• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KARBOHIDRAT SEDERHANA DENGAN KARIES GIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KARBOHIDRAT SEDERHANA DENGAN KARIES GIGI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

49

Jeineke Ellen Ratuela1), Yohanis Tomastola2), Eka Indrawan Saleh3)

1)3)

Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang 2)

Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. Parigih Tujuh Malalayang

Abstract; The formation of plaque and carbohydrate on the teeth requires a certain

minimum time to form acids and is able to lead to demineralization email. Not all carbohydrates the same degree kariogeniknya. Sucrose is the most cariogenic sugar, although other sugars remain dangerous. And since sucrose is the most widely consumed sugar, the sucrose is the primary cause of dental caries. This study aims to determine the relationship of the simple carbohydrate consumption habits with dental caries in junior high school students 4 Tondano.

This type of research is an observational study with cross sectional design. The way the sampling is systematic random sampling, sample size in this study using a formula Estimating a Population Proportion with Specified Absolute Precision, with a sample of 96 respondents. The data obtained is then tabulated and to look at the relationship simple carbohydrate consumption habits with dental caries using Chi-Square test. The results showed that the results of Chi-Square test with a significance level of 0.05, with the value ρ = 0.105 is greater than the value of α = 0.05 (p> 0.05), it can be concluded that there was no correlation between the Simple Carbohydrates Eating Habits Dental caries in Junior High School Students 4 Tondano Minahasa.

Keywords: Simple Carbohydrates, Dental Caries Masalah kesehatan di Indonesia khususnya kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang meningkat menjadi urutan tertinggi yaitu penyakit karies gigi. Menurut Riskesdas 2007, angka prevalensi karies gigi penduduk umur 12 tahun keatas di Sulawesi Utara adalah 47,4% dan pengalaman karies 67,9% serta index DMF-T 5,01%. Prevalensi karies yang tinggi ini menjadi bukti bahwa kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya (RisKesDasar, 2007).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Nasional tahun 2007 penyakit karies gigi dengan skor DMF-T di Indonesia mencapai 4,85%. Prevalensi masalah gigi dan mulut pada beberapa provinsi di Indonesia di temukan yang tertinggi yaitu di Gorontalo (33,1%), Sulawesi Tengah (31,2%), di Aceh (30,5%), Sulawesi Utara (29,8%) dan

Kalimantan Selatan (29,2) (Depkes, 2007). Prevalensi penduduk bermasalah gigi dan mulut menurut provinsi pada tahun 2007 23,2% dan tahun 2013 25,9%. Data Ini menunjukan bahwa adanya peningkatan kerusakan gigi dan mulut selang 2007-2013 (Kemenkes, 2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan angka prevalensi penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut 12 bulan terakhir di Sulawesi Utara adalah 30,1% dan index DMF-T pada penduduk usia 12 tahun keatas 4,8%. Persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang mengkonsumsi makanan manis 53,1% dan sekitar 15,6% mengkonsumsi makanan bersumber tepung terigu berupa roti serta 13,4 % mengkonsumsi biskuit > 1kali/hari (Kemenkes, 2013).

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat

(2)

difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. Untuk terjadinya karies, ada 3 faktor yang harus ada secara bersamaan. Ketiga faktor tersebut adalah: bakteri kariogenik, permukaan gigi yang rentan, dan tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri (Putri dkk, 2012).

Karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai bahan makanan yang dikonsumsi, terutama pada bahan pangan yang banyak mengandung zat tepung/pati dan gula. Dapat dijelaskan bahwa pada bahan pangan yang dikonsumsi rakyat Indonesia kandungan karbohidratnya cukup tinggi, yaitu sekitar 70% sampai 80%, terutama pada serialia (padi-padian) dan umbi-umbian. Selain itu terdapat pada bahan pangan lainnya (Kartasapoetra, 2010).

Hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal, 1 Februari 2015 pada siswa-siswi SMP 4 Tondano yang berjumlah 20 orang dari hasil wawancara ternyata semua mempunyai kebiasaan yang sama yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman yang berasal dari karbohidrat sederhana lebih dari sekali sehari contohnya kue, coklat, permen, teh, susu, dan minuman ringan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi pada siswa SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian analitik dengan rancangan crossectional. Populasi dalam penelitin yaitu seluruh siswa-siswi SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa berjumlah 591 orang, dengan sampel penelitian berjumlah 96 orang. Variabel terikat dalam penelitin ini yaitu, karies gigi, dan variabel bebas yaitu

kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat sederhana

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

Umur Jumlah Persentase

11-12 Tahun 36 37,5 %

13-14 Tahun 60 62,5 %

Total 96 100 %

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi responden terbanyak pada kelompok umur 13-14 tahun sebanyak 60 responden (62,5%), diikuti kelompok umur 13-14 tahun sebanyak 60 responden (62,5%).

2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 36 37,5 %

Perempuan 60 62,5 %

Total 96 100 %

Berdasarkan data pada tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut jenis kelamin terbanyak adalah perempuan berjumlah 60 responden (62,5%) dan yang paling sedikit laki-laki 36 responden (37,5%). 4. Distribusi Kategori Karies Berdasarkan Indeks DMF-T responden.

