• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS TENDENSI KONSUMEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A. Penjelasan Umum

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan triwulan mendatang.

Jumlah sampel STK di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan III-2015 sebanyak 880 rumah tangga yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Responden STK mulai triwulan III-2015 dipilih pada strata blok sensus kategori sedang dan tinggi berdasarkan wealth index dan merupakan subsampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu. Pada saat yang sama juga dilakukan penyempurnaan kuesioner dan cara penghitungan indeksnya.

B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2015

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan III-2015 sebesar 111,88 yang artinya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2015 secara umum dikatakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme tersebut lebih tinggi dibandingkan Triwulan II-2015 (nilai indeks 109,71).

Meningkatnya kondisi ekonomi yang dirasakan oleh konsumen pada triwulan tersebut didorong oleh seluruh komponen pembentuk indeks yaitu adanya peningkatan pendapatan rumahtangga saat ini, rendahnya pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran, serta meningkatnya konsumsi barang dan jasa.

C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan IV-2015

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan IV-2015 sebesar 109,06 dimana artinya bahwa sebagian besar konsumen merasa bahwa kondisi ekonomi pada periode triwulan mendatang akan lebih baik dibandingkan dengan periode pada saat pencacahan. Namun tingkat optimisme pada periode triwulan terakhir tahun 2015 tersebut tidak setinggi tingkat optimisme konsumen pada triwulan berjalan.

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan IV-2015 utamanya dipicu oleh peningkatan pendapatan rumahtangga yang diikuti dengan adanya rencana pembelian barang-barang tahan lama, rekreasi dan pesta/hajatan oleh konsumen.

No. 53/11/31 Th. XVII, 5 November 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

(2)

1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III Tahun 2015

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan III-2015 adalah sebesar 111,88 yang artinya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan tersebut secara umum dikatakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana ITK pada Triwulan II-2015 hanya sebesar 109,71.

Tabel 1. Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk Triwulan II

2015

Triwulan III 2015

(1) (3) (3)

 Pendapatan rumah tangga 107,19 115,37

 Pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran rumahtangga 114,90 105,10

 Tingkat konsumsi bahan makanan/minuman, makanan/minuman jadi,

rokok, tembakau, makan di restoran/rumah makan, dan bukan makanan (pakaian, pulsa HP, rekreasi/hiburan, akomodasi, transportasi, perawatan kesehatan dan kecantikan)

109,11 112,14

Indeks Tendensi Konsumen 109,71 111,88

Berdasarkan variabel pembentuk ITK, membaiknya ekonomi konsumen (nilai indeks di atas 100) pada periode Trwiwulan III-2015 ini didorong oleh seluruh komponen pembentuk indeks yaitu adanya peningkatan pendapatan rumahtangga saat ini (nilai indeks 115,37), rendahnya pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran (nilai indeks 105,10), serta meningkatnya konsumsi barang dan jasa (nilai indeks 112,14).

Peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh responden salah satunya disebabkan oleh mulai berjalannya beberapa kegiatan pemerintah di Provinsi DKI Jakarta baik pemerintah daerah maupun pusat yang sedikit banyak menjadi trigger bagi beberapa sektor khususnya pada kelompok sektor jasa.

Kondisi harga barang dan jasa selama Triwulan III-2015 yang secara umum mengalami inflasi yang tergolong cukup tinggi yaitu mencapai 1,49 persen. Seperti diketahui, pada pertengahan bulan Juli 2015 – yang juga merupakan awal triwulan tersebut – terdapat perayaan Hari Raya Idul Fitri. Seperti halnya hari raya pada tahun-tahun sebelumnya, harga beberapa barang dan jasa mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana selama bulan Juli 2015, harga-harga secara umum mengalami inflasi sebesar 0,97 persen. Hal tersebut yang membuat laju inflasi cukup berpengaruh terhadap total pengeluaran rumahtangga (nilai indeks 105,10). Inflasi yang selama satu triwulan tersebut hampir mencapai 1,5 persen membuat optimisme konsumen pada triwulan III lebih rendah dibandingkan optimisme pada triwulan sebelumnya.

Komponen ITK yang mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah pada komponen Pendapatan Kini. Nilai indeks komponen tersebut mencapai 115,37 yang artinya ada peningkatan optimisme masyarakat bahwa pendapatan di tiwulan berjalan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Seperti diketahui bahwa pada awal triwulan III 2015, para pekerja penerima upah akan mendapatkan tunjangan hari raya (THR), sementara pengusaha yang bergerak dibidang ritel, pariwisata serta rumah makan juga ikut mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada musim libur lebaran tahun 2015.

