• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang digunakan untuk penelitian 2.3 ha. Data curah hujan diperoleh mulai bulan Januari 2010 hingga Oktober 2010. Curah hujan teringgi terdapat pada bulan Maret sebesar 38.12 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 16 hari/hujan (Gambar 6). Bulan Maret hingga Juni tingkat curah hujan di lahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan memasuki musim kemarau.

Gambar 6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010

Tanah pada lokasi penelitian memiliki jenis tanah Oxisol dan Inceptisol. Klasifikasi jenis tanah tersebut berdasarkan Peta Satuan Lahan Tanah Lembar Jambi, Sumatera pada tahun 1990 dengan skala 1 : 250 000. Berdasarkan peta tersebut, lokasi penelitian termasuk dalam kategori Idf 3.1

(2)

yang memiliki arti bahwa lahan tersebut merupakan dataran tuf masam, tuf dan batuan sedimen halus masam, berombak (lereng 3-8%). Gambar 7A dan Gambar 7B menggambarkan bahwa tanah yang terdapat pada lokasi penelitian sering mengalami longsor.

Gambar 7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; (B) Lahan Mengalami Longsor

Hasil analisis kimia (Tabel 1) tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar hara tergolong sangat rendah, pH tanah sangat masam, KTK tanah tergolong sangat rendah, dan bahan organik tergolong sangat rendah. Kriteria kesuburan tanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian Sifat Fisik / Kimia Kelompok Kriteria**)

T1 T2 T3

Tekstur :

- Pasir (%) 33.70 1.50 60.9 T1 = Liat berdebu - Debu (%) 45.80 50.70 8.80 T2= Lempung

- Liat (%) 20.50 47.80 30.3 T3= lempung liat berpasir pH : H₂O 3.09 4.30 4.40 Sangat masam

C Organik (%) 0.06 0.06 0.04 Sangat rendah N Total (%) 0.02 0.03 0.04 Sangat rendah P tersedia (ppm) 1.92 1.71 3.49 Sangat rendah Ca (cmol/kg) 0.11 0.13 0.62 Sangat rendah Mg (cmol/kg) 0.01 0.04 0.06 Sangat rendah K (cmol/kg) 0.27 0.44 0.27 Sedang Na (cmol/kg) 1.10 1.07 1.64 Sangat tinggi KTK (cmol/kg) 2.69 5.81 3.09 Sangat rendah KB (%) 55.40 28.90 83.8 Sedang, Tinggi Permeabilitas (cm/jam) 17.66 1.31 20.37 Rendah, Tinggi Aldd (me/100g) 4.74 1.74 1.46 Tinggi

Keterangan: T1 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit(sangat sedikit); T2 = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Sumber:**) Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

(3)

Analisis kimia dilaksanakan saat survey awal lokasi penelitian pada bulan Januari 2010. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa status kesuburan tanah tergolong sangat rendah, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan masukan hara yang tinggi diantaranya pemberian bahan organik, pupuk nitrogen, fosfat, kalium, serta pemberian kapur. Hal ini berdasarkan kriteria kesuburan tanah pusat penelitian tanah tahun 1983.

Hasil analisis mineral liat (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kaolinit pada kelompok T1, T2, dan T3. Kelompok T1 terdapat tambahan mineral illit yang sangat sedikit. Kelompok T2 memiliki tambahan sedikit mineral illit, sedangkan pada kelompok T3 terdapat tambahan sedikit mineral illit dan geotit.

Tabel 2. Analisis Mineral Liat Tanah

No Kelompok Mineral Tanah**)

Kaolinit Goetit Illit

1 T1 ( Kemerahan) + + + + (+)

2 T2 (Putih) + + + + +

3 T3 (Kecoklatan) + + + + + +

Keterangan: ++++: Dominan +++: Banyak ++: Sedang +: sedikit (+): sangat sedikit

Sumber: **) Laboratorium Mineralogi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, November 2010

Hasil pengamatan terhadap warna tanah pada lokasi penelitian berdasarkan alat RGB Color Analyzer menunjukkan bahwa pada kelompok T1 memiliki warnam kemerahan dengan komponen R (Red), G (Green), dan B (Blue) sebesar 243, 102, dan 143 (Tabel 3). Kelompok T2 memiliki warna cenderung putih dengan nilai RGB sebesar (361, 319, 231), sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna kecoklatan dengan nilai RGB sebesar (259, 107, 123).

