• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kota Bogor terletak diantara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 6°30’30”LS – 6°41’00”LS dengan ketinggian 190 sampai 330 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya 26°C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 ha dan dilalui oleh beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan kota, yaitu sungai Ciliwung, Cisadane, Cikapancilan, Cidepit, dan Cibalok.

Kota Bogor berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor di sebelah Selatan, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi di sebelah Timur, Kecataman Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor di sebelah Utara, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Penelitian dilakukan di Kota Bogor, lebih tepatnya di sekitar Pasar Bogor dan di rumah pemilik kuda. Pasar Bogor terletak di Jalan Oto Iskandardinata di samping pintu masuk Kebun Raya Bogor sedangkan rumah pemilik kuda menyebar di beberapa daerah di kota Bogor.

Pasar Bogor merupakan tempat yang sudah sejak lama dijadikan sebagai pusat pangkalan delman untuk mencari penumpang, baik digunakan sebagai alat pengangkutan barang, alat transportasi, maupun sarana rekreasi. Lokasi ini berdekatan dengan area pasar malam yang terletak di samping Kebun Raya Bogor, sehingga sering disebut sebagai daerah Pasar Bogor.

Letak pintu masuk Kebun Raya Bogor berada bersebelahan dengan Pasar Bogor dan baik Kebun Raya Bogor maupun Pasar Bogor terletak di tengah-tengah Kota Bogor yang tidak jauh dari gerbang pintu tol Jagorawi. Posisi strategis inilah yang membuat Pasar Bogor selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung dari dalam dan luar Kota Bogor, sehingga secara ekonomi menjadikan pula tempat pangkalan yang menguntungkan bagi kusir delman. Posisi Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

(2)

Karakteristik Kusir

Karakteristik kusir yang diamati dalam penelitian ini meliputi alamat atau domisili, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, jumlah pengeluaran keluarga, masa kerja, pekerjaan lain, lama kerja, dan wilayah yang ditelusuri. Kusir yang diamati sebanyak 17 orang atau 85% dari 20 orang yang masih aktif saat ini bekerja sebagai kusir delman. Hasil pengamatan karakteristik kusir disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Kusir Delman di Pasar Bogor

No Kriteria Rataan Simpangan Baku KK Selang (%)

1 Umur (tahun) 36,65 16,38 44,69 23-78

2 Jumlah anggota keluarga (orang) 6,59 2,71 41,12 3-14 3 Pendapatan Senin-Jumat (Rp/bulan) 183.528,- 67.160,- 36,59 40-400* 4 Pendapatan hari libur (Rp/bulan) 414.704,- 72.120,- 17,39 360-510* 5 Pengeluaran keluarga (Rp/bulan) 1.111,-* 760.665,- 70,64 600-3.000*

6 Masa kerja (tahun) 17,53 11,64 66,4 2-51

7 Lama kerja (jam/hari) 6,62 0,96 14,5 5,5-9

8 Lama kerja (hari/minggu) 5,53 1,74 41,79 3-7

9 Jarak yang ditempuh (km/hari) 27,65 3,99 14,43 20-35 Keterangan : (*) dalam ribu

KK : koefisien keragaman

Berdasarkan hasil wawancara, tempat tinggal kusir tersebar di beberapa daerah di Kota Bogor, seperti daerah Semplak, Bubulak, Bantarjati, Bantarkambing, Ciapus, Laladon, dan Pagelaran. Keseluruhan kusir (100%) di Kota Bogor berjenis kelamin laki-laki dan status kepemilikan delman merupakan milik sendiri.

Pendidikan mereka saat ini dapat digolongkan rendah, karena hampir semua kusir hanya menempuh pendidikan sampai sekolah dasar dan sedikit yang sampai sekolah menengah. Kusir yang berpendidikan antara sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP), masing-masing dengan jumlah 88,24 dan 11,76%. Data pendidikan kusir mununjukkan, bahwa tidak diperlukan pendidikan yang tinggi untuk menjadi seorang kusir delman.

(3)

Jika ditinjau dari segi umur, kusir delman rata-rata berumur 36,65 ± 16,38 tahun dengan selang antara 23-78 tahun. Umur kusir yang berada di bawah 30 tahun sebanyak 52,94%, sedangkan umur kusir di atas 30 tahun sebanyak 41,18% dimana dari persentase ini terdapat 5,88% yang berumur 78 tahun. Data umur menunjukkan, bahwa yang menjadi kusir umumnya adalah anak muda. Kusir yang berumur muda menyatakan bahwa mereka menjadi kusir dengan alasan meneruskan usaha keluarganya.

Rataan jumlah anggota keluarga kusir adalah 6,59 ± 2,71 orang dengan kisaran antara 3-14 orang termasuk kusirnya sendiri. Pekerjaan dari masing-masing anggota keluarga kusir berbeda-beda dan hanya beberapa anggota keluarga saja yang menjadi kusir delman sedangkan sisa anggota keluarga memilih pekerjaan di bidang lain dengan alasan dapat memperoleh penghasilan yang lebih baik daripada penghasilan kusir delman.

Sebanyak 88,24% kusir menyatakan bahwa pekerjaan sebagai kusir merupakan pekerjaan utama untuk menghidupi keluarga, sedangkan sisanya 11,76%, mempunyai pekerjaan lainnya seperti pembuat miniatur pesawat, petani, dan pedagang (jual beli) kuda.

Besar pendapatan tiap kusir tergantung pada jumlah hari kerja yang dilakukan oleh kusir dalam satu minggu. Pendapatan pada hari Senin-Jumat (hari kerja) umumnya lebih sedikit dibandingkan pada hari libur nasional (termasuk hari Sabtu dan Minggu). Rataan jumlah pendapatan kusir pada hari Senin-Jumat adalah Rp. 183.528,-/bulan/orang sedangkan pada hari libur sebesar Rp. 414.704,-/bulan/orang. Rendahnya pendapatan pada hari kerja dikarenakan masyarakat Kota Bogor umumnya menggunakan sarana angkutan umum (angkot dan motor) pada hari kerja dalam bermobilisasi maupun melakukan aktivitas lainnya seperti berangkat kerja atau pergi sekolah. Delman ramai digunakan pada hari libur karena delman bukan hanya digunakan sebagai sarana transportasi tetapi juga sebagai sarana rekreasi.

Jumlah pendapatan kusir dapat dikatakan hampir sama atau hampir merata pada setiap kusir. Hal ini terlihat dari antrian delman yang berjajar di pangkalan delman di daerah Pasar Bogor, jadi bila ada penumpang maka antrian paling depanlah yang lebih dahulu mengangkut penumpang dan kemudian bergantian keurutan berikutnya. Pendapatan akan sedikit berbeda (dapat lebih besar karena kusir

(4)

umumnya mencari tempat yang ramai) antara kusir yang satu dengan yang lain apabila terdapat kusir yang tidak bergabung dalam antrian tersebut atau lebih memilih tempat lain dalam menunggu penumpang.

