sepanjang jenis peruntukannya sama dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari

instansi yang berwenang;

c. Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha industri dalam suatu kawasan industri;

d. Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan penyelenggara penegmbangan suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang kawasan penegmbangan tersebut;

e. Tanah yang akan diperoleh diperluakan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin perluasan usaha sesuai ketentuan yang berlaku, dan letak tanah tersebut berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan;

f. Tanah yang akan dipergunakan untuk melaksanakan rencana penanaman modal adalah tanah yang sudah dipunyai oleh perusahaan yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa tanah-tanah tersebut terletak dilokasi yang menurut rencana tata ruang yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang bersangkutan.

1 [

I Bagian Kedua

' Tanah Yang Dapat D i t u n j u k Dengan Izin Lokasi i

\ Pasal 4

i

Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan penanaman modal yang dipunyainya.

i

I Pasal 5

(1) Izin Lokasi dapat diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapatkan persetujuan penanaman modal sesuai ketentuan yang berlaku untuk memperoleh tanah dengan luas tertentu sehingga apabila perusahaan tersebut berhasil membebaskan seluruh areal yang ditunjuk; (2) Untuk keperluan menentukan luas areal yang ditunjuk dalam Izin

Lokasi perusahaan pemohon wajib menyampaikan pemyataan tertulis ihengenai luas t a n ^ yang sudah dikuasai olehnya dan pemsahaan-perusahaan lain yang merupakan satu group dengannya.

!

j Pasal 6

Izin Lokasi dapat diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai : a. Aspek Rencana Tata Ruang;

b. Aspek pengusahaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemindahan hak, dan penggunaan tanah;

c. Aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan

k 'i

! 1

(4)

j Bagian Ketiga

: Jangka \Vaktu Izin Lokasi \ ' Fasal 7

t i

(1) Izin lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut:

a. Izin Lokasi dengan keluasan tanah sampai dengan 25 Ha (dua : puluh lima hektar ) jangka waktu izin 1 (satu) tahun

b. Izin Lokasi dengan keluasan tanah diantara 25 Ha (dua puluh lima I hektar) sampai dengan 50 Ha (lima puluh hektar) jangka waktu izin 2 I (dua) tahun;

c. Izin lokasi dengan keluasan tanah lebih dari 50 Ha (lima puluh I hektar) jangka waktu izin 3 (tiga) tahun.

1

(2) Apabila dalam jangka waktu izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 perolehan tanah belum selesai, maka izin dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu selama I (satu) tahun dengan ketentuan tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi.

(3) Permohonan perpanjangan harus diajukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sebelum jangka waktu izin lokasi berakhir dengan alasan perpanjangan.

* Pasal 8

t

Apabila perolehan tanah tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu izin lokasi, termasuk perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 2 ) pasal 7 dan perolehan tanah tidak dapat lagi dilakukan oleh pemegang izin lokasi, maka terhadap bidang-bidang tanah yang telah diperoleh, dipergunakan untuk melaksanakan rencana kegiatan dengan penyesuaian mengenai luas bangunan.

Pasal 9

Apabila perusahaan akan melanjutkan perolehan tanahnya untuk kegiatan pembangunan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 maka perusahaan wajib mengajidcan izin lokasi bam.

I Bagian Keempat

; Tata Cara Pemberian Izin Lokasi i

; Pasal 10

(1) Izin Lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan tanah dan teknis tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah, serta kemampuan tanah;

*

(2) Surat Keputusan Pemberian Izin Lokasi ditandatangani oleh Bupati setelah diadakan rapat koordinasi antar instansi terkait yang dipimpin oleh pejabat yang ditunjuk tetap olehnya;

(3) Bahan-bahan untuk keperluan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipersiapkan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan;

! i

(4) Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai konsultasi dengan masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi dimohon.

(5)

(5) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi aspek sebagai berikut:

a. Penyebarluasan informasi mengenai rencana penanaman modal yang ' akan dilaksanakan, ruang lingkup dampaknya dan rencana perolehan ; tanah serta penyelesaian masalah yang berkenaan dengan perolehan ! tanah tersebut;

b. Pemberian kesempatan kepada pemegang hak atas tanah untuk ' memperoleh penjelasan tentang rencana penanaman modal dan • mencari altematif pemecahan masalah yang ditemui;

c. Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat untuk memperoleh i data sosial dan lingkungan yang diperlukan;

d. Peran serta masyarakat berupa usulan tentang altematif bentuk dan I besamya ganti kerugian dalam perolehan tanah dalam pelaksanaan j Izin Lokasi.