Komponen ITK Volume/frekuensi konsumsi juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Masyarakat merasakan tingkat optimism yang lebih tinggi dalam hal jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi selama triwulan III tahun 2015. Angka indeks komponen tersebut pada triwulan III menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 109,11 meningkat menjadi 112,14. Peningkatan optimisme

(3)

dari periode musiman yaitu adanya perayaan hari raya Idul Fitri. Keadaan tingkat konsumsi tersebut dapat dilihat lebih rinci pada tabel 2.

Pada tabel 2 tersebut tampak bahwa pada Kelompok Makanan menunjukkan tingkat volume konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yaitu meningkat dari 134,46 menjadi 140,37. Tingginya konsumsi makanan pada periode tersebut digerakkan oleh tingginya konsumsi bahan makanan khususnya pada perayaan Idul Fitri di awal Triwulan III-2015. Konsumi makanan jadi di restoran juga menunjukkan peningkatan yang berlangsung secara terus menerus. Berdasarkan informasi tentang geliat konsumen tersebut, maka industri kuliner di DKI Jakarta dapat menjadi daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di ibukota.

Sementara itu, pada Kelompok Non-Makanan di Triwulan III-2015 nilai indeksnya juga menunjukkan peningkatan yang berarti. Pada periode Triwulan III-2015 secara agregat, masyarakat lebih banyak yang mengkonsumsi produk pada kelompok produk tersebut yang ditunjukkan dengan nilai indeks di atas sebesar 104,08. Angka indeks tersebut lebih tinggi 2,2 poin dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 2. Indeks Konsumsi Komoditi-Komoditi

Peningkatan yang sangat signifikan terdapat pada indeks Transportasi yang nilai meningkat sangat tajam dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari sebesar 75,80 di triwulan II-2015 menjadi 127,47. Transportasi menjelang hai raya Idul Fitri ikut memberi andil pada optimisme konsumen pada triwulan tersebut. Sementara itu, indeks rekreasi justru turun tajam dari 107,17 menjadi 81,62. Penurunan akan kebutuhan masyarakat terhadap Rekreasi dan Hiburan dipicu oleh berakhirnya masa liburan sekolah dan libur lebaran. Konsumsi Pakaian juga menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, namun konsumsi pada barang dan jasa perawatan kesehatan dan

kecantikan mengalami penurunan yang sangat tajam.

2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV Tahun 2015

Nilai ITK di DKI Jakarta pada Triwulan IV-2015 diperkirakan sebesar 109,06, artinya kondisi ekonomi konsumen diprediksi akan semakin meningkat. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat optimisme konsumen diperkirakan tidak setinggi pada triwulan tiga. Optimisme konsumen didorong dengan oleh rencana pembelian barang-barang tahan lama serta pendapatan yang diperkirakan sedikit membaik. Perkiraan peningkatan pendapatan di triwulan III-2015 lebih disebabkan oleh bonus akhir tahun bagi karyawan swasta. Akhir tahun juga biasanya banyak rumahtangga yang melakukan pembeliaan barang tahan lama sebagai respon terhadap potongan harga akhir tahun pada sejumlah produk rumahtangga dan juga otomotif.

Kelompok Barang dan Jasa Triwulan II - 2015 Triwulan III - 2015

(1) (3) (3)

A. Indeks Makanan 134,46 140,37

1. Bahan makanan 144,35 150,89

2. Makanan jadi di restoran/rumah makan 124,56 129,84

B. Indeks Non Makanan 101,87 104,08

3. Pakaian 110,05 124,35

4. Komunikasi (Pembelian Pulsa HP) 116,66 123,92

5. Rekreasi/Hiburan 107,17 81,62

6. Akomodasi (Hotel/Penginapan) 79,86 73,75

7. Transportasi 75,80 127,47

8. Perawatan Kesehatan dan Kecantikan 131,60 84,73

(4)

Tabel 3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2015 Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk Nilai Indeks

(1) (2)

- Perkiraan pendapatan rumahtangga mendatang 106,60

- Rencana pembelian barang-barang tahan lama, (elektronik,

perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumahtangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan pesta/hajatan

113,36

Indeks Tendensi Konsumen Mendatang 109,06

3. Perbandingan ITK Regional

Kondisi ekonomi konsumen yang membaik pada Triwulan III-2015 terjadi di seluruh Indonesia dan juga di kawasan Jawa-Bali. Diantara 7 provinsi di Jawa dan Bali, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat optimisme konsumen tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Timur (115,98) dikuti oleh Bali (111,66). Sementara yang terendah di kawasan tersebut adalah Provinsi Jawa Barat dengan nilai indeks 109,69 (Grafik 1). Serta seluruh povinsi di kawasan Jawa-Bali bearada di atas nilai ITK nasional.