Besarnya rataan pengeluaran setiap keluarga kusir adalah Rp. 1.111.111,- ± 760.665,- dengan selang antara Rp. 600.000,- - 3.000.000,-. Data besar pengeluaran diambil dari sembilan keluarga kusir sedangkan sisanya tidak mengetahui berapa jumlah pengeluaran keluarga mereka secara pasti. Besar pengeluaran kusir dapat dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya jumlah anggota keluarga dimana semakin banyak anggota keluarga maka pengeluaran akan semakin besar pula, yang diperlihatkan koefisien keragaman yang tinggi yaitu sebesar 70,64%. Besarnya pengeluaran setiap kusir tidak semuanya sama dikarenakan beberapa alasan, seperti masih adanya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, tidak memiliki pekerjaan selain menjadi kusir delman, dan adanya anggota keluarga yang masih bersekolah.

Jumlah pendapatan yang diperoleh kusir adalah mencapai Rp. 598.232,-/bulan/orang, yang merupakan penjumlahan antara pendapatan hari Senin-Jumat dan hari Libur selama satu bulan, sedangkan jumlah pengeluaran adalah sebesar Rp. 1.111.111,-/bulan/keluarga kusir. Dari data pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui bahwa tidak adanya keuntungan yang diperoleh kusir, tetapi data pengeluaran merupakan pengeluaran yang dihitung berdasarkan satu keluarga kusir termasuk kusir sendiri sedangkan data pendapatan merupakan pendapatan dari kusir saja. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa pendapatan yang diterima dengan hanya mengandalkan pekerjaan sebagai kusir delman saja tidaklah cukup.

Berdasarkan data yang diperoleh, rataan masa kerja sebagai kusir adalah 17,53 ± 11,64 tahun dengan selang antara 2-51 tahun. Masa kerja yang lama menunjukkan bahwa pekerjaan menjadi kusir telah dilakukan sejak lama. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa pekerjaan menjadi kusir delman dimulai setelah mereka menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Pekerjaan sebagai kusir delman diakui telah menjadi turun temurun dalam keluarga mereka karena pekerjaan ini tidak terikat waktu dan ruang sehingga dapat dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan secara tetap.

(5)

Lama kerja kusir per hari berkisar antara 5-9 jam dengan waktu kerja 3-7 hari per minggu. Lama kerja pada hari libur umumnya lebih panjang yaitu 8-9 jam, sedangkan lama kerja pada hari kerja 5-6 jam. Waktu jam kerja biasanya antara pukul 08.00-11.00 dan pukul 11.00-15.00 pada hari kerja (Senin-Jumat) sedangkan pada hari libur (Sabtu, Minggu, dan libur nasional) pada pukul 08.00-17.00. Jam kerja kusir tergantung pada waktu yang ditetapkan sendiri oleh masing-masing kusir sehingga tidak ada kesepakatan yang dilakukan antara sesama kusir delman.

Lama kerja kusir dipengaruhi oleh jumlah pendapatan yang mereka terima setelah hari libur berakhir, apabila jumlah pendapatan yang diterima diperkirakan cukup atau lebih besar daripada pendapatan pada hari kerja maka keesokan harinya kusir akan libur dan baru akan bekerja pada keesokan harinya. Hari libur bagi kusir ditetapkan secara tidak menentu dalam satu minggu, tergantung dari jumlah pendapatan yang diterima, adanya pekerjaan lain, kondisi cuaca, dan kondisi kesehatan kuda serta kusir itu sendiri.

Jarak yang ditempuh oleh delman, secara keseluruhan selama bekerja dapat dikatakan seragam dengan rataan 27,65 km/hari dan koefisien keragaman sebesar 14,43%. Hali ini dikarenakan semua kusir menempuh rute perjalanan yang sama dan tempat tinggal kusir jauh dari pangkalan delman. Rute jelajah terhitung mulai dari rumah kusir, berkeliling wilayah Pasar Bogor (termasuk jalan Bangka) dan Kebun Raya Bogor, dan kembali lagi ke rumah kusir. Rute jelajah delman lainnya adalah Merdeka, Warung Jambu, Taman Kencana, Pajajaran, dan Empang. Rute diluar wilayah Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor dapat ditelusuri tergantung dari permintaan penumpang.

Pangkalan atau tempat kusir menunggu penumpang terletak di beberapa lokasi sekitar Pasar Bogor atau Jalan Oto Iskandardinata, yaitu didepan pintu masuk Kebun Raya Bogor, disamping mal Jogja Departemen Store (samping tembok Kebun Raya), didepan Jalan Bangka, di Tugu Kujang (samping Restoran Bakmi Japos Bogor), dan di depan Bogor Trade Mall.

Pembagian tempat mangkal umumnya tidak ditetapkan secara bersama oleh masing-masing kusir. Kusir yang bekerja pada pagi hari atau sekitar pukul 08.00, lebih banyak menunggu penumpang di sekitar pintu masuk Kebun Raya Bogor dan disamping mal Jogja Departemen Store. Tempat ini dinyatakan cukup menjadi

(6)

tempat mangkal yang baik pada pagi hari karena banyak masyarakat yang berangkat kerja atau melakukan aktivitas lain melalui Jalan Oto Iskandardinata menuju luar Kota Bogor atau tempat lain di dalam Kota Bogor. Kusir yang memilih kerja pada siang hari atau sekitar pukul. 10.00, lebih banyak menunggu penumpang di Jalan Bangka dan disamping Tugu Kujang.

Karakteristik Kuda

Kuda yang digunakan untuk menarik delman, seluruhnya (100%), adalah Kuda Sumba yang berasal dari Bandung. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa kuda Sumba terkenal dengan kekuatan fisiknya dan cenderung jinak, seperti pernyataan Edwards (1994), sehingga lebih baik jika digunakan untuk menarik delman daripada kuda lain.

Kriteria pembelian kuda yang diterapkan oleh para kusir antara lain penurut, jinak, sehat, dan memiliki kaki yang normal serta tidak cacat tubuh. Penanganan awal kuda sebelum digunakan sebagai penarik delman tidak dilakukan oleh kusir, karena kuda yang dibeli merupakan kuda bekas yang telah terbiasa digunakan untuk menarik delman sebelumnya atau sudah dilatih terlebih dahulu sebelum dibeli oleh kusir.

Kuda yang dimiliki oleh kusir dibeli dengan harga yang bervariasi yaitu berkisar antara Rp. 5.000.000,- - 12.000.000,- tergantung dari status kuda (bekas atau baru), bentuk fisik, dan kesehatan.

Alasan kusir tidak melakukan pelatihan kuda sebelum digunakan sebagai penarik delman karena tidak adanya waktu untuk melatih kuda dan keinginan kusir untuk segera mendapatkan penghasilan dari kuda yang dibelinya. Penanganan kuda setelah dibeli kusir adalah langsung dengan memakaikan peralatan-peralatan pada kuda tersebut agar terbiasa.

Morfologi Kualitatif Kuda Delman

Morfologi kualitatif kuda meliputi tanda wajah, warna bulu badan, warna bulu kaki, bentuk tubuh, dan bentuk punggung. Sebagian besar (76,47%) kuda memiliki tanda wajah solid atau polos. Kuda yang memiliki tanda wajah snip sebesar 17,64% dan kuda dengan tanda wajah stripe sebesar 5,88%. Pemilihan kuda untuk

(7)

delman dengan tanda wajah yang berbeda tergantung pada kesukaan kusir saja (selera).

