• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
312
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran mempunyai tugas menyusun dan menyampaikan laporan keuangan. Laporan Keuangan SKPD tersebut akan dikonsolidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Pelaporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan : 1) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya

ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;

2) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai;

4) menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

5) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

(2)

6) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan oleh Pemerintah Kota Pekalongan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pemerintah Kota Pekalongan sudah menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Pemerintah Kota Pekalongan mempunyai kewajiban untuk melaporkan dan menyusun laporan keuangan daerah secara sistematis dan terstruktur sebagai wujud dari pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2015 untuk kepentingan antara lain:

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen

Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu pemerintah daerah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan tingkat ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. 4. Keseimbangan antar generasi

Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Laporan keuangan Pemerintah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2015 yang disusun berdasarkan SAP Berbasis Akrual terdiri dari :

(3)

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Angaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode laporan.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.

4. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

5. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan Arus Kas (LAK) menyajikan informasi sehubungan dengan aktivitas operasional, aktivitas investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan dan aktivitas transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas pada periode tertentu.

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) berisi penjelasan naratif atas informasi kuantitatif yang bersifat moneter yang disajikan pada LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK dan LPE.

Melalui LKPD Pemerintah Kota Pekalongan, para pengguna laporan diharapkan dapat memperoleh informasi untuk menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. LKPD Pemerintah Kota Pekalongan menyajikan informasi-informasi sebagai berikut :

(4)

1. informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;

2. informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

3. informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai;

4. informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

5. informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

6. informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan

Landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut :

1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 dan 17 tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-Kota-kota Ketjil di Djawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(5)

4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

8) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

9) Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Pekalongan (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 10);

10) Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 11);

11) Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015.

1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan Daerah Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

(6)

Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan, landasan hukum penyusunan laporan keuangan dan sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan.

Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan Daerah dan Pencapaian Target Kinerja APBD.

Bab ini memuat informasi tentang keadaan umum Kota Pekalongan, ekonomi makro, kebijakan umum APBD Tahun Anggaran 2015, pendekatan penyusunan laporan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD.

Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan

Bab ini menjelaskan ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan serta hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

Bab IV Kebijakan Akuntansi

Bab ini memuat informasi tentang entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah, basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan daerah, dan basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan.

Bab V Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan

Bab ini memuat rincian dan penjelasan pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Bab VI Penjelasan atas Informasi Non-keuangan

Bab ini berisi penjelasan mengenai kerjasama pemerintah daerah, pencegahan dan penanggulangan bencana, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, serta penjelasan dana non-APBD.

Bab VII Penutup

(7)

BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN DAERAH DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Letak Geografis

Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Utara Pulau Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan laut dengan posisi geografis antara 6º50’42”–6º55’44” LS dan 109º37’55”–109º42’19” BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota Pekalongan membentang antara 510,00 – 518,00 km membujur dan 517,75 – 526,75 km melintang. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan mencapai  9 km, sedangkan dari Barat ke Timur mencapai  7 km. Batas-batas wilayah Kota Pekalongan secara administratif adalah :

 Sebelah Utara : Laut Jawa

 Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang  Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan

 Sebelah Timur : Kabupaten Batang

Secara administratif Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yang terbagi lagi menjadi 27 kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai 4.525 ha atau 45,25 km2 (Tabel 2.1) atau sekitar 0,14% dari luas wilayah Jawa

Tengah. Kecamatan paling luas adalah Kecamatan Pekalongan Utara sekitar 33% dari luas Kota Pekalongan (1.488 Ha) dan kecamatan paling kecil adalah Pekalongan Timur sekitar 21% dari Kota Pekalongan (952 Ha).

Tabel 2.1

Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Pekalongan Tahun 2015

Kecamatan Banyaknya Kelurahan Luas Wilayah (km2) %

Kec. Pekalongan Barat 7 10,05 22,21

Kec. Pekalongan Timur 7 9,52 21,04

Kec. Pekalongan Utara 7 14,88 32,88

Kec. Pekalongan Selatan 6 10,80 23,87

JUMLAH 27 45,25 100,00

Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2015

Luas tanah di Kota Pekalongan tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, namun apabila dilihat dari fungsi/penggunaannya maka mengalami

(8)

pergeseran. Tanah sawah luasnya setiap tahun berkurang, sebaliknya tanah kering mengalami peningkatan perluasan. Tahun 2014, luas tanah sawah adalah 1.188 Ha, berkurang sekitar 0,67% dari luas 1.196 Ha pada tahun 2013. Tanah kering seluas 3.357 Ha, ada penambahan sekitar 0,83% dari luas 3.329 Ha pada tahun 2014.

Selama tahun 2014, jumlah hari hujan sebanyak 127 hari dengan curah hujan 3.461 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari 2014 sebanyak 23 hari dengan curah hujan 1.351 mm.

2.1.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2014 adalah 293.704 jiwa, terdiri dari 146.863 laki-laki (50,00 %) dan 146.841 perempuan (50,00 %). Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan cenderung meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Jumlah penduduk di Kota Pekalongan pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,97% dibandingkan jumlah penduduk Kota Pekalongan tahun 2013 sebesar 290.870 jiwa. Rasio ketergantungan (dependency ratio) Kota Pekalongan cukup kecil, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk usia 15-64 tahun lebih besar dari penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun keatas.

Tabel 2.2

Kepadatan Penduduk di Kota Pekalongan Tahun 2013

Kecamatan Luas Daerah

(km2)

Jumlah

Penduduk Kepadatan Penduduk Per km2

Pekalongan Barat 10,05 92.063 9.160

Pekalongan Timur 9,52 64.277 6.752

Pekalongan Selatan 10,80 58.733 5.438

Pekalongan Utara 14,88 78.631 5.284

Jumlah 45,25 293.704 6.491

Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2015

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Di Kota Pekalongan pada tahun 2014 sebagian besar pekerja di sektor industri, khususnya adalah industri batik.

Peningkatan partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan akan berpengaruh dalam peningkatan pembangunan Kota Pekalongan, yang tentunya

(9)

harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Pada tahun 2014 di Kota Pekalongan, jumlah TK sebanyak 77 sekolah, SD sebanyak 99 sekolah, SMP 27 sekolah, SMU 9 sekolah dan SMK 13 sekolah. Banyaknya murid TK adalah 2.589 laki-laki dan 2.562 perempuan. Murid SD sebanyak 17.059 laki-laki, dan 15.610 perempuan. Murid SMP sebanyak 8.098 laki-laki dan 8.426 perempuan. Murid SMA sebanyak 3.157 laki-laki dan 4.363 perempuan, dan murid SMK sebanyak 3.633 laki-laki dan 3.551 perempuan.

