• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Eti Poncorini Pamungkasari*, Ari Natalia Probandari*, Maharani Indah Dewanti**, Pitra Sekarhandini** 5  ;

(2)  !

(3) \ ] 

(4) ; ^ Y

(5) 

(6) & 

(7) !   !

(8)

(9) $   5 ] 

(10) ; ^ Y

(11) 

(12) & 

(13) !   Tuberculosis Patients Conducting HIV Tests On Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Abstract \ ~   ~ ~ 

(14) Y   \ 

(15) < >

(16) 

(17)  ~ ~ Y  \=

(18)  

(19) <=>  Y .  =

(20)  

(21) <=> = 

(22)    

(23) &      

(24) Y ~   ~. 

(25)   ~& 

(26)

(27)  <> 

(28)  =

(29) 

(30) $ 

(31)   

(32)  &Y  

(33) ~ 

(34) 

(35)   $   

(36)  & $  Y ~~  $ $ 

(37)

(38)     

(39)

(40)  

(41)    ~. 

(42) =

(43) \

(44) 

(45) &

(46) Y  

(47) \

(48) $

(49) 

(50)

(51) 

(52)    \ <

(53)

(54) 

(55)   >

(56)  $

(57) 

(58) 

(59)   

(60) $  

(61) 

(62)     ~. 

(63) = !\ ' " &?'9WW}

(64) \

(65) X9 5 &  &\   ‘

(66)  &       $ 

(67)

(68) ~  

(69) 5  ~ 

(70)   $ \ˆ$ & Y   \

(71)

(72) 

(73) 

(74) 

(75) $   

(76)   & $ Y

(77) ~~  $ $ 

(78)

(79)     

(80)

(81) &  

(82) 

(83)  \

(84)   <’'+'x"[’'Xq=’WW?#9'q}>Y\   ~  

(85) ~ $

(86)   #

(87)    

(88) 

(89) 

(90)  

(91)  &  

(92) *  ~ Y\~~ Y\ &&   

(93)  $ 

(94)

(95)     

(96)

(97)  Keywords: Ž

(98) Y Ž# Ž Y ~ . PENDAHULUAN \  & 

(99)

(100)  <>  ~

(101)  Human 

(102)    (HIV) diketahui mempunyai  

(103) \ &  qW{  HIV ternyata menderita TB pada masa hidupnya1,2 Bahkan, TB merupakan penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas orang-orang dengan HIV 3,4.  %  

(104)  

(105)     dengan tingkat epidemi HIV rendah, namun jumlah 

(106) 

(107)  .5   

(108)    

(109)   5  

(110)    9WW|   Y 

(111)  .5

(112) &

(113)  x'9  'WWWWW @ 

(114) 

(115) & 5

(116)  5. Injecting-Drug Users <5^>  9WW| 

(117) # 

(118)  X|} 

(119) 

(120)  X}q} 

(121) 

(122)   '9``  

(123) 

(124)  .5  5     \  

(125) #

(126)  \

(127) &

(128)  ?x|? 

(129) 

(130) . 122. J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011. HIV AIDS dan 2947 kasus AIDS5 Disisi lain, masalah TB merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena Indonesia berada dalam rangking ketiga dunia     

(131) 

(132)         HIV menekankan pada surveilans untuk menemukan # \  ~

(133)  Y 

(134)   <

(135) Y 

(136) > Tuberkulosis (TB) merupakan koinfeksi paling dominan untuk HIV, maka strategi surveilens untuk HIV mulai diintegrasikan dengan surveilens TB6 Surveilens HIV awalnya dilakukan dengan prinsip voluntary dengan inisiatif dari klien, atau yang disebut dengan client innitiated Voluntary Counseling and Testing <=> ‰ 

(137) 

(138)   =         5  

(139)  

(140) &  maka dikembangkan Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) atau Routine Counseling and Testing <[=>  

(141)  \   .

(142) ~

(143). 

(144)  

(145)   \   \      =   # &# ~  juga dikembangkan berbagai model yang lebih   =  

(146) \ 

(147)   = &&

(148)

(149)   < &

(150)  => = & <& =>$=

(151)  |5  

(152)  =   \   ~ baru dan belum menjadi kebijakan nasional, karena 

(153) 

(154) & 

(155)      !

(156)  \     \        

(157)  ;

(158)    !

