Kerangka berpikir merupakan alur berpikir proses penelitian yang akan dilakukan. Alur berpikir dimulai dari kenyataan masalah tentang kerawanan pangan rumah tangga petani padi sawah lebak. Dilain pihak adanya masalah kapasitas petani padi sawah lebak yang umumnya tergolong rendah, serta terdapat potensi dan kendala (biofisik, sosial, dan ekonomis) usahatani pada lahan lebak yang membutuhkan penanganan baik oleh masyarakat setempat maupun oleh pemerintah. Hipotesis yang ditetapkan diperoleh dengan menggunakan alur berpikir secara deduktif melalui kajian berbagai literatur, sehingga diperoleh pemahaman tentang berbagai teori dan konsep pendukung penelitian. Pada proses penelitian secara empiris, diperoleh temuan atau kesimpulan sebagai suatu bentuik pemikiran induktif. Pada akhirnya melalui temuan proses empiris ini dapat dijadikan suatu strategi alternatif untuk meningkatkan kapasitas rumah tangga petani padi sawah lebak dalam mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
Kondisi petani di Indonesia, khususnya petani padi yang memiliki lahan sempit sampai saat ini memiliki akses yang sangat terbatas terhadap pangan, baik akses fisik (produksi) maupun akses ekonomi (pendapatan). Khusus untuk petani padi sawah lebak di Provinsi Sumatera Selatan saat ini posisinya makin sulit oleh dampak perubahan iklim. Tidak ada batasan jelas antara musim hujan dan kemarau sangat berdampak pada usaha tani padi sawah di kawasan lebak, karena
Pemanfaatan lahan rawa lebak di Indonesia sebagai lahan pertanian masih sangat terbatas. Petani padi sawah lebak berbeda dengan petani agroekosistem lainnya dalam mengusahakan lahannya, yaitu dengan pola tanam padi sawah lebak setahun sekali dan ditanam pada musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan, tanah diberakan karena lahan tergenang air yang cukup tinggi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pertanaman padi. Petani padi sawah lebak umumnya adalah penduduk lokal yang mengusahakan lahan lebak sebagai pusat kegiatan usahatani mereka. Berbagai kendala baik biofisik, sosial dan ekonomi yang terdapat di lahan lebak menuntut adanya sumberdaya petani yang memiliki kapasitas tinggi sebagai pengelola usahatani.
78
tata airnya belum diatur dengan sistem irigasi dan sangat tergantung cuaca. Kegagalan sering dialami petani ketika terjadi hujan berlebihan saat bibit baru ditanam ataupun selama periode tanam hujan tidak turun. Pada kondisi ini, petani miskin mengalami gagal panen karena mereka tidak punya modal untuk mengatasinya. Keadaan ini dapat menyebabkan kerawanan pangan pada rumah tangga petani padi sawah lebak.
Ketahanan pangan rumahtangga menurut Zeitlin (1990), Braun (1992), IFPRI (1992), Chung (1997), Soetrisno (1998), IFPRI (1999) adalah: “acces for all people at all times to enough food for an active and healthy life”. Makna yang tergantung dalam definisi tersebut adalah setiap orang pada setiap saat memiliki aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan agar dapat hidup produktif dan sehat.
Pada tingkat rumah tangga, ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari produksi pangan sendiri dan membeli pangan yang tersedia di pasar. Menurut Suhardjo (1996), rumah tangga petani subsisten ketersediaan pangannya lebih ditentukan oleh produksi pangan sendiri. Akses terhadap pangan pada tingkat rumah tangga ditentukan oleh tingkat pendapatan rumah tangga, dimana pendapatan rumah tangga ini merupakan proxy untuk daya beli rumah tangga (Braun, et al., 1992., Kennedy & Haddad, 1992; Lorenza & Sanjur, 1999; Rose, 1999; Smith, et al., 2000). Dengan demikian, pengembangan kapasitas rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan pangan adalah kapasitas meningkatkan produksi dan kapasitas meningkatkan pendapatan.
Petani padi diharapkan memiliki kapasitas yang tinggi baik dalam meningkatkan produksi usahatani maupun meningkatkan pendapatan rumah tangga agar dapat mengakses pangan. Kapasitas yang dimiliki mencakup aspek-aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam mengenali potensi dan peluang usaha, pengelolaan usahatani, serta kegiatan usaha ekonomi rumah tangga petani. Menurut Baron (1994), umumnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani tidak cukup untuk mengambil keputusan yang rasional, sehingga diperlukan pengetahuan luar yang diperlukan oleh para ahli. Dalam hal ini, peran penyuluh sangat diperlukan untuk menciptakan proses pembelajaran (learning proses) bagi petani padi sawah lebak, sehingga potensi yang ada dalam diri petani dapat tergali
secara mandiri, serta dapat meningkat daya keinovatifannya. Peran penyuluh dalam meningkatkan kapasitas petani padi sawah lebak dapat dilihat dari kinerja penyuluh, yang meliputi pengembangan perilaku inovatif petani, penguatan tingkat partisipasi petani, penguatan kelembagaan petani, perluasan akses terhadap berbagai sumberdaya, dan penguatan kemampuan petani bekerjasama.
