• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2013) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Oleh karena itu dalam artikel website www.kemenkeu.go.id tanggal 31 Desember 2013 memberitakan bahwa pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menyusun langkah untuk optimalisasi penerimaan pajak, salah satunya program kerja penguatan penegakan hukum bagi penghindar pajak, yaitu untuk memberikan rasa keadilan, maka bagi wajib pajak yang tidak menjalani kewajiban perpajakannya dengan benar akan dilakukan penegakan hukum mulai dari pemeriksaan, penyidikan dan penagihan serta penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberikan kepastian hukum dan perlakuan yang adil dan wajar.

Dalam artikel website www.setkab.go.id tanggal 05 Januari 2015 memberitakan bahwa Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengemukakan realisasi pendapatan negara tahun 2014 mecapai Rp. 1.537,2 triliun dan realisasi belanja negara tahun 2014 sebesar Rp. 1.764,6. Pendapatan negara dari perpajakan pada tahun 2014 mencapai Rp 1.143,3

(2)

triliun atau 64,79% dari jumlah realisasi belanja negara tahun 2014, sedangkan jumlah realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yaitu Rp 390,7 triliun atau 22,14% dari jumlah realisasi belanja negara tahun 2014. Sebagian besar pendapatan negara yaitu dari pajak, seperti yang terlihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 1.1

Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2013 - 2015

Sumber : rapbn website www.kemenkeu.go.id

Berdasarkan diagram diatas penerimaan negara di sektor pajak khususnya ditargetkan selalu meningkat. Namun demikian, usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor pajak bukan tanpa kendala. Salah satu kendala dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak (Tax

Avoidance), bahkan tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran

pajak, Judi dan Setiyono (2012).

324.30 324.30 252.40 885.00 1,031.70 1,235.80 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00 2013 2014 2015 Tri lli u n R u p iah Tahun PAJAK PNBP

(3)

Dalam artikel website www.pajak.go.id tanggal 12 Agustus 2014, Tax

Avoidance (Penghindaran Pajak) adalah “Penataan transaksi untuk

memperoleh keuntungan pajak, manfaat, atau pengurangan dengan cara yang sesuai dengan hukum pajak”. Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang, sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang, Mardiasmo (2013). Meskipun

tax avoidance dilakukan dengan cara-cara yang legal namun tetap merugikan

negara karena mengurangi pendapatan negara.

Salah satu fenomena kasus penghindaran pajak di Indonesia yaitu, dugaan kasus penghindaran pajak yang dimuat dalam berita online (www.detik.com) pada tanggal 11 September 2013 memberitakan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara (Kakanwil Ditjen Pajak Sumut) I Medan Harta Indra Tarigan mengungkapkan, Ditjen Pajak menemukan tujuh modus yang dilakukan para pengembang properti menghindari pajak. Dalam artikel website www.pajak.go.id tanggal 12 Agustus 2014 oleh Ibnu Wijaya memberitakan terkait dengan penghindaran pajak tidak dapat dilepaskan dari suatu pandangan bahwa karena tidak ada hukum yang dilanggar, penghindaran pajak seharusnya tidak dilarang. Setiap orang memiliki kebebasan mengatur urusannya masing-masing sebagaimana dia kehendaki, dan selama tidak ada peraturan yang dilanggar maka otoritas pajak tidak dapat melakukan intervensi.

(4)

Pendapat ini pertama kali disuarakan dalam putusan pengadilan tertinggi di Inggris dalam kasus yang sangat terkenal yang disebut The Duke of

Westminster Case (IRC v Duke of Westminster, 1936). Kasus tersebut terkait

suatu kesepakatan antara The Duke of Westminster dengan tukang kebunnya untuk merubah pembayaran gaji tukang kebunnya tersebut menjadi pembayaran anuitas sebagai balas atas jasa-jasa yang telah dilakukan oleh tukang kebunnya dimasa lalu. Dalam peraturan perpajakan inggris pada saat itu, pembayaran anuitas tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajaknya Duke of Westminster, sedangkan pembayaran gaji merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan. Komisaris pajak melakukan koreksi atas pembayaran tersebut, dengan menyatakan bahwa pembayaran anuitas tersebut secara substansi merupakan pembayaran gaji, sehingga tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. Kasus tersebut berakhir dipengadilan, dimana hakim menolak koreksi yang dilakukan oleh komisaris pajak.

Penghindaran pajak sering dikaitkan dengan perencanaan pajak (tax

planning), dimana keduanya sama-sama menggunakan cara yang legal untuk

mengurangi atau bahkan menghilangkan kewajiban pajak. Batas antara penghindaran pajak seringkali tidak jelas. Meskipun secara literal tidak ada hukum yang dilanggar, semua pihak sepakat bahwa penghindaran pajak merupakan sesuatu yang secara praktik tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak secara langsung berdampak pada tergerusnya basis pajak, yang mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak yang dibutuhkan negara, (www.pajak.go.id).