Peningkatan sarana kesehatan juga sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain pemerintah, peran swasta dalam menunjang sarana kesehatan juga sangat penting. Sarana kesehatan yang disediakan Pemerintah Kota Pekalongan adalah puskesmas. Jumlah puskesmas di Kota Pekaongan pada tahun 2014 sebanyak 14 buah, puskesmas pebantu 27 buah dan puskesmas keliling sebanyak 14 buah.

2.1.4 Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan hasil Pemilihan Kepala Daerah bulan Juni 2010, Pemerintah Kota Pekalongan dipimpin oleh :

 Walikota : dr. H. Mohamad Basyir Ahmad

 Wakil Walikota : H. A. Alf Arslan Djunaid, SE.

 Sekretaris Daerah : Drs. Dwi Arie Putranto, M.Si.

Pada tahun 2015, pada Pemerintah Kota Pekalongan terjadi penggabungan kelurahan, dimana pada tahun 2014 terdapat 47 kelurahan sedangkan pada tahun 2015 menjadi 27 Kelurahan seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penggabungan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan dan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 39 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penggabungan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan. Sehingga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah (2 Asisten dan 7 Bagian); b. Sekretariat DPRD;

c. Staf Ahli;

(10)

1) Inspektorat;

2) Badan Perencanaan Pembangunan;

3) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana;

4) Badan Kepegawaian Daerah; 5) Badan Lingkungan Hidup;

6) Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; 7) Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; 8) Kantor Ketahanan Pangan;

9) Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi; 10) RSUD;

e. Dinas Daerah, yang terdiri dari :

1) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; 2) Dinas Kesehatan;

3) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 4) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5) Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan; 6) Dinas Komunikasi dan Informatika;

7) Dinas Pekerjaan Umum;

8) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

9) Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan;

10) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. f. Kecamatan, terdiri dari :

1) Kecamatan Pekalongan Barat; 2) Kecamatan Pekalongan Timur; 3) Kecamatan Pekalongan Utara; 4) Kecamatan Pekalongan Selatan. g. Kelurahan terdiri dari :

1) Kelurahan Sapuro Kebulen; 2) Kelurahan Bendan Kergon; 3) Kelurahan Pasirkratonkramat; 4) Kelurahan Pringrejo;

5) Kelurahan Medono; 6) Kelurahan Podosugih;

(11)

7) Kelurahan Tirto. 8) Kelurahan Noyontaansari; 9) Kelurahan Kauman; 10) Kelurahan Setono; 11) Kelurahan KaliBaros; 12) Kelurahan Poncol; 13) Kelurahan Klego; 14) Kelurahan Gamer; 15) Kelurahan Krapyak;

16) Kelurahan Pedukuhan Kraton; 17) Kelurahan Kandang Panjang; 18) Kelurahan Panjang Wetan; 19) Kelurahan Degayu;

20) Kelurahan Bandengan; 21) Kelurahan Panjang Baru; 22) Kelurahan Buaran Kradenan; 23) Kelurahan Kuripan Kertoharjo; 24) Kelurahan Yosorejo;

25) Kelurahan Soko Duwet; 26) Kelurahan Banyurip; 27) Kelurahan Jenggot.

h. Lembaga lain, yang terdiri dari : 1) Satpol PP;

2) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu; 3) Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Pada tahun 2015, Pemerintah Kota Pekalongan memiliki pegawai sebanyak 4.081 orang, yang terdiri PNS dan CPNS dengan rincian menurut golongan seperti tabel dibawah ini :

Tabel 2.3

Rekapitulasi Jumlah PNS Pemerintah Kota Pekalongan Menurut Golongan

No. Golongan Jumlah Prosentase

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2014 Tahun 2015

1 Golongan I 205 176 5,03 4,31

2 Golongan II 847 795 20,77 19,49

3 Golongan III 1.830 1.956 44,87 47,92

4 Golongan IV 1.196 1.154 29,33 28,28

Jumlah 4.078 4.081 100,00 100,00

(12)

Jika dilihat dari tingkat pendidikan PNS/CPNS pada Pemerintah Kota Pekalongan, maka komposisi yang terbanyak adalah tingkat pendidikan S-1 yaitu sejumlah 1.871 orang dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan Diploma 1 sebanyak 25 orang, seperti yang tersaji pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.4

Rekapitulasi Jumlah PNS Pemerintah Kota Pekalongan Menurut Golongan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2014 Tahun 2015

1 SD 153 152 3.75 3,72 2 SLTP 178 178 4,36 4,36 3 SLTA 933 907 22,88 22,22 4 DIPLOMA I 26 25 0,64 0,61 5 DIPLOMA II 354 317 8,68 7,77 6 DIPLOMA III 462 460 11,33 11,27 7 DIPLOMA IV 26 29 0,64 0,71 8 S-1 1.810 1.871 44,38 45,85 9 S-2 136 142 3,33 3,48 10 S-3 - - - - Jumlah 4.078 4.81 100,00 100,00

Sumber : Data Kepegawaian per 31 Desember 2015

Sedangkan jumlah PNS/CPNS yang berlatar belakang pendidikan akuntansi pada tahun 2015, sebanyak 106 orang, yang dapat disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.5

Rekapitulasi PNS/CPNS Pemerintah Kota Pekalongan yang Berlatar Belakang Pendidikan Akuntansi

SLTA D1 D3 S1 S2 1 Eselon II - - - -2 Eselon III - - - -3 Eselon IV - - 2 8 1 11 4 Staf 24 - 47 23 1 95 24 - 49 31 2 106 Tingkat Pendidikan Jumlah No Tingkat Eselon Jumlah

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekalongan, 2015.

Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan yang terbanyak dari eselon IV.A yaitu sejumlah 305 (tiga ratus lima) orang atau 52,59%. Rincian jumlah pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan sampai dengan Desember 2015 tersaji pada Tabel dibawah ini. Sedangkan distribusi PNS/ CPNS per SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan sampai dengan bulan Desember 2015 disajikan pada Tabel dibawah ini.

