• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI GENDER DALAM EKSPRESI CINTA TOKOH PADA CERPEN BERTEMA CINTA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELASI GENDER DALAM EKSPRESI CINTA TOKOH PADA CERPEN BERTEMA CINTA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

RELASI GENDER DALAM EKSPRESI CINTA TOKOH PADA

CERPEN BERTEMA CINTA

KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

Endang Sulistijani

FBS Universitas Indraprasta PGRI Ending711@yahoo.co.id

Abstrak

Manusia diciptakan hidup berpasang-pasangan. Dalam menjalin cinta dengan lawan jenisnya, manusia mengungkapkan ekspresi cintanya bermacam-macam, misalnya dengan perhatian, kesetiaan, atau dengan rasa tanggung jawab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara menganalisisdata yang berupa kata dan kalimat. Tujuan penelitian ini adalah memberikan pemahaman tentang relasi gender dalam mengekspresikan cinta. Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran-peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Ekspresi cintayang dianalisisdalam penelitian ini diambil dari proses komunikasi antarpersonal daritokoh yang terdapat dalam cerpen-cerpen bertema cinta pada kumpulan cerpen Senja dan Cinta yang Berdarah. Relasi gender itu adalah perbedaan laki-laki dan perempuan dalam suatu proses komunikasi. Dalam komunikasi antarpersonal, terdapat beberapa komponen yang berkaitan dengan gender seperti mendengarkan, sentuhan, persahabatan, percintaan, pesan yang disampaikan baik verbal maupun nonverbal. Dengan menggunakan teori Sternberg tentang cinta, dapat diketahui bagaimana ekspresi cinta yang berkaitan dengan dengan intimacy, passion,

dession atau commitment dari setiap tokoh perempuan dan laki-lakidalam

cerpen-cerpen tersebut.

Kata kunci: Relasi gender, proses komunikasi antarpersonal, ekspresi cinta.

Pendahuluan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri. Dalam hubungannya sebagai makhluk sosial, terkandung makna bahwa bagaimanapun juga manusia tidak terlepas dari

(2)

2

individu yang lain karena akan saling melengkapi dan membutuhkan.Dalam hubungan antarmanusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, terjalinlah komunikasi antarpribadi yang bersifat transaksional.

Komunikasi antarpribadi merupakan awal mula membangun sebuah hubungan dan akan mempengaruhi kelanjutan hubungan tersebut, jika hubungan dan komunikasi terjalin baik, timbul sikap saling menghargai memberikan perhatian lebih satu dengan yang lain. Maka, hubungan akan terjalin lama atau panjang. Namun, hubungan manusia yang diawali dari suatu proses perkenalan ke arah hubungan yang lebih intim ini dapat pula mengalami kemunduran dan pemutusan hubungan.

Dalam komunikasi antarpribadi, terdapat gaya atau cara berkomunikasi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Menurut Lakoff (1976) pelopor pertama penelitian bahasa dan gender, perempuan cenderung berkomunikasi dengan intonasi, sangat sopan, banyak empati, dan pertanyaan. Namun, Tannen (1990) berpendapat bahwa ciri khas perempuan dalam berkomunikasi adalah lebih banyak mengutamakan koneksi atau relasi yang baik dan intimasi, menghindari superioritas, lebih emosional, mengurangi timbulnya perbedaan pendapat, lebih koperatif, dan mengutamakan simetris dalam berkomunikasi.

Dalam hal hubungan percintaan, dibutuhkan komunikasi dan interaksi yang intens dengan pasangan. Baumeister dan Leary (dalam Miller, 2007) menyatakan bahwa seseorang butuh interaksi yang teratur dan menyenangkan dengan pasangan dalam hubungan yang sedang berlangsung. Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula, cinta

(3)

3

adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia berpegang teguh dan mengikuti perintah-Nya.

Dalam mengekspresikan cinta, antara laki-laki dan perempuan tentu tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh sifat aktif dan agresif laki-laki serta sifat pasif dan nonagresif perempuan (Vanfossen, 2001: 2)Secara sederhana, ekspresi adalah pengungkapan, memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan dan perasaan. Pandangan muka yang memperlihatkan perasaan seseorang (Alwi, 2005:291). Pengungkapan segala perasaan yang datangnya dari lubuk hati manusia dapat bermacam-macam tergantung dari peristiwa dan apa yang dialaminya, bahagia, sedih, senang, terharu, kecewa, kesal, dan lain sebagainya.

Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana relasi gender dalam ekspresi cinta tokoh pada cerpen bertema cinta karya Seno Gumira Ajidarma. Cerpen-cerpen yang bertema cinta tersebut penulis pilih tiga cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen karangan Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Senja dan Cinta yang Berdarah pada periode 1991-2013. Ketegangan dan romantisme mewarnai cerpen-cerpen Seno Gumira. Namun, dapat dikatakan bahwa pada periode ini, kepengarangan Seno telah matang. Pengekspresian cinta tokoh dalam cerpen pun digambarkan dengan penuh simbolik yang tajam tetapi masih dapat dipahami makna di balik ekspresi cinta tokoh-tokohnya.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan analisis secara deskriptif. Fokus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji relasi gender dalam ekspresi cinta tokoh pada cerpen-cerpennya Seno Gumira Ajidarma yang bertema cinta. Teknik content analysisyang digunakan dalam menganalisis data, meliputi pengumpulan data, mereduksi data, menganalisis, sampai pada penarikan inferensi. Data dalam penelitian ini adalah berbentuk verbal dan nonverbal, yaitu berupa

(4)

4

dialog tokoh serta pendeskripsian perbuatan tokoh yang mengacu pada ekspresi cinta seseorang.

Konsep Gender

Banyak berkembang definisi tentang konsep gender sejak tahun 1970-an, saat paham feminisme masuk kajian akademik. Stevi Jackson mencoba merangkum beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam bukunya Teori-Teori Feminisme Kontemporer (Kurniasih dan Aunullah,1998:228). Salah satunya adalah konsep gender menurut Ann Oakley (1972), yang mengadopsi pemikiran Robert Soller. Oakley mendefinisikan seks adalah suatu anatomis dan ciri psikologis yang menentukan kelaki-lakian (maleness) dan keperempuanan (femaleness). Sedangkan gender adalah bentuk maskulinitas dan femininitas yang dibentuk secara sosial, kultural, dan psikologis, yakni atribut yang didapat melalui proses menjadi laki-laki dan perempuan dalam sebuah masyarakat tertentu dan kurun waktu tertentu.

Gender adalah suatu konsep tentang klasifikasi sifat laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminin) yang dibentuk secara sosiokultural (Muslikhati, 2004: 20). Gender didefinisikan pula sebagai sifat yang melekat pada kaum lelaki dan perempuan yang dikonstruksi berdasarkan sosial dan kultural, yaitu maskulin atau feminin (Esplen dan Jolly, 2006: 2).

Istilah gender hadir dalam masyarakat bertujuan untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki secara alamiah (ciptaan Tuhan) ataupun secara pembentukan budaya (konstruksi sosial). Seringkali, masyarakat masih mencampur-adukkan pengertian dua perbedaan ini. Gender sangat berbeda dengan pengertian seks yang dipandang sebagai perbedaan biologis (jenis kelamin) dan sudah melekat sejak manusia lahir.Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan

(5)

5

dapat berubah mengikuti perkembangan zaman (Sasongko, 2009:7). Adanya perbedaan gender melahirkan peran- peran gender yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Dari peran gender tersebut, dapat dilihat relasi gender yang didefinisikan sebagai pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dikonstuksi secara sosial (Wiyatmi, 2008: 6).

Teori Gender

Dalam khazanah pengetahuan tentang gender terdapat banyak teori yang berkembang dan dijadikan rujukan dalam menganalisis permasalahan gender. Masalah kesetaraan gender dan ketidakadilan gender bukan saja menjadi perhatian kaum perempuan saja, tetapi hal ini juga menarik perhatian para ahli seperti Edward Wilson dari Harvard University (Sasongko, 2009:16- 21) yang membagi perjuangan perempuan secara sosiologis sebagai berikut.

1. Teori Nurture

Teori Nurture berpendapat bahwa adanya perbedaan perempuan dan lakilaki pada dasarnya merupakan hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara. Teori ini memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki atau yang dikenal dengan sebutan kaum feminis.

2. Teori Nature

Teori Nature berpendapat bahwa adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara dua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan ataupun laki-laki memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Aliran ini

(6)

6

melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, yang dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan antara suami-isteri dalam keluarga atau antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat.

