• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI DUA KLON YANG BERBEDA DENGAN TEKNOLOGI SARUNGISASI PADA TANAMAN KAKAO (Theabroma cocoa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI DUA KLON YANG BERBEDA DENGAN TEKNOLOGI SARUNGISASI PADA TANAMAN KAKAO (Theabroma cocoa L.)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

i

PRODUKSI DUA KLON YANG BERBEDA DENGAN

TEKNOLOGI SARUNGISASI PADA TANAMAN

KAKAO (Theabroma cocoa L.)

TUGAS AKHIR

Oleh: HASMIN 1522040081

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir/skipsi ini tidak terdapat karya yang pernah dianjurkan untuk memporoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 26 Mei 2018 Yang menyatakan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan Karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tepat pada waktunya dengan judul “Teknologi Sarungisasi Pada Tanaman Kakao

(Theobroma cocoa L.)”.

Selama mengikuti pendidikan Deploma III (DIII) sampai dengan proses penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan fasilitas, membantu, membina dan membimbing penulis untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada:

1. Ibunda dan Ayahanda yang telah mengasuh, membesarkan, merawat, mendidik, mendoakan dan memotivasi selama pendididkan dan segenap keluarga yang selalu membantu baik moril maupun materil.

2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan dan selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir

3. Nildayanti, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing II

4. Dr. Ir. H. Darmawan,. M.P. selaku Direktur Politani Pangkep 5. Asdar S.P. selaku ketua Pembimbing lapangan

6. Syahrul Ramadhan selaku teknisi pembimbing

7. Dosen, PLP dan Staf administarasi yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan selama kuliah

8. Semua teman-teman seperjuangan sealmamater yang telah membantu selama penelitian. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang pernah kalian berikan kepada penulis.

Penyusunan tugas akhir ini disusun dengan sebaik- baiknya, namun masih terdapat kekurangan didalamnya, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis harap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca. Amiin.

Pangkep, 09 Mei 2018 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

ABSTRAK ...x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ...2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik buah kakao ...3

2.2 Fenologi buah kakao ...3

2.3 Jenis-jenis klon ...6

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat ...8

3.2 Alat dan bahan ...8

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel ... 9

(7)

vii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil ...11 5.2 Pembahasan ...12 VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ...14 6.2 Saran ...14 DAFTAR PUSTAKA ...15 LAMPIRAN ...16 RIWAYAT HIDUP ...23

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 4.1 Kondisi kakao di Desa Tarengge Kecamatan Luwu Timur

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

gambar

Hal.

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Tabel

Hal

1. Teknik sarungisasi tanaman kakao klon M01 (MCC 01) ………17

2. Teknik sarungisasi tanaman kakao klon MO1 (MCC 01) ...17

3. Teknik sarungisasi tanaman kakao klon M01 (MCC 01) ...18

4. Rata-rata produksi tanaman kakao klon M01 (MCC 01) ...18

5. Teknik sarungisasi tanaman kakao klon 45 (MCC 02) ...19

6. Teknik sarungisasi tanaman kakao klon 45 (MCC 02) ...19

7. Teknik sarungisasi tanaman kakao klon 45 (MCC 02) ...20

8. Rata- rata produksi tanaman kakao klon 45 (MCC 02) ...20

No Gambar Hal. 1. Alat sarungisasi ...21

2. Gambar 2. Klon M01 (MCC 01) ...22

(11)

xi

ABSTRAK

Hasmin, 1522040081 Produksi Dua Klon Yang Berbeda dengan Teknologi Sarungisasi Pada Tanaman Kakao (Theobroma cocoa L.) di bawah bimbingan Junaedi dan Nildayanti.

Percobaan ini bertujuan untuk: mengetahui produksi 2 Klon kakao yang berbeda menggunakan teknologi sarungisasi. Sampel penelitian menggunakan 3 pohon dari 3 kebun dengan 2 klon sehingga terdapat 18 pohon pengamatan dari 2 klon yang berbeda. Pengamatan meliputi jumlah buah per pohon, berat buah, jumlah biji per buah, berat biji, produksi per pohon, dan produksi per hektar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa klon M01 (MCC 01) memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan dengan klon 45 (MCC 02).

(12)

12

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kakao (Theobroma cocoa L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Kakao menjadi salah satu sumber pendapatan dan penyumbang devisa ketiga dari sub sektor perkebunan dengan nilai sebesar 1.151.494.000 US $. Selain itu, perkebunan kakao juga dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan mendorong perkembangan agribissnis dan agroindustri (Dhalimi, 2012).