Distribusi kategori karies berdasarkan indeks DMF-T responden dapat dilihat pada tabel 3.

(3)

Tabel 3. Distribusi Kategori Karies Berdasarkan Indeks DMF-T Responden Kategori karies berdasarkan indeks DMFT Jumlah Persentase Baik 12 12,5% Buruk 84 87,5% Total 96 100%

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi kategori karies berdasarkan indeks DMF-T responden terbanyak adalah kategori buruk berjumlah 84 responden (87,5%) dimana setiap responden memiliki karies gigi > 3 jadi termasuk dalam kategori buruk, dan baik berjumlah 12 responden (12,5%) dimana setiap responden memiliki karies gigi < 3 jadi termasuk dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian rata-rata responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan manis seperti karbohidrat sederhana yang berlebihan dan kebersihan gigi dan mulut yang buruk saat dilakukan pemeriksaan DMF-T.

5. Distribusi Klasifikasi Konsumsi Karbohidrat Sederhana Responden.

Distribusi klasifikasi konsumsi karbohidrat sederhana responden dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Klasifikasi Konsumsi Karbohidrat Sederhana Responden Klasifikasi Konsumsi Karbohidrat Sederhana Jumlah Persentase < 55 % (Normal) 47 49 % > 55 % (Tinggi) 49 51 % Total 96 100

Berdasarkan data pada tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut klasifikasi mengkonsumsi karbohidrat sederhana berdasarkan standart kecukupan terbanyak adalah kategori tinggi sebanyak 49 responden (51%) dimana responden mengkonsumsi karbohidrat sederhana > 55% dan kategori normal sebanyak 47 responden

(49%) dimana responden mengkonsumsi karbohidrat sederhana < 55%. Hal ini dikarenakan rata-rata responden mengkonsumsi karbohidrat sederhana secara berlebihan dan dikonsumsi secara terus menerus, dan berdasarkan hasil penelitian karbohidrat sederhana yang paling sering dikonsumsi diantaranya roti, coklat dan permen, dimana setiap potong roti menghasilkan 25gr karbohidrat sederhana, coklat 11gr karbohidrat sederhana, dan permen 2,5gr karbohidrat sederhana.

6. Klasifikasi Mengkonsumsi Karbohidrat Sederhana Dengan Karies gigi.

lasifikasi mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Mengkonsumsi Karbohidrat Sederhana Dengan Karies Gigi

Klasifikasi Mengkonsumsi

Karbohidrat Sederhana

Total

Kategori Normal Tinggi

Karies gigi

n % n % N %

Baik 9 19,1 3 6,1 12 100

Buruk 38 80,9 46 93,9 84 100

Total 47 100 49 100 96 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam klasifikasi normal tetapi memiliki karies gigi dalam kategori buruk sebanyak 38 responden (80,9%) lebih banyak dibandingkan dengan kategori karies gigi baik sebanyak 9 responden (19,1%). Ini dikarenakan walaupun asupan karbohidrat sederhana dari responden normal tetapi ada faktor lain yang menyebabkan kategori karies gigi buruk diantaranya kebersihan gigi dan mulut tiap responden. Adapun responden yang mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam klasifikasi tinggi dan kategori karies buruk sebanyak 46 responden (93,9%) lebih banyak dibandingkan responden yang

(4)

memiliki kategori karies gigi baik sebanyak 3 responden (6,1%). Sesuai dengan penelitian Darwita (2011) bahwa tinggi konsumsi gula dapat menyebabkan nilai DMF-T tinggi. 7. Hasil Uji Chi-Square

Hasil uji Chi-Square antara variabel kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi pada siswa SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa dengan tarif signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Statistik Chi-Square Kategori Karies Gigi Klasifikasi Mengkonsumsi Karbohidrat Sederhana Total ρ Normal Tinggi Baik 9 3 12 Buruk 38 46 84 Total 47 49 96 0,105

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada tabel 6 diperoleh ρ=0,105. Hasil uji

Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05) diperoleh nilai ρ=0,105 (0,105>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi pada siswa SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa.

B. Pembahasan

Pembentukan plak dan karbohidrat yang

menempel pada gigi membutuhkan waktu minimum tertentu untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakharida ekstra sel. Walaupun demikian, tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Dan karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan

penyebab karies yang utama (Kidd dan Bechal, 2012).