Warna bulu badan kuda delman terdiri dari tiga warna dasar, yaitu warna hitam (black), coklat (brown), dan putih (white). Warna-warna ini memiliki campuran dengan warna lain akibat perkawinan silang yang dilakukan sehingga warna bulu badan kuda bervariasi antara kuda yang satu dengan kuda yang lain. Kuda yang memiliki bulu badan dasar coklat, hitam, dan putih masing-masing sebesar 47,06; 41,18; dan 11,76%.

Kuda delman dengan warna bulu badan dasar coklat umumnya telah berdilusi menjadi warna coklat tua, coklat muda, coklat kehitaman, coklat kemerahan, dan coklat dengan bergaris putih. Warna coklat muda biasa disebut juga warna gambir sehingga warna yang timbul terlihat hampir berwarna krem. Kuda delman dengan warna bulu badan dasar hitam telah berdilusi menjadi warna hitam kemerahan, hitam berbintik putih (dawuk), dan hitam kecoklatan. Hal serupa juga terjadi pada warna bulu badan dasar putih yang berdilusi menjadi warna putih berbintik hitam.

Kuda yang memiliki warna bulu kaki berupa stocking, polos, dan coronet masing-masing sebesar 58,82; 35,29; dan 5,88%. Pemilihan warna bulu kaki pada kuda tidak tergantung pada kesukaan kusir seperti pada pemilihan tanda wajah, tetapi kusir lebih mengutamakan kekuatan dan bentuk kaki yang baik dan tidak cacat.

Bentuk tubuh kuda delman yang diamati memperlihatkan bahwa 35,29% kuda bertubuh kurus, 47,06% bertubuh sedang, dan 17,65% bertubuh gemuk. Bentuk tubuh kuda ditentukan berdasarkan menonjol atau tidaknya tulang pada tubuh kuda, yang diamati secara kasat mata. Kuda bertubuh kurus akan memperlihatkan penonjolan tulang pada tubuhnya sedangkan kuda bertubuh gemuk penonjolan tulang tidak terlihat.

Diantara 17 ekor kuda delman yang diamati, 52,94% memiliki bentuk punggung yang lurus, sedangkan 47,06% kuda delman lainnya memiliki bentuk punggung yang melengkung. Bentuk punggung yang baik adalah lurus sesuai pernyataan Edwards (1994) bahwa kuda Sumba memiliki punggung yang lurus. Beberapa kusir delman menyatakan bahwa perubahan bentuk punggung menjadi melengkung bisa terjadi karena menarik beban yang berlebihan atau karena faktor genetik.

(8)

Morfologi Kuantitatif Kuda Delman

Hasil pengamatan mengenai morfologi kuantitatif kuda delman, jumlah kuda, umur kuda, usia produktif kuda, usia awal kuda bekerja menarik delman, lama kerja kuda, dan lama istirahat kuda disajikan pada Tabel 3. Pengukuran morfologi kuantitatif kuda delman meliputi pengukuran tinggi badan, panjang badan, dan lingkar dada.

Kuda yang digunakan oleh kusir untuk menarik delman semuanya (100%) berjenis kelamin jantan. Hal ini tidak disebabkan faktor kesukaan, melainkan hanya karena kemudahan dalam pemeliharaan. Kuda jantan yang digunakan tidak pernah dikawinkan karena akan menyebabkan tenaga kuda jantan menjadi berkurang. Pembiakan tidak dilakukan oleh pemilik kuda juga dikarenakan tidak adanya betina dalam jumlah banyak di Kota Bogor dan keterbatasan dari lahan yang dimiliki.

Tabel 3. Morfologi Kuantitatif Kuda Delman

No Kriteria Rataan Simpangan Baku KK Selang (%)

1 Tinggi badan kuda (m) 1,34 0,04 2,98 1,28-1,41

2 Panjang badan (cm) 89,88 5,81 6,46 82-98

3 Lingkar dada (cm) 61,17 3,41 5,57 57-67

4 Umur kuda jantan (tahun) 7,97 3,38 42,41 4-15

5 Usia produktif kuda (tahun) 13,88 4,12 29,68 8-20 6 Usia awal kuda kerja (tahun) 4,05 2,55 62,96 2-11

7 Lama kerja kuda (jam/hari) 7,00 0,93 13,29 6-9

8 Lama kerja kuda (hari/minggu) 5,23 2,19 41,87 3-7 9 Lama istirahat kuda (jam/hari) 15,76 1,25 7,93 14-18 Keterangan : KK : koefisien keragaman

Kuda delman yang diamati memiliki tinggi rata-rata 1,34 m dengan selang 1,28-1,41 m, panjang badan rata-rata 89,88 cm dengan selang 82-98 cm, dan lingkar dada rata-rata 61,17 cm dengan selang 57-67 cm. Pengukuran morfologi kuantitatif kuda delman ini memiliki koefisien keragaman (kk) yang rendah sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi badan (kk = 2,98%), panjang badan (kk = 6,46%), dan lingkar dada (kk = 5,57%) kuda delman adalah seragam atau hampir sama antara satu kuda dengan kuda yang lain.

(9)

Terdapat dua ekor kuda betina yang dimiliki oleh seorang kusir. Pengadaan kuda betina tersebut tidak digunakan untuk menarik delman melainkan hanya diperjualbelikan ke peternakan pelatihan kuda, dengan tujuan memperoleh keuntungan secara ekonomi. Beberapa kusir menyatakan bahwa penggunaan kuda betina untuk menarik delman dapat mengganggu aktivitas dari kuda jantan, melalui bau pheromones yang dikeluarkan, saat menarik delman sehingga dapat menarik perhatian kuda jantan dan akan membahayakan kusir.

Umur pejantan yang digunakan sebagai penarik delman adalah bervariasi untuk semua kuda dengan umur rata-rata 7,97 ± 3,38 tahun dalam selang 4-15 tahun. Beberapa kusir menyatakan bahwa kuda dapat bertahan hidup dan dapat digunakan untuk menarik delman dengan umur lebih dari 15 tahun. Usia produktif kuda delman adalah 13,88 tahun. Usia produktif ini memperlihatkan bahwa kuda dapat dimanfaatkan untuk menarik delman selama 15-20 tahun. Koefisien keragaman yang tinggi pada umur pejantan yaitu sebesar 42,41%, dikarenakan kuda jantan yang digunakan untuk menarik delman tidak harus berhenti pada umur dibawah 10 tahun tetapi bisa juga yang sudah berumur lebih dari 10 tahun asalkan kondisi fisik masih baik dan sehat.

Rataan usia awal kuda yang dimanfaatkan sebagai penarik delman adalah 4,05 ± 2,55 tahun dengan selang antara 2-11 tahun. Beberapa kusir menyatakan bahwa kuda dapat digunakan pada umur dua tahun jika kondisi kesehatan baik, penurut, dan sudah terbiasa menarik delman. Kusir lainnya menyatakan bahwa penggunaan kuda dengan umur diatas enam tahun akan lebih baik lagi karena kuda tidak memerlukan pelatihan dalam menarik delman dan kuda tersebut merupakan kuda bekas yang sudah terbiasa menarik delman.

Lama kerja kuda delman berkisar 6-9 jam per hari dengan rataan 7 ± 0,93 jam per hari dan 5,23 ± 2,19 hari per minggu. Lama kerja kuda dan kusir adalah sama karena umumnya satu kuda jarang dimanfaatkan oleh dua atau lebih kusir. Lama kerja kuda dipengaruhi oleh kondisi kuda dan keadaan ekonomi dari kusir. Jika kuda dalam kondisi tidak baik atau kusir memiliki pendapatan lebih baik maka kuda tidak dipakai menarik delman (libur).