3. Teori Equilibrium

Aliran ini menekankan pada keseimbangan dengan konsep kemitraan dan keharmonisan hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara perempuan dan laki-laki karena kedua belah pihak harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan keluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi atau keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.

Relasi Gender dalam Komunikasi Antarpribadi

Relasi gender didefinisikan sebagai pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dikonstuksi secara sosial (Wiyatmi, 2008: 6).Relasi gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan dalam suatu proses komunikasi, misalnya proses komunikasi antara dua remaja yang sedang berpacaran. Komunikasi antar pribadi adalah interaksi orang keorang, dua arah, verbal dan nonverbal, dan sebagai sarana berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu (Mulyana, 1996: 76).

Menurut Joseph Devito dalam bukunya The Interpersonal

Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah

proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages

(7)

7

between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).Lebih lanjut De Vito (Liliweri,1991: 13),

menyatakan ada 5 ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu openees (keterbukaan), emphaty (empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa postif), dan equality (kesamaan). Dengan adanya komunikasi antarpribadi tercipta suatu hubungan yang intim, salah satunya komunikasi antarpribadi dalam hubungan pernikahan.

Bahasa sebagai alat komunikasi, memudahkan para penuturnya menyampaikan maksud, pikiran, serta apa yang dirasakan kepada penutur lain. Hal semacam itu diwujudkan dalam berbagai macam ekspresi. Ekspresi yang dimaksud seperti marah, sedih, senang, sakit, bahagia, takut, dan kegembiraan lainnya. Salah satu ekspresi yang dapat diungkapkan melalui bahasa adalah ekspresi cinta. Dalam mengekspresikan cinta, seorang laki-laki berbeda dengan perempuan. Bagaimana relasi gender dalam komunikasi antarpribadi ini sudah diteliti oleh para ahli.

Beberapa ahli bahasa dan gender sudah mengemukakan adanya perbedaan gender dalam berbahasa. Perempuan memiliki ciri khas tersendiri dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Lakoff (1976) pelopor pertama dalam penelitian bahasa dan gender, misalnya mengatakan bahwa perempuan cenderung berkomunikasi dengan intonasi tinggi, sangat sopan, banyak empati, dan pertanyaan. Menurut Tannen (1991), cirri khas perempuan dalam berkomunikasi yaitu lebih banyak mengutamakan koneksi atau relasi yang baik dan intimasi, menghindari superioritas, lebih emosional, mengurangi timbulnya perbedaan pendapat, lebih kooperatif, dan mengutamakan simetris dalam berkomunikasi.

Perbedaan lain antara laki-laki dan perempuan dalam hal berkomunikasi juga dikaji oleh Vanfossen (2001: 2). Dikatakan bahwa laki-laki terkenal dengan sikap agresifnya (member) dan sifat aktifnya,

(8)

8

sedangkan perempuan dikenal dengan sikap nonagresif (menerima) dan sifat pasifnya. Daerah komunikatif perempuan lebih banyak pada aspek privat (private sphere) seperti dalam lingkungan informal, sedangkan daerah komunikatif laki-laki pada aspek publik (public sphere).

Segitiga Cinta Sternberg

Secara sederhana, ekspresi adalah pengungkapan, memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan dan perasaan. Pandangan muka yang memperlihatkan perasaan seseorang (Alwi, 2005:291). Pengungkapan segala perasaan yang datangnya dari lubuk hati manusia dapat bermacam-macam tergantung dari peristiwa dan emosi apa yang dialaminya, cinta, bahagia, sedih, senang, terharu, kecewa, kesal, dan lain sebagainya.Apakah seseorang bias ditekdi sedang jatuh cinta? Kadangkala hal itu bisa dideteksi dengan mudah karena cinta, sebagai sebuah emosi tercermin dalam banyak hal, seperti ekspresi wajah dan tindakan verbal maupun nonverbal.

Cinta merupakan suatu emosi positif yang paling intens dan diinginkan oleh setiap orang. Kelley dalam Sternberg (1987) mendefinisikan cinta sebagai “positive feeling and behaviors, and

commitment to stability of the force that affect an ongoing relationship”.

Cinta adalah suatu perasaan dan tingkah laku yang positif, serta komitmen yang dimiliki seseorang guna menjaga kestabilan perasaan dan tingkah lakunya yang dapat mempengaruhi hubungan yang sedang dijalani. Sternberg (1987) memformulasikan sebuah model berkenan dengan cinta. Teori ini dinamakan Triangular Theory of Love atau teori triangulasi cinta yang menjelaskan cinta dapat dipahami melalui tiga komponen yaitu

intimacy, passion, dan commitment.