Grafik 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2015 Nasional dan 7 Provinsi di Jawa dan Bali

Kondisi ekonomi konsumen diperkirakan lebih baik pada Triwulan IV-2015 dan ini terjadi di sebagaian besar kawasan Jawa dan Bali kecuali Provinsi Jawa Tengah. Diantara 7 provinsi di kawasan tersebut, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan angka ITK tertinggi untuk perkiraan triwulan IV – 2015, diikuti oleh DKI Jakarta dan DI Yogya dengan nilai indeks masing-masing 109,06 dan 114,29. Sementara yang terendah adalah Provinsi Bali dengan nilai indeks 105,65 (Lihat Grafik 2).

Grafik 2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2015 Nasional dan 7 Provinsi di Jawa dan Bali

115,98

111,88 111,66 111,21

110,33 109,81 109,69

Jatim DKI Jakarta Bali Banten DI Yogya Jateng Jabar

Nasional

=109,00

114,82 109,06 105,65 103,96 102,81 100,32 96,61

Nasional

=102,57

(5)

PENJELASAN TEKNIS

Indeks Tedensi Konsumen (ITK)

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.

STK di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan setiap triwulan dengan responden sub-sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.

Konsep Definisi

Indeks yang dapat memberikan gambaran mengenai situasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut pendapatan konsumen yang didasarkan pada persepsi konsumen mengenai keadaan bisnis dan perekonomian. Indeks ini terdiri dari dua jenis indeks, yaitu Indeks Indikator Kini (Current Indicator Index) dan Indeks Indikator Mendatang (Future Indicator Index).

Rumusan

Penghitungan ITK Triwulan menggunakan Indeks Indikator Kini (Current Indicator Indeks) sedangkan penghitungan ITK Triwulan kedepan menggunakan Indeks Indikator mendatang (Future Indicator Index).

Manfaat

Memberikan informasi dini mengenai keadaan dan perkembangan perekonomian

Interpretasi

a. 100 < I < 200 : jumlah jawaban "meningkat" lebih besar dari jawaban "menurun". Artinya, kondisi perekonomian pada triwulan berjalan meningkat dibanding periode triwulan sebelumnya untuk Indeks Indikator Kini dan para konsumen optimis bahwa kondisi perekonomian pada triwulan mendatang sangat meningkat jika dibandingkan dengan triwulan berjalan untuk indikator mendatang.

b. I = 100 : jumlah jawaban "meningkat" dan "menurun" seimbang. Artinya, kondisi perekonomian pada triwulan berjalan hampir sama dengan triwulan sebelumnya untuk Indeks Indikator Kini dan para konsumen beranggapan bahwa kondisi perekonomian pada triwulan mendatang hampir sama dengan periode triwulan berjalan untuk indikator mendatang. c. I < 100 : jumlah jawaban "menurun" lebih besar dari jawaban "meningkat". Artinya, kondisi

perekonomian pada triwulan berjalan menurun dibanding keadaan triwulan sebelumnya untuk Indeks Indikator Kini dan para konsumen beranggapan bahwa kondisi perekonomian pada triwulan mendatang sangat menurun jika dibandingkan dengan triwulan berjalan untuk indikator mendatang.

(6)

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Dwi Paramita Dewi, ME

Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Telepon : 021-31928493, ext. 600

Fax : 021-3152004

e-mail : bps3100@.bps.go.id Homepage : http:// jakarta.bps.go.id

Gambar

Tabel 1. Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya
Tabel 2. Indeks Konsumsi Komoditi-Komoditi
Grafik 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2015   Nasional dan 7 Provinsi di Jawa dan Bali

Referensi

Dokumen terkait

Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Harvest Area, Average Production, and Total Production of Wetland Paddy per Districts

Berdasarkan hasil implementasi dan uji coba sistem, Sistem Informasi Penilaian Properti yang dibuat telah sesuai dengan kebutuhan fungsional pada proses bisnis di

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xu (2010) menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses belajar akan dapat mendukung self regulated learning

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

  Zaman  Wilayat  di  mana  para  aulia  menunjukkan  manusia  jalan  kepada  Allah  s.w.t  sehingga  akhir  zaman.  Bila  zaman  Nubuwwah  berakhir,  maka  dari 

Pada tabel 4.5 dari keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, variabel yang signifikan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ang katan

Sebenarnya perbedaan penyebutan ini tidak menjadi masalah yang berarti, karena hal ini adalah perbedaan kebiasaan para ulama dan tidak mendatangkan perbedaan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah hasil belajar peserta didik sebelum penerapan model pembelajaran inquiry berada pada kategori rendah dengan nilai rata- rata yaitu