Lama kerja kuda pada hari libur umumnya lebih panjang daripada hari kerja, yang dapat mencapai rataan 8-9 jam per harinya. Kuda akan diliburkan oleh kusir

(10)

pada waktu hari kerja dan tidak pada hari libur, karena jika diliburkan pada hari libur akan merugikan kusir secara ekonomi. Sebagian (94,12%) kusir memberi jatah waktu libur kepada kuda selama 1-2 hari dalam satu minggu dan terdapat juga kusir (5,88%) yang tidak memberikan waktu libur pada kuda dalam satu minggu.

Rataan lama istirahat kuda adalah 15,76 ± 1,25 jam per hari dengan selang 14-18 jam per hari dimulai setelah kuda pulang bekerja (sore hari) sampai keesokan harinya. Koefisien keragaman pada lama istirahat kuda dapat dikatakan rendah, yaitu sebesar 7,93% karena lama istirahat juga diterapkan pada semua kuda delman yang ada, dan secara umum, kuda tidak mempunyai waktu kerja yang teratur pada setiap harinya (masih sangat tergantung dari keinginan kusir).

Manajemen Pemeliharaan Kuda Delman Perkandangan

Kandang kuda yang ada di rumah kusir atau pemilik kuda merupakan kandang tertutup dan kandang terbuka. Sistem dan jenis perkandangan sebagian besar menggunakan sistem terbuka individu, seperti yang disajikan pada Tabel 4. Sebagian besar (70,59%) kusir menyatakan lebih memilih sistem kandang terbuka individu karena akan membuat kuda lebih nyaman saat istirahat dan lebih ekonomis dalam pembuatannya.

Tabel 4. Sistem dan Jenis Perkandangan Kuda Delman

Sistem Kandang Jenis Kandang Jumlah Persentase

(Orang) (%) Terbuka Individu 12 70,59 Terbuka Koloni 1 5,88 Tertutup Individu 1 5,88 Tertutup Koloni 3 17,65 Jumlah 17 100,00

Kandang koloni yang terdapat di tempat kusir berisi kuda responden yang digabungkan dengan kuda dari kusir lain atau pemilik kuda lainnya, yang jarak rumah antara pemilik kuda saling berdekatan. Hal ini dapat terjadi karena tidak semua pemilik kuda atau kusir mempunyai lahan yang cukup untuk menampung

(11)

kuda yang dimilikinya sehingga harus digabungkan dengan kuda lain dalam satu kandang. Kandang individu berisi kuda yang dimiliki kusir yang berjumlah satu ekor per kandang.

Rataan luas kandang kuda yang digunakan adalah 8,17 ± 4,17 m² per ekor, dengan selang antara 3-16 m². Ukuran luas kandang yang ditempati kuda ditentukan oleh jumlah kuda dalam satu kandang (individu atau koloni), besar atau tidaknya tubuh kuda, dan luas lahan yang dimiliki oleh kusir. Koefisien keragaman yang tinggi, (51,04%), pada luas kandang terjadi karena perbedaan luas lahan yang dimiliki oleh masing-masing kusir sangat beragam. Luas dan jarak kandang ke rumah kusir disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas dan Jarak Kandang ke Rumah Kusir

No Peubah Rataan Simpangan Baku KK(%) Selang

1 Luas Kandang (m²/ekor) 8,17 4.17 51,04 3-16

2 Jarak Kandang ke rumah kusir (m) 6,05 4.62 76,36 1-15 Keterangan : (*) KK : koefisien keragaman

Jarak kandang dari rumah kusir adalah berkisar antara 1-15 m dengan rataan sebesar 6,05 ± 4,62 m. Jarak kandang yang dekat, berjarak kurang dari 5 meter, dengan rumah responden adalah 70,59% umumnya terletak dibelakang atau disamping rumah kusir dan sisanya (29,41%) jauh dari rumah kusir (berjarak lebih dari 5 meter). Letak kandang yang baik adalah berdekatan dengan rumah kusir dikarenakan akan memudahkan kusir dalam merawat dan mengontrol aktivitas kuda.

Kandang yang digunakan kusir, baik tertutup maupun terbuka, menggunakan lantai berbahan dasar semen (64,71%), bambu (29,41%), dan tanah (5,88%). Penggunaan bahan lantai yang berbeda menurut kusir, memiliki kelebihan dan kekurangan. Kusir yang menggunakan bahan lantai kandang dari semen menyatakan lebih mudah dalam membersihkan feses dan urin. Sebanyak 17,65% kusir menggunakan jerami dan serbuk gergaji sebagai alas kandang yang berbahan lantai dari semen sedangkan sisanya (82,35%) tidak menggunakan alas kandang diatas permukaan lantainya.

(12)

Kusir yang menggunakan bahan lantai kandang dari bambu menyatakan lebih baik karena tidak akan menimbulkan genangan air saat musim hujan dan lebih membuat nyaman kuda saat kuda beristirahat sehingga tidak memerlukan alas kandang seperti jerami atau serbuk geraji. Sedangkan kusir yang menggunakan lantai tanah adalah dikarenakan lantai yang ada telah hancur dan belum dapat memperbaiki karena faktor ekonomi.

Tempat pembuangan limbah kuda berupa feses diletakkan pada beberapa tempat seperti di lubang galian, kebun, sungai, dan tanah kosong. Kusir yang membuang feses pada lubang galian sebanyak 47,06%. Lubang galian merupakan lubang yang sengaja digali oleh kusir dengan kedalaman tertentu. Feses yang terkumpul dibiarkan beberapa hari dikarenakan masih dalam keadaan panas, kemudian feses yang mulai dingin sebagian digunakan sebagai pupuk dan sebagian lagi digunakan ke kebun untuk menyuburkan rumput.

Kebun dipilih oleh (29,41%) kusir untuk dijadikan tempat pembuangan limbah feses sedangkan 17,65 dan 5,88% kusir masing-masing menggunakan sungai dan tanah kosong sebagai tempat pembuangan feses seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Sungai digunakan sebagai tempat pembuangan feses karena letaknya berdekatan dengan rumah pemilik.

(13)

Beberapa kusir menyatakan bahwa pembuangan feses di kebun tidak menimbulkan masalah bau sehingga penduduk sekitar tidak merasa terganggu. Letak kebun umumnya berada dibelakang kandang dan berdekatan dengan kolam penampungan air hujan. Air dari kolam penampungan biasanya digunakan untuk memandikan kuda sedangkan air minum menggunakan air bersih.

Tempat penampungan feses saat kuda bekerja atau menarik gerobak adalah dengan cara menggunakan karung plastik (yang biasa digunakan untuk menampung beras) seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Karung ini diikatkan pada bagian bawah delman. Urin kuda tidak ditampung sebagaimana menampung feces baik saat kuda bekerja maupun saat kuda berada di kandang. Urin kuda cukup dibersihkan dengan air mengalir di kandang sedangkan saat bekerja kuda membuang urin di jalan.

Pencucian karung plastik dilakukan setiap hari setelah kusir selesai mempekerjakan delman. Penggunaan karung plastik akan lebih menguntungkan dibandingkan karung goni karena karung plastik tidak menyerap bau dan lebih mudah dibersihkan.