Munsell Color Chart merupakan diagram warna tanah yang digunakan

untuk menentukan klasifikasi warna tanah. Munsell color chart disusun menjadi 3 variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan tingkat kecerahan suatu warna. Semakin tinggi value maka semakin terang warna suatu tanah. sedangkan chroma merupakan tingkat gradasi kemurnian

(4)

dari warna tersebut. Semakin tinggi chroma maka semakin murni kemurnian dari spektrum tersebut (Madjid, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan kelompok T1 memiliki warna tanah 5R 6/4 yang berarti bahwa memiliki nilai

hue = 5R, value = 5, dan chroma = 4 yang secara keseluruhan berwarna merah.

Tabel 3. Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian

Kelompok RGB Color Analyzer Probe

Munsell Color Chart

R G B Hue Sat Lum Hue Val Chr

T1 (Kemerahan) 243 102 143 0.024 0.342 0.176 5R 6 4 T2 (Putih) 361 319 231 0.027 0.219 0.289 7.5R 8 1 T3 (Kecoklatan) 259 107 123 0.019 0.356 0.186 7.5R 5 4

Keterangan: R= red; G= green; B= blue; Sat= saturation; Lum= lamination; Val= value; Chr= chroma

Kelompok T2 memiliki warna tanah 7.5R 8/1 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 8, dan chroma sebesar 1, dimana secara keseluruhan berwarna putih. Sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna tanah 7.5R 5/4 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 5, dan chroma sebesar 4, dimana secara keseluruhan berwarna coklat.

Sjarif (1991) menyebutkan bahwa puncak difraksi pada mineral illit berada pada kisaran 9.9oA-10.1oA sedangkan untuk mineral kaolinit berada pada puncak difraksi sebesar 7.15oA. Berdasarkan grafik hasil x-ray tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa mineral kaolinit memiliki nilai puncak difraksi antara 7.06-7.12oA, mineral illit pada puncak difraksi 10.1oA, dan mineral goetit terdapat pada puncak difraksi 4.1oA.

Gambar 8 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T1. Hasil grafik tersebut dapat dihitung besar nilai persentase pada masing-masing mineralnya. Nilai persentase tersebut diperoleh dengan menghitung luas area yang berasal dari jarak difraksi pada masing-masing mineral dibagi dengan luas total grafik pada masing-masing kelompok. Nilai persentase untuk mineral kaolinit sebesar 50.06% dan 3.24%.

(5)

Gambar 8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1

Kelompok mineral T2 memiliki dominansi mineral kaolinit dan sedikit mineral illit. Besar persentase nilai mineral kaolinit dan mineral illit dapat diperoleh dengan menghitung luas area panjang gelombang masing-masing mineral dibagi dengan luas seluruh grafik pada kelompok T2. Gambar 9 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T2. Nilai persentase mineral kaolinit sebesar 31.24% dan mineral illit sebesar 7.56%

(6)

Gambar 10 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T3. Hasil analisis kelompok T3 sedikit berbeda dengan hasil analisis mineral pada kelompok T1 dan T2. Hal ini karena pada kelompok t3 terdapat sedikit tambahan mineral illit dan goetit. Besar nilai persentase masing-masing mineral yaitu mineral kaolinit sebesar 30.85%, mineral illit sebsar 2.01%, serta mineral goetit sebsar 3.15%.

Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyiraman dan pemupukan. Kegiatan penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman. Hal ini dikarenakan benih membutuhkan cukup air untuk proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat tanaman berusia 9 MST, 20 MST, dan 28 MST. Pupuk yang diberikan saat pemupukan pertama merupakan campuran antara pupuk urea 25 kg/ha, dolomite 100 kg/ha, kompos 200 kg/ha, dan KCL 25 kg/ha. Pupuk yang digunakan saat pemupukan kedua adalah pupuk urea sebanyak 200 kg/ha.

Pertumbuhan Mucuna bracteata

Laju pertumbuhan tanaman merupakan laju perkembangan yang progressif dari suatu organisme tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dapat

(7)

dilihat dari pertumbuhan kuantitatif tanaman. Pertumbuhan kuantitatif yang diamati meliputi panjang tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Kualitas tanah juga berperan terhadap laju pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang diamati meliputi kadar air tanah serta tingkat kemasaman tanah (pH). Laju pertumbuhan tanaman diamati pada setiap minggu. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 10 minggu setelah tanam (MST), 11 MST, 12 MST, 13 MST, dan 15 MST.