Komponen intimacy (keintiman) menurut Sternberg (1987) mengacu pada perasaan-perasaan dalam suatu hubungan yang dapat meningkatkan kedekatan, keterikatan, dan pertalian antara orang-orang di dalamnya. Komponen keintiman juga meliputi perasaan yang dapat

(9)

9

menimbulkan kehangatan dalam hubungan percintaan.Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan,kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain, seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, serta senang bercakap-cakap dengannya

Komponen passion merupakan suatu kondisi yang secara intens membuat seseorang ingin bersatu dengan orang yang dicintai. Menurut Sternberg (1987), passion merupakan ekspresi dari berbagai keinginan dan kebutuhan, seperti harga diri, kedewasaan, kebutuhan dalam pertalian, keinginan untuk berkuasa dan menuruti kehendak penguasa, serta pemenuhan kebutuhan seksual. Komponen ini mengacu pada dorongan yang mengarah pada romansa, ketertarikan fisik, dan kepuasaan seksual. Ekspresi dari berbagai kebutuhan ini pada setiap individu berbeda-beda, sehingga passion antara dua individu yang bercinta akan berbeda pula.

Komponen cinta ketiga adalah commitment. Harold Kelley dalam Sternberg (1987) mendefinisikan komitmen sebagai “ the extent to which

a person is likely to stick with something or someone and see it (or him or her) through to finish”. Komitmen merupakan tingkat yang

memungkinkan seseorang untuk ‘melekat’ atau ‘terpaut’ pada sesuatu atau seseorang, dan menjaga hal tersebut hingga selesai. Seseorang yang menjalankan sesuatu diharapkan terus melakukannya hingga sasarannya tercapai. Namun, jika pasangan yang bercinta memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang harus dicapai, komitmen mereka dapat berbeda.

Sternberg (1988) menyatakan bahwa komitmen memiliki dua aspek yaitu short-term (keputusan) dan long-term (komitmen).Aspek

short-term adalah keputusan mencintai orang tertentu, sedangkan long-term adalah komitmen mempertahankan cinta tersebut. Kedua aspek ini

tidak harus saling mengimplikasi. Namun, aspek keputusan hendaknya mendahului komitmen.

Kombinasi dari tiga dimensi cinta utama, menghasilkan adanya 8 tipe cinta berbeda. Satu tipe adalah nonlove, berarti tidak ada cinta.

(10)

10

Kebanyakan hubungan antar manusia merupakan nonlove, misalnya antara guru dan murid, antara penumpang dan sopit taksi, antara pembeli dan penjual, dan sebagainya. Oleh karena itu sebenarnya hanya ada 7 tipe cinta yang benar-benar mengandung cinta.

Ketujuh tipologi cinta tersebut adalah (1) liking yaituHubungan secara esensial dimaknai sebagai persahabatan. Tipe cinta ini mengandung kehangatan, keintiman, kedekatan, dan emosi positif lainnya, akan tetapi kurang adanya hasrat (passion) dan commitment; (2) Infatuation (Passion) yaitu tipe yang mengandung gairah yang tinggi, tanpa ada komitmen dan keintiman. Dalam tipe cinta ini ‘cinta pada pandangan pertama’ menjadi cerita yang paling menonjol. Daya tarik satu sama lain sangat kelihatan dan menggetarkan. Gelora dan hasrat sangat tampak; (3) Empty love

(Commitment). Dalam cinta ini, antar pasangan memiliki komitmen untuk

saling setia dan setia pula terhadap hubungan itu. Akan tetapi mereka kurang memiliki keterhubungan emosi yang dalam dan tidak pula memiliki hasrat yang mendalam; 4) Romantic love (Intimacy + passion). Pasangan memiliki rasa dekat dan keterhubungan serta daya tarik fisik yang kuat. Mereka memiliki hasrat yang menyala dan memiliki kedekatan emosional. Mereka yang memiliki tpe cinta ini tidak memiliki komitmen untuk setia terhadap hubungan dan terhadap pasangan; 5) Companionate