(159) \  

(160)  9WW|   #

(161)     

(162)  = \   beberapa faktor yang mempengaruhi kesediaan melakukan tes HIV, seperti rasa takut terhadap 

(163)  

(164)    

(165) 

(166)  

(167)  

(168)  Stigma, kurangnya pengetahuan tentang risiko HIV pada diri sendiri, ketidakterbukaan, keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan serta aspek ketidakadilan jender juga merupakan faktor determinan 6-11 ]    \     mempengaruhi kesediaan untuk melakukan tes HIV        ‰    

(169)  penelitian terdahulu masih ada perbedaan hasil        .  \ \  ada hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan kesediaan tes HIV, ada yang sebaliknya12 Meskipun telah banyak studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan melakukan tes    

(170)  = 

(171)     

(172)  =& &\ & 

(173)    studi-studi lain tentang kesediaan pasien untuk tes     .      

(174)

(175)  hubungan antara tingkat pendidikan dan kesediaan melakukan tes HIV pada pasien-pasien TB dalam = BAHAN DAN CARA KERJA .     .   .   <

(176)

(177) #

(178)   >. .         

(179)  ;

(180)    !

(181) \  <;!>   

(182) .  

(183) 

(184) 

(185)  TB/TB dengan risiko HIV yang datang ke fasilitas. ;!     

(186) +<>

(187)  suspek TB dengan risiko HIV, dan (b) pasien yang     

(188)

(189)    

(190)  

(191)   ditetapkan jika ada gejala respiratorik berupa batuk ‡ 3 minggu, batuk darah, sesak napas dan nyeri data serta gejala sistemik berupa malaise, nafsu makan turun, demam, keringat malam hari, dan berat badan  5 

(192)

(193)         

(194) 

(195)  $  $ <> Risiko HIV meliputi pengguna narkoba jarum suntik, pekerja seks, berganti-ganti pasangan, riwayat infeksi menular seksual, jenis pekerjaan yang berisiko tinggi misal pekerjaan yang berpindah-pindah tempat (supir, pelaut), migran, tuna wisma dan pekerja bar atau salon, riwayat transfusi darah dan produk darah <5

(196) [9WWx>& 

(197)  

(198)  .  jika mengalami hambatan untuk berkomunikasi

(199)  Y& 

(200)     &

(201) 

(202)    .  Sampel penelitian adalah seluruh pasien yang       

(203)  \    ;! Surakarta dari tanggal 1 Mei 2009 sampai dengan ?' " & 9WW} 

(204) 

(205)   \     X9 Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri adalah tingkat pendidikan, sedangkan variabel terikat adalah 

(206)     

(207)          

(208) 

(209) &      ~  terakhir yang ditempuh, diukur dengan kuesioner 

(210)      <5

(211) .5 !.!# !   . #^ Y

(212) 

(213) > ;

(214)   melakukan tes HIV diukur dengan kuesioner dengan

(215)    <\ > 

(216)     =   ;!   dan memenuhi kriteria inklusi diberikan informed consent     \  &

(217)   menjadi subjek penelitian, mereka diminta mengisi 

(218)          \ 

(219)     ;! &  informed consent =  & 

(220)   konselor menanyakan kesediaan pasien tersebut   

(221)  

(222)

(223)     Fisher’s exact^  

(224)

(225)  . J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011. 123.

(226) pendidikan formal dikategorikan dalam dua kelompok yaitu pendidikan dasar (SD), dan menengah - tinggi <!! ^ Y

(227) 

(228) > HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel '; 

(229) 

(230) . . 1. 2. 3. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur (tahun) 18-30 31-40 >40 Tingkat Pendidikan Dasar (TK, SD) Menengah (SMP-SMA) Tinggi (PT, Akademi, Institut, Politeknik). 32 10. 29 9. 3 1. 20 12 10. 19 12 7. 1 0 3. 8 34 0. 7 31 0. 1 3 0. Responden pada penelitian ini ternyata tidak ada \     

(231)  Fisher’s exact menunjukkan tidak ada hubungan yang &

(232) 

(233) 

(234)       formal dengan kesediaan pasien tuberkulosis   

(235)  <"[’'XqŽ’''x> & 9^ Fisher’s exact. .        = tentunya institusi pelayanan kesehatan memegang    \     

(236) 

(237)   

(238)      

(239)    pendidikan, intitusi pelayanan kesehatan akan berupaya semaksimal mungkin supaya klien bersedia   

(240)   [\ & 

(241)  &$ pakar kesehatan, dalam hal ini adalah konselor atau dokter, mempunyai pengaruh pada kesediaan tes HIV 13     

(242) 

(243)      masyarakat Indonesia, terutama dengan latar belakang pendidikan dasar dan menengah, bahwa tenaga medis adalah kalangan berpendidikan tinggi         \. 124. J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011.     

