• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang maha tahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. (Wina Sanjaya)

Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seharusnya kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, pengajaran oleh rekan

(2)

sebaya ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator (Yatim Riyanto).

Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat ( Wina Sanjaya).

Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.

Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif (Wina Sanjaya). Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan

(3)

ketidakpuasaan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.

Dan disinilah perlu diterapkan strategi pembelajaran. strategi pembelajaran ialah semua komponen materi/paket paket pengajaran dan prosedur yang digunakan untuk membantu siswa untuk mencapai tujuan pengajaran (Dick and Carey). Yatim Riyanto Mendefinisikan strategi pembelajaran (instructional design) sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu.

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran kooperatif bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok (Johnson, 1993).

B. Identifikasi masalah

Metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksaan metode kerja

(4)

kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, guru dan siswa merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.

C. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah persiapan yang perlu dilaksanakan oleh guru untuk melaksanakan kooperatif learning?

2. Bagaimana sebaiknya pembelajaran kooperatif learning dilaksanakan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasar atas rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif learning.

2. Untuk mengetahui bagaimana sebaiknya pembelajaran kooperatif learning dilaksanakan.

(5)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagaimana penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif learning dalam pembelajaran Bahasa Inggris oleh guru Kelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo.

2. Sekolah : sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

3. Guru :sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Siswa :dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana dan kemampuan maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012 semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

2. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Wild Animals

G. Definisi istilah

1. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus

(6)

keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. ( Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd , 2010)

2. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok – kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. ( Prof. Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, 2010)

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. (Yatim Riyanto 2009). Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok – kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Wina Sanjaya 2010). Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

B. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Wina Sanjaya 2010) ada empat unsur penting dalam stategi pembelajaran kooperatif yaitu 1. adanya peserta dalam kelompok; 2. adanya aturan kelompok; 3. Adanya upaya belajar setiap kelompok; 4. Adanya tujuan yang harus dicapai;

a. adanya peserta dalam kelompok

peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan

(8)

berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan latar belakang kemampuan siswa, pengelompokan yang didasarakan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau darikemampuan. Pendekatan apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.

b. Adanya aturan kelompok

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai peserta kelompok. Misalnya pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.

c. Adanya upaya belajar setiap kelompok

Upaya belajar adalah segala akrifitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktifitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan – gagasan.

d. Adanya tujuan yang harus dicapai

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap

(9)

anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2009) unsur yang ada di dalam pembelajaran kooperatif ada enam yaitu:

a. Mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat.

b. Saling ketergantungan positif antar individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan).

c. Tanggung jawab secara individu.

d. Temu muka dalam proses pembelajaran. e. Komunikasi antar anggota kelompok. f. Evaluasi antar anggota kelompok.

C. Komponen utama dalam strategi pembelajaran kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2010) strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif ( cooperative insentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan structure insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif kooperatif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui structure insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan

(10)

memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

Jadi, hal yang menarik dari strategi pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.

D. Prinsip – prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Yatim Riyanto (2009) ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Positive independence artinya ada saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.

b. Face to face interaction artinya antar anggota saling berinteraksi dengan saling berhadapan.

c. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

d. Use of collaborative/social skill artinya menggunakan keterampilan berkerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.

(11)

e. Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2010) terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh karena itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing – masing anggota kelompok. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

(12)

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing – masing anggotanya dan mengisi kekurangan masing – masing. Kelompok pembelajaran kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkominikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

(13)

E. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2010) karakteristik pembelajaran kooperatif mempunyai empat karakteristik yaitu :

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran koopertif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai perencanaan, melalui langkah – langkah pembelajaran yang sudah di tentukan termasuk ketentuan – ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

(14)

pekerjaan bersama antar anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes. c. Kemampuan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh kebeshasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prisip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaraan kooperatif. Setiap anggota bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing – masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. d. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktifitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

F. Prosedur pembelajaran kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2010) prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu :

(15)

a. Penjelasan materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok – pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar pada kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pembelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok.

b. Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran secara umum tentang pokok – pokok materi pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing – masing yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilaksanakan dalam tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi pada setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah pengabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap anggota kelompok memiliki nialai yang sama dengan kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai

(16)

bersama dalam kelompknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

d. Pengakuan tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk mampu membangkitkan prestasi mereka.

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian pre- limitary research B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni semester genap tahun pelajaran 2011/2012

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan wild animals.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Tes formatif (lihat apendix)

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Bahasa Inggris pada pokok bahasan Wild Animals. Tes formatif ini diberikan setiap akhir pelajaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda.