(13)

Tabel 2.6

Rekapitulasi Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan Dilihat dari Tingkat Eselon Tahun 2014 s/d 2015

No Tingkat Eselon Jumlah Prosentase (%) 2014 2015 2014 2015 1 II.A 1 1 0,16 0,17 2 II.B 22 21 3,54 3,62 3 III.A 39 42 6,27 7,24 4 III.B 63 62 10,13 10,69 5 IV.A 302 305 48,55 52,59 6 IV.B 195 149 31,35 25,69 7 V.A - - - - Jumlah 622 580 100,00 100,00 Tabel 2.7

Rekapitulasi Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan Dilihat dari Tingkat Eselon Tahun 2014 s/d 2015

No Tingkat Eselon Jumlah Prosentase (%) 2014 2015 2014 2015 1 II.A 1 1 0,16 0,17 2 II.B 22 21 3,54 3,62 3 III.A 39 42 6,27 7,24 4 III.B 63 62 10,13 10,69 5 IV.A 302 305 48,55 52,59 6 IV.B 195 149 31,35 25,69 7 V.A - - - - Jumlah 622 580 100,00 100,00

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekalongan, 2015

2.2 Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 dipekirakan 5,8% - 6,3% (yoy), dengan kecenderungan bias kebawah. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 2014. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 pada kisaran 5,1-5,5%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 yang masih diatas pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh masih kuatnya konsumsi dan investasi yang tumbuh meningkat. Nilai ekspor juga diperkirakan membaik yang dibarengi dengan peningkatan impor yang lebih tajam.

Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan juga tidak jauh berbeda dengan kondisi ekonomi secara nasional maupun regional. Sektor-sektor yang memberikan sumbangan besar terhadap PDRB Kota Pekalongan mengalami

(14)

pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan Tahun 2012 sebesar 5,60%. Pertumbuhan ini sedikit menguat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,45% sedang pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan sebesar 5,51%.

Perkembangan ekonomi Kota Pekalongan dari tahun ke tahun dapat dilihat dari besarnya Indeks Perkembangan PDRB yang ditampilkan pada tabel dibawah ini. Dari tabel tersebut terlihat nilai PDRB Kota Pekalongan Tahun 2012 menurut harga berlaku sebesar Rp4,636 Triliun, menurut harga konstan sebesar Rp2,324 Triliun. Indeks Perkembangan tahun 2012 menurut harga berlaku 328,63%, artinya dari tahun 2000 sampai 2012 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan 3,28 kali. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan naik 1,64 kali.

Tabel

Produk Domestik Ragional Bruto dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Tahun 2008-2012

Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Laju Pertumbuhan

Ekonomi (%) Jutaan (Rp) Pembangunan Indeks

(%) Jutaan (Rp) Indeks Pembangunan (%) 2008 3.224.619,35 228,28 1.887.853,70 133,82 3,73 2009 3.476.699,37 246,45 1.978.085,98 140,22 4,78 2010 3.779.788,77 269,45 2.087.114,17 147,95 5,51 2011 4.191.357,50 297,11 2.200.827,78 156,01 5,45 2012 4.636.010,23 328,63 2.324.147,40 164,75 5,60

Sumber : Buku PDRB Kota Pekalongan, Tahun 2009-2013

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita. Pada tabel berikut menunjukkan bahwa PDRB per kapita Kota Pekalongan atas dasar harga berlaku maupun harga konstan menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel

PDRB Per Kapita Kota Pekalongan Tahun 2008-2012

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Perkapita (Rp) Atas Dasar Harga Konstan

2008 9.880.552,01 5.818.854,77

2009 10.392.478,72 5.956.432,41

2010 10.470.655,94 6.089.662,93

2011 12.342.865,16 6.406.961,04

2012 13..496.019,76 6.688.252,13

(15)

Untuk mencapai sasaran RKPD 2015, arah kebijakan ekonomi Kota Pekalongan Tahun 2015 ditekankan pada upaya mengembangkan dan mendayagunakan seluruh potensi yang ada untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, adapun rincian arah kebijakan ekonomi diuraikan sebagai berikut : 1. Optimalisasi kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah guna

meningkatkan daya saing daerah.

2. Penguatan keberdayaan UMKM, optimalisasi daya saing koperasi serta pengembangan kewirausahaan.

3. Optimalisasi produktivitas industri kecil, menengah dan besar untuk meningkatkan daya serap tenaga kerja.

4. Peningkatan realisasi investasi dan optimalisasi iklim usaha melalui penyederhanaan perijinan investasi.

5. Optimalisasi pelaksanaan program-program dan kegiatan prioritas yang hasilnya memberikan kemanfaatan langsung serta dapat dirasakan oleh masyarakat.

6. Optimalisasi pencapaian target sasaran pembangunan nasional maupun daerah yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

7. Penguatan dan pengembangan penguasaan iptek dan inovasi dalam mendukung perluasan ekonomi.

2.3 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2015

Kebijakan Umum APBD pada dasarnya adalah rencana tahunan yang bersifat makro, merupakan bagian dari rencana jangka panjang daerah dan rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah daerah. Kebijakan Umum APBD Kota Pekalongan Tahun 2015 merupakan implementasi tahun kelima dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pembangunan Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan 2010-2015 yang memuat visi Pemerintah Kota Pekalongan ”Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Madani Berbasis Nilai-Nilai Religiusitas”.

Berdasarkan Nota Kesepakatan antara Walikota Pekalongan dengan DPRD Kota Pekalongan Nomor 900/02753 dan Nomor 900/01114 Tanggal 8 Agustus 2014 tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2015, dan Nota Kesepakatan Nomor 900/02554 dan Nomor 900/1060 tanggal 3 Juli 2015 tentang Kebijakan Umum

(16)

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2015, disepakati hal-hal sebagai berikut :

2.3.1 Kebijakan Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyusunan APBD. Pendapatan daerah menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, sehingga potensi yang menjadi sumber-sumber pendapatan daerah harus dapat dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah.

Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi pendapatan daerah, penyuluhan atau sosialisasi pajak/retribusi daerah kepada masyarakat dan tertib administrasi pendapatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Realisasi pendapatan daerah Kota Pekalongan selama lima tahun terakhir (2009-2013) menunjukkan perkembangan yang baik pada semua komponen pendapatan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

Sebagai perbandingan realisasi pendapatan Kota Pekalongan berdasarkan sumber pendanaannya (Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah) dapat dilihat bahwa ketergantungan sumber APBD terhadap dana pusat masih cukup tinggi walaupun disisi lain perkembangan PAD Kota Pekalongan juga signifikan. Hal ini tergambar pada grafik dibawah ini.