(244)  

(245) &  Hasil penelitian ini berbeda dengan studi terdahulu yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesediaan untuk melakukan tes HIV 13,14,15       dapat mempengaruhi kesediaan seseorang untuk melakukan tes HIV karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi \ .  

(246) 

(247)   ~

(248) \ dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kesediaan

(249) 

(250)   

(251)   ‰    .    \  

(252) \

(253) . <9WW`> .   \         5

(254)    *      &$      

(255)       

(256)  

(257) 

(258)      

(259)   Dengan demikian, tingkat pendidikan yang lebih.     &$ ~

(260)  yang dimiliki seseorang tentang HIV juga akan lebih &\" & 

(261)    ~

(262)  tentang HIV dari media massa dan tempat lain selain

(263)  ~ 

(264)  \\     &‰. 5

(265)

(266)  *     =

(267)  .        = 16,17    ~  di Indonesia, rata-rata masih mengajarkan teori keilmuan, belum banyak yang mengajarkan teori 

(268) !

(269)  \     

(270)   menengah atas, pengetahuan tentang HIV diajarkan

(271) 

(272) &

(273)   Y   <& Y 

(274) 

(275) ~  virus) pada mata pelajaran biologi, tidak membahas informasi umum tentang penyakit HIV (siapa yang termasuk orang berisiko, bagaimana prosedur bagi orang berisiko untuk melakukan tes HIV, dimana &

(276)   

(277)  > Π.             ;    Πmenyatakan pelajar lebih banyak mendapatkan informasi tentang HIV dari media massa seperti  Y

(278)   &     

(279)    

(280) 

(281)         &&~       Œ.

(282) juga meneliti tentang pengaruh status ekonomi pada      

(283) \  

(284)  

(285)  ekonomi juga mempengaruhi pengetahuan tentang    

(286)  

(287)      .   pengetahuan tentang HIV yang lebih tinggi daripada pelajar dengan status ekonomi rendah '| 

(288)   mungkin, mengingat pelajar dari status ekonomi.    &     

(289) 

(290) 

(291) &. ~

(292) 

(293)          Y

(294)  Selain itu, pelajar dari sosial ekonomi tinggi akan mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibanding  

(295) 

(296)    

(297) 

(298)    rendah akan menghabiskan waktu diluar sekolah dan belajar untuk membantu keluarga, misalnya untuk membantu pekerjaan rumah sehari-hari atau &  &

(299)   Selain pengetahuan, ada faktor lain yang mempengaruhi kesediaan seseorang untuk   

(300)   .  \   di Hongkong dengan wanita hamil sebagai responden oleh Lee, menyatakan faktor kuat yang berhubungan dengan kesediaan melakukan tes HIV pada antenatal adalah akses untuk mendapatkan. ~

(301)    

(302) 

(303) \ 

(304)   jalan untuk mendapatkan informasi melalui media 

(305)

(306)  

(307)     Y

(308)   Q  

(309)  5  .         akses untuk mendapatkan informasi tentang HIV dan pengetahuan tentang HIV merupakan faktor terpisah, masing-masing adalah variabel yang akan mempengaruhi kesediaan seseorang untuk tes HIV13 ! 

(310)  .  

(311)   lain oleh Smith menyebutkan bahwa pemahaman yang belum mendalam tentang HIV mempengaruhi kesediaan tes HIV, termasuk didalamnya adalah kurangnya informasi tentang tempat dimana mereka bisa melakukan dan bagaimana prosedur tes HIV 19.  @  ~

(312)  \  &   

(313) 

(314)  untuk mendukung kesediaan melakukan tes HIV.  \   

(315)         

(316)    

(317)   Tingkat pendidikan berbeda dengan dengan health literacy Health literacy lebih luas dari.       