(5)

Begitu marak praktik penghindaran pajak, tidak hanya di Indonesia tetapi diseluruh dunia pun terjadi hal yang serupa. Hal ini dikarenakan bagi perusahaan, pajak merupakan beban bagi perusahaan yang akan mengurangi laba bersih, Erly (2011). Jika keuntungan yang diperoleh perusahaan besar secara otomatis pajak penghasilan yang dibayarkan ke kas negara juga besar. Sedangkan menurut Krisnata dan Supramono (2012) bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai beban yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Hal itu menyebabkan perusahaan mencari cara untuk mengurangi beban pajak. Upaya minimalisasi beban pajak terutang ini sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning), Erly (2011). Tax Avoidance merupakan salah satu strategi tax planning. Selain melakukan tax avoidance dengan menggunakan celah undang-undang perpajakan (loopholes), perusahaan dapat memperkecil pajak dengan memanfaatkan biaya yang dapat dikurangi (deductible expense). Prinsip deductible expenses merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam perencanaan pajak, yang pada umumnya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan dikaitkan dengan penghindaran pajak (tax avoidance), diantaranya memfokuskan pada tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan, Kusumawati dalam Rinaldi dan Charoline (2015). Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax avoidance karena mampu mengatur

(6)

pendapatan dan pembayaran pajaknya, I Gusti dan Ketut (2014). Dan ada pula yang mengasumsikan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk mempromosikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan, Chen, et. al., dalam Tommy dan Maria (2013). Profitabilitas perusahaan dengan penghindaran pajak akan memiliki hubungan yang positif dan apabila perusahaan ingin melakukan penghindaran pajak maka harus semakin efisien sehingga tidak perlu membayar pajak dalam jumlah besar, Theresa (2012). Metode pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

Return On Asset (ROA).

Kondisi keuangan berikutnya yang diprediksi mempengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance) adalah leverage. Menurut Made (2011),

leverage adalah rasio yang mengukur berapa besar penggunaan utang dalam

pembelanjaan perusahaan. Kaitannya dengan pajak yaitu jika perusahaan memiliki kewajiban pajak tinggi maka perusahaan akan memiliki utang yang tinggi pula. Oleh sebab itu perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak.

Namun ada pula yang berasumsi bahwa semakin tinggi nilai dari rasio

leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga

yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR perusahaan akan semakin rendah (Richardson

(7)

dan Lanis) dalam Tommy dan Maria (2013) dan Laila (2015). Metode pengukuran leverage dalam penelitian ini yaitu dengan total debt to equity

ratio (DER).

Dan yang terakhir peneliti menganalisis keterkaitan antara ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. Secara umum ukuran perusahaan

(organization size) dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau

kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, penjualan, kapitalisasi pasar dan lain-lain Hasibuan dalam Theresa, (2012). Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki total aset sedikit atau rendah. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil, Indriani dalam Rachmawati dan Triatmoko dalam Tommy dan Maria (2013).

Adapun yang mengemukakan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory), Siegfried dalam Richardson dan Lanis dalam Tommy dan Maria, (2013). Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa

(8)

kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan regulator –

political cost theory, Watts dan Zimmerman dalam Tommy dan Maria,

(2013). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi log total aset.

Berdasarkan penelitian tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh satu sama lain. Selain itu juga terdapat perbedaan hasil kesimpulan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk itu peneliti ingin mencoba menguji kembali pengaruh tiap-tiap variabel independen terkait terhadap penghindaran pajak (tax

avoidance).

Penelitian yang mendasari penelitian ini adalah penelitian Tommy Kurniasih dan Maria M. Ratna Sari (2013) yang menggunakan lima variabel independen yaitu return on assets, leverage, corporate governance, ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian fiskal terhadap tax avoidance. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pengurangan dua variabel independen yaitu corporate governance dan kompensasi kerugian fiskal. Peneliti mengambil sampel dari perusahaan Property dan Real Estate karena seperti yang diketahui bahwa tingkat bisnis Property dan Real Estate saat ini sedang meningkat, sehingga peneliti tertarik untuk menguji pengaruh variabel – variabel independen diatas terhadap tax avoidance pada perusahaan

property dan Property dan Real Estate. Berdasarkan fenomena yang ada,

maka penulis terdorong untuk melakukan pengujian kembali untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel terkait mempengaruhi

(9)

penghindaran pajak (tax avoidance). Dengan mengembangkan penelitian terdahulu, untuk itu peneliti melakukan penelitian ini dengan judul

“Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance” (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance ? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance ?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal hal sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance. b. Untuk menganalisis pengaruh tingkat leverage terhadap tax

avoidance.

c. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax

(10)

2. Kontribusi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, adapun kontribusi penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak agar dapat lebih memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi penghindaran pajak. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki sistem yang masih lemah yang dapat merugikan negara.

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi sebagai referensi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.

Referensi

Dokumen terkait

"Soil nailing" tidak efisien jika digunakan untuk galian yang tidak dalam karena dengan pertimbangan penggalian dan pelaksanannya akan lebih efisien jika

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah membuktikan dan meneliti bagaimana Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing

Untuk membuka file powerpoint yang ada atau yang pernah kita buat sebelumnya, bisa dilakukan dengan langkah cara Klik menu File -> Open (bisa dengan

Untuk mengevaluasi tekanan tanah aktif dan tahanan tanah pasif, ditinjau kondisi keseimbangan batas pada suatu elemen di dalam tanah, dengan kondisi permukaan yang horisontal

Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa” adalah keadaan yang berada di luar kendali Pelapor LLD dan Pelapor KPPK dan secara nyata menyebabkan Pelapor LLD dan Pelapor KPPK tidak

3) lelang aset milik bank dalam likuidasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Pejabat Lelang Kelas

Dari hasil penelitian ini menunjukkan peran perempuan hampir sama dengan laki-laki, dan bisa menunjukkan bahwa perempuan tidak berani protes adalah “salah”, pengambilan

Perbuatan yang dilarang di dalam Pasal 72 Ayat (1) di atas adalah sengaja melanggar hak cipta atas suatu ciptaan karena tanpa izin pencipta/pemegang hak