4 A. Darah
1. Pengertian umum darah
Darah merupakan medium transport tubuh. Volume darah manusia sekitar 7 % - 10 % dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008). Fungsi darah di dalam tubuh manusia adalah sebagai alat pengangkut air, pengangkut oksigen dan membawa sari makanan untuk disebarkan keseluruh tubuh (D’Hiru, 2013).
2. Komponen darah
Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah dan butir – butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen – komponen sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (Bakta, 2006).
Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan
trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006).
B. Eritrosit
1. Definisi umum eritrosit
Eritrosit merupakan sel yang terbanyak dalam darah perifer. Jumlah pada orang dewasa normal berkisar antara 4-6 juta sel/ul. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron yang memberi gambaran seperti cincin pada sediaan hapus darah tepi (Kosasih, Kosasih,2008).
Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung zat yang disebut hemoglobin. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel atau pembentukan protein (Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008).
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen dari paru ke jaringan dan membantu pembuangan karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan tubuh (Sofro, 2012). Eritrosit mempunyai kemampuan khusus untuk melakukan fungsi ini karena kandungan hemoglobinnya tinggi. apabila tidak ada hemoglobin kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan tentunya ini tidak mencukupi metabolisme tubuh. Fungsi penting hemoglobin adalah mengikat dengan mudah dan reverbel, akibatnya oksigen yang langsung terikat dalam paru diangkut sebagai
oksihemoglobin dalam darah arterial, dan langsung terurai dari hemoglobin dalam jaringan (Muttaqin, 2009).
2. Komponen eritrosit a. Membran eritrosit.
Membran eritrosit terdiri dari protein (50%), lipid (40%) dan karbohidrat (10%), lipid yang terdiri dari 2 lapis (bilayer) menjamin
kontinuitas membran eritrosit. Lipid pada eritrosit terdiri dari kolesterol dan phospolipid dalam proporsi yang sama (Soemantri, Setiati, 2009).
b. Sistem enzim : Enzim G6PD (glucose 6-phosphatedehydrogenase).
c. Hemoglobin, komponennya terdiri atas : heme yang merupakan gabungan protoporfiri dengan besi, globin merupakan bagian protein yang terdiri atas rantai alfa dan rantai beta.
Molekul hemoglobin terdapat sekitar 300 molekul dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan hidrogen serta membawanya ke paru tempat zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin (Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008).
3. Produksi eritrosit (eritropoesis)
Empat puluh lima sampai enam puluh persen darah terdiri atas sel-sel darah terutama eritrosit. Lekosit dan trombosit walaupun secara fungsional sangat esensial, hanya merupakan sebagian kecil saja dari darah secara keseluruhan (Hoffbrand, 2006). Proses eritropoiesis pada orang dewasa terutama terjadi di dalam sumsum tulang. Sistem eritrosit menempati 20% -30% bagian dalam sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah (Handayani, Wiwik, Haribowo, 2008).
Eritrosit yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah pronormoblas yang pada pewarnaan Romanowsky merupakan sel besar dengan sitoplasma biru tua, nukleus ditengah dengan nukleoli dan kromatin yang sedikit mengelompok. Pronormoblas berkembang menjadi normoblas basofil yang mulai mensintesis hemoglobin yang selanjutnya menjadi normoblas polikromatoid. Inti sel selanjutnya menyusut sedang hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblas asidofil. Sitoplasma pada normoblas asidofil telah berisi dengan hemoglobin, inti menjadi sangat kecil dan dibuang, kemudian retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit (Sacher dan Mcpherson, 2004). Produksi eritrosit normal pada sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin B6), kobal, asam amino, dan tembaga (Handayani, Haribowo, 2008).
Gambar 1: eritropoiesis
Eritrosit dideskripsikan secara klinis menurut ukuran dan jumlah hemoglobin di dalam sel. Akhiran “sitik” menggambarkan ukuran dan akhiran. Kromik menggambarkan konsentrasi hemoglobin dalam sel (Cowrin, 2009).