Hasil analisis anova menunjukkan bahwa perlakuan beberapa tingkat populasi tanaman yang diberikan terhadap tanaman M. bracteata memberikan respon yang sama terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada setiap satuan percobaan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi panjang tanaman, persentase penutupan tanah, jumlah daun, jumlah cabang, pH tanah, serta kadar air tanah. Akan tetapi, saat tanaman berumur 11 MST besar persentase penutupan tanah pada perlakuan dengan tingkat populasi tanaman sebesar 3 003 tan/ha menunjukkan hasil yang terbaik berdasarkan uji Hsu Multiple

Comparison to the Best. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kelompok mineral tanah pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata. Hasil yang tidak berpengaruh ini mengindikasikan bahwa nilai parameter pertumbuhan tanaman M. bracteata tidak dipengaruhi oleh faktor kelompok mineral tanah. Hasil analisis anova tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa saat tanaman berumur 10 MST memiliki nilai korelasi yang positif, antara persentase penutupan tanah dengan jumlah daun. Semakin tinggi nilai jumlah daun maka nilai penutupan tanah juga meningkat (Lampiran 4). Saat tanaman memasuki umur 11 MST pertumbuhan panjang tanaman dipengaruhi oleh kelompok mineral tanah. Dapat diindikasikan bahwa salah satu kandungan mineral goetit yang terdapat dalam karakterisasi mineral tanah mempengaruhi nilai panjang tanaman. Pertumbuhan tanaman pada kelompok mineral T3 sedikit lebih baik daripada tanaman pada kelompok mineral T1 dan T2. Hal ini karena kelompok T3 memiliki kandungan mineral goetit sebesar 3.15%, sedangkan pada kelompok T1 dan T2 tidak terdapat adanya mineral goetit.

(8)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 10 MST

Tabel 4 merupakan data pengamatan tanaman M. bracteata saat tanaman berumur 10 MST. Panjang tanaman pada populasi 3 003 tanaman/ha (tan/ha) mencapai 46.17 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 16.61%. Panjang tanaman pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 39.78 cm dengan persentase penutupan sebesar 10.44%. Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Setiap perlakuan populasi tanaman M. bracteata yang berumur 10 MST memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang tidak jauh berbeda. Jumlah daun tanaman

M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki

dua cabang. Perhitungan nilai kadar air tanah (KA) awal dan pH awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Nilai KA tanah pada masing-masing perlakuan populasi tanaman berkisar antara 18.26%-22.43% dan nilai pH berkisar antara 4.58-4.78.

Tabel 4. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman KA awal (%) pH awal 715 39.78 10.44 4.56 2.22 22.43 4.65 1 287 43.94 10.72 4.83 1.89 18.26 4.58 3 003 46.17 16.61 4.06 1.94 20.81 4.78

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman di lapang berdasarkan kelompok mineral tanah menunjukkan bahwa pada kelompok T3 tanaman

M. bracteata memiliki panjang sebesar 45.72 cm dengan persentase penutupan

tanah sebesar 11.89% (Tabel 5). Kelompok T1 memiliki panjang tanaman sebesar 42.39 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 13.17%, sedangkan kelompok T2 memiliki panjang sebesar 41.78 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 12.72%. Jumlah daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki 2 cabang.

(9)

Tabel 5. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T1 42,39 13.17 5.00 2.06 T2 41.78 12.72 4.28 1.83 T3 45.72 11.89 4.17 2.17