(17)

Grafik

Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009-2013

Penentuan kebijakan perencanaan pendapatan daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah;

b. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil;

c. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Perencanaan pendapatan daerah bersumber dari : 1) Pendapatan Asli Daerah

a) Hasil Pajak Daerah; b) Hasil Retribusi Daerah;

c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

(18)

a) Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak; b) Dana Alokasi Umum;

c) Dana Alokasi Khusus.

3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah a) Pendapatan Hibah;

b) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi; c) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus;

d) Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.

2.3.1.1 Target Pendapatan

Asumsi target pendapatan daerah tahun anggaran 2015 memperhatikan potensi dan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi serta mempertimbangkan perkembangan dan capaian realisasi pendapatan pada tahun-tahun sebelumnya. Pendapatan daerah Kota Pekalongan pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp831,543 M atau naik 8,55% dibanding target rancangan perubahan APBD Tahun 2014. Pendapatan tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Perencanaan target penerimaan PAD Tahun 2015 diproyeksikan dengan mempertimbangkan target pada Rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 dan Realisasi Tahun 2013. Disamping itu juga didukung dengan perkembangan potensi pendapatan yang ada dan regulasi di bidang pajak dan retribusi daerah.

Realisasi PAD pada Tahun 2013 mencapai Rp. 114,25 M dan target pada Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp. 104,20 M, pada rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 mencapai Rp. 115,23 M atau naik 0,86% dari realisasi tahun 2013. Asumsi perhitungan pada Tahun Anggaran 2015, PAD ditargetkan dapat naik sekitar 2% dibanding target Rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014. Kenaikan ini diperoleh dari kenaikan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah dan penurunan pada pos pendapatan pajak dan retribusi daerah. Kenaikan secara signifikan ada pada pos laba atas penyertaan modal pada Perusda/BUMD (BPR Bank Pekalongan dan PDAM) serta

(19)

pendapatan BLUD RSUD Bendan dan BLUD Puskesmas. Sedangkan penurunan ada pada pos pendapatan pajak, karena pada pajak BPHTB mengalami penurunan dikarenakan volume transaksi jual beli diproyeksikan menurun. Sedangkan pada pos retribusi daerah juga mengalami penurunan, walaupun ada obyek baru (Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing) tapi belum bisa mendongkrak kenaikan pendapatan.

Asumsi penetapan target pendapatan sebagaimana diatas dengan memperhatikan ketentuan dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015. Penetapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilaksanakan dengan menggunakan ketentuan Peraturan Daerah yang baru sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Asumsi peningkatan PAD juga disebabkan oleh adanya peraturan daerah yang baru yang telah mengakomodir ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan kondisi obyektif di lapangan serta upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan oleh SKPD pengelola pendapatan.

2. Dana Perimbangan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi. Dana Perimbangan dialokasikan kepada daerah dalam satu kesatuan sistem transfer dana dari Pemerintah Pusat (APBN) kepada Pemerintah Daerah (APBD) serta merupakan satu kesatuan yang utuh, guna mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah (vertical imbalance) dan mengurangi kesenjangan pendanaan urusan pemerintahan antar daerah (horizontal imbalance).

(20)

a) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

Dana Bagi Hasil dialokasikan dari beberapa jenis pendapatan negara guna mendanai kebutuhan yang menjadi urusan daerah dan ditujukan untuk mengurangi ketimpangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. DBH bersumber dari penerimaan negara berupa pajak, cukai, dan penerimaan negara bukan pajak dari sumber daya alam. Pendapatan pajak yang dibagi hasilkan terdiri atas Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21), Pajak Penghasilan Pasal 25, dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh Pasal 25/29 WPOPDN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Cukai Hasil Tembakau (CHT). DBH bersumber dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, minyak bumi, gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Hasil Pajak Kota Pekalongan pada tahun 2015 diestimasikan tetap sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak dan DBH-CHT Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2014. b) Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Besaran DAU Nasional ditetapkan dalam APBN yaitu sekurang-kurangnya 26% dari PDN netto. Kebijakan PDN netto senantiasa mempertimbangkan unsur-unsur pengurang PDN dengan tetap menjaga peningkatan riil alokasi DAU setiap tahun. Kebijakan alokasi DAU ke daerah dilakukan dengan menggunakan formula yang didasarkan pada data dasar perhitungan DAU, yaitu alokasi dasar (AD) dan celah fiskal (CF). Alokasi DAU berdasarkan celah fiskal tersebut merupakan komponen ekualisasi kemampuan keuangan antar daerah, yang merupakan selisih kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal masing- masing daerah, dengan ketentuan (1) daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal; (2) daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar; (3) daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah

(21)

diperhitungkan nilai celah fiskal; (4) daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU. Besaran DAU yang didistribusikan kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam RAPBN 2014, berdasarkan pada : 1) Alokasi Dasar (AD), yang dihitung atas dasar jumlah gaji PNSD,

antara lain meliputi gaji pokok ditambah dengan tunjangan keluarga, dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian pegawai negeri sipil serta mempertimbangkan kebijakan-kebijakan terkait penggajian dan pengangkatan CPNS; dan

2) Celah fiskal (CF), yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.

Kebutuhan Fiskal tercermin dari variabel jumlah penduduk, luas wilayah (meliputi luas wilayah darat dan luas wilayah perairan/laut), indeks kemahalan konstruksi, indeks pembangunan manusia, dan PDRB per kapita. Kapasitas Fiskal diwakili oleh variabel PAD, Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dan DBH-SDA (tidak termasuk DBH-SDA Dana Reboisasi).

c) Dana Alokasi Khusus

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dalam rangka mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran nasional. Pengalokasian DAK dilakukan berdasarkan 3 (tiga) kriteria sebagai berikut :

1) Kriteria Umum, yang dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi dengan Belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah;

2) Kriteria Khusus, yang dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah;

3) Kriteria Teknis, disusun berdasarkan indikator kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK yang dirumuskan melalui indeks teknis oleh K/L terkait.