Secara garis besar dapat disimpulkann bahwa perubahan morfologi sel selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokan kedalam 3 kelompok, yaitu sebagai berikut,
a. Ukuran sel semakin mengecil akibat mengecilnya inti sel.
b. Inti sel menjadi semakin padat dan akhirnya akan dikeluarkan pada tingkatan eritroblas asidosis.
c. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti hilangnya RNA (ribonucleic acid) dari dalam sitoplasma sel (Handayani, Haribowo, 2008).
4. Lama hidup eritrosit
Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata – rata selama 120 hari. Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan (senescence) kemudian dikeluarkan melalui sirkulasi oleh sistem RES (retikulo endothelial sitema). Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (120 hari) maka proses ini disebut sebagai hemolisis (Bakta, 2006).
5. Faktor gangguan eritrosit
Jumlah normal eritrosit pada orang dewasa kira – kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Jumlah eritrosit yang lebih tinggi dari nilai normal berarti mengindikasikan adanya penyakit jantung congenital, penyakit jantung – paru, dehidrasi penyakit ginjal dengan produksi erithropoietin yang tinggi dan fibrosis paru pada jumlah eritrosit yang lebih rendah dari normalnya mengindikasikan adanya penyakit anemia, perdarahan, kegagalan/kerusakan sumsum tulang, leukemia, kurang gizi (besi, folat, vitamin B-12, vitamin B-60, hemolisis, kekurangan erythropoietin, hemolisis dari reaksi transfuse, multiple myeloma (Fawcett, 2002).
Bentuk sel darah dalam keadaan normal dapat berubah-ubah, sifat ini memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel darah merah sulit berubah bentuknya (kaku), maka sel tersebut tidak dapat bertahan selama peredarannya dalam sirkulasi (Handayani, Haribowo, 2008).
6. Destruksi eritrosit
Proses destruksi eritrosit yang terjadi karena proses penuaan disebut proses senescence, sedangkan destruksi patologik disebut hemolisis. Hemolisis dapat terjadi intravaskuler, dapat juga ekstravaskuler, terutama pada sistem RES, yaitu limfa dan hati. (Bakta, 2006)
C. Donor Darah
1. Definisi donor darah
Donor darah adalah seseorang yang menyumbangkan darahnya untuk orang lain yang membutuhkan, dimana jumlah darah yang diambil sekitar 450 ml untuk donor standar. Bagi pendonor yang berat badannya kurang dari 50 kg hanya boleh mendonorkan darahnya sesuai berat badannya (Handayani, Haribowo, 2008).
2. Komplikasi donor darah
a. Perdarahan hebat pada tempat tusukan vena donor akibat kelainan perdarahan pada donor, atau akibat kesalahan teknis seperti tekanan tornikuet yang terlalu tinggi.
b. Pingsan, biasanya keadaan ini sering terjadi dan ada hubungannya dengan faktor emosi serta akibat hilangnya volume darah maka dapat terjadi hipotensi dan pingsan (donor yang tampak pucat atau mengeluh akan pingsan maka harus segera baringkan atau duduk dengan kepala lebih rendah dari lutut). Perawat harus mengawasi donor ini kurang lebih selama 30 menit.
c. Nyeri dada, dapat terjadi pada klien yang tidak diduga menderita penyakit arteri coroner.
d. Kejang, dapat terjadi pada klien dengan epilepsi (Komandoko, 2013) 3. Respon hematopoiesis terhadap donor
Saat donor darah, jika ada pendonor yang pingsan kemungkinan ada hubungannya dengan faktor emosi serta akibat hilangnya volume darah (komandoko, 2013). Timbulnya simtomatologi sekunder hipovolumia dan hipoksemi sehingga timbul mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaphoresis (keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat. Peningkatan curah jantung dan pernafasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (Degruchy, 1978).