Sektor perkebunan merupakan salah satu penyumbang devisa Negara terbesar di Indonesia hal itu dapat dilihat dari luasnya lahan perkebunan yang terhampar dari sabang sampai merauke. Tanaman kakao salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocock ditanam di daerah tropis seperti wilayah Indonesia. Berdasarkan produktivitas dan kebutuhan masyarakat akan kakao merupakan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi (Suwarto, et al, 2014).

Salah satu hambatan pada budidaya tanaman kakao yang menyebabkan produksinya menurun adalah serangan hama. Hama penggerek buah kakao (PBK) atau sering juga disebut dengan naman ilmiah Conopomorpha cramerella Snellen, merupakan hama paling berbahaya dan merugikan pada budidaya kakao. Serangga C. cramella Snellen merupakan spesies asli Tenggara. Ada dugaan bahwa C. cramerella Snellen berasl dari spesies yang sama yang menyerang buah rambutan, dimana dalam evaluasinya berhasil beradaptasi pada buah kakao.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa C. Cramerella Snellen yang menyerang ras biologi buah kakao dari spesies asalnya buah rambuatan. Proses adaptasi tersebut terjadi pertama kali di Sulawesi Utara yang merupakan awal

(13)

13

serangan hama PBK pada kakao d Asia Tenggara, dan bahkan di dunia, yaitu sekitar tahun 1860. Dari Sulawesi Utara hama PBK menyerang ke arah Utara, Timur dan Barat sejalan dengan perkembangan penanaman kakao di daerah Asia Tenggara.

Alternatif lain untuk mengendalikan hama adalah secara mekanik, misalnya dengan melakukan penyelubungan buah muda. Penyelubungan buah kakao muda ini dapat dilakukan dengan menggunakan kantung plastik transparan. Penyelubungan buah mencegah hama. Namun ukuran kantung plastik yang diguanakan sebagai penyelubung buah perlu dicermati. Agar penyelubungan efektif, kantung plastik yang digunakan hendaknya cukup besar sehingga menyelubungi sluruh buah kakao.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan mengetahui produksi 2 klon kakao yang berbeda menggunakan teknologi sarungisasi. Sedangkan kegunaan dari laporan ini adalah sebagai sumber informasi dan acuan mengenai teknologi sarungisasi dan pengendalian PBK.

(14)

14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Buah Kakao

Kakao berbunga sepanjang tahun dan bunganya tumbuh secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada batang, cabang atau ranting. Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri daroi daun kelopak sebanyak 5 helai dan benang sari sebanyak 10 halai. Jumlahnya dapat mencapai 5.000-12.000 bunga per tahun, tetapi jumlah buah matang yang dihasilkan hanya berkisar satu persen. Dalam setiap buah terdapat 30-50 biji, tergantung pada jenis kakao. Variasi produksi buah antara pohon dipengaruhi banyak faktor, antara lain jumlah bunga yang dihasilkan, sifat compatible dan impociblate dari masing-masing klon, pengaruh layu buah muda, dan tingkat serangan hama dan penyakit sejak pertumbuhan hingga panen (Sulistyowati, 2003).

Serangan dewasa PBK meletakkan telur pada permukaan buah kakao, biasanya diletakkan pada lekukan buah. Telur-telur tesebut diletakkan secara individu maupun berkelmpok antara 50-300 butir. Buah kakao yang paling disukai untuk meletakkan telur adalah buah yang memiliki alur kulit yang dalam serta ukuran panjang buah kurang lebuh 9 cm pada umur 60-75 hari. Saat ini petani banyak menanam kakao yang memiliki kulit buah kasar dan alur dalam sehingga disenangi oleh hama PBK untuk meletakkan telur (Wiryadiputra, 1996).

2.2 Fenologi Buah Kakao

Pertumbuhan buah kakao dapat dibagi dalam dua fase. Fese pertama berlangsung sejak pertumbuhan sampai buah berumur 75 hari. Selama 40 hari pertama pertumbuhan buah agak lambat dan mencapai puncaknya pada umur 75

(15)

15

hari. Pada umur tersebut panjang buah dapat mencapai sekitar 11 cm. Fese kedua ditandai dengan pertumbuhan pembesaran buah, berlangsung cepat sampai umur 120 hari, ukuran panjang buah mencapai 12-15 cm. Pada umur 143-170 hari buah telah mencapai ukuran maksimal dan mengalami proses pemasakan yang ditandai dengan pertumbuhan warna kulit buah dan terlepasnya biji dari kulit buah (Puslikoka, 2006).