(18)

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi aktivitas siswa dan tes formatif, Berikut ini adalah rencana pengambilan data dari melalui observasi aktifitas siswa dan tes formatif :

1. Observasi aktifitas siswa

Rencana aktifitas siswa yang akan di observasi adalah sebagai berikut : a. Rencana aktifitas dan penilaian siswa dalam konteks kelas

No Rencana Aktifitas Target Respon Siswa

1 2 3

1 Proses penyampaian materi oleh guru

- Mendengarkan dan

memperhatikan dengan baik - Bertanya kepada guru apa yang belum jelas atau yang belum mereka mengerti

2 Proses pembentukan kelompok - Siswa dengan mudah mau menerima anggota kelompok yang ditentukan oleh guru

3 Proses diskusi dalam kelompok - Siswa saling bekerja sama dan berdiskusi dengan baik

- Memanfaatkan waktu dengan baik - Tidak bergurau saat diskusi

(19)

1 2 3

4 Mengerjakan tes formatif - Mampu mengerjakan dengan baik - Mengerjakan tes formatif secara individu.

b. Rencana aktifitas siswa per kelompok dan penilaian

No Rencana Aktifitas Target Respon Siswa

1 2 3

1. Proses diskusi dalam kelompok

- Bisa berdiskusi dengan baik

- Saling bertukar pikiran dengan baik

- Yang sudah faham dengan materi mau memberikan penjelasan kepada teman yang belum faham

No Rencana aktifitas siswa

Respon siswa baik buruk

1 2 3 4

1 Proses penyampaian materi oleh guru √ -

2 Proses pembentukan kelompok √ -

3 Proses diskusi dalam kelompok √ -

(20)

2. Tes Formatif (lihat apendix )

Observasi aktifitas siswa dan tes formatif diatas dinilai dengan batasan nilai yang diambil dari kurikulum berkarakter MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo tahun 2012/2012 sebagai berikut:

a. Sangat baik : 90 – 100 b. Baik : 80 – 89 c. Cukup : 70 – 79 d. Kurang : 60 – 69 e. Buruk : < 59 E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau

No Rencana Aktifitas Siswa

Respon Siswa

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Proses diskusi √ - √ - √ -

2 Proses bertukar pikiran √ - √ - √ -

3

Kerja sama (Yang faham menjelaskan kepada yang belum mengerti)

(21)

fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pelajaran.

(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran , soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada tanggal 2 juni di Kelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo dengan jumlah siswa 17 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

c. Data Hasil Penelitian

Adapun data hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hasil observasi aktifitas siswa dalam konteks kelas pada materi wild animal.

(23)

No Aktifitas Respon

1 2 3

1 Proses penyampaian materi oleh guru

a. Pada awal pelajaran siswa memperhatikan dengan baik tetapi pada tengah pelajaran ada siswa yang begurau dengan temannya.

b. Bertanya kepada guru apa yang belum jelas atau yang belum mereka mengerti. 2 Proses pembentukan kelompok a. Pada awal pembentukan kelompok ada salah satu siswa yang kurang setuju dengan anggota kelompoknya tapi dengan penjelasan guru akhirnya siswa tersebut mau menerima.

3 Proses diskusi dalam kelompok a. Siswa saling bekerja sama dan berdiskusi dengan baik b. Memanfaatkan waktu dengan

baik

c. Ada yang bergurau saat berdiskusi

4 Mengerjakan tes formatif a. Mampu mengerjakan dengan baik

(24)

No Rencana aktifitas siswa

Respon siswa baik buruk

1 2 3 4

1 Proses penyampaian materi oleh guru √ -

2 Proses pembentukan kelompok - √

3 Proses diskusi dalam kelompok √ -

4 Mengerjakan tes formatif √ -

2. Hasil observasi per kelompok

No

Rencana Aktifitas Siswa

Respon Siswa

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

1 2 3 4 5

1 Proses diskusi Bisa berdiskusi dengan baik Bisa berdiskusi dengan baik Kurang bisa berdiskusi 2 Proses bertukar pikiran Saling bertukar pikiran dengan baik Saling bertukar pikiran dengan baik Tidak bisa bertukar pikiran dengan baik 3 Kerja sama (Yang

faham menjelaskan kepada yang belum mengerti) Yang faham mau menjelaskan kepada yang belum faham Yang faham mau menjelaskan kepada yang belum faham Cenderung individual

(25)

No Rencana aktifitas siswa

Respon siswa baik buruk

1 2 3 4

1 Proses penyampaian materi oleh guru √ -

2 Proses pembentukan kelompok - √

3 Proses diskusi dalam kelompok √ -

4 Mengerjakan tes formatif √ -

3. Hasil tes formatif

NO NAMA JUMLAH SOAL JAWABAN BENAR JAWABAN SALAH NILAI (Bx5) 1 2 3 4 5 6 1 Aprilia ardianti 20 20 - 100