Rumah tangga petani dan lingkungan tempat tinggalnya (masyarakat petani) adalah suatu sistem sosial. Pola adaptasi rumah tangga petani dalam menghadapi masalah kerawanan pangan tidak terlepas dari karakteristik lingkungan sosial dimana rumah tangga tersebut berada. Interaksi sosial yang terjadi merupakan proses saling mempengaruhi di antara individu petani dan akan berdampak pada perilaku petani. Nilai-nilai sosial budaya yang dianut petani juga memberikan pengaruh pada aktivitas petani yang berfungsi sebagai pemberi arah, petunjuk, dan pedoman bagi perilaku petani ketika berinteraksi dengan sesama petani baik dalam satu kelompok maupun di luar kelompoknya dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan. Karakteristik lingkungan sosial diduga akan memberikan pengaruh pada kapasitas rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan pangan dan berpengaruh juga pada ketahanan pangan rumah tangga petani. Karakteristik lingkungan sosial yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah nilai-nilai sosial budaya, sistem kelembagaan petani, akses petani terhadap sarana produksi pertanian, dan akses petani terhadap tenaga ahli, kelembagaan penelitian, penyuluhan, dan kelembagaan pangan.
Sehubungan dengan ketahanan pangan, kemampuan rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan. Pemberdayaan dimulai dari kenyataan bahwa petani padi sawah lebak dalam keadaan kurang berdaya (powerless), namun dilandasi oleh pemikiran bahwa mereka memiliki daya (kapasitas) yang mampu mereka kembangkan. Peningkatan dan pengembangan kapasitas petani ini bertolak dari daya-daya yang dimiliki petani dalam melaksanakan usaha pertanian dengan tujuan mencukupi kebutuhan rumah tangga petani, termasuk kebutuhan pangan. Penyuluh pertanian atau tenaga pendamping dalam program-program pemberdayaan berfungsi sebagai fasilitator agar petani mampu memaksimalkan kapasitas yang mereka miliki. Pemberdayaan tersebut bertujuan agar terjadi perubahan positif pada diri
80
petani dan lingkungan sosial, yaitu peningkatan kapasitas rumah tangga petani dalam membangun ketahanan pangan rumah tangganya.
Alur berpikir penelitian dan kerangka operasional yang menunjukkan hubungan antar peubah-peubah penelitian disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Hipotesis Penelitian
(1) Terdapat perbedaan yang nyata antara: (a) kapasitas rumah tangga petani tuna kisma dan petani pemilik dalam memenuhi kebutuhan pangan, dan (b) ketahanan pangan rumah tangga petani tuna kisma dan petani pemilik. (2) Karakteristik petani, karakteristik lingkungan sosial, tingkat pemberdayaan,
dan kinerja penyuluh pertanian berpengaruh nyata terhadap kapasitas rumah tangga petani padi sawah lebak dalam memenuhi kebutuhan pangan.
(3) Karakteristik petani, karakteristik lingkungan sosial, tingkat pemberdayaan, kinerja penyuluh pertanian, dan kapasitas rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan pangan berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani padi sawah lebak.
sawah lebak Karakteristik petani Pola adaptasi rumah tangga petani Karakteristik lingkungan sosial Kendala lingkungan sawah lebak Hubungan berbagai peubah (dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif) Formulasi model pengembangan kapasitas rumah tangga petani
padi sawah lebak untuk memenuhi ketahanan pangan rumah tangga Kinerja operasionalisasi model Ketahanan Pangan Rumah Tangga
• Mengapa rumah tangga petani padi sawah lebak masih dihadapkan pada masalah ketahanan pangan? • Bagaimanakah tingkat
kapasitas rumah tangga petani padi sawah lebak memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga?
• Bagaimanakah model pengembangan tingkat kapasitas rumah tangga petani padi sawah lebak yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga? Analisis induktif didasarkan pada fakta empirik melalui: survei, pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam, analisis deskriptif dan inferensial Peningkatan Kualitas SDM Model Hipotesis Peningkatan Kapasitas Petani
• Orientasi proses & hasil
• Mengutamakan kebutuhan petani penyuluh pertanian, kapasitas petani, ketahanan pangan
Gambar 1. Alur Pikir Proses Penelitian
Strategi Pemberdayaan
82
Kapasitas Rumah Tangga Petani
dalam Memenuhi Kebutuhan Pangan (Y1) Y11 Kemampuan Meningkatkan produksi Y12 Kemampuan meningkatkan pendapatan Ketahanan Pangan RumahTangga (Y2) Y2.1. Kecukupan ketersediaan pangan dalam rumah tangga Y2.2. Aksesibilitas terhadap pangan Y2.3. Stabilitas ketersediaan pangan dalam rumah tangga Y2.4. Kualitas pangan
Kinerja Penyuluh Pertanian (X4)
X41 Pengembangan perilaku inovatif
petani
X42 Penguatan tkt partisipasi petani
X43 Penguatan kelembagaan petani
X44 Perluasan akses terhadap
berbagai sumberdaya
X45 Penguatan kemampuan petani
bekerjasama
Tingkat Pemberdayaan (X3)
X31 Mengikutsertakan petani dalam
analisis masalah
X32 Mengikutsertakan petani dalam
perencanaan
X33 Mengikutsertakan petani dalam
pelaksanaan
X34 Mengikutsertakan petani dalam
evaluasi
Karakteristik Lingkungan Sosial (X2)
X21 Nilai-nilai sosial budaya
X22 Pengembangan Kelembagaan
petani
X23 Akses petani terhadap sarana
produksi pertanian
X24 Akses petani terhadap tenaga ahli,
kelembagaan Lit-luh & kelembagaan pangan
Karakteristik Petani (X1)
X11 umur
X12 jumlah anggota rumah tangga
X13 Pendidikan formal
X14 Pendidikan non formal yang relevan
X15 Pengalaman berusahatani
X16 Kekosmopolitan
X17 Skala usaha
X18 Produksi usahatani padi
X19 Pendapatan rumah tangga X110 Aset rumah tangga
X111 Mekanisme koping rumah tangga