I Bagian Kelima

H a k Dan Kewajiban Pemegang Izin Lokasi \ Pasal 11

(1) Pemegang izin lokasi diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal izin lokasi dari hak dan kepentingan pihak Iain berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut dengan cara jual beli, pemberian ganti kemgian, konsolidasi tanah atau cara Iain sesuai ketentuan yang berlaku;

i I

(2) Sebelum tanah yang bersangkutan dibebaskan oleh pemegang Izin Lokasi sesuai ketentuan ayat (1), maka semua hak atau kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah yang bersangkutan tidak berkurang dan tetap diakui, termasuk kewenangan yang menurut hukum dipunyai oleh pemegang hak atas tanah untuk memperoleh tanda bukti hak (sertifikat) dan kewenangan untuk menggunakan dan memanfaatkan tanahnya bagi keperluan pribadi atau usahanya sesuai rencana tata mang yang berlaku, serta kewenangan untuk mengalihkannya kepada pihak lain;

(3) Pemegang Izin Lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain atas tanah yang belum dibebaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak menutup atau mengurani aksesibilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi, dan menjaga serta melindungi kepentingan umum;

(4) Sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan kepentingan pihak lain, maka kepada pemegang Izin Lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan tanah tersebut sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya.

i

I Pasal 12

Pemegang izin lokasi berkewajiban untuk melaporkan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Kepala Kantor Pertanahan mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakannya berdasarkan Izin Lokasi dan pelaksanaan penggunaan tanah tersebut.

I (

i

(6)

B A B I I I

I Z I N P E M A N F A A T A N T A N A I I j Pasal 13

(1) Izin Pemanfaatan tanah adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan penanaman modalnya dengan batasan keluasan sebagai berikut;

a. Untuk usaha Pertanian < 25 ha b. Untuk usaha non pertanian < 1 ha

c. Untuk kegiatan bidang sosial dan keagamaan tanpa batasan keluasan.

t

(2) Izin pemanfaatan tanah dikecualikan untuk pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan;

E

(3) Izin pemanfaatan tanah wajib dimiliki apabila rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diubah peruntukannya/pemanfaatannya untuk kepentingan usaha;

i Pasal 14

Jenis usaha yang wajib memiliki izin pemanfaatan tanah sebagai berikut : a. Pemukiman :

1. Perumahan dengan ketentuan > 4 (empat) unit dalam 1 (satu) I lokasi;

2. Pondokan dengan ketentuan > 10 (sepuluh )kamartidur;

3. Rumah sewa dengan ketentuan > 4 (empat) unit dalam 1 (satu) : lokasi.

E

)

b. Pendidikan :

1. Perguruan tinggi dengan ketentuan untuk semua keluasan; 2. SD/SLTP/SMU dengan ketentuan untuk semua keluasan;

3. Taman kanak-kanak/kelompok bermain dengan ketentuan untuk : semua keluasan;

4. LPK/Kursus dengan ketentuan luas lantai > 1 DO m^ atau ditepi jalan • arteri atau kolektor primer untuk semua keluasan.

c. Perkantoran dan sejenisnya dengan ketentuan untuk semua keluasan;

I

d. Perhotelan dan sejenisnya dengan ketentuan untuk semua keluasan; e. Perdagangan / jasa;

1. Pasar Swalayan/super market dengan ketentuan untuk semua ' keluasan;

2. Pasar dengan ketentuan untuk semua keluasan;

3. Pertokoan / rumah kantor / rumah toko dengan ketentuan > 4 • (empat) unit dalam 1 (satu) lokasi dengan ketentuan jumlah keluasan ; > 2 5 0 m ^

4. Restoran/rumah makan / usaha katering / toko dengan ketentuan luas ! tanah > 500 atau luas lantai > 250

5. Gedung pertemuan dengan ketentuan luas tanah > 1000 atau • luas lantai > 500 m^;

6. Tempat hiburan dengan ketentuan untuk semua keluasan; 7. Pusat kebugaran dengan ketentuan untuk semua keluasan.

i

f. Industri kecuali industri rumah tangga dengan ketentuan untuk semua keluasan;

(7)

g. Rumah sakit / balai pengobatan / rumah bersalin dengan ketentuan untuk semua keluasan;

h. Petemakan dengan ketentuan untuk semua keluasan;

i . Sarana ibadah umum dengan ketentuan untuk semua keluasan;

I

j . Sarana olah raga dengan ketentuan untuk luas tanah > 5000 m 2 ;

i

k. Pembangunan makam baru atau perluasan makam untuk umum dengan ketentuan luas untuk semua keluasan;

i

1. Tower/menara dengan ketentuan luas tanah > 25 m 2 atau dengan ketinggian tower > 20 m;

I

m. Tempat pembuangan sampah/depo sampah dengan ketentuan luas tanah > 100 m 2 ;

i

n. Stasiun televisi/radio dengan ketentuan untuk semua keluasan; 0. Rumah produksi hiburan dengan ketentuan untuk semua keluasan.