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam klasifikasi “normal” dan memiliki karies gigi dalam kategori “baik” sebanyak 9 responden (19,1%), sedangkan yang mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam klasifikasi “normal” yang memiliki karies gigi dalam kategorikan “buruk” sebanyak 38 responden (80,9%). Adapun responden yang mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam klasifikasi “tinggi” yang memiliki karies gigi dalam kategori “baik” sebanyak 3 responden (6,1%), sedangkan yang mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam klasifikasi “tinggi” yang memiliki karies gigi dalam kategori “buruk” 46 responden (93,9%). Hasil analisa data dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,105 lebih besar dari nilai α = 0,05 maka hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi pada siswa SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rai (2008) dimana kebiasaan makan makanan kariogenik seperti coklat, es krim, permen, roti, dan lainnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terbentuknya karies gigi. Selanjutnya, Tahulending (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan makanan manis dan mudah melekat dengan karies gigi. Hal ini terjadi karena masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh pada kejadian karies yaitu plak, bakteri, keadaan gigi, waktu, saliva dan kebiasaan menyikat gigi. Penelitian ini menggunakan alat ukur food frequency

questionaire dimana melihat asupan

karbohidrat sederhana tiap responden yang mencangkup roti, biskuit, donat, coklat, cake, permen, es krim, susu, coca-cola, teh kotak, dan sirup berdasarkan frequency mengkonsumsi apakah per hari, minggu,

(5)

bulan, ataupun tahun. Menurut Hamada dan Uli (2008) bahwa faktor karies gigi terdiri dari faktor utama yang meliputi faktor host atau tuan rumah, faktor agen atau mikroorganisme, faktor substrat atau diet, faktor waktu, dan beberapa faktor risiko diantaranya pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri saliva dan pola makan, serta faktor risiko demografis yang meliputi umur, jenis kelamin dan sosial budaya. Selain itu juga menurut Kidd dan Bechal (2012) faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi diantaranya plak, peran bakteri, peran

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi karbohidrat sederhana dengan karies gigi pada siswa SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa.

Saran

Kepada siswa-siswi SMP 4 Tondano Kabupaten Minahasa agar dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara rajin menyikat gigi tiga kali sehari pagi sesudah sarapan pagi, siang sesudah makan siang, dan malam sebelum tidur, kurangi makanan yang manis dan mudah melekat dan rajin memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali ke perawat gigi atau dokter gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu

Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Bahar, Armasastra. (2011). Paradigma Baru

Pencegahan Karies Gigi. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Dewi. NH, Mustika (2012). Bahan Pangan ,

Gizi, dan Kesehatan. Alfabeta,

Bandung.

Darwita, R.R, Novarida, H. Budiharto, Pratiwi, P. Amalia, R dan Asri, R. Sandi. (2011). Efektifitas Program Sikat

Gigi Bersama Terhadap Risiko Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar. J

Indon Med Assoc, Vol : 61, No 5. Hal 207.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Riset

Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan

Pengembangan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta.

Haryani, W. Hardi, H dan Hendratini, Y. (2002). Hubungan Konsumsi Karbohidrat Dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah di Kecamatam Depok,

Sleman Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat XVII. Hal 132.

Herijulianti, Eliza, Indriani, Svasti, Tati, Artini, Sri. (2002). Pendidikan

Kesehatan Gigi. EGC, Jakarta.

Kidd, Edwina, A.M, Bechal-Joyston, Sally. (2012). Dasar-dasar Karies Penyakit

dan Penanggulangan. EGC, Jakarta.

Kartasapoetra, G, Marsetyo, H. (2010). Ilmu

Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta,

Jakarta.

Moynihan P and Petersen E.P. (2004). Diet

Nutrition and The Prevention of Dental Disase. Public Health : 7(1A), 201-226

Copenhagen, Denmark hal 211.

Putri, Megananda, Hiranya. Herijulianti, Eliza & Nurjannah, Neneng. (2012).

Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi.

EGC, Jakarta.

Sriyono, Widyawati, Niken. (2005).

Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan. Medika Fakultas

(6)

Sondang Pintauli, Taizo Hamada. (2008).

Menuju Gigi dan Mulut Sehat. USU

Press, Medan.

Tarigan, Rasinta. (2013). Karies Gigi Edisi 2. EGC, Jakarta.

Gambar

Tabel 3. Distribusi Kategori Karies Berdasarkan Indeks  DMF-T Responden  Kategori karies  berdasarkan indeks DMFT  Jumlah   Persentase   Baik   12  12,5%  Buruk   84  87,5%  Total    96  100%

Referensi

Dokumen terkait

7) Mengurangi ( Demarketing ) karena Permintaan yang berlebihan (overfull demand) Adalah suatu keadaan dimana permintaan lebih besar dari pada penawarannnya. Perusahaan

Penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan melakukan penelitian yang berjudul ” Kajian Susut Pasca Panen dan Pengaruh Kadar Air Gabah terhadap Mutu Beras Giling Varietas Ciherang

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis velg sepeda motor roda dua yang bahan dasarnya baja karbon rendah dengan variasi lapisan permukaan (coating)

Sedangkan kesalahan dalam membaca kata yaitu pembalikan kata, penggantian huruf vokal, penggantian huruf konsonan, penambahan huruf di tengah dan di akhir,

Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.1 dari analisis statistik deskriptif mengenai dampak pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah investasi yang dialihkan dan dimiliki serta Nilai

Bagi penyanyi dangdut wanita yang menjadi subjek penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran tentang konsep diri yang terbentuk

Pembangunan metode difokuskan pada (1) kampanye Program ‘BBW’ (Bharagas Balane Warga); (2) mengoptimalkan rute perjalanan yang berbeda setiap hari menuju/dari