love (intimacy + commitment). Dalam hubungan cinta tipe ini terdapat

persahabatan yang stabil dan jangka panjang. Mereka yang memiliki tipe cinta ini memiliki kedekatan emosional yang tinggi, berkeputusan untuk mencintai pasangan, dan komitmen untuk selamanya dalam hubungan itu. Tipe hubungan ini sering disebut ‘persahabatan terbaik, ketika tidak ada ketertarikan seksual ataupun kalau ada dalam pernikahan jangka panjang daya tarik seksual akan memudar dan tidak dianggap penting; 6) Fatuous

love (passion + commitment). Hubungannya penuh gelora dan komitmen,

tapi kedekatannya kurang. Akan tetapi biasanya hubungan seperti ini tidak stabil dan berisiko cepat berakhir; 7) Consummate love (intimacy +

(11)

11

ingin mencapainya. Dalam tipe cinta ini terdapat hasrat, terdapat keintiman, dan sekaligus terdapat komitmen. Inilah tipe cinta yang diidealkan.

Pembahasan

Relasi Gerder dalam Ekspresi Cinta Tokoh pada Cerpen Bertema Cinta Karya Seno Gumira Ajidarma

Cerpen yang bertema cinta karya Seno Gumira Ajidarma diambil dari kumpulan cerpen Senja dan Cinta yang Berdarah pada periode 1991-2013.

Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku

Cerpen ini merupakan cerpen yang berupa surat cinta. Surat cinta yang dikirim oleh tokohaku kepada wanita pujaannya, Alina. Surat itu dikirim bersama sepotong senja dari sebuahpantai. Tokoh aku tidak ingin banyak berkata-kata karena ia ingin membuktikan keinginan untuk membina hubungan lebih intim atau kesungguhan cintanya dengan memberikan ‘sesuatu’ yang sangat indah di mata semua orang yaitu ‘senja’. Hal ini terungkap dalam kutipan cerpen berikut ini.

Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. (SGA, 2014: 439)

Tokoh aku dalam cerpen ini adalah seorang laki-laki yang dengan berani mempertaruhkan dirinya untuk mendapatkan senja yang sangat indah, pesonanya luar biasa, dan bermakna bagi kebahagiaan semua orang. Dalamkaitannya dengan keintiman, tokoh aku sangat menghormati dan menghargai perempuan.

Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu (SGA, 2014: 448)

Dalam kaitannya dengan passion (gairah), ekspresi cinta tokoh aku sangat mendalam, ada gairah yang sangat romantis.

(12)

12

Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari suatu tempat yang paling sunyi di dunia

(SGA, 2014: 448).

Cerpen Sebuah Pertanyaan untuk Cinta

Cerpen ini menceritakan tokoh ‘seorang wanita’ yang sedang menelepon seseorang yang dianggapnya sebagai kekasihnya di sebuah telepon umum. Ekspresi cinta wanita itu pada sang kekasih dijelaskan sebagai seorang wanita dengan wajah gelisah meminta si kekasih untuk mengatakan sekali lagi bahwa laki-laki itu mencintainya. Contoh,

“Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku”.Dalam hal ini wanita

tersebut ingin kejelasan tentang cinta.

Dalam kaitannya dengan passion (gairah), tokoh wanita tersebut sangat ingin kepastian hubungan kedekatan dirinya dengan laki-laki tersebut. Hal ini diekspresikannya dengan permintaan seperti di atas, dan pertanyaan-pertanyaan tentang cinta berikut ini.

“Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan? (SGA, 2014:

479)

“Kamu masih akan mencintaiku kalau aku sudah tua?” “Kamu masih akan mencitaiku kalau aku jadi gemuk?”

“Kamu masih akan mencintai meskipun ada seseorang wanita cantik merayumu?” (SGA, 2014: 483)

“Benarkah Cuma aku seorang di dunia ini yang ada di hatimu?” “Masih cintakah kamu pada istrimu?” (SGA, 2014: 484)

“Masih cintakah kamu pada istrimu?”

Katakan yang jelas, apakah kamu masih mencintainya?”

Aku mau jawaban sekarang, bukan nanti, sekarang!”

Dari kalimat-kalimat yang dilontarkan tokoh wanita tersebut, terlihat bahwa wanita yang sedang menelepon tersebut merasa dirinya tidak dihargai, tidak dicintai lagi, dan menuntut penjelasan tentang cinta dalam suatu percakapan di telepon umum. Namun, dirinya sendiri tidak

(13)

13

memahami apa yang telah ia lakukan, yaitu menerima cinta laki-laki (beristri) di seberang telepon itu.