Seseorang yang telah melakukan donor darah, darah dalam tubuh pendonor berkurang sesaat setelah mendonorkan darah, yakni berkurang antara 250 hingga 500 cc. Jumlah sel darah menjadi berkurang yang akan langsung ditanggapi sumsum tulang belakang dengan memproduksi sejumlah sel darah untuk mengganti sel yang berkurang itu (Sacher, Mcpherson,2004).
pengaruh donor darah terhadap sel darah merah (eritrosit) sebagai berikut : a. Seseorang yang medonorkan darahnya maka jumlah darah dalam tubuh
akan berkurang, seiring berkurangnya jumlah darah maka jumlah sel darah merah juga ikut berkurang (Komandoko, 2013). Jumlah eritrosit yang
berkurang karena mendonorkan darahnya akan merespon ke sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel normal yang baru dengan bantuan kapasitas eritropoietin untuk mempercepat produksi sel darah merah. Proses eritropoiesis ini memerlukan zat-zat gizi dan mineral (terutama besi, asam, folat, dan vitamin B12) apabila sumsum tulang mampu merspon, produksi sel darah merah akan menigkat. terbentuknya sel yang normal membutuhkan waktu 1 hingga 2 hari dalam bentuk retikulosit dan rata-rata selama 120 hari beredar dalam bentuk matang eritrosit (Sacher, dan Mcpherson, 2004).
4. Manfaat donor darah
Kegiatan donor darah yang digalangkan oleh PMI memiliki maanfaat bagi kesehatan terhadap seorang responden yang mengikuti kegiatan tersebut, namun banyak orang yang belum mengetahui manfaat dari kegiatan donor darah tersebut, yang diantaranya yaitu:
a. Seorang pendonor dapat mengetahui golongan darah meski banyak orang yang telah mengetahui golongan darahnya, namun tidak tertutup kemungkinan bagi calon pendonor yang belum mengetahuinya .
b. Mendeteksi diri dari berbagai penyakit serius karena sebelum melakukan pendonoran, calon pendonor mendapatkan pemeriksaan ketat yang ditetapkan petugas media yang menangani kegiatan donor darah tersebut. pemeriksaan itu berhubungan dengan berbagai jenis penyakit, semisal HIV yang dapat menyebabkan AIDS, penyakit hepatitis B, hepatitis C, sipilis, dan malaria. Mendapatkan pemeriksaan secara teratur tanpa
dipungut biaya. Setiap kali akan mendonorkan darahnya, calon pendonor akan di periksa kesehatannya terlebih dahulu.
c. Menurunkan resiko penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah lainnya). Berdasarkan hasil penelitian, pada pendonor terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tekanan darah, gula darah, denyut jantung, dan perbaikan rasio lemak jahat ( LDL / low density lipoprotein ) dan lemak baik ( HDL / high density lipoprotein ) yang merupakan pembuat risiko kardiovaskular.
d. Menjadikan salah satu cara jitu untuk menurunkan berat tubuh bagi pendonor yang mendonorkan darahnya sebanyak 450 cc setara baginya dengan membakar kalori sebanyak 650 kalori. Menambah nafsu makan, mendapatkan kesehatan psikologis, satu langkah untuk kelanjutan hidup orang lain (Komandoko, 2013).
e. Meningkatkan produksi eritrosit (sel darah merah). Jumlah darah dalam tubuh ketika mendonorkan darah tersebut maka sel darah merah (eritrosit) di dalam tubuh akan berkurang. Mengatasi kekurangan tersebut maka sumsum tulang merah pipih, seperti pada tulang dada, tulang selangka dan di dalam ruas-ruas tulang belakang akan segera membentuk sel darah merah (eritrosit) yang baru.
D. Kerangka teori
E. Kerangka konsep
F. Hipotesis
Ada perbedaan jumlah eritrosit sebelum dan sesudah donor darah . sebelum dan sesudah donor
darah
Jumlah eritrosit sebelum dan sesudah donor darah
Anemia perdarahan Hematopoiesis Kerusakan Sumsum Tulang Kekurangan eritropoietin Jumlah Eritrosit