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 11 MST

Panjang tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST pada perlakuan tingkat populasi 3 003 tanaman/ha (tan/ha) mencapai 54.17 cm. Panjang tanaman pada perlakuan tingkat populasi 715 tan/ha sebesar 47.92 cm, sedangkan pada perlakuan 1 287 tan/ha memiliki panjang sebesar 50.22 cm (Tabel 6). Saat tanaman berumur 11 MST terlihat bahwa pada parameter persentase penutupan tanah dengan menggunakan tingkat populasi 3 003 tan/ha memiliki pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan populasi 715 tan/ha dan 1 287 tan/ha. Perlakuan dengan tingkat populasi 3 003 tan/ha memiliki hasil yang lebih baik daripada perlakuan lainnya. Hal ini karena pada perlakuan 715 tan/ha jika dibandingkan dengan perlakuan 3 003 tan/ha menunjukkan hasil persentase penutupan tanah yang lebih baik pada perlakuan 3 003 tan/ha. Selanjutnya pada perlakuan 1 287 tan/ha dibandingkan dengan perlakuan 3 003 tan/ha juga menunjukkan bahwa pada perlakuan 3 003 tan/ha memiliki nilai persentase penutupan tanah yang lebih baik. Besar penutupan tanah pada perlakuan 3 003 tan/ha sebesar 26.06% sedangkan pada perlakuan 715 tan/ha hanya sebesar 16.17%. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan tanaman C. pubescens memasuki masa optimum sehingga tanaman tersebut sangat berpengaruh terhadap perhitungan nilai persentase penutupan tanah pada tanaman M. bracteata. Rata-rata peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang pada tanaman M. bracteata tidak sebanyak pada

(10)

peningkatan panjang dan penutupan tanah setiap minggunya. Rata-rata jumlah daun hanya sebesar 2-3 daun/cabang.

Tabel 6. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman 715 47.92 16.17b 6.33 2.89 1 287 50.22 15.17b 7.11 2.39 3 003 54.17 26.06a 6.67 2.94

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

Hasil pengamatan tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST berdasarkan kelompok mineral tanah memiliki panjang tanaman mencapai 55.54 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.10% (Tabel 7). Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok mineral T3 mencapai 49.54 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 15.25%. Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai 48.50 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 18.30%.

Tabel 7. Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T1 52.09 21.89 7.67 3.33 T2 50.67 19.78 5.83 2.28 T3 49.61 15.72 6.61 2.61

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 13 MST

Pengamatan tanaman M. bracteata selanjutnya dilaksanakan dua minggu sekali terhitung saat tanaman M. bracteata berumur 11 MST. Tabel 8 menunjukkan hasil pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur

(11)

13 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 86.72 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.22%. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan 3 003 tan/ha mencapai 80.39 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.22%. Sedangkan pada perlakuan 1 287 tan/ha memiliki panjang tanaman sebesar 87.06 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 21.33%.

Tabel 8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman 715 86.72 22.22 14.00 2.50 1 287 87.06 21.33 16.50 3.06 3 003 80.39 34.22 13.22 2.89

Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Saat tanaman berumur 13 MST jumlah daun terbanyak sebanyak 17 daun/cabang terdapat pada perlakuan 1 287 tan/ha dengan jumlah cabang sebanyak 3 cabang/ tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan panjang tanaman M. bracteata yang berumur 13 MST pada kelompok mineral T3 mencapai 104.28 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 26.17% (Tabel 9).

Tabel 9. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Berdasarkan Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T1 90.94 27.83 17.11 3.17 T2 58.94 23.78 10.50 2.28 T3 104.28 26.17 16.11 3.00

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

(12)

Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T2 mencapai 58.94 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 23.78%. Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 13 MST ada yang mencapai panjang sebesar 1 meter.

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 15 MST

Tabel 10 menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 15 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 112.11 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.89%. Pertumbuhan pada perlakuan tanaman 1 287 tan/ha mencapai panjang 131.39 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.33%, sedangkan pertumbuhan pada perlakuan 3 003 tan/ha memiliki panjang 114.67 cm dengan besar persentase penutupan sebesar 37.50%.

Tabel 10. Data pengamatan M. bracteata yang berumur 15 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman KA akhir (%) pH akhir 715 112.11 34.89 19.28 3.78 14.85 5.41 1 287 131.39 28.33 21.44 3.94 14.24 4.95 3 003 114.67 37.50 21.00 4.00 14.93 4.20

Perhitungan nilai Kadar Air (KA) akhir dan pH akhir dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Nilai KA pada setiap perlakuan memiliki rata-rata yang sama dan tergolong rendah. Nilai KA hanya berkisar antara 14.24-14.93% sedangkan pH tanah berada pada kisaran angka 4-5.

Berdasarkan hasil analisis statistik, panjang tanaman M. bracteata pada kelompok T3 saat berumur 15 MST mencapai 121.72 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.89% (Tabel 11).