Keterangan : A = karung plastik

Gambar 5. Tempat Penampungan Feses Selama Kuda Bekerja Pakan

Jenis pakan yang diberikan untuk kuda delman adalah berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan pada kuda tidak dilakukan pengeringan terlebih

(14)

pengambilan hijauan tersebut. Sebanyak 52,94% kusir menyatakan lebih memilih rumput gajah dan alang-alang sebagai pakan hijauan untuk diberikan pada kuda. Jenis hijauan yang diberikan sebagai pakan kuda disajikan pada Tabel 6.

Pencampuran hijauan, seperti rumput gajah dengan alang-alang atau rambat kawat dan daun, dilakukan agar kebutuhan hijauan untuk kuda tetap terpenuhi dalam setiap harinya. Pencampuran hijauan juga dilakukan karena jumlah hijauan yang ada di sekitar rumah kusir sangat terbatas.

Tabel 6. Jenis Pakan Hijauan Kuda Delman

Jenis Hijauan Jumlah Persentase

(orang) (%)

Rumput gajah dan alang-alang

9 52,94

Rumput gajah 4 23,53

Rumput lapang 2 11,76

Rambat kawat dan daun 1 5,88

Rumput raja 1 5,88

Jumlah 17 100,00

Pemberian hijauan bisa dihitung dalam jumlah kg maupun dalam satu karung namun tidak ada batasan yang tetap dalam pemberian hijauan. Sebanyak 58,82% kusir memberikan hijauan dalam jumlah kg dengan kisaran antara 10-60 kg, sedangkan 17,65% kusir memberikan hijauan sebanyak satu karung. Jumlah hijauan yang diberikan dalam satu karung, kebanyakan mereka (76,47%) tidak mengetahui secara pasti dalam jumlah kg, namun hijauan dalam satu karung dapat diketahui banyaknya (dalam jumlah kg) oleh 23,53% kusir saja yaitu berkisar antara 15-40 kg per karung. Hijauan berupa rumput gajah dan alang-alang yang biasa diberikan pada kuda diperlihatkan pada Gambar 6.

Pakan hijauan biasanya diperoleh dari daerah sekitar rumah kusir, daerah Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor (dekat Tugu Kujang), dan sepanjang perjalanan saat kusir pulang atau pergi kerja. Sebagian besar (88,24%) kusir memperoleh hijauan secara gratis sedangkan yang lainnya (11,76%) memperoleh hijauan dengan membeli seharga Rp. 5.000-6.000/ karung.

Sebagian besar (58,82%) kusir memberikan pakan hijauan antara 1- 4 kali dalam sehari dengan waktu pemberian mulai pagi, siang, dan sore hari dan tengah

(15)

malam. Pemberian pakan hijauan juga dilakukan oleh 41,18% kusir lainnya namun dengan frekuensi dan waktu yang tidak menentu. Beberapa kusir menyatakan bahwa pemberian pakan hijauan dengan frekuensi dan waktu yang tidak menentu bertujuan agar energi kuda tetap terjaga dari kelaparan yang berlebihan. Jumlah, harga, waktu, dan frekuensi pemberian pakan disajikan pada Tabel 7.

Gambar 6. Pakan Hijauan Rumput Gajah dan Alang-alang

Pakan konsentrat yang diberikan pada kuda adalah berupa dedak. Jumlah pemberian konsentrat rata-rata mencapai 4,88 kg/ekor/hari dengan selang 3-6 kg/ekor/hari. Jumlah pemberian konsentrat dilakukan dua kali dengan waktu pemberian pakan pada saat pagi hari sebelum berangkat kerja dan sore hari setelah pulang kerja. Pemberian konsentrat pada pagi hari dilakukan antara pukul 04.00-08.00 dan sore hari antara pukul 15.00-18.00.

Koefisien keragaman pada harga konsentrat adalah 0% sehingga dapat dikatakan seragam karena secara keseluruhan kusir menyatakan bahwa konsentrat dibeli pada tempat penjualan pakan yang sama dan sudah berlangganan.

Frekuensi pemberian pakan konsentrat (dedak) pada kuda antara 2-3 kali per hari tergantung pada ketersediaan pakan dan keinginan kusir. Pemberian konsentrat lebih dari dua kali per hari dimaksudkan hanya untuk menjaga tenaga kuda agar tetap stabil.

(16)

Tabel 7. Jumlah, Harga, Waktu, dan Frekuensi Pemberian Pakan

No Peubah Rataan Simpangan Baku (%)KK Selang 1 Jumlah konsentrat (kg/ekor/hari) 4,88 0,6 12,2 3-6

2 Harga konsentrat (Rp/kg) 2.000 0,0 0,0 0

3 Frekuensi makan konsentrat (kali) 2,12 0,33 15,56 2-3 4 Pemberian pakan pagi (jam) 5,00 1,41 28,2 4-8 5 Pemberian pakan sore (jam) 4,41 1,8 40,8 3-6 Keterangan : (*) KK : koefisien keragaman

Pemberian pakan dilakukan dengan cara mencampur dengan hijauan dan sisa hijauan akan diberikan pada siang hari dan pada malam hari. Waktu pemberian pakan ini perlu diperhatikan agar kondisi tenaga kuda tetap terjaga, karena apabila kuda dibiarkan lapar dalam waktu terlalu lama maka akan menyebabkan tenaga kuda berkurang dan dapat merugikan kusir secara ekonomi.

Penanganan Kesehatan

Penanganan kesehatan pada kuda delman sangat penting mengingat kuda merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar kusir. Kuda yang sakit akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi dari kusir.

Penyakit yang sering dialami oleh kuda delman antara lain kaki pegal, sakit perut, badan kaku, keluar lendir dari hidung (flu), kembung, dan kram kaki. Kaki pegal dan kram kaki akan memperlihatkan gejala kaki dan badan yang terlihat kaku atau sulit digerakkan (tidak lincah). Penyebab penyakit ini adalah waktu kerja yang terlalu lama atau terlalu sering berjalan dengan waktu libur yang diberikan sangat sedikit sehingga kuda hanya memanfaatkan waktu istirahat yang lebih singkat untuk memulihkan tenaganya.

Sakit perut dan kembung merupakan penyakit yang kerap kali dialami oleh kuda delman, diduga karena kuda mengkonsumsi pakan hijauan yang masih dalam keadaan basah. Sedangkan penyakit flu atau keluarnya lendir dari hidung penyebabnya tidak diketahui secara pasti oleh kusir tetapi penyakit ini biasanya muncul sewaktu musim hujan.

(17)

Penanganan kesehatan adalah meliputi pencegahan dan pengobatan penyakit. Minimnya pengetahuan kusir dan mahalnya biaya dokter hewan merupakan dua alasan kusir melakukan pengobatan penyakit dengan menggunakan cara dan obat tradisional. Penanganan kesehatan terutama pengobatan penyakit dengan menggunakan obat tradisional masih dipercaya oleh kusir dapat menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan kuda.