Hama PBK aktif meletakkan telur pada buah kakao pada fase pertama yaitu buah umur 75 hari dan ukuran buah mencapai 11 cm. Peletakan telur dilakukan pada malam hari. Buah kakao yang paling disukai untuk tempat meletakkan telur adalah buah yang permukaannya memiliki alur dalam dan kasar. Dalam kaitannya dengan perkembangan hama PBK maka upaya pengendalian perlu diusahakan sedini mungkin pad saat buah berada pad fase pertama.

Salah satu metode pengendalian hama PBK adalah dengan cara pembungkusan atau sarungisasi. Teknologi pengendalian ini sebenarnya sudah lama diketahui oleh sebagian besar petani, akan tetapi kenyataannya para petani kakao jarang melakukannya. Alasannya adalah masih kurang efisiennya biaya dan waktu yang harus dikeluarkan. Petani masih membayangkan besarnya biaya dan tenaga kerja yang harus dikeluarkan apalagi dengan luasan arel perkebunan lebih dari 1 hektar. Padahal, banyak yang belum mengetahui bahwa sarungisasi merupakan teknologi Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu buji kering kakao dengan cara dengan cara mencegah imago PBK meletakkan telur pad buah kakao. Cara membungkus buah kakao dengan kantong plastik dapat dilakukan satu persatu dengan mudah dan dapat dilakukan siapa saja.

(16)

16

Sarungisasi buah kakao ini dinilai tepat kerena serangan hama itu penurunannya dilakukan melalui udara atau menjalar dari satu daerah ke daerah yang lain, sarungisasi harus dilakukan serentak dalam satu kawasan kebun . Direktorat Perlindungan Perkebunan Depertemen Pertanian merekomendasikan aplikasi penyarungan, karena di Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Maluku berhasil menekan serangan PBK dari sekitar 80% menjadi kurang dari 1% sehingga meningkatkan produksi biji kering sampai 300%.

Teknogi penyarungan buah kakao ini terbukti efektif untuk mencegah serangan PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat musim buah sedikit. Untuk itu, penyarungan buah sebaiknya dilaksanakan 3 bulan sebelum musim buah sedikit. Pola panen dan pola pertumbuhan pentil atau bakal buah disetiap daerah harus diketahui dengan baikagar pelaksanaan penyarungannya dapat dilaksanakan tepat pada waktunya (Senewe, 2010).

Pengendalian hama PBK dengan metode penyarungan buah kakao (sarungisasi) ini sudah dikuasai oleh petani. Serangan PBK dengan pengendalian sarungisasi, dengan menggunakan sarungisasi intenitas PBK dengan pengendalian insektisida kimia. Kondisi ini disebabkan karena insektisida kimia hanya mampu membunuh imago, padahal keberadaan imago pada tanaman kakao hanya pada sore hari hari, pada malam hari imago kawin dan bertelur. Petani koperator melakukan penyomprotan hanya pada sore hari. Pada kakao yang tidak dilakukan pengendalian hama atau tidak menerapkan sarungisasi, intensitas serangan PBK tinggi (BLP, 2006)

(17)

17 2.3 Deskripsi Klon

a. Klon MCC 01

Bentuk buah bulat peendek berwarna hijau, tidak memiliki leher buah, pantat buah runcing, permukaannya kulit halus, panjang buah 19,17 cm, dengan diameter mencapai 10,67 cm. Kerutan buah berupa alur dangkal yang berwarna hijau. Biji dari klone M01 adalah berbentuk ovale, dalam 100 gram sekitar 63 biji, dengan kadar lemak 48,90. Daun berbentuk lebar, panjang dengan pucuk berwarna hijau muda-coklat. Produktivitas mencapai 3.645 kg/tahun dengan umur 6 tahun. Ham dan penyakit yang sering menyerang adalah PBK dengan kerentanan 1,37%, busuk buah 1,22%, penyakit VSD 1,85%, pembungaannya cepat dan melakukan penyerbukan sendiri.

b. Klon MCC 02

Bentuk daun memiliki kemiripan dengan klon Sulawesi 1 yang banyak ditanam masyarakat. Namun yang membedakannya adalah, buah yang dihasilkan tidak bergerombol, melainkan menyebar di sejumlah bagian tanaman. Serta memiliki ukuran buah dan biji yang lebih besar, dalam satu buah bisa diperoleh 45 biji.

Klon 45 (MCC 02) memiliki keunggulan berbentuk elips memanjang, permukaan pipih, berat perbiji kering 1,61 gram, kadar kulit biji 12 persen, dan kadar lemak 49,2 persen. Klon 45 (MCC 02) juga memiliki ketahanan terhadap hama PBK, VSD, dan penyakit busuk buah (phytopthopthora palmivora). MCC 02 dapat menghasilakan jumlah buah tiap pohon rata-rata 86 dan dapat mencapai produksi tiga ton perhektar.