(13)

Tabel 11. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 15 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/Tanaman T1 119.61 38.44 22.50 4.39 T2 116.83 33.39 18.50 3.28 T3 121.72 28.89 20.72 4.06

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T1 mencapai 119.61 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 38.44%, sedangkan pada kelompok mineral T2 panjang tanaman mencapai 116.83 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 33.39%

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang berumur 17 MST

Panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tanaman/ha (tan/ha)

mencapai 150.50 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 41.00%. Panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan dengan tingkat populasi 1 287 tan/ha mencapai 171.67 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 36.33%, sedangkan panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan 3 003 tan/ha mencapai 141.11 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 46.44% (Tabel 12). Saat tanaman berumur 17 MST jumlah daun tanaman pada setiap cabangnya telah mencapai pada kisaran 26-29 daun/cabang dengan jumlah cabang sebanyak 5 cabang pada setiap satuan pengamatannya.

Tabel 12. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 17 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (daun/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman 715 155.50 41.00 27.89 4.44 1 287 171.67 36.33 29.00 4.33 3 003 141.11 46.44 26.56 4.61

(14)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, panjang tanaman M. bracteata yang berumur 17 MST pada kelompok mineral T3 mencapai 144.94 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 35.78% (Tabel 13). Panjang tanaman

M. bracteata pada kelompok mineral T1 mencapai 173.06 cm dengan

persentase penutupan tanah sebesar 52.83%. Panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai 150.28 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 35.17%. Saat tanaman berumur 17 MST, jumlah daun pada kelompok T3 mencapai 28 daun/cabang dengan jumlah cabang sebanyak 5 cabang. Kelompok T1 memiliki jumlah daun sebanyak 31 daun/cabang dengan jumalh cabang sebanyak 5 cabang.

Tabel 13. Data Pengamatan M. bracteata yang berumur 17 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/Tanaman T1 173.06 52.83 31.00 5.06 T2 150.28 35.17 24.44 3.72 T3 144.94 35.78 28.00 4.61

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pertumbuhan Centrosema pubescens

Hasil anova (analize of variance) pada taraf 5 % menunjukkan bahwa pada penelitian ini pengaruh kelompok mineral tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman C. pubescens. Akan tetapi pengaruh lubang tanam tampak jelas memberikan perbedaan. Terlihat bahwa pertumbuhan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm memberikan hasil pertumbuhan yang jauh lebih baik dibanding tanaman yang hanya ditugal. Pertumbuhan tanaman tersebut meliputi panjang tanaman dan persentase penutupan tanah (PPT) saat tanaman berumur 8 MST, 10 MST, 12 MST, dan 15 MST. selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap kadar air dan pH tanah. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

(15)

Panjang Tanaman

Pertumbuhan tanaman dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm (P1) memiliki nilai pertumbuhan terbaik dibandingkan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam di tugal (P2). Hasil analisis uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan P1 saat berumur 8 MST mencapai 66.25 cm sedangkan pada perlakuan P2 panjang tanaman hanya 27.80 cm. Saat tanaman berumur 15 MST, pertumbuhan pada perlakuan P1 telah mencapai panjang 97.50 cm sedangkan pada perlakuan P2 pertumbuhan tanaman masih mencapai 40.25 cm (Tabel 14).

Tabel 14. Data Pertumbuhan Panjang Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST

Perlakuan Lubang Tanam Panjang Tanaman (cm) 8 MST 10 MST 12 MST 15 MST 30 cm x 60 cm 66.25a 76.15a 89.55a 97.50a Tugal 27.80b 29.05b 38.50b 40.25b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

Berdasarkan kelompok mineral tanah terlihat bahwa pertumbuhan panjang tanaman C. pubescens dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm pada kelompok mineral T2 dan T3 menunjukkan laju pertumbuhan panjang yang sama yaitu pada kisaran 70-80 cm saat tanaman berumur 8 MST (Gambar 11A). Memasuki umur 15 MST pertumbuhan panjang tanaman dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm mencapai panjang 110 cm. Gambar 11 B terlihat bahwa grafik pertumbuhan panjang tanaman dengan di tugal. Saat tanaman berumur 8 MST panjang tanaman mencapai 36 cm pada kelompok T3. Memasuki umur 15 MST pertumbuhan panjang tanaman baru mencapai 45 cm pada kelompok T1. Kelompok T3 memiliki nilai pertumbuhan yang konstan pada setiap minggunya.