Pencegahan penyakit pada kuda masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan memijit bagian-bagian tubuh kuda terutama bagian kaki agar tidak menyebabkan kaki menjadi kaku, pegal, kram, dan badan kaku. Pencegahan penyakit lainnya yang dilakukan adalah dengan memeriksa kondisi kuda terutama pada bagian tubuh dan frekunensi pemeriksaan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Waktu Pemeriksaan Kondisi Kuda

Waktu Pengecekan Kondisi Kuda Jumlah Persentase

(orang) (%)

Setiap hari 12 70,68

Jarang 5 29,42

Jumlah 17 100,00

Pengobatan secara tradisional dilakukan untuk mengobati penyakit flu, sakit perut, dan kram kaki dengan memberikan obat tradisional yang telah diramu sebelumnya. Obat tradisional terbuat antara lain dari kunyit yang dicampurkan dengan telur ayam, cabe rawit, dan jahe; kunyit yang dicampur daun salak; kopi yang dicampur dengan jahe, beras kencur, dan daun jeruk; jamu yang dicampur susu cap beruang; dan pemberian minuman ringan sprite. Pengobatan tradisional untuk bagian tubuh dan bagian kaki yang sakit hanya dilakukan dengan cara pemijatan saja.

Sebanyak 94,12% kusir menyatakan tidak ada penularan penyakit yang terjadi dari satu kuda ke kuda lainnya karena perawatan yang dilakukan cukup baik dan kusir umumnya hanya mempunyai satu ekor kuda saja. Sebanyak 5,88% kusir menyatakan penularan penyakit terjadi dari kuda yang sudah tua ke kuda yang masih muda.

Kuda yang terkena penyakit umumnya tidak sampai mengalami kematian. Seluruh kusir menyatakan bahwa mereka akan mencegah agar kuda tidak mati di

(18)

kandang dengan melakukan penanganan atau pencegahan sebelum kuda mati seperti disajikan pada Tabel 9

Tabel 9. Penanganan Kuda Sebelum Mati

Tindakan Jumlah Presentase

(orang) (%)

Dijual 13 76,47

Dijual/ditukar 3 17,65

Disembelih 1 5,88

Jumlah 17 100,00

Kuda yang telah berumur 20 tahun keatas biasanya sudah mulai tidak digunakan sebagai penarik delman. Hal ini dikarenakan tenaga kuda sudah menurun dan gerakan kaki tidak lincah. Kuda tersebut dapat dikatakan akan mengalami kematian. Sebagian (76,47%) kusir akan menjual kuda yang sudah tua, sedangkan sisanya (17,65%) akan menjual atau menukar dengan kuda yang berumur lebih muda atau dengan peralatan delman.

Kemungkinan terjadinya penjualan kuda oleh kusir dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki untuk mengubur kuda apabila kuda mengalami kematian. Kusir menyatakan bahwa kemungkinan untuk melakukan penyembelihan kuda yang tua sangatlah jarang (5,88%) karena daging kuda tidak terlalu disukai sehingga lebih baik dijual dan sudah jelas akan menguntungkan secara ekonomi.

Perawatan

Perawatan kuda meliputi peralatan yang digunakan, pemotongan kuku, waktu pemandian, dan pencukuran bulu. Metode perawatan yang diterapkan kusir masih terbilang sederhana, hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan bukan peralatan mesin dan masih digunakan secara manual.

Peralatan yang digunakan untuk merawat kuda delman antara lain roskam, ember, gunting, ladam (tapal kuda), paku, palu, dan selang. Roskam adalah sisir kawat yang digunakan untuk membersihkan bulu badan kuda dari kotoran seperti pasir dan debu dengan cara menyikatknya. Palu dan paku digunakan untuk memasang ladam atau tapal kuda di bagian telapak kaki kuda. Ember dan selang

(19)

digunakan untuk memandikan kuda, sedangkan gunting digunakan untuk mencukur bulu badan kuda.

Ladam atau tapal kuda biasanya diganti jika permukaannya tidak rata lagi (bengkok) dan ladam tidak pernah dilepas dari telapak kaki kuda walaupun kuda sedang istirahat dikandang kecuali tidak sengaja terlepas.

Pemotongan kuku jarang sekali dilakukan oleh kusir dikarenakan tidak semua kusir memiliki alat untuk memotong kuku dan kurangnya pengetahuan mengenai cara pemotongan kuku kuda. Seluruh kusir menyatakan bahwa pemotongan kuku baru akan dilakukan jika kuda mengalami kesulitan dalam berjalan atau pincang.

Perawatan yang harus dilakukan agar bulu badan kuda tetap bersih adalah memandikan kuda. Frekuensi waktu pemandian kuda yang diterapkan oleh kusir masih tergantung pada kondisi cuaca dan musim (kemarau atau hujan) saat kuda akan dimandikan. Frekunesi waktu pemandian kuda disajikan pada Tabel 10.

Sebagian besar kusir sering memandikan kuda dalam satu minggu, mulai dari 1- 4 kali dalam seminggu dan bahkan ada yang memandikan kuda sampai setiap hari. Beberpa kusir menyatakan bahwa frekuensi pemandian kuda yang jarang dilakukan, seperti dua minggu sekali atau satu bulan sekali, dikarenakan kuda dapat mengalami sakit apabila terlalu sering dimandikan.

Frekuensi pemandian kuda juga tergantung dari banyak atau tidaknya kuda bekerja pada waktu tertentu, seperti dalam satu minggu atau satu bulan, sehingga semakin sering kuda bekerja menarik delman maka kuda akan sering dimandikan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada tubuh kuda.

Tabel 10. Waktu Pemandian Kuda

Frekuensi Jumlah Persentase

(orang) (%) Setiap hari 2 11,76 1 minggu 1 kali 4 23,53 1 minggu 2 kali 5 29,42 1 minggu 3 kali 3 17,65 1 minggu 4 kali 1 5,88 2 minggu sekali 1 5,88 1 bulan sekali 1 5,88

(20)

Jumlah 17 100,00

Pemandian kuda dilakukan agar bulu kuda tetap dalam keadaan bersih dari kotoran, debu, dan bau asap kendaraan. Sebelum pemandian dilakukan, bulu kuda terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan roskam. Pemandian akan semakin sering dilakukan pada musim kemarau sedangkan pada musim hujan pemandian jarang dilakukan karena dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan kuda.

Seluruh kusir menyatakan bahwa pencukuran bulu sangat jarang dilakukan dikarenakan prosesnya akan memakan waktu yang lama. Gunting yang digunakan dalam pencukuran bulu adalah gunting kertas biasa sehingga dalam proses pencukuran bulu akan lama karena gunting akan cepat tumpul.

Peralatan yang Digunakan pada Kuda Delman

Peralatan yang dikenakan pada tubuh kuda untuk menarik delman disebut sebagai “pakaian kuda”. “Pakaian kuda” terdiri dari beberapa bagian yang dikenakan pada tubuh kuda dan dihubungkan ke gerobak. Bagian-bagian ini secara garis besar berfungsi untuk mengendalikan kuda dalam menarik delman.

Bagian-bagian dari pakaian kuda yang dikenakan pada tubuh kuda dapat dibagi menjadi dua fungsi yaitu bagian yang berfungsi untuk menarik gerobak dan bagian pendukung. Disebut tali pendukung karena tali tersebut tidak berperan utama untuk menarik gerobak. Tali pendukung biasanya dililitkan pada tubuh kuda untuk mendukung penarikan gerobak dan dapat berupa asesoris, seperti penutup muka. Bagian yang berfungsi untuk menarik gerobak antara lain tali dada (Gambar 7), tali gendongan, tali lestreng, dan tali ekor (Gambar 8). Tali gendongan berfungsi juga untuk menahan delman agar tidak jatuh kebelakang.

