• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG

TATA CARA KERJASAMA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI BARAT

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Kerjasama Kampung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Daerah Nomor 01a Tahun 2001 tentang Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 2); 9. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten

(2)

10. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 13);

11. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2006 tentang Perubahan Nomenklatur dan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2005 Nomor 14).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan

BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG TATA CARA KERJASAMA KAMPUNG.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat;

2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

6. Pemerintahan Kabupaten adalah Penyelenggaraan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi;

7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di Kabupaten Kutai Barat; 8. Camat adalah Perangkat Daerah yang memimpin Kecamatan dalam Kabupaten Kutai Barat; 9. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

10. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

11. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dan Perangkat Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kampung ;

12.

Badan Permusyawaratan Kampung, yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kampung ;

13. Kerjasama Kampung adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan formal antar Kampung dan/atau dengan pihak ketiga untuk bersama-sama melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kampung ;

(3)

14. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang menimbulkan konflik antar Kampung dan/atau dengan pihak ketiga dalam melaksanakan kerjasama.

BAB II

BENTUK KERJASAMA Pasal 2

(1)

Kampung dapat mengadakan kerjasama antar Kampung yang dilakukan sesuai kewenangannya untuk kepentingan Kampung dan diatur dengan Peraturan kampung yang dilakukan Kepala Kampung setelah mendapat persetujuan BPK dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat;

(2)

Kampung dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dan ditetapkan dalam peraturan bersama setelah mendapat persetujuan dari BPK dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat;

(3)

Untuk pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dibentuk Badan Kerjasama.

Pasal 3

(1) Kerjasama Kampung dapat dilakukan : a. Antar Kampung dalam satu kecamatan;

b. Antar Kampung lain kecamatan dalam satu kabupaten; c. Antar Kampung lain kabupaten;

d. Kampung dengan pihak ketiga.

(2) Kerjasama Kampung ditetapkan setelah mendapat persetujuan BPK melalui Peraturan Kampung dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4

(1)

Ruang lingkup Kerjasama Kampung meliputi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

(2)

Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang : a. Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kampung ;

b. Peningkatan Pelayanan Pendidikan ; c. Kesehatan ;

d. Bidang Sosial Budaya ; e. Ketentraman dan Ketertiban ;

f. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan ;

g. Infrastruktur.

BAB IV

TATA CARA KERJASAMA Pasal 5

(1) Rencana kerjasama terlebih dahulu dibahas dalam rapat musyawarah Kampung dengan BPK antara lain :

a. Bidang kerjasama ; b. Jangka waktu kerjasama ;

c. Hak dan kewajiban masing-masing Kampung atau pihak ketiga ; d. Biaya pelaksanaan kerjasama ;

(4)

(2) Hasil musyawarah Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas bersama dengan Kampung atau pihak ketiga yang akan melakukan kerjasama untuk disepakati dan ditetapkan dengan Peraturan Bersama.

BAB V

BADAN KERJASAMA Pasal 6

(1)

Untuk pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat dibentuk Badan Kerjasama;

(2)

Badan Kerjasama dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Pemerintah Kampung, Lembaga Kemasyarakatan Kampung dan tokoh masyarakat dari Kampung yang mengadakan kerjasama; (3) Badan kerjasama bertugas menyusun rencana kegiatan dan pelaksanaannya.

Pasal 7

(1)

Dalam pelaksanaan tugasnya Badan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dapat membentuk sekretariat;

(2)

Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pelaksanaan administrasi Badan Kerjasama;

(3) Sekretariat Badan Kerjasama ditetapkan dengan Keputusan Badan Kerjasama.

BAB VI

PERUBAHAN, PENUNDAAN ATAU PEMBATALAN KERJASAMA Pasal 8

(1)

Perubahan, penundaan dan pembatalan terhadap bidang kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan oleh Kepala Kampung yang melakukan kerjasama, dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kepala Kampung setelah mendapat persetujuan BPK masing-masing;

(2)

Keputusan Bersama Kepala Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.

BAB VII PEMBIAYAAN

Pasal 9

(1)

Biaya pelaksanaan kerjasama antar Kampung dibebankan pada Kampung yang melakukan kerjasama dengan pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing Kepala Kampung;

(2)

Biaya pelaksanaan kerjasama Kampung dengan pihak ketiga diatur dalam peraturan bersama antara kedua belah pihak dan pengelolaan keuangan dipertanggungjawabkan masing-masing pihak;

(3) Dalam hal dibentuk Badan Kerjasama, maka pengelolaan keuangan, dipertanggungjawabkan oleh Badan Kerjasama kepada Kepala Kampung masing-masing.