(22)

Mengacu pada APBN Tahun 2014, DAK terdiri atas 19 bidang, yaitu: (1) Prasarana Pemerintahan Daerah; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Keluarga Berencana; (5) Infrastruktur Air Minum; (6) Infrastruktur Sanitasi; (7) Infrastruktur Irigasi; (8) Infrastruktur Jalan; (9) Keselamatan Transportasi Darat; (10) Perumahan dan Kawasan Permukiman; (11) Transportasi Perdesaan; (12) Energi Perdesaan; (13) Pertanian; (14) Kelautan dan Perikanan; (15) Kehutanan; (16) Lingkungan Hidup; (17) Sarana Perdagangan; (18) Sarana Prasarana Daerah Tertinggal; serta (19) Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan. Selanjutnya dalam estimasi perolehan DAK Kota Pekalongan Tahun 2015 dalam penyusunan KUA dan PPAS 2015 diasumsikan sebesar usulan dari masing-masing SKPD teknis. Hal tersebut tentunya dengan kosekuensi bahwa dalam penyusunan APBD akan disesuaikan berdasarkan pagu definitif yang diberikan. Realisasi Dana Perimbangan pada tahun 2013 mencapai Rp. 450,21 Milyar dan tahun 2014 ditargetkan sebesar Rp. 475,58 Milyar, sedangkan pada Rancangan Perubahan APBD 2014 mencapai Rp. 475,42 Milyar atau menurun 0,03% karena menyesuaikan PMK tahun 2014. Pada tahun 2015 Dana Perimbangan diasumsikan naik sekitar 8,2% dari Rancangan Perubahan APBD 2014. Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak diasumsikan sama dengan target Perubahan APBD 2014. Dana Alokasi Umum diasumsikan naik sekitar 5% dari Rancangan Perubahan APBD 2014 dan Dana Alokasi Khusus juga diasumsikan naik signifikan sekitar 53,69% dari Rancangan Perubahan APBD 2014. Kenaikan DAK tersebut karena dalam penganggarannya diasumsikan sesuai dengan usulan pemerintah daerah, namun demikian dalam pelaksanaannya nantinya tetap mengacu pada alokasi definitif yang diberikan oleh pemerintah pusat

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian, Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Bantuan Keuangan Provinsi. 1) Hibah

Hibah ke Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan

(23)

dilakukan melalui perjanjian. Pemberian hibah kepada pemerintah daerah baik yang bersumber dari penerimaan dalam negeri, penerusan pinjaman luar negeri, dan hibah luar negeri dilakukan untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah serta diprioritaskan untuk penyelenggaraan pelayanan publik.

2) Bagi Hasil Pajak Provinsi

Target penerimaan dana Bagi Hasil Pajak Provinsi Tahun 2015 tetap menyesuaikan dengan target pada perubahan APBD tahun 2014. Penerimaan target Bagi Hasil Pajak Provinsi selanjutnya akan menyesuaikan dengan alokasi yang tercantum dalam APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

3) Dana Penyesuaian

Dana Penyesuaian ditujukan untuk mendukung program/kebijakan tertentu pemerintah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, kegiatannya sudah menjadi urusan daerah. Dalam APBD Tahun 2015, alokasi Dana Penyesuaian terdiri atas Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, yang ditargetkan sesuai dengan alokasi Perubahan APBD Tahun 2014.

4) Bantuan Keuangan Provinsi

Bantuan Keuangan Provinsi tahun 2015 diproyeksikan sesuai dengan usulan SKPD teknis Tahun 2015 yang diajukan ke Gubernur Jawa Tengah. Namun demikian pagu definitif akan disesuaikan seiring proses pembahasan APBD dalam evaluasi yang dilakukan di Provinsi Jawa Tengah.

Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada Tahun 2013 mencapai Rp. 110,9 Milyar, sedangkan target pada Perubahan APBD 2014 mencapai Rp. 160,42 Milyar atau naik signifikan 43,83%. Pada tahun 2015 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah juga diestimasikan mengalami kenaikan sekitar 14,27% dari target Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014. Hal tersebut dikarenakan bantuan keuangan Provinsi diasumsikan sesuai dengan usulan Kota Pekalongan.

2.3.1.2 Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target

Upaya-upaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan dalam mencapai target pendapatan daerah sebagaimana diproyeksikan diatas

(24)

dengan melaksanakan beberapa langkah kebijakan yang bersifat terpadu dengan melibatkan seluruh komponen dalam pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah dengan tetap tidak memberatkan pada masyarakat dan dunia usaha guna menjaga tingkat konsumsi masyarakat dan pemerintah sehingga mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

Adapun upaya-upaya yang akan dilakukan untuk pencapaian target adalah sebagai berikut :

a. Penguatan proses pemungutan melalui penyusunan Perda Pajak dan Perda Retribusi;

b. Intensifikasi dan ekstensifikasi melalui pembenahan manajemen pemungutan dengan menggunakan sistem informasi yang akurat dan akuntabel, yang mampu menyediakan data menyeluruh terhadap potensi pendapatan daerah;

c. Perbaikan administrasi pendapatan melalui penguatan Standart Operating System (SOP) pemungutan;

d. Melaksanakan penyuluhan/sosialisasi pajak/retribusi daerah sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak/retribusi daerah;

e. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengelola pendapatan;

f. Memperbaiki sistem pemungutan, pengawasan dan pemberian insentif pada petugas pemungut pendapatan daerah;

g. Meningkatkan koordinasi dengan SKPD pengelola pendapatan, Pemerintah Provinsi dan Pusat dalam rangka akurasi data;

h. Kemudahan pelayanan pembayaran.

Upaya peningkatan kinerja BUMD melalui bagi hasil deviden dilakukan melalui peningkatan penyertaan modal, peningkatan pengawasan, reformasi SDM dan peningkatan image publik terhadap kompetensi BUMD. Sedangkan untuk Lain-lain PAD yang Sah lebih diutamakan pada dua hal yaitu melalui optimalisasi pemanfaatan idle cash melalui penempatan deposito yang tepat dan peningkatan pelayanan RSUD Bendan sebagai rumah sakit pilihan utama di Kota Pekalongan dengan meningkatkan kualitas pelayanan, serta peningkatan pelayanan kesehatan melalui penerapan BLUD Puskesmas.

Untuk target dana perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, pos yang bisa dioptimalkan adalah dana bagi hasil pajak pusat dan dana bagi hasil pajak provinsi dengan ikut berperan aktif membayar pajak-pajak yang

(25)

dibagihasilkan seperti pajak penghasilan pasal 21 PNS, dan pajak kendaraan motor milik Pemerintah Kota.