; Pasal 15

I

(1) Untuk kegiatan pembangunan perumahan / permukiman sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 angka 1, dan angka 3 huruf a, apabila jumlah rumah yang dibangun < 4 (empat) unit namun pembangunan tersebut bertujuan imtuk membangun > 4 (empat) unit dan bersifat komersial atau diperjualbelikan maka terhadap kegiatan dimaksud wajib memiliki izin pemanfaatan tanah;

(2) Untuk kegiatan pembangunan pondokan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 angka 2 huruf a apabila jumlah kamar yang dibangun < 10 (sepuluh) kamar tidur namun pembangunan tersebut bertujuan untuk membangun > 10 (sepuluh) kamar tidur dan bersifat komersial atau diperjualbelikan maka terhadap kegiatan dimaksud wajib memiliki Izin pemanfaatan tanah.

i Pasal 16

i

(1) Pelaksana yang dapat melakukan pembangunan perumahan/permukiman wajib berbadan hukum.

(2) Perseorangan dapat membangun perumahan/permukiman dengan ketentuan jumlah rumah yang dibangun < 4 (empat) unit.

] Pasal 17

i

(1) Izin pemanfaatan tanah diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

(2) Apabila dalam jangka waktu izin pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) perolehan tanah belum selesai, maka izin dapat diperpanjang 1 (satu) kali jangka waktu selama 1 (satu) tahun, dengan ketentuan tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari 50 % (lima puluh persen) dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin pemanfaatan tanah; 1 i } i I

(8)

(3) Permohonan perpanjangan harus diajukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari keija sebelum jangka waktu izin pemanfaatan tanah berakhir disertai dengan alasan perpanjangan.

I

I Pasal 18

r

Apabila perolehan tanah tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu izin pemanfaatan tanah, termasuk perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal 16 dan perolehan tanah tidak dapat dilakukan oleh pemegang izin pemanfaatan tanah maka terhadap bidang-bidang tanah yang telah diperoleh, dipergunakan untuk melaksanakan rencana kegiatan dengan penyesuaian mengenai luas pembangunan.

1 B A B I V ; P E N E T A P A N L O K A S I P E M B A N G U N A N I U N T U K K E P E N T I N G A N U M U M Pasal 19 i 1

Penetapan lokasi adalah penetapan lokasi tanah yang diperlukan oleh instansi pemerintah dalam rangka pengadaan tanah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

!

I Pasal 20

t

Instansi pemerintah yang telah menerima izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, dapat memulai kegiatan perolehan tanah dengan ketentuan sebagai berikut ;

a. Bila tanah yang diperlukan keluasannya lebih dari I (satu) hektar perolehan tanah harus melalui panltia pengadaan tanah;

b. Bila tanah yang diperlukan keluasannya kurang dari 1 (satu) hektar, perolehan tanah dapat dilakukan secara langsung oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan pemegang hak atas tanah.

i

B A B V ; DASAR P E R T I M B A N G A N P E M B E R I A N I Z I N 1 4 ( Pasal 21 i

Dasar pertimbangan pemberian izin adalah sebagai berikut: a. Tanah untuk kehutanan:

1.1 Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan; 2.1 Mewakili formasi biota tertentu;.

3. ' Mewakili keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi; 4. '} Merupakan daerah konservasi;

5. ! Merupakan tempat dan kehidupan bagi satwa tertentu;

6. i Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang ! bersangkutan.

7. ; Diprioritaskan yang mempunyai lereng lapangan 40 % (empat \ puluh persen) atau lebih.

b. Tanah untuk pertanian:

1. ; Lahan subur atau produktif pertanian;

2. ; Memiliki jaringan irigasi teknis, non teknis atau setengah teknis. c. Tanah untuk perumahan/permukiman :

1. ; Tidak terletak pada kawasan lindung;

2. i Tidak terletak pada lokasi yang rawan bencana alam;

(9)

4. Memiliki aksesibilitas jalan :

I a). Perumahan dengan luas wilayah < 150.000 sekurang

-\ kurangnya jalan lokal.