(16)

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Gambar 11. Grafik Pertumbuhan Panjang C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30 cm x 60 cm; (B) Ditugal

Persentase Penutupan Tanah (PPT)

Persentase penutupan tanah merupakan besar persentase tanaman

C. pubescens yang dapat menutupi permukaan tanah pada setiap m². Tabel 15

menunjukkan laju penutupan tanah pada tanaman C. pubescens saat tanaman berumur 8 MST, 10 MST, 12 MST, dan 15 MST. Tanaman yang ditanam dengan menggunakan perlakuan lubang tanam berukuran 30 cm x 60 cm (P1) memberikan hasil PPT terbaik dibanding tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam ditugal (P2) pada setiap minggu pengamatan.

Tabel 15. Data Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST Perlakuan

Lubang Tanam

Persentase Penutupan Tanah (%)

8 MST 10 MST 12 MST 15 MST

30 cm x 60 cm 14.40a 25.00a 30.25a 33.60a

Tugal 6.80b 13.65b 14.80b 16.65b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

(17)

Saat tanaman berumur 8 MST (Minggu Setelah Tanam) nilai persentase penutupan tanah pada perlakuan P1 sebesar 14.40%, sedangkan tanaman yang menggunakan perlakuan P2 memiliki besar persentase penutupan tanah hanya sebesar 6.80%. Memasuki umur 15 MST persentase penutupan tanah pada perlakuan P1 sebesar 33.60%, sedangkan nilai persentase tanaman pada perlakuan P2 masih sebesar 16.65%.

Hasil perhitungan berdasarkan kelompok mineral tanah terlihat bahwa persentase penutupan tanah pada tanaman C. pubescens dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm saat tanaman berumur 8 MST berada pada kisaran 10-20% pada masing-masing kelompok mineral (Gambar 12A). Memasuki umur 15 MST, kelompok T1 memiliki besar penutupan tanah sebesar 50%, kelompok T2 memiliki besar penutupan tanah sebesar 20%, dan pada kelompok T3 besar penutupan tanah berada pada kisaran 13%.

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Gambar 12. Grafik Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30 cm x 60 cm; (B) Ditugal

Gambar 12B merupakan grafik persentase penutupan tanah tanaman

C. pubescens yang menggunakan ukuran lubang tanam ditugal. Saat tanaman

berumur 8 MST nilai penutupan tanah berada pada kisaran 5-10%, sedangkan

(18)

saat tanaman berumur 15 MST nilai persentase penutupan tanah berada pada kisaran 13-20%.

Kadar Air Tanaman

Hasil analisis anova menunjukkan bahwa pengaruh ukuran lubang tanam terhadap nilai kadar air tanaman tidak memberikan pengaruh terhadap besar atau kecilnya nilai kadar air tanaman. Meskipun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kadar air tanaman, akan tetapi tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm (P1) memiliki nilai kadar air yang sedikit lebih tinggi dibanding tanaman yang menggunakan ukuran ditugal (P2). Nilai kadar air tanaman pada bagian akar sebesar 29.95% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 21.74% (Tabel 16). Tabel 16. Data Kadar Air Tanaman C. pubescens

Perlakuan Lubang Tanam

Kadar Air Tanaman (%)

Akar batang daun

30 cm x 60 cm 29.95 31.39 45.01

Tugal 21.74 21.85 24.18

Nilai kadar air tanaman pada bagian batang sebesar 31.39% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 21.85%. Nilai kadar air tanaman pada bagian daun sebesar 45.01% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 24.18%. Semakin besar ukuran lubang tanam maka semakin tinggi bobot brangkasan yang dihasilkan, hal ini karena semakin banyak tanaman yang dihasilkan dibandingkan tanaman yang hanya menggunakan ukuran lubang tanam ditugal.

Kadar Air (KA) Tanah dan pH Tanah

Pengukuran nilai KA dan pH tanah awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST, sedangkan pengukuran KA dan pH tanah akhir dilakukan pengujian saat tanaman berumur 15 MST. Nilai kadar air tanah pada lokasi penelitian dapat dikatakan sangat rendah, karena nilai KA hanya berkisar antara 13%-18% (Tabel 17).

(19)

Tabel 17. Data Kadar Air dan pH Tanah di Lokasi Penelitian Perlakuan

Lubang Tanam

Kadar Air Tanah (%) pH

awal akhir awal akhir

30 cm x 60 cm 18.61 13.66 4.40 4.68

Tugal 18.41 13.40 4.78 4.66

Nilai KA awal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada KA akhir. Hal ini dipengaruhi oleh pengambilan contoh tanah untuk perhitungan nilai KA awal yang dilakukan pada musim penghujan, sedangkan pengambilan contoh tanah untuk perhitungan KA akhir dilakukan pada musim kemarau.