Bagian pendukung untuk menarik delman antara lain less atau tali kendali yang berfungsi untuk mengendalikan arah gerak kuda seperti maju, belok kiri atau kanan; penutup muka berfungsi untuk menutup bagian wajah kuda agar mata kuda terlindungi dari debu dan kotoran dan sebagai asesoris; kadali adalah besi yang dipasang pada mulut kuda agar kuda mudah dikendalikan melalui tali kendali; tali amben berfungsi untuk menahan kuda agar tidak jatuh (Gambar 7); dan tali beru yang berfungsi untuk menahan delman saat berada dijalan turunan agar gerobak tidak turun terlalu cepat yang dapat mengakibatkan menabrak kuda (Gambar 8).

(21)

Bahan dasar tali pada “pakaian kuda” antara lain predi, kulit sapi, dan plastik. Seluruh kusir menyatakan bahwa tali-tali pada “pakaian kuda” dan peralatan lainnya dibeli di daerah Ciampelas Bandung, merupakan pasar khusus yang menjual peralatan untuk keperluan menarik delman. Harga “pakaian kuda” bervariasi mulai dari Rp. 1.000.000,- - 2.500.000,- per paket tergantung bahan yang diinginkan oleh kusir. Tali-tali pada “pakaian kuda” dapat dibeli secara eceran, tidak membeli per paket, dengan cara membeli pada kusir lainnya.

(22)

Gambar 8. Bagian Tali Penarik pada Tubuh Kuda Delman Karakteristik Gerobak atau Delman

Karakteristik gerobak atau delman meliputi tinggi dan panjang, jenis dan, diameter roda, jumlah maksimal penumpang dan posisi duduk dalam satu delman, cara membeli delman, tempat pembelian, dan harga beli. Kusir umumnya tidak menentukan ukuran yang diinginkan karena sudah demikian adanya saat membeli, sehingga dapat dilihat bahwa koefisien keragaman tinggi dan panjang gerobak adalah rendah atau lebih seragam.

Tinggi gerobak sangat dipengaruhi oleh jenis atau ukuran roda yang digunakan sedangkan panjang gerobak tidak dipengaruhi faktor apapun karena panjang gerobak dipilih berdasarkan keinginan kusir saja. Karakteristik gerobak selengkapnya disajikan pada Tabel 11.

Kusir umumnya hanya menentukan jenis roda yang akan digunakan pada gerobak. Diameter roda tergantung dari jenis roda yang digunakan dan lapisan karet yang menempel pada permukaan roda. Rataan diameter roda dari delman adalah 64,52 ± 20,02 cm dengan selang antara 50-100 cm. Diameter roda menggunakan ban mobil dan ban gerobak berkisar antara 50-60 cm sedangkan diameter ban kayu berkisar antara 99-100 cm.

Tabel 11. Tinggi dan Panjang Gerobak, Diameter Roda, dan Kapasitas Jumlah Penumpang Delman

(23)

No Kriteria Rataan SimpanganBaku KK*(%) Selang

1 Tinggi gerobak (m) 1,65 0,06 3,63 1,5-1,75

2 Panjang gerobak (m) 2,65 0,09 3,39 2,4-2,8

3 Diameter roda (cm) 64,52 20,02 31,03 50-100

4 Jumlah penumpang (orang) 4,41 0,51 11,56 4-5

Keterangan : (*) KK : koefisien keragaman

Jenis roda yang digunakan pada delman meliputi roda ban mobil, roda gerobak, dan roda kayu. Sebanyak 70,59% kusir memilih menggunakan ban mobil dengan alasan lebih murah untuk memperbaiki jika terjadi kerusakan seperti ban kempis tertusuk paku.

Kusir yang menggunakan ban mobil pada delmannya menyatakan bahwa penggunaan ban kayu akan merugikan karena biaya perawatan yang mahal jika terjadi kerusakan dan bengkel tempat perbaikan roda kayu sudah sulit dicari. Perbedaan antara ban mobil, roda kayu, dan roda gerobak yang digunakan pada delman disajikan pada Gambar 9.

Kusir memilih penggunaan ban gerobak (5,88%) karena lebih ringan sehingga kuda tidak terlalu berat untuk menarik delman. Ban gerobak berukuran lebih kecil daripada ban mobil dan memiliki jari-jari besi. Ban kayu digunakan oleh sebanyak 23,53% kusir dengan alasan lebih mencirikan delman asli (khas).

Roda kayu delman dapat terbuat dari dua jenis bahan kayu yaitu kayu kamper dan kayu asem. Kedua bahan kayu ini dipilih dengan alasan lebih kuat dan ringan daripada bahan kayu jati. Seluruh kusir (100%) memilih membeli delman beserta ban (terpisah dari kuda) dikarenakan tidak memiliki keterampilan dalam pembuatan delman dan ban delman. Tempat pembelian delman berada di Kota Bandung daerah Ciampelas.

(24)

Gambar 9. Roda Kayu (kiri), Ban Mobil (kanan), dan Roda Gerobak (bawah).

Banyaknya tempat duduk atau kursi yang dapat diangkut dalam satu delman tergantung dari posisi duduk yang tersedia dan besarnya bobot badan penumpang. Sebanyak 47,06% delman memiliki empat kursi atau tempat duduk di belakang dan dua di depan termasuk satu tempat duduk kusir sedangkan sisanya (52,94%) memiliki tiga kursi di belakang dan dua di depan termasuk satu tempat duduk kusir.

Banyaknya kursi yang tersedia dalam satu delman tidak mempengaruhi jumlah pendapatan kusir, karena tarif delman yang diberlakukan dihitung tidak berdasarkan jumlah penumpang seperti angkutan umum, tetapi berdasarkan jarak yang ditempuh (tujuan penumpang).

Tarif yang diberlakukan dalam satu kali perjalanan untuk tujuan tertentu bukan merupakan ketetapan bersama dari para kusir. Tarif dapat berubah-berubah tergantung kesepakatan antara kusir dengan penumpang sebagai hasil tawar menawar dan hari bekerja kusir. Tarif pada hari kerja lebih murah daripada tarif saat hari libur. Akan tetapi sebelum terjadinya proses tawar menawar, kusir sudah menetapkan terlebih dahulu tarif sesuai daerah tujuan penumpang.

(25)

Kusir menetapkan tarif untuk keliling Kebun Raya Bogor sebesar Rp. 20.000,--30.000,-. Tarif perjalanan dari Tugu Kujang ke Pasar Bogor atau sebaliknya ditetapkan sebesar Rp. 8.000,--15.000,- sedangkan tarif perjalanan dari Tugu Kujang ke Warung Jambu sebesar Rp. 30.000,-.

Pengaruh Perkembangan Teknologi Transportasi terhadap Delman sebagai Alat Transportasi

Delman merupakan salah satu alat transportasi tradisional Kota Bogor yang telah ada sejak lama. Fungsi delman adalah sebagai alat transportasi yang dapat memobilisasikan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Kehadiran teknologi dibidang alat transportasi seperti mobil, motor, dan angkutan umum memberikan pengaruh terhadap fungsi delman, kusir, manajemen pemeliharaan kuda, dan performa kuda.