Upaya-upaya peningkatan pendapatan daerah yang dilakukan Pemerintah Kota Pekalongan akan diiringi kebijakan-kebijakan sebagai berikut : a. Tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat;

b. Tidak bertentangan dengan kebijakan investasi (pro investment);

c. Menyelenggarakan pelayanan prima melalui pemanfaatan teknologi informasi yang memadai.

2.3.2 Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah

Perubahan kebijakan pendapatan pada APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2015 disesuaikan berdasarkan evaluasi realisasi pendapatan daerah sampai dengan Mei Tahun Anggaran 2015 dan Rancangan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2014.

Perubahan kebijakan pendapatan disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor ekonomi yang bersifat kondisional maupun adanya perubahan faktor regulasi. Perubahan kebijakan pada beberapa komponen pendapatan daerah diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar Rp 5,38 Milyar dari penetapan APBD Tahun Anggaran 2015. Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penyesuaian penerimaan dana dari Bantuan Keuangan APBD Provinsi Jawa Tengah. Pada APBD Penetapan 2015, alokasi pendapatan bersumber dari Bantuan Keuangan APBD Provinsi Jawa Tengah diasumsikan sama dengan usulan yang disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Namun demikian, pada saat APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 ditetapkan, besaran anggaran yang diusulkan tersebut tidak terakomodir hingga mencapai Rp. 27.311.132.000,- dari usulan sebesar Rp 49.257.425.000,- menjadi Rp. 21.946.293.000,-

Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) diasumsikan mengalami peningkatan sebesar Rp. 5.358.060.000,-. Kenaikan tersebut akan diperoleh dari Pos Pajak Daerah sebesar Rp. 1.884.600.000,-, yaitu melalui kenaikan penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagai akibat kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Kenaikan lain adalah pada pos Pajak BPHTB, yang disebabkan karena adanya transaksi yang cukup signifikan. Sedangkan kenaikan lainnya bersumber dari pos

(26)

Lain-lain PAD yang sah yang bertambah Rp. 3.471.055.000,- yang berasal dari penerimaan bunga deposito dan penerimaan lain-lain.

Pendapatan pada pos Dana Perimbangan secara akumulasi mengalami peningkatan sebesar Rp. 8.577.230.000,-. Penyesuaian kenaikan tersebut terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp. 2.504.160.000,- mengacu pada penetapan alokasi PMK (Peraturan Menteri Keuangan). Disamping itu, kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan DAK sebesar Rp 6.073.070.000,-. Kenaikan DAK disebabkan adanya penambahan alokasi pada APBN-P Tahun 2015 pada tambahan Bidang Pertanian dan Bidang Sarana Perdagangan Sub Bidang Pasar. Kebijakan alokasi tersebut seiring dengan Program Penguatan Kedaulatan Pangan dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan.

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang terdiri dari Pendapatan Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi, Dana Penyesuaian, dan Bantuan Keuangan Provinsi, secara akumulasi mengalami penurunan sebesar Rp. 16.074.319.000,-. Penurunan terbesar disebabkan oleh penyesuaian alokasi Bantuan Keuangan APBD Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 27.311.132.000,- Namun demikian, di sisi lain terdapat kenaikan pada pos Bagi Hasil Pajak Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 6.860.813.000,- terutama karena adanya peningkatan dari peningkatan Bagi Hasil Pajak Rokok sebanyak Rp. 5.854.328.000,- serta adanya hibah APBN Murni kepada Pemerintah Kota Pekalongan sebesar Rp. 4.500.000.000,- guna penguatan Sistem Penyediaan Air minum (SPAM) kepada PDAM Kota Pekalongan melalui penyertaan modal sebagai komitmen Pemerintah Pusat dalam Program Sanitasi Sehat 100-0-100 pada tahun 2019 (100 persen pelayanan air bersih tercapai, 0 persen kawasan kumuh terselesaikan dan 100 persen terpenuhinya akses sanitasi sehat).

2.3.3 Kebijakan Belanja Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

(27)

masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.

Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara, pemerintah daerah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antar kegiatan, antar program, antar sektor dan antar fungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.

2.3.3.1 Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah

Fokus kebijakan belanja Pemerintah Kota Pekalongan masih berpijak pada sektor-sektor utama dan penunjangnya, yaitu pendidikan, kesehatan, infrastruktur, inovasi daerah dan program penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan berbasis masyarakat yang mendukung prioritas pembangunan daerah sesuai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan. Selain untuk membiayai program pembangunan, belanja daerah juga diarahkan untuk membiayai belanja tidak langsung berupa pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, belanja barang dan jasa untuk operasional kegiatan pemerintahan daerah maupun kegiatan pemeliharaan rutin lainnya. Disamping itu terdapat pula jenis belanja lainnya yang bersifat bantuan keuangan, bantuan sosial maupun hibah serta belanja yang ditujukan untuk penanganan kondisi darurat dalam bentuk belanja tidak terduga.

Pada tahun 2015 diproyeksikan total belanja pada APBD Kota Pekalongan meningkat dibandingkan dengan belanja pada Perubahan APBD 2014. Total perkiraan belanja pada tahun 2015 sebesar Rp. 857.693.171.000,- dengan estimasi 50,63% untuk belanja tidak langsung dan 49,37% untuk belanja langsung. Belanja Tidak Langsung (BTL) meliputi belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan Belanja Langsung (BL) adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan 33 bidang pemerintahan dan diukur dengan capaian kerja. Kebijakan terkait dengan

(28)

perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah dalam rangka pencapaian visi dan misi, maka Pemerintah Daerah akan mengerahkan seluruh alat dan perangkat kebijakan daerah untuk mendukung tercapainya visi dan misi daerah tersebut. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun anggaran 2015 disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Kebijakan perencanaan belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun anggaran 2015 sebagai berikut:

a. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

b. Belanja pembangunan infrastruktur diprioritaskan untuk penanggulangan dan perbaikan infrastruktur akibat bencana banjir dan rob.

c. Belanja pembangunan peningkatan sarana prasarana umum dan pengelolaan kebersihan kota guna meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, bersih, aman dan nyaman.

d. Mendorong terselenggaranya pembangunan masyarakat yang terpadu dan holistik melalui Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) dan Program Akselerasi Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (PAPKSBM) yang mengintegrasikan aspek ekonomi, ekologi, sosial, budaya masyarakat serta peningkatan partsipasi aktif masyarakat dalam agenda pembangunan daerah.

e. Pengalokasian belanja untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah (Pemilihan Walikota dan Wakil walikota ) pada tahun 2015. f. Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan

PNS, serta penyediaan dana BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sesuai ketentuan yang berlaku.

g. Penganggaran guna menindaklanjuti kesepakatan kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Perguruan Tinggi serta lembaga lainnya dibidang pendidikan tinggi dan menengah, lingkungan hidup, pariwisata dan budaya, penguatan sistem inovasi daerah.