“Jadi, apa arti hubungan kita? Apa artinya?”

“Apa sih artinya cinta untukmu? Coba jelaskan padaku, apa sih artinya cinta?” (SGA, 2014: 486).

Dalam kutipan cerpen di atas terlihat bahwa dalam hal mengekspresikan cinta yang sudah kearah keintiman, wanita lebih emosional dibanding dengan laki-laki. Hal ini juga terlihat dalam pernyataan Burryman dan Wilcox yang menjelaskan bahwa perbedaan bahasa sangat terlihat antara laki-laki dan perempuan. Perempuan menggunakan kata lebih banyak, lebih mendalam, lebih banyak bertanya termasuk juga mempertanyakan dan menggunakan kata yang bermuatan emosi daripada yang dilakukan oleh laki-laki (Burryman dan Wilcox, 1986: 556).

Cerpen Hujan, Senja, dan Cinta

Cerpen ini mengkaitkan hujan, senja, dengan perasaan cinta seseorang. Hujan dan senja adalah suasana. Pada awal cerita dikisahkan seorang laki-laki (ia) mencintai dia (seorang perempuan yang sangat menyukai hujan). Karena senang akan hujan maka ia (laki-laki) tersebut mengatakan bahwa hujan itu bukti bahwa ia mencintai dia.

Dia begitu berbahagia menyadari cinta kekasihnya yang begitu besar, sehingga menjelma hujan yang selalu dirindukannya (SGA,

2014: 655).

……… ………….

“…Hujan itu akan selalu ada selama aku masih mencintai kamu.” Ekspresi cinta seorang laki-laki dalam cerpen di atas adalah mencoba mengikat dia (si perempuan) dengan kata-kata yang romantis dan suasana romantik. sehingga dia akan selalu ingat (terbayang). Namun, Hubungan ia dan dia dalam cerpen ini penuh gelora dan komitmen, tapi kedekatannya

(14)

14

kurang dan biasanya hubungan seperti ini tidak stabil dan berisiko cepat berakhir

Saat mereka berpisah, laki-laki tidak akan larut dalam kesedihan yang bodoh, ia akan berada dalam suasana yang lain, yang lebih romantik dari sebelumnya. Ia kembali memberikan kata-kata romantik yang mengikat lawannya.

“Taik kucing dengan cinta,” umpatnya dalam hati.”

Namun pada suatu senja yang gemilang, cinta jualah yang menyelamatkannya, ketika seorang dia yang lain muncul kembali dari kenangan yang sudah terhapus.

……….. “Kuberikan segalanya untukmu,” katanya kepada dia, “kuberikan cintaku, jiwaku, hidupku, apa saja yang kau mau.”

………. “Lihatlah senja di kaca gedung itu,” kata ia kepada dia.

“Kenapa?”

“Bila engkau melewati jalan ini, senja itu masih akan berada di sana, selama-lamanya.”

“Bisa?”

“Bisa sekali selama engkau masih mencintaiku.”

Dalam cintanya, ia (laki-laki) terlalu percaya diri akan ekspresi cinta dia (perempuan)

“Aku tidak pernah mengatakan apa-apa kepadamu” “Tidak perlu. Senja itu sudah mengatakannya.

Dia (perempuan yang menyukai hujan) adalah tipe perempuan yang selalu berubah. Saat ia mendekat dan menyatakan bahwa ia mencintai dia dan memberikannya sesuatu yang disukainya (hujan), ia sangat senang dan berbunga-bunga. Namun, ketika dia meminta ia untuk tidak mencintai dia lagi, dan akhirnya berpisah, dia merasakan penasaran apakah ia betul-betul sudah tidak mencintai dia lagi.

“Apakah cintanya mulai berkurang?” Pikirnya

……… …...Aneh, dia sendiri yang dahulu menolak hujan itu, dan sekarang ketika hujan itu menunjukkan tanda-tanda mereda, dia merasa penasaran.

“Kenapa cintanya bias berkurang? Cinta itu mestinya abadi dong!” Dengan setengah panic dia memencet-mencet handphone, tapi tiada jawaban.