Nilai pH tanah yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm maupun dengan ditugal memiliki nilai yang relatif sama. Tingkat kemasaman tanah (pH) pada penelitian ini berdasarkan pada pH H₂O. Nilai pH tanah tidak mengalami peningkatan selama beberapa minggu penanaman C. pubescens. Nilai pH masih berkisar pada angka 4, meskipun tidak terjadi peningkatan yang sangat jelas namun pH tanah tetap mengalami peningkatan nilai sedikit demi sedikit. Akan tetapi tidak memperbaiki kondisi kimia tanah ke arah nilai yang lebih baik.

Pembahasan

Pengaruh Tingkat Populasi Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata

Legume Cover Crop (LCC) merupakan tanaman dari golongan

leguminose yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah karena sifatnya yang dapat mengikat nitrogen dan mencegah erosi, memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan organik dan hara tanah serta, menekan pertumbuhan gulma. Penanaman LCC dapat mengurangi kehilangan nitrogen dalam tanah, sebagai contoh penanaman LCC disekitar tanaman pokok dapat menekan tingkat populasi gulma yang ada (Kou and Jellum, 2002; Bregkvist, 2003; Sainju et al., 2005).

(20)

Tanaman penutup tanah memiliki beberapa fungsi diantaranya: mengurangi kepadatan tanah (Cock, 1985), sebagai tempat menyimpan carbon (Reicosky and Forcella, 1998), mempengaruhi hidrologi tanah dan menjaga dari erosi yang disebabkan oleh air dan angin (Battany and Grismen, 2000), meningkatkan laju infiltrasi air (Archer et al., 2002). Parkin et al., (2006) menambahkan bahwa selain berfungsi dalam konservasi tanah salah satu pengaruh penting dari LCC adalah tanaman tersebut dapat mengurangi terlepasnya zat kontaminan dalam tanah. tanaman LCC berperan dalam kegiatan fiksasi nitrogen. Tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai tempat menyerap kelebihan nitrogen di dalam tanah.

M. bracteata merupakan salah satu jenis LCC yang digunakan dalam

keperluan rehabilitasi lahan karena tanaman ini dapat bekerja memperbaiki lahan dalam waktu yang singkat. Pada kegiatan reklamasi lahan ataupun penanaman LCC pada area perkebunan, panjang tanaman merupakan salah satu indikator pengamatan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pertumbuhan tanaman M. bracteata tersebut.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa panjang tanaman merupakan salah satu ukuran yang paling sering diamati sebagai salah satu indikator pertumbuhan maupun indikator mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang digunakan karena tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang paling mudah untuk diamati.

Berdasarkan data analisis panjang tanaman, tanaman yang berumur 10 MST dan 11 MST memiliki pertumbuhan panjang tanaman yang lebih tinggi untuk tingkat populasi 1 287 tan/ha, sedangkan pada tiga minggu pengamatan terakhir yaitu saat tanaman berumur 13 MST, 15 MST, dan 17 MST memiliki pertumbuhan panjang tanaman yang lebih tinggi untuk perlakuan 1 287 tan/ha. Hal ini diduga dipengaruhi saat tiga minggu pengamatan terakhir tanaman yang menggunakan tingkat populasi sebesar 1 287 tan/ha memiliki ruang pergerakan untuk tumbuh dan menjalar masih terlihat karena pada setiap satuan percobaan berisi 9 tanaman contoh, sehingga peluang tanaman untuk terus berkembang masih tinggi. Hal ini berlaku pula pada perlakuan dengan tingkat populasi 3 003 tan/ha untuk terus berkembang

(21)

juga. Tingkat populasi yang cukup padat menyebabkan ruang pergerakan tanaman menjadi tidak terkontrol. Hal ini memiliki arti bahwa perkembangan tanaman M. bracteata saling tumpang tindih mengingat pada setiap perlakuan berisi 21 tanaman contoh.