(29)

h. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dan mewujudkan visi misi Pemerintah Kota Pekalongan maka pelaksanaan percepatan pembangunan diupayakan melalui program Sistem Inovasi Daya Saing Daerah dengan memanfaatkan teknologi informasi, antara lain melalui pembangunan e-development Kota Pekalongan, pengembangan integrasi SIM perencanaan dan Keuangan, Pekalongan Broadband City, pengembangan SIM keuangan daerah berbasis akrual, Pengembangan SIM Barang Daerah (SIMBADA) dan SIM Rujukan terpadu.

i. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus bersifat inovatif yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. j. Belanja dari dana yang bersifat specific grant seperti Dana Alokasi Khusus

(DAK), Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dan Bantuan Keuangan Provinsi diproyeksikan berdasarkan usulan yang diajukan ke Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dimana peruntukan dana tersebut telah direncanakan sesuai dengan petunjuk teknis terkait dan peraturan perundangan yang berlaku dan menyediakan dana pendampingan dari APBD sesuai ketentuan.

k. Penyesuaian kebijakan penganggaran perjalanan dinas yang dipusatkan pada satu kegiatan dalam Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan maksud untuk pengendalian pemanfaatan agar lebih efektif dan efisien.

l. Penganggaran SKPD Kelurahan masih menggunakan asumsi 47 kelurahan. Apabila usulan penggabungan kelurahan telah disetujui oleh Kemendagri, maka akan dilakukan penyesuaian.

m. Belanja Tak Langsung khusus belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dianggarkan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang akan dilakukan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

n. Proyeksi penyediaan belanja tidak terduga akan dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2013 dan estimasi

(30)

kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi dan belum tertampung dalam bentuk program kegiatan pada tahun 2015.

o. Pengalihan fasilitasi sebagian anggaran pendampingan PNPM-PDPM tahun 2015 dari Belanja langsung di Bappeda ke BTL hibah program Akselerasi-PDPM.

p. Penyusunan plafon belanja program kegiatan prioritas tambahan atau “waiting list‟ yang akan dipertimbangkan sebagai usulan plafon belanja tambahan, apabila asumsi pendapatan dalam APBD mengalami peningkatan selama proses penyusunan APBD Tahun 2015.

q. Dalam rangka mewujudkan anggaran berbasis kinerja dan berkeadilan gender maka penyusunan perencanaan anggaran mengacu kepada Perencanaan Penganggaran Berbasis Gender (PPRG).

2.3.3.2 Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

a. Belanja Pegawai

Beberapa kebijakan dalam penyusunan belanja pegawai :

1) penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok sebesar 6% dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas. Dasar penghitungan menggunakan realisasi gaji bulan Juli 2014;

2) penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi tahun 2015;

3) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress sebesar 2% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan;

4) Penyediaan dana penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi PNSD yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;

(31)

5) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial;

6) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD;

7) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

8)

Penganggaran tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD sesuai dengan dana transfer ke daerah.

b. Belanja Hibah

Penganggaran belanja hibah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 dan perubahannya Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD.

Belanja hibah pada tahun 2015 diproyeksikan meningkat signifikan diantaranya peralihan alokasi anggaran untuk Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) yang semula di anggarakan pada belanja bantuan sosial ke belanja hibah dan penganggaran belanja hibah untuk KPUD dan Panwaslu untuk persiapan Kegiatan Pilkada Kota Pekalongan Tahun 2015 yang bersumber dari pencairan dana cadangan sesuai dengan yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan dana Cadangan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan Tahun 2015.

Selain pos belanja tersebut juga direncanakan belanja Hibah untuk Pemerintah Kabupaten Pekalongan sesuai dengan amanat perjanjian kerjasama pembangunan TPA Regional di Kabupaten Pekalongan. Pada pos belanja hibah termasuk didalamnya terdapat alokasi belanja bantuan operasional dan fasilitasi pembangunan untuk sekolah swasta.

(32)

c. Belanja Bantuan Sosial

Belanja bantuan sosial pada tahun 2015 diproyeksikan mengalami penurunan yang signifikan karena peralihan sebagian besar kegiatan PDPM kebelanja hibah sesuai rekomendasi BPK atas Laporan Keuangan Daerah tahun 2013. Pengalihan ini dikecualikan untuk Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) sebagaimana telah diatur dalam Permenkeu No. 168 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pendanaan urusan Bersama, Urusan Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan. Di dalam pos belanja bantuan sosial termasuk beasiswa untuk siswa tidak mampu pada sekolah swasta.

d. Belanja Bantuan Keuangan

Pada pos belanja bantuan keuangan dianggarkan bantuan keuangan kepada partai politik dimana besaran penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang bantuan keuangan kepada partai politik. Anggaran bantuan keuangan kepada partai politik tahun 2015 dialokasikan naik menyesuaian perolehan suara partai politik hasil Pemilihan Umum tahun 2014.

e. Belanja Tidak Terduga

Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2013 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, serta kepentingan penyelenggaraan pemerintah lainnya yang bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2015, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi belanja Tidak Terduga tahun 2015 dialokasikan Rp. 3,4 Milyar.

(33)

2.3.3.3 Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas pembangunan daerah yang disusun secara integrasi dengan kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah.

Pada tahun 2015 merupakan masa transisi pelaksanaan RPJMN 2010-2014, Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan Pemillu Presiden pada tahun 2014. Dengan terpilihnya presiden baru maka perlu disusun RPJMN 2014-2019, yang pada saat penyusunan RKP 2015, masih berupa draf rancangan teknokratis RPJMN 2014-2019. Dalam RKP 2015 Pemerintah masih konsisten dalam melaksanakan berbagai program pembangunan untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tema “Melanjutkan Reformasi

bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”.