(15)

15 Penutup

Dari ketiga cerpen yang bertema cinta karya Seno Gumira Ajidarma, dapat diketahui bagaimana relasi gender dalam ekspresi cinta tokoh-tokohnya. Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku mengajak pembaca (laki-laki) untuk memahami dalam mengekspresikan cinta tidak perlu berkata-kata terlalu banyak, tapi buktikan dengan memberikan sesuatu yang indah dan bermakna. Tokoh aku sangat menghargai Alina, ingin membahagiakannya dengan memberikan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan cinta bersama. Cerpen Sebuah Pertanyaan untuk Cinta menggambarkan seorang wanita yang penuh emosi dalam mempertanyakan cinta pada kekasihnya (laki-laki yang sudah beristeri), sedangkan si laki-laki seolah menjawab dengan santai sehingga membuat wanita tersebut semakin emosi. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa ada pengaruh paradigma masyarakat terhadap perempuan yang dianggap hanya sebagai pelengkap, objek, dan lemah. Maka, hal ini dapat memimbulkan ekspresi-ekspresi asimetri yang berimbas pada ketidakadilan (gender inequalities). Cerpen Hujan, Senja, dan Cinta menggambarkan bagaimana ekspresi cinta ia (laki-laki) dan dia (perempuan). Seorang laki-laki (ia) akan memberikan sesuatu yang berharga, yang bermakna, yang tidak mudah dilupakan (seperti hujan dan senja) kepada perempuan yang dicintainya. Ia begitu percaya diri akan cinta. Setelah perempuan meminta untuk tidak mencintainya, ia akan marah sekali dengan cinta. Namun, ia (laki-laki) tidak akan mudah berlarut dalam kesedihan cinta, ia akan mencari cinta dalam keindahan yang lain. Berbeda dengan dia (perempuan), meskipun dia ingin cintanya berhenti dan akhirnya meninggalkannya, dia masih belum dapat melupakan keindahan cinta bersama ia.

(16)

16

Daftar Pustaka

Crooks, & Baur. (2005). Our Sexuality. (9th ed). California: Thomson Wadsworth.

Esplen, E & Jolly, S 2006, ‘Gender and sex: a sample of definitions’, Bridge (gender and development). University of Sussex, Brighton. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung. Citra Aditya Bakti.

Miller, R. S., Perlman, D., & Brehm, S. S. (2007). Intimate Relationship

4thEdition. New York: McGraw Hill.

Muslikhati. Siti, 2004. Feminisme. Jakarta: Gema Insan.

Sasongko, Sri Sundari. 2009. Konsep dan Teori Gender. Jakarta: Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan BKKBN. Sternberg, R.J (1986). A Triangular Theory of Love. Psychological

Review. Vol. 93. No 2, 119-135. American Psychology Association, Inc.

Sternberg, R. J. (1987). The Triangle of Love. USA: Basic Books, Inc. Sternberg, R.J. (1988). The Psychology of Love. USA: Yale University. Tannen, Deborah. 1991. You Just Don’t Understand: Women and Men in

Conversation. New York: Ballantine Books.

Wiyatmi, 2008, Representasi Peran Dan Relasi Gender Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan Dan Nayla Karya Djenar Maesa Ayu, Laporan Penelitian, 410 COMMONLINE DEPARTEMEN KOMUNIKASI| VOL. 3/ NO. 2 Universitas Negeri Yogyakarta. Dari http://eprints.uny.ac.id/4722/.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskritiptif korelasional dan salah satu tujuannya yaitu untuk mengetahui hubungan koordinasi mata kaki dengan ketepatan menembak

Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara kegiatan administrasi dan rekam medis dengan lama waktu tunggu pasien, diperoleh data bahwa jumlah responden yang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha

Hipotesis dari penelitian ini adalah pertama, variabel input mempengaruhi tingkat efektivitas program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP) pada peternakan babi di Desa

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui nilai koefisien kepercayaan diri dengan perilaku merokok remaja memiliki koefisien korelasi sig 0,284

Manfaat yang diharapkan dari penelitian eksperimen tentang efektivitas penggunaan media gambar seri untukmeningkatkan keterampilan bercerita siswa pada pembelajaran Tematik

Sebaiknya pemerintah harus lebih sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar hutan, terutama pada kawasan gambut dan lahan gambut yang rawan akan

Diagram kelas (Class diagram) dibuat untuk digunakan untuk menunjukkan kelas-kelas objek yang ada pada suatu sistem (Satzinger et al., 2010). Pemodelan ini diarahkan