(18)

18

Sejumlah petani menganggap klon ini sebagai tanaman super karena memberi keuntungan dan bisa diperoleh bobot biji yang lebih besar.

Klon super ini untik mengganti tanamannya yang sudah tua atau yang sudah terserang hama dan penyakit. Perbanyakan tanaman unggul biasanya mengguankan teknologi sambung pucuk untuk penanaman areal baru atau peremajaan (Anonim, 2010).

(19)

19

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2018, Lokasi penelitian bertempat di kebun petani yang berada di Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Pada ketinggian tempat 30 meter dari permukaan laut denga suhu rata 30-32oC dan jenis tanah alluvial dengan PH berkisar 6-7.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang diguanakan pada kegiatan ini meliputi pipa, kayu, gunting, pangkas dan alat tulis menulis.

Bahan yang diguanakan adalah tanaman kakao yang terdiri dari dua klon yang berbeda yaitu klon M01 (MCC 01), klon 45 (MCC 02), plastik bering dan karet gelang.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data percobaan ini di peroleh melalui observasi di kebun pertanaman kakao, kebun kakao yang dijadikan sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu, yakni masing-masing kebun memiliki 2 jenis klon berbeda, yakni klon M01 (MCC 01) dan klon 45 (MCC 02).

Pengamatan dilakukan di 3 kebun berberda, pada masing-masing kebun ditentukan 3 sampel pengamatan secara acak. Sehingga terdapat 3 kebun dengan 2 klon menggunakan 3 sampel sehingga terdapat 18 pohon sebagai sampel pengamatan.

(20)

20 3.4 Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang telah diperoleh dilakukan dengan menggunakan rumus. Perhitungan produksi kakao dengan teknologi sarungisasi didasarkan pada rumus:

Produksi/ha= (Bh×Bj×BBj) x Jumlah pohon/ha Keterangan: Bh= Jumlah buah per pohon

Bj= Jumlah biji per buah BBj= Berat buah per biji 3.5 Parameter Pengamatan

a. Jumlah buah perpohon, dihitung berdasarkan total buah yang disarungnisasi dalam satu pohon, dalam satuan buah (bh).

b. Berat buah, dihitung berdasarkan rata-rata berat buah dari satu pohon, dalam satuan gram.

c. Jumlah biji per buah, dihitung berdasarkan banyaknya rata-rata biji yang ada dalam setiap buah yang dihasilkan, dalam satuan biji.

d. Berat biji, dihitung berdasarkan rata-rata berat biji berdasarkan jumlah biji dibagi berat biji per pohon, dalam satuan gram.

e. Produksi per pohon, dihitung berdasarkan jumlah buah per pohon (bh) dikalikan dengan jumlah biji dikalikan berat biji (gram), dalam satuan gram. f. Produksi per hektar, dihitung berdasarkan jumlah produksi per pohon

dikalikan dengan jumlah populasi tanaman per hektar, dalam satuan gram dan dikonversi menjadi kilogram per hektar (kg/ha).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pada tugas akhir ini Bagaimana merancang pintu brankas secara otomatis, mengolah data

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 220.1 Tahun 2010 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil Kementerian

Ini secara jelas disokong oleh Yusuf al-Qaradawi di dalam Fatawa Muasirah yang berpandangan bahawa harta tidak patuh syariah tidak boleh menjadi hak milik pemiliknya

(dalam Crow & Crow, 1983) iaitu guru yang efektif ialah guru-guru yang mempunyai sifat-sifat seperti pengetahuan yang mendalam dalam mata pelajaran yang diajarnya,

Untuk mengetahui adanya pengaruh persentase volume perbaikan terhadap tegangan - regangan dan kohesi (c) pada tanah lempung ekspansif di Kecamatan Ngasem Kabupaten

memberi atau menerima hadiah atau hospitaliti semasa perundingan komersial atau proses tender, jika ini boleh dianggap sebagai dimaksudkan atau mungkin mempengaruhi hasilnya;

Mahkamah Agung Republik Indonesia ( Judex Yuris ) dalam beberapa kasus juga telah membuat putusan-putusan dengan kaidah hukum : “Aset milik pihak ketiga yang menjadi jaminan

Memandangkan konflik boleh berlaku kepada semua kelompok sama ada pada individu, kumpulan, organisasi atau masyarakat (Darling, 2001) maka pelajar sebagai individu dalam