! b). Perumahan dengan luas wilayah > 150.000 sekurang -.; kurangnya jalan kolektor sekunder.

5. Terjangkau pelayanan sarana prasarana sumber air bersih, jaringan i listrik dan telepon;

6.' Berdekatan dengan permukiman penduduk, seluas-luasnya 500 71 Kemiringan tanah lebihkecil atau sama dengan 8 % (delapan persen) d. Tanah untuk perdagangan dan jasa :

1. ' Perdagangan besar dan jasa besar dengan skala pelayanan > 100.000 ; j i w a dan luas bangunan > 75.000 m ^ perletakannyadi pusat regional j dengan luas kawasan pelayanan > 12 Ha;

2. Perdagangan besar dan jasa besar dengan skala pelayanan 20.000-! lOO.OOOjiwa dan luas bangunan 15.000-75.000 m ^ perletakannya ! dipusat kota dengan luas kawasan pelayanan 4 - 1 2 Ha;

3. Perdagangan besar dan jasa besar dengan skala pelayanan 7.500 -j 20.000-jlwadan luas bangunan 10.000-15.000 m^ perletakannya di , pusat lingkungan dengan luas kawasan pelayanan 1 , 5 - 4 Ha;

4. ' Perdagangan dan jasa sedang seperti toko, grosir, pasar, rumah ; makan, gedung pertemuan, area parkir dengan kriteria teijangkau j pelayanan listrik, telepon, air bersih, sanitasi, transportasi dan I pembuangan sampah.

e. Tanah untuk industri : 1. ' Industri Besar :

i a). DiluarkDta,maksimal 15 k m dari tepi wilayah perkotaan; : b). Terpisah dari permukiman, minimal 12 k m ;

i c). Diseki tar jalan regional; I d). Dekat sumber air;

I e). Disekitar budidaya non pertanian;

i 0- Terjangkau pelayanan listrik, air bersih, telepon, transportasi, I perbankan dan saluran air hujan;

• g). Memungkinkan alokasi untidc pengolahan limbah. 2. ; Industri Menengah :

I a). Daerah pinggiran kota;

; b). Terpisah dari permukiman minimal 2 K m ; c). Disekitar jalan regional;

! d). Dilokasi budidaya non pertanian;

I e). Terjangkau pelayanan listrik, air bersih, telepon, transportasi, I perbankan dan saluran air hujan;

i f). Memungkinkan alokasi untuk pengolahan limbah. 3. \ Industri Kecil

a). Berbaur dengan pemukiman, perdagangan pertanian;

: b). Terjangkau pelayanan listrik, air bersih, telepon, transportasi, j perbankan dan saluran air hujan

i c). Memungkinkan alokasi tanah untuk pengolahan limbah. ; Pasal 22

Dalam' hal wilayah yang dimohonkan izin tcrmasuk dalam lokasi rencana umum tata ruang atau rencana detail tala ruang atau rencana teknis tata ruang. maka rencana tata ruang yang dipergunakan adalah rencana tata ruang yang lebih rinci.

(10)

B A B V I S I S T E M D A N PROSEDUR P E R I Z I N A N Bagian Kesatu Persyaratan Administrasi Paragraf Pertama Izin Lokasi Pasal 23

(1) : Permohonan izin lokasi disampaikan kepada Bupati Pacitan melalui ; Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan dengan j mengisi formulir yang disediakan;

(2) i Persyaratan permohonan izin lokasi : a. Fotccopi kartu tanda penduduk pemohon;

Foto copi nomor wajib pajak pemohon;

Foto copi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

Gambar kasar letak tanah/denah letak tanah yang dimohon;

Surat pemyataan dengan materai secukupnya tentang kesanggupan akan memberikan ganti kerugian dan atau menyediakan tempat penampungan bagi pemilik tanah yang berhak atas tanah;

Sural pemyataan dengan materai cukup tentang kerelaan dari pemilik hak atas tanah;

Foto copi bukti kepemilikan tanah yang direncanakan akan diperoleh;

Foto copi surat pemberitahuan pajak bumi dan bangunan temtang dari tanah yang direncanakan akan diperoleh;

Uraian rencana proyek yang akan dibangun (proposal) dengan ditanda tangani oleh pemohon;

Site plan sementara;

Salinan surat persetujuan penanaman modal dari Presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan P M A / P M D N ;

Surat pemyataan dengan materai cukup tentang tanah - tanah yang sudah dimiliki oleh pemsahaan-pemsahaan lain yang merupakan group pemohon. ;b. c. d. e. f. i 8-! F h. i i . j -k. 1.