2 Fatia nur rosida 20 19 1 95

3 Faza sabilil m 20 20 - 100 4 Firmansyah P 20 15 5 75 5 Fransiska diah 20 18 2 90 6 Jaka Yulia 20 16 4 80 7 Kharisma Putri 20 17 3 85 8 Kristina Dewi 20 14 6 70 9 Leliana F 20 14 6 70 10 Maulana Ja’far 20 19 1 95 11 M. Hafitz 20 18 2 90 12 M. Handoko 20 17 3 85

(26)

1 2 3 4 5 6 13 M. Zainullah 20 17 3 85 14 Nazar Alfiansyah 20 17 3 85 15 Nikmatul M 20 20 - 100 16 Pratiwi Eka 20 20 - 100 17 Yudistira Fajar 20 19 1 95 B. Pembahasan

Respon siswa untuk menerima metode kooperatif learning ini sangat baik karena mereka menganggap tugas mereka akan ringan karena tugas mereka dikerjakan secara bersama – sama. Hal ini dilihat dari tabel di bawah ini :

Kategori nilai Jumlah siswa

1 2 Sangat baik (90 -100) 9 Baik (80 – 89) 5 Cukup (70 – 79) 3 Kurang (60 – 69) - Buruk (< 59) - Total siswa 17

Dari analisa data penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran koperatif yang diterapkan dikelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo dapat berjalan dengan baik karena nilai yang didapatkan oleh siswa kelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo dari proses observasi aktifitas siswa rata – rata BAIK dan rata – rata nilai dari tes formatif adalah 88,24 dan bisa dikategorikan BAIK.

(27)

Dari data – data diatas ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan dalam metode pembelajaraan kooperatif learning yaitu :

1. Instrumen pembelajaran yang terstruktur baik. 2. Materi yang baik seperti

a. Pokok bahasan yang menarik terhadap anak – anak

b. Materi yang ditampilkan harus up date dikalangan anak – anak Dari data yang sudah didapat oleh peneliti sebaiknya metode pembelajaran kooperatif learning dilaksanakan apabila guru sudah bisa memahami karakteristik masing – masing siswanya sehingga guru bisa membentuk kelompok dengan baik untuk menghindari hal – hal yang bisa merusak diskusi dalam kelompok. Dan dengan mengetahui karakteristik dari masing – masing siswa, guru bisa memberi penjelasan lebih tentang apa itu bekerja sama dalam kelompok kepada siswa yang cenderung individual.

(28)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengelompokan nilai diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaraan kooperatif learning pada siswa kelas IV MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo berdampak positif. Itu dibuktikan dengan hasil pengelompokan nilai diatas yang menunjukkan bahwa siswa yang mendapat kategori nilai sangat baik yaitu 90 – 100 adalah 9 siswa, kategori baik 80 – 89 adalah 5 siswa, kategori cukup 70 -79 adalah 3 siswa dan tidak ada siswa yang mendapat kategori nilai kurang dan buruk.

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar bahasa inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif learning diperlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran kooperatif learning dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

(29)

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiar, Muhammad. “let’s Talk in English”. Lamongan. Dikdasmen Muhammadiyah

Riyanto, Yatim. 2010. “Paradigma Baru Pembelajaran”. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sanjaya, Wina. 2009. “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart proses pendidikan”. Jakarta.Prenada Media Group.

Tola, Burhanudin. 2003. “Standart Penilaian Di Kelas”. Jakarta. Departemen Agama RI.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator hasil adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran untuk

Dari data yang diperoleh menunjukkan ~ ahwa pada membran komposit khitosan Kl % mempunyai ketebalan yang rendah dibandingkan dengan membran komposit yang lain, sedangkan pad a

(1) Apabila cedera yang diuraikan dalam Pasal 2 merupakan sebab langsung dari kematian Tertanggung dalam jangka waktu 365 hari sejak tanggal terjadinya

pembelian pada Ranch57 Café &amp; Resto Medan Achmad Ardi Irawan (2010) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang Pengaruh store atmosphere terhadap keputusan

a) Wanita Pekerja Seks (WPS) Langsung adalah wanita berumur 15 tahun atau lebih yang telah berhubungan seks komersial dengan paling tidak satu pelanggan dalam satu bulan terakhir,

Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah jo Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Dearah

(3) Dalam menjalankan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Ketua dibantu pengelola keuangan Sekolah Tinggi wajib menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap parameter logam berat Timbal (Pb) pada sampel sedimen pada titik 1 – 5 diperoleh konsentrasi logam berat Timbal