Didalam pelaksanaan program-program pembangunan tetap mengedepankan empat pilar strategi yang meliputi: pembangunan yang berpihak pada pertumbuhan (pro-growth), berpihak pada lapangan pekerjaan (pro-job), berpihak pada pengurangan kemiskinan (pro-poor), serta berpihak pada pengelolaan dan atau ramah lingkungan (pro-environment). Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan bersifat inklusif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.

Sejalan dengan penetapan tema tersebut, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), juga telah menyepakati untuk melanjutkan pelaksanaan 9 prioritas nasional beserta arah kebijakan dan sasarannya. Kesembilan prioritas nasional tersebut meliputi: (1) sosial budaya dan Kehidupan beragama; (2) Ekonomi; (3) sarana dan prasarana; (4) sumber daya alam dan Lingkungan Hidup; (5) IPTEK; (6) Politik; (7) Pertahanan dan Keamanan; (8) Hukum dan Aparatur; (9) Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang.

Beberapa sasaran utama pembangunan nasional yang akan dicapai dalam tahun 2015 sesuai RKP 2015 meliputi (1) Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 - 6,3%; (2) Inflasi diharapkan dapat terkendali pada kisaran 3 - 5%; (3) Tingkat kemiskinan 9 - 10%; (4) Tingkat pengangguran 5,7 - 5,9%.

Selanjutnya, dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang dimiliki, kegiatan dari prioritas nasional akan ditekankan pada penanganan tiga isu strategis, agar upaya Pemerintah dapat dilakukan lebih fokus untuk hal-hal yang signifikan, berdampak luas, dan tuntas. Isu-isu strategis tersebut dapat

(34)

dikelompokkan dalam tiga bidang utama, yang meliputi: (1) Agenda Reformasi; (2) Agenda Percepatan Pembangunan; dan (3) Agenda pembangunan Berkeadilan.

Keberhasilan dalam pencapaian prioritas pembangunan secara nasional sangat tergantung dengan sinergitas kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsi. Sinkronisasi kebijakan diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus mendukung tercapainya sasaran utama dan prioritas pembangunan nasional sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing daerah, mengingat keberhasilan pencapaian sasaran utama dan prioritas pembangunan nasional sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsi yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Oleh karena itu, kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam RKPD 2015 selain disusun berdasarkan perubahan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, juga memperhatikan pencapaian terkini program-program pembangunan. Penetapan prioritas pembangunan daerah dalam proses penganggaran daerah harus merupakan 'titik-temu' yang dapat mempertemukan berbagai perspektif dan isu strategis, baik pada tingkat nasional, regional (provinsi), maupuan lokal (daerah), baik dalam perspektif jangka panjang, menengah maupun pendek. Program-program pembangunan yang ditetapkan sebagai program prioritas harus saling mendukung dengan satu tujuan untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat menuju masyarakat yang sejahtera. Namun demikian dengan adanya keterbatasan kemampuan keuangan daerah sebagai sumber daya pembangunan dalam pembiayaan sesuai kebutuhan pembangunan yang diharapkan, maka diperlukan penyusunan prioritas program pembangunan sesuai dengan urgenitas yang dituangkan dalam dokumen RKPD. Sejalan dengan hal tersebut maka dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2015 juga mencantumkan program kegiatan tambahan yang menjadi prioritas lanjutan apabila terjadi kenaikan kemampuan keuangan daerah.

Selanjutnya sebagai pentahapan pencapaian visi, misi dan tujuan pembangunan Kota Pekalongan sesuai dengan RPJMD Kota Pekalongan

(35)

2010-2015, maka telah ditetapkan prioritas pembangunan dalam RKPD Kota Pekalongan Tahun 2015 sebagai berikut :

1. Peningkatan ekonomi daerah yang didukung oleh penguatan Sistem Inovasi Daerah dan IPTEK;

2. Peningkatan infrastruktur dan kerjasama antar daerah; 3. Pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran;

4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan dasar; 5. Peningkatan kualitas kehidupan bersama;

6. Peningkatan kesetaraan dan keasilan gender; 7. Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup;

8. Peningkatan kualitas pelayanan publik untuk mendukung reformasi birokrasi.

Tabel

Sinkronisasi Kebijakan Prioritas Pemerintah Pusat/Provinsi/Kota Tahun 2015

No Prioritas Nasional Prioritas Provinsi Prioritas Daerah Sasaran Daerah 1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama Peningkatan Sinergitas dan Harmonisasi Program Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran Berdimensi Kewilayahan Pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran Menurunnya angka

kemiskinan pada dibawah 9 persen dan menurunnya angka pengangguran sebesar ± 5 persen Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Dasar yang makin luas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Dasar a. Menurunnya angka kematian dan angka kesakitan;

b. Menurunnya Drop Out (DO) KB dan Unmet Need serta meningkatnya peserta KB aktif; c. Meningkatnya kesempatan masyarakat mengenyam pendidikan; d. Meningkatnya kualitas pendidikan;

e. Meningkatnya budaya baca masyarakat;

f. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan air minum, sanitasi, perumahan layak huni;

Peningkatan kualitas kehidupan beragama

Meningkatnya upaya fasilitasi kehidupan beragama

Peningkatan kesetaraan dan keadilan

a. Meningkatnya pelaksanaan Anggaran Responsif Gender (ARG).

Referensi

Dokumen terkait

Efisiensi tataniga dapat diukur menggunakan beberapa indikator meliputi saluran tataniaga yang terbentuk, fungsi-fungsi tataniaga yang dijalankan, struktur dan perilaku

Prestasi sendiri memiliki makna hasil dari suatu kegiatan yang memiliki makna, kegiatan yang dilakukan dapat berupa usaha, upaya, menciptakan baik dilakukan

(1) Kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (5), masing-masing dituangkan

Hambatan yang dihadapi Kopma Unnes yaitu, kegiatan yang diselenggarakan sering tumbukan dengan kegiatan perkuliahan sehingga anggota kesulitan dalam mengatur waktu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah gelling agent semi sintetik HPMC yang optimum secara fisik dan kimia pada konsentrasi 15% menimbulkan iritasi pada kulit

Tu- juan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi berdasarkan karak- teristik responden dan menganalisis besar risiko kejadian hipertensi

akrual, menyajikan laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran”. Sehingga basis akuntansi yang

Pertanggungjawaban keuangan daerah merupakan tahapan terakhir dari proses manajemen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang tidak saja digariskan dalam