(3) Berkas pemohonan disampaikan dalam rangkap 10 (sepuluh) dengan ketentuan I (satu) bendel bermaterai asli.

Fasal 24

( I ) Permohonan perpanjangan izin lokasi disampaikan kepada Bupati melalui Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan dengan mengisi formulir yang telah disediakan;

(2)

(4)

Persyaratan perpanjangan izin lokasi :

a. Foto copi surat keputusan izin lokasi yang akan diperpanjang izinnya;

Laporan terakhir perkembangan perolehan tanah dan pemanfaatan tanah, dan foto copi bukti perolehan tanah yang diperoleh;

Alasan permohonan perpanjangan izin secara tertulis;

Berkas permohonan izin lokasi yang akan diperpanjang izinnya. b.

< i

c. d.

Berkas permohonan disampaikan dalam rangkap 10 (sepuluh) dengan ketentuan 1 (satu) bendel bermaterai asli.

(11)

I

i

5 Paragraf Ketiga

i Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum I Pasal 27

(1) Permohonan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, disampaikan kepada Bupati melalui Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan dengan mengisi formulir yang telah disediakan; (2) Persyaratan izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan

u m u m :

a. Lokasi tanah yang diperlukan;

b. Luas dan ambang kasar tanah yang dimohon; c. Penggunaan tanah pada saat permohonan diajukan;

d. Uraian rencana proyek yang akan dibangun disertai keterangan I mengenai aspek pembiayaan dan lamanya pelaksanaan ; pembangunan.

i

(3) Berkas permohonan disampaikan dalam rangkap 3 (tia) dengan ketentuan 1 (satu) bendel bermaterai asli.

Bagian Kedua ; Frosedur Perizinan ; Pasal 28

(1) Berkas permohonan izin yang telah lengkap dan benar didaftar dan dikajt oleh Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan sebagai bahan rapat koordinasi t i m izin peruntukan penggunaan tanah.

t

(2) Rapat koordinasi dilaksanakan bersama dengan pemohon . dan masyarakat pemegang hak atas tanah (atau kuasanya) dalam lokasi yang dimohon.

i

(3) Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya berkas permohonan secara lengkap dan benar.

i Pasal 29 j

(1) Bupati atas dasar pertimbangan t i m teknis terkait memberikan keputusan atas permohonan izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, dan Penetapan Lokasi;

(2) Keputusan diterima atau ditolaknya permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam waktu selambat - lambatnya 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya berkas permohonan secara lengkap dan benar.

i

! Pasal 30

Permohonan perpanjangan izin dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu izin peruntukan penggunaan tanah yang diberikan berakhir dan serta diserlai dengan alasan perpanjangan secara tertulis.

i

I

i

(12)

j Paragraf Kedua [ Izin Pemanfaatan Tanah i Pasal 25

Permohonan izin pemanfaatan tanah disampaikan kepada Bupati melalui Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

1

Persyaratan permohonan izin pemanfaatan tanah : a. Foto copi kartu tanda penduduk pemohon;

b. Foto copi nomor pokok wajib pajak;

c. Foto copi akte pendirian peusahaan yang telah disahkan oleh pejabat i yang berwenang;

d. Gambar kasar letak tanah/denah letak tanah yang dimohon;

e. Surat pemyataan dengan materai cukup tentang kesanggupan akan j memberikan ganti kerugian dan atau menyediakan tempat i penampungan bagi pemilik yang berhak atas tanah;

f. Surat pemyataan dengan materai cukup tentang kerelaan dari \ pemilik hak atas tanah;

g. Foto copi bukti kepemilikan tanah yang direncanakan akan ' diperoleh;

h. Foto copi surat pemberitahuan pajak bumi dan bangunan terutang i dari tanah yang direncanakan akan diperoleh;

i . Uraian rencana proyek yang akan dibangun (proposal) dengan i ditandatangani oleh pemohon;

j . Site plan sementara;

k. Salinan surat persetujuan penanaman modal dari ! Presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan P M A / P M D N ;

1. Surat pemyataan dengan materai cukup tentang tanah-tanah yang I sudah dimiliki oleh perusahaan pemohon dan perusahaan-perusahaan 1 Iain yang merupakan group pemohon.