(318) 

(319) &  

(320) 

(321) 

(322) 

(323) 

(324)  . ~ 

(325) 

(326)     memperoleh, memproses dan memahami informasi kesehatan dalam membuat keputusan   

(327)  \       \ merupakan salah satu aspek saja dalam health literacy .   \  &$ health literacy berhubungan dengan kesediaan seseorang melakukan tes HIV 12‰   penelitian terdahulu melaporkan bahwa tingkat   

(328)   health literacy      ~   

(329)   \   dengan tingkat pendidikan rendah kurang terlibat   &   

(330)    menyerahkan pada dokter yang merawat 19Health literacy    \  ~

(331)  .   ~  .    ^     health literacy ini, sangat penting bagi seseorang untuk mau &

(332) 

(333) 

(334)  ~   ~

(335)  baru dan memperbaharui pengetahuan tentang 

(336)  ‰      jawab bidang kesehatan juga mempunyai andil dalam menyediakan informasi kesehatan yang bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat20 Keterbatasan penelitian ini adalah tidak memperhitungkan faktor lain yang berhubungan dengan kesediaan seseorang melakukan tes  & .  \&  &$ faktor yang berhubungan kuat dengan kesediaan 

(337)    

(338)     

(339)    Orang yang berisiko HIV, merasa lebih baik tidak    &$       mereka mengetahui bahwa mereka adalah pengidap HIV, mereka harus menanggung dampak baik

(340)   &  

(341) 

(342)  

(343)  

(344)   emosional, bahkan dapat mempunyai pemikiran &$           apabila dihubungkan dengan stigma dan penolakan

(345) 

(346)  & \

(347)  

(348) &\  HIV, tetapi tidak mengetahuinya, mereka tidak akan mempunyai pemikiran yang berat tersebut 21 .     &      

(349)  penelitian tentang ketakutan mereka akan prosedur. J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011. 125.

(350) 

(351)       

(352)  

(353)  ‰    bila dihubungkan dengan kesediaan tes, ternyata dengan regresi logistik didapatkan bahwa perasaan  

(354)  

(355) 

(356) 

(357) 

(358)  

(359)     

(360)     

(361)   <”’ #'`} ’W'XW = }`{ WW?#'q| ‰  [•’9}`{>      

(362)  

(363)   

(364)     

(365)  

(366) 

(367) 

(368)  

(369)  <”’#Wx|’W''|=}`{ W'x#'99‰ [•’9|}{>\

(370)    juga mempengaruhi kesediaan seseorang terhadap 

(371)   .      

(372)   wanita hamil untuk melakukan tes HIV menunjukkan hasil bahwa wanita Amerika Latin lebih baik daripada wanita Asia dalam kesediaan melakukan tes HIV22. X. `. q. x KESIMPULAN DAN SARAN    & \ &

(373)  statistik antara tingkat pendidikan formal dengan kesediaan pasien tuberkulosis melakukan tes HIV pada program Provider Inisiated Testing and Counseling <’''xŽ "[’'XqŽ=’WW?# 9'q}> 

(374)  

(375)  

(376) &  .  merekomendasikan untuk perlunya penelitian      ~    <mixed methode) untuk lebih bisa menggali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan orang dengan risiko HIV untuk melakukan tes HIV, khususnya pada pasien tuberkulosis sebagai koinfeksi paling dominan   ~

(377)  . |. }. 'W. DAFTAR PUSTAKA '. 9. ?. 126. *

(378)   ![  ; *  ~  Y & 

(379)

(380)    

(381)     '}}`Ž?X`+|}W#? =ˆ ‚"=& 

(382)

(383)   +   

(384)    

(385)   

(386)  Y &  @  

(387)

(388)  \

(389)  

(390) 5 = 9WW?Ž9+'Wq#9? !  5Œ ! 5  

(391)  & 

(392)

(393)  

(394)  ~  \       Y . J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011. ''. '9. '?.   

(395)  

(396) &#~ 59WW'Ž '`+'X?#`9 =&  * %  =@ %  ‰      $  & ~ & 

(397)

(398) +  &  

(399)     

(400)  $         !9WW?Ž'q?+'WW}#9' 5  !– 5  ;

(401)   [&  

(402)   

(403)  ;

(404) 

(405)  .5 di Indonesia. 2008  +..

(406)  .  . 

(407) .   =~< 

(408) 

(409) '}]& 9WW}>  ‰‰ ‰   [

(410)  ! ] \ ! !@! Y  .    

(411)  

(412)      

(413)  

(414) Ž 

(415) ~      @&5

(416)  9WW|Ž'9<?>+q}#x9 % " $

(417)   Y

(418)   

(419)

(420) +

(421)    priority HIV/AIDS interventions in the health

(422)  9WW|Y &  +$$$$  . Y.&. $

(423) — Y

(424)  —

(425)

(426) — —9WW|~ (

(427)

(428) ]&\'q9WW}> ! Y @; !&  ]* *  

(429)

(430)  Y  \ 

(431)   

(432)  &#  ~ +   Y 

(433)  ~. Y  9WW'#9WWx  !        9WWxŽ'9<9>+'?'`#99 ‚

(434)      ]

(435)   Y . .    