BAB VIII

PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 10

Penyelesaian perselesihan antar Kampung dan Kampung dengan pihak ketiga dilaksanakan secara musyawarah mufakat dengan mengikutsertakan BPK, dan dapat ditambah dari unsur Lembaga Kemasyarakatan Kampung dan Tokoh Masyarakat.

(5)

(1)

Perselisihan kerjasama antar Kampung dan/atau pihak ketiga dalam satu kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat;

(2)

Perselisihan kerjasama antar Kampung dan/atau pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda dalam satu Kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati;

(3)

Perselisihan kerjasama antar Kampung dan/atau pihak ketiga pada lain kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati masing-masing;

(4)

Apabila pihak-pihak yang bersengketa tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dapat mengajukan penyelesaian ke pengadilan.

BAB IX PERAN BPK

Pasal 12

Peran BPK dalam kerjasama Kampung :

a.

Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Kampung terhadap rencana kerjasama Kampung ;

b.

Memberikan persetujuan terhadap kerjasama Kampung ;

c.

Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama Kampung.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13

(1)

Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 41 Tahun 2000 tentang Kerjasama antar Kampung dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

(2)

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 14

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007

BUPATI KUTAI BARAT,

ttd ISMAIL THOMAS

Diundangkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT,

(6)

YAHYA MARTHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2007 NOMOR 07 SERI D

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 07 TAHUN 2007

TENTANG

TATA CARA KERJASAMA KAMPUNG

I. PENJELASAN UMUM.

Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 18 Tahun 2001 tentang Kerjasama antar Kampung yang pembentukannya didasarkan pada ketentuan Pasal 111 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 67 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Kampung perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap ketentuan mengenai Kerjasama antara Kampung.

Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka dalam rangka kelancaran pelaksanaan pemerintahan Kampung dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Kerjasama Kampung dengan Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1

Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 2

Ayat (1)

Bentuk kerjasama dapat dilakukan melalui perjanjian kerjasama atau membentuk MOU bersama.

Ayat (2) Cukup Jelas. Ayat (3) Cukup Jelas. Pasal 3 Ayat (1) Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas. Huruf c Cukup Jelas. Huruf d

Yang dimaksud dengan pihak ketiga antara lain lembaga, badan hukum, dan perorangan diluar pemerintah Kampung.

Ayat (2)

Cukup Jelas. Pasal 4

(7)

Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas. Huruf c Cukup Jelas. Huruf d Cukup Jelas. Huruf e Cukup Jelas. Huruf f Cukup Jelas. Huruf g

Yang dimaksud infrastruktur adalah prasarana, sarana, jalan, irigasi dan sejenisnya. Pasal 5 Cukup Jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Ayat (3)

Pembentukan Badan kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan dan harus memperhatikan cakupan obyek kerjasama, pembiayaan atau kompleksitas jenis kegiatan. Pasal 7 Cukup Jelas. Pasal 8 Cukup Jelas. Pasal 9 Cukup Jelas. Pasal 10 Cukup Jelas. Pasal 11 Cukup Jelas. Pasal 12 Cukup Jelas. Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14

(8)

Cukup Jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Kurang te r dapatnya ra lasi yang lnik antara llparat yang ber- wenang dalnm pe laksrulaan Ipeda!. ~1 nya unsur pem ungut Ipeda yang satu menyalahkan unaur pemungut

Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari berkas perkara, baik dari dalil-dalil gugatan Penggugat, alat-alat bukti yang diajukan para pihak

Dalam penelitian ini, penulis mengevaluasi jaringan dan interaksi tim sukses Caleg X Dapil Y pada pileg 2019 melalui Social Network Analysis dengan tools Ucinetdraw

garis B), profil B’ (hilangnya lung sliding dengan garis B), profil C (konsolidasi paru yang ekuivalen dengan gambaran garis pleura yang tebal dan

Homogenisasi Peralatan tidak steril Penggunaan alat yang telah disterilisasi Bukan CCP Tidak terdapat penggumpalan susu Pemantauan peralatan secara berkala

Seberapa besar luas citra pembukaan stomata daun selada merah ( Lactuca sativa) saat tanaman dikenai paparan AFF pada frekuensi ( 6000 – 9600 ) Hz yang di dasarkan pada

profesional Membuat Ide Produksi Acara Televisi profesional Menentukan Tahapan Pra Produksi Acara Radio profesional Menentukan Tahapan Pra Produksi

Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada kolesom ini bahwa tanaman kolesom dengan perlakuan naungan (KN) memiliki biomassa akar, batang dan daun