i

Berkas permohonan disampaikan dalam rangkap 10 (sepuluh) dengan ketentuan 1 (satu) bendel bermaterai asli.

j Pasal 26

Permohonan perpanjangan izin pemanfaatan tanah disampaikan kepada Bupati melalui Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Pacitan dengan mengisi formulir yang telah disediakan;

i i

Persyaratan permohonan perpanjangan Izin pemanfaatan tanah: a. Foto copi kartu tanda penduduk pemohon;

b. Foto copi surat pembayaran PBB terakhir; c. Foto copi sertifikat hak atas tanah;

d. Tujuan perubahan dan rencana gambar rencana bangunan; c. Gambar kasar letak tanah atau denah letak tanah yang dimohon; f. Surat keterangan waris apabila pemilik tanah sudah meninggal

I dunia;

g. Surat kuasa bermaterai cukup apabila tidak diurus oleh pemohon ' sendiri.

Berkas permohonan disampaikan dalam rangkap 10 (sepuluh) dengan ketentuan 1 (satu) bendel bermaterai.

(13)

i B A B V I I

K E T E N T U A N P E R A L I H A N D A N P E N U T U P i Pasal 31

(1) Semua proses permohonan dan/atau permohonan perpanjangan Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, dan Penetapan Lokasi yang sudah diajukan oleh pemohon, prosedur perizinaimya harus menyesuaikan dengan Peraturan ini.

*

(2) Semua Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, dan Penetapan Lokasi yang sudah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini.

I Pasal 32

Dengan berlakunya Peraturan i n i , segala peraturan yang ada tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan Peraturan ini.

i

1 Pasal 33

(1) . Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) . Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pacitan

,i

? I

L Ditetapkan di : P a c i t a n

; Pada tanggal :

M—^—iooS

{ B U P A T I P A C I T A N 4 i ! j H . S U J O N O i s

\

i i i

i

i i i i I 1 t

(14)

I.

B A B V I I

K E T E N T U A N P E R A L I H A N D A N P E N U T U P Pasal 31

(1) Semua proses permohonan dan/atau permohonan perpanjangan Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, dan Penetapan Lokasi yang sudah diajukan oleh pemohon, prosedur perizinannya harus menyesuaikan dengan Peraturan ini.

(2) Semua Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Tanah, dan Penetapan Lokasi yang sudah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini.

j Pasal 32

Dengan berlakunya Peraturan i n i , segala peraturan yang ada tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan Peraturan i n i .

j Pasal 33

(1) . Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) . Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pacitan Ditetapkan di Pacitan Pada tanggal 11 - 4 - 2008 B U P A T I P A C I T A N Cap. ttd I I . S U J O N O Diundangkan d i Pacitan Pada Tanggal 11 A p r i l 2008 i S E K R E T A R I S D A E R A H I r . M U L V O N O. M M . Pembina Utama M u d a N I P . 080 062 ISO B E R I T A D A E R A H K A B U P A T E N P A C I T A N T A H U N 2008 N O M O R 8

Gambar

Foto copi nomor wajib pajak pemohon;

Referensi

Dokumen terkait

Yang menyanyi jelas dara berbaju putih itu!” ujar Jumpadi lalu kembali bergerak ke arah gadis yang duduk di atas batu, tidak menmperdulikan ucapan Gandring yang mengatakan

Telah dilakukan penelitian Pola Parameter Klimatologi Di Perairan Pantai Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan tujuan mengetahui pola yang dihasilkan oleh curah

Sebelum kami meninggalkan kamp itu, kem- bali pria itu menghampiri, kemudian berbisik, “Bad Baadi, Bad Baadi, ( selamatkan Somalia, selamatkan Somalia ),” saya hanya berlirih

Tegangan berbalik terjadi bila suatu elemen tertentu pada bagian suatu struktur pembawa beban menerima tingkat tegangan tarik tertentu yang diikuti oleh tegangan tekan dalam

Dengan militansi yang tinggi, Anda juga tidak perlu merasa kecewa jika tulisan Anda ditolak, tapi mestinya akan terus memacu Anda untuk menulis lebih baik lagi.. Anda

(2) Dalam hal diperlukan, penyusunan kebutuhan Jabatan Fungsional Metrolog sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan berdasarkan kecenderungan bertambah

Puskesmas juga merupakan unit pelaksanateknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah

Cuci bersih dan rebus sambiloto kering 10 gram, rimpang temulawak kering 10 gram, komfrey 5 – 10 gram, dan buah lada 1 gram dengan 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas, diminum 3