Fungsi Delman, Kusir, Manajemen Pemeliharaan, dan Performa Kuda

Perkembangan yang pesat di bidang alat transportasi menjadikan delman tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi saja melainkan sebagai alat untuk sarana rekreasi, misalnya penggunaan delman sebagai sarana untuk mengelilingi daerah Kebun Raya Bogor pada saat hari libur. Delman juga banyak digunakan sebagai alat transportasi untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak dilalui angkutan umum seperti daerah-daerah di Jalan Riau atau Taman Kencana, sebagai sarana rekreasi di desa-desa, dan sebagai sarana rekreasi dalam pawai atau kampanye pada hari atau acara penting, seperti kampanye pemilu, acara ulang tahun Kota Bogor, acara pernikahan, atau acara khitanan anak.

Perkembangan teknologi transportasi memberikan pengaruh terhadap tingkat pendapatan dan kesejahteraan kusir. Kusir yang dahulu dapat bekerja sebagai penjual kuda, tetapi akibat adanya teknologi transportasi seperti angkutan umum, mobil, motor, maka pekerjaan kusir sebagai penjual kuda mulai hilang dan berganti sebagai kusir, sehingga pendapatan kusir menjadi tidak sebanyak saat menjadi penjual kuda. Pendapatan yang rendah dengan pengeluaran yang tinggi dalam keluarga kusir tidak dapat mensejahterakan kusir.

(26)

Permasalahan yang timbul dalam manajemen pemeliharaan terlihat dari jumlah pakan hijauan dan peralatan. Kehadiran teknologi transportasi membuat Pemerintah Daerah membangun jalan untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lain, akibatnya lahan yang tersisa semakin sempit sehingga hijauan sebagai pakan kuda sulit dicari. Kesulitan mendapatkan pakan hijauan membuat beberapa kusir mencampurkan hijauan yang satu dengan hijauan yang lain.

Peralatan delman seperti gerobak dan pakaian kuda sudah tidak diproduksi di Kota Bogor. Seluruh kusir menyatakan bahwa tempat untuk memproduksi gerobak dan pakaian kuda hanya ada di Kota Bandung atau di Kota Sukabumi sedangkan di Kota Bogor sudah tidak ada lagi karena semakin sedikitnya delman yang ada di Kota Bogor.

Kehadiran teknologi transportasi yang mempengaruhi kesejahteraan kusir akan berdampak pula pada kesejahteraan kuda. Kuda delman yang ada dapat dikatakan tidak sejahtera dikarenakan manajemen pemeliharaan kuda yang diterapkan terbilang sederhana, sebagai akibat dari kesejahteraan kusir yang menurun.

Ketidaksejahteraan kuda dapat dilihat dari tidak terpenuhinya prinsip lima kebebasan, seperti bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa takut dan stres, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas untuk mengekspresikan tingkah laku normal, dan bebas dari penyakit. Kuda delman secara umum bebas dari ras lapar dimana hal ini dapat dilihat dari pemberian pakan yang dilakukan pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Ketidakbebasan kuda dari rasa haus dapat dilihat dari penggunaan air minum yang tidak bersih (keruh dan kotor). Ketidakbebasan kuda dari rasa takut dan stress terlihat dari tidak dilakukannya pengawinan. Perkandangan yang tidak bersih menunjukkan kuda tidak bebas dari rasa tidak nyaman. Penggunaan peralatan yang melekat pada tubuh kuda atau pakaian kuda untuk menarik delman menunjukkan kuda tidak bebas dari mengekspresikan tingkah laku normal (terkekang). Kuda tidak bebas dari penyakit karena kurangnya pengetahuan kusir dalam menangani masalah kesehatan kuda sehingga pengobatan masih dilakukan secara sederhana atau tradisional.

(27)

Kesejahteraan kusir dapat ditingkatkan dengan membuat organisasi atau paguyuban dengan tujuan untuk menampung aspirasi dan permasalahan yang dihadapi oleh kusir delman, menjalin komunikasi yang baik antara kusir delman dan Pemerintah Kota Bogor, dan menjalin kerjasama yang baik dengan Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kota Bogor terutama di bidang pariwisata.

Peran Pemerintah Daerah Kota Bogor dan organisasi kusir delman sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan kuda melalui pembekalan pengetahuan-pengetahuan mengenai manajemen pemeliharaan kuda yang lebih baik dan perbaikan fasilitas-fasilitas yang ada. Diharapkan dengan adanya kerjasama antara Pemerintah Kota Bogor dan kusir, kendaraan tradisional delman dapat bertahan dan berkembang tidak hanya dalam dinas perhubungan tetapi juga dalam dinas pariwisata Kota Bogor.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Manajemen pemeliharaan kuda delman yang diterapkan kusir dapat dikatakan belum mensejahterakan kuda, karena tidak terpenuhinya prinsip kebutuhan hidupnya. Ketidaksejahteraan kuda dapat dilihat dari kandang yang tidak dialasi jerami, air minum yang kotor, pakan hijauan yang dicampur dengan hijauan lainnya, tidak dilakukannya pengawinan, penggunaan “pakaian kuda” yang melekat pada tubuh kuda, dan penggunaan obat-obatan tradisional dalam menangani ternak yang sakit. Manajemen pemeliharaan kuda yang diterapkan turut dipengaruhi oleh kehadiran teknologi transportasi, sehingga mempengaruhi pula kesejahteraan kusir dan memberikan dampak kepada kesejahteraan kuda. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan kusir terlebih dahulu, terutama penerimaan pendapatan kusir dengan cara pembekalan pengetahuan mengenai beternak kuda yang baik.

Gambar

Tabel 2.   Karakteristik Kusir Delman di Pasar Bogor
Tabel 3.  Morfologi Kuantitatif Kuda Delman
Gambar 4.  Kebun Tempat Pembuangan Feses Kuda
Gambar 5.  Tempat Penampungan Feses Selama Kuda Bekerja Pakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang terhadap pentingnya penggunaan tabir surya disebabkan karena kurangnya edukasi mengenai tabir surya dan bahaya paparan

Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi dan Peran Internal Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 4

Berdasarkan hasil survey pra pendahuluan diperoleh faktor-faktor risiko dan secara garis besar dibagi menjadi 5 bagian yaitu: Perizinan/Administrasi; Studi kelayakan/AMDAL;

Pertimbangan ( MXVWL¿FDWLRQ ) fokus penelitian adalah sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) sebagai alat management program KIA untuk memantau

IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mengukur keberhasilan dalam bidang kesehatan, angka melek

Kulit daun lidah buaya efektif sebagai desinfektan alami dalam menghambat dan menurunkan jumlah bakteri di ruang penampungan susu dengan rata-rata zona hambat sebesar 5,12 mm

Dugaan subdivisi genetik pada populasi ikan ini juga didukung oleh data frekuensi ha- plotipe; frekuensi dua jenis haplotipe yang pa- ling sering muncul (ABA dan ABB), pada po-

diadakan di SMK-SMEA Nahdlatul 'Ulama (NU) Medan dengan jumlah sampel sebesar 30 orang. Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil uji.. TABEL 3.1 KISI-KISI TES KEMAMPUAN KOGNITIF