(436)   

(437)      ~. 

(438) €$ 

(439)  

(440) ~   human rights of pregnant women? Developing %    

(441) 9WW|Ž|<'>+'Xx'#|x?' ;$ ˆ\@  \=

(442)  

(443)  ~  %

(444)    & ;  [$@‘ 5 \9WW9Ž?'+XW|#'`    ‚ˆ 

(445)  ‚ ^$ ; & ;; "   ‚ = 5#   

(446)     

(447) 5=9WW`Ž'x<X>+ X'?#9X  ! 

(448)  ‚ % 

(449)  ! ]# 

(450)  = 5~~

(451)  %   [  = $    \

(452)   

(453)

(454)     $     

(455)   @‚ !9WW`9W+X99#` ;=%;$=%%Œ.

(456) 'X. '`. 'q. 'x. 

(457)

(458)     ~  

(459) .      ˆ   ~        &\ 

(460)  5 = 9WW`Ž 'x<9>+'X'#`9 Adeneye AK, Brieger WR, Mafe MA, Adeneye     ;; . \ !    % 

(461)

(462)  to seek HIV 

(463)   

(464)      $          

(465)   "    ‰       ™  \ ~ = \  !  9WWq#9WWx9q<X>Ž 337-53 Anand A, Siraishi RW, Sheikh AA, Marum LH,   " !

(466) 

(467)  %      ~ 

(468)  \ &          ~ 

(469)        test    Y  ~ # # HIV transmission programme.  ;\ 9WW} !     9WW`+'X <'W>+'9'`#} Henderson SJ, Bernstein LB, St George DM, 5\ @=& #

(470)  ‚"  % + $!5\;$ Where Are They Getting Their Information? J ‚  9WWXŽ`9+'`X}€`? 5

(471)

(472) 5 &$&!5  

(473)  ~ ~  \ 

(474)     =  

(475)  

(476)  5 = 

(477)    5 5$*

(478) *   *  @  5Y 9WW}Ž9?+9#`. '| Œ  ;$*=;  . AIDS Knowledge, Attitudes, Related Behaviors,  

(479)  ~ ~   ;  

(480) 

(481)  @    9WW` x`<'W>Ž 393-9 '}   ; 5   Y  ‰ & 5 !=~~\ ;@ *      Y Y .    

(482)    

(483)

(484)   ~~   ~    \

(485)   !9WW}Žq}<'9>'|W`#'9 9W ; 

(486) &  Y     \   *^ +$*~~   Y   =. ˆ   

(487)     *   ] ‚

(488)   2004 9' ! 

(489) @ = &

(490)  ‰

(491) = š

(492) &   $+ Y & 

(493)      \ =

(494)    

(495)   &# ~  ! 

(496) .     5 *   Y  9WW}+9'<q>Ž`|9#}? 99 Œ  !  !Y =  [[ Q ~ an “opt-out” test

(497)  \     ~ 

(498)     \ Y 

(499) 

(500)  .  \ "&

(501)   ‚\  9WWxŽ ''W <'>Ž |'#q. J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011. 127.

(502)

Referensi

Dokumen terkait

Gambar C.16 Produk Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal dan Bahan Penyerasi Alkanolamida setelah

Dari tahap tindakan, didapatkan data peningkatan keterampilan menulis resensi buku ilmiah pada 89 mahasiswa, didapatkan hasil pada aspek menulis judul resensi sebanyak

Algoritma RSA adalah salah satu algoritma kunci publik yang dapat digunakan untuk sistem tanda tangan digital.. Mekanisme kerja algoritma RSA cukup sederhana dan mudah

Evaluasi AKIP merupakan alat dalam rangka peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, evaluasi AKIP diperlukan bagi setiap instansi

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan Laba Akuntansi terhadap Persistensi Laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang

Dalam laporan akhir ini penulis mewawancarai langsung pemilik UKM Ridho Jaya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan penulis seperti jumlah produk yang

PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan petunjuk yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini;... Bapak

kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, Profesionalisasi guru dan Iklim sekolah secara bersama-sama terhadap motivasi kerja guru 24,8%, dengan kontaminasi bersa 1% dianggap kecil