Persentase penutupan tanah merupakan salah satu parameter kegiatan penanaman LCC dapat dikatakn berhasil. Semakin rapat populasi tanaman dalam satuan percobaan maka besar penutupan tanah akan semakin tinggi. Semakin tinggi nilai persentase PPT maka semakin besar permukaan tanah yang telah tertutupi oleh tanaman tersebut. Nilai persentase penutupan tanah pada penelitian ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh panjang tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai panjang suatu tanaman, belum menentukan nilai persentase penutupan tanah tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya nilai penutupan tanah yang diperoleh yaitu tanaman

C. pubescens yang ikut ditanam sebagai tanaman penutup dalam kegiatan

reklamasi lahan, sehingga tanaman tersebut juga ikut andil dalam perhitungan nilai PPT. Harahap et al., (2008) menyatakan bahwa laju penutupan kacangan pada masa awal penanaman dapat mencapai 2-3 m2 per bulan. Penutupan areal secara sempurna dicapai saat memasuki tahun ke-2 dengan ketebalan vegetasi berkisar 40-100 cm dan biomassa berkisar antara 9-12 ton bobot kering per ha. Berdasarkan hasil pengamatan saat penelitian, tanaman yang berumur 17 MST memiliki tingkat persentase penutupan tanah tertinggi hanya sebesar 36%. Salah satu faktor yang menyebabkan hasil tersebut sangat berbeda karena tanah pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori tanah kritis dan tidak layak untuk dilakukan penanaman (Lampiran 7).

Blanchart (2006) menyatakan bahwa tanaman pokok yang diberikan perlakuan mucuna selama 3.5 bulan dapat meningkatkan kandungan C organik di dalam tanah yang memiliki tekstur liat berpasir (pH 5-5.5), meningkatkan ketersediaan unsur hara, meningkatkan agregat tanah dan mengurangi erosi. Penanaman mucuna juga dapat meningkatkan jumlah kepadatan makrofauna 2-4 kali lebih banyak dibandingkan tanaman yang hanya diberi perlakuan NPK.

(22)

Tanaman M. bracteata dan tanaman C. pubescens dapat merambat dengan cepat pada bagian-bagian yang kosong atau merambat pada pohon kelapa sawit. Selain itu, tanaman tersebut dapat berkompetisi dengan gulma yang terdapat pada lokasi. Tanaman M. bracteata dan tanaman C. pubescens merupakan salah satu kombinasi penanaman dari jenis LCC yang dapat diterapkan di lapang. Gambar 13 merupakan salah satu contoh perkembangan penutupan tanah dengan populasi 3 003 tan/ha pada kelompok T2 saat tanaman berumur 10 MST dan 15 MST.

Penanaman M. bracteata yang dilakukan dekat dengan perakaran sawit dapat meningkatkan kesuburan tanah disekitar perakaran mengingat bahwa tanaman LCC dapat mengikat N₂ di udara menjadi bentuk nitrat yang diperlukan oleh tanaman. Perhitungan penataan maupun jumlah tanaman

M. bracteata tersebut tetap diperlukan, hal ini karena sifat tanaman tersebut

yang dapat memanjat dan merambat.

Gambar 13. Perkembangan Penutupan Tanah dengan Populasi 3 003 tan/ha pada Kelompok Mineral T2 Saat Berumur: (A) 10 MST; (B) 15 MST

Gambar 14 di bawah ini terlihat bahwa tanaman M. bracteata hampir menutupi seluruh permukaan dari tanaman sawit, dan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan tanaman tersebut dapat menutupi seluruh permukaan pohon sawit.

(23)

Gambar 14. Tanaman M. bracteata yang Merambat pada Tanaman Sawit Nilai persentase pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh panjang tanaman dan laju penutupan tanah juga dipengaruhi oleh jumlah daun dan jumlah cabang. Pertambahan jumlah cabang dan jumlah daun erat kaitannya dengan pertumbuhan panjang tanaman. Semakin tinggi nilai panjang suatu tanaman maka semakin besar nilai jumlah daunnya. Laju penambahan panjang tanaman maupun PPT yang lebih tinggi tidak sebanding dengan laju penambahan jumlah daun dan jumlah cabang. Satu tanaman contoh memiliki jumlah daun sebanyak 3-5 daun setiap minggu, sedangkan laju penambahan jumlah cabang hanya sebanyak 1 cabang setiap 2 minggu. Perbandingan jumlah daun pada tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Gambar 15. Jumlah satu daun pada tanaman M. bracteata terdiri dari 3 helai daun, hal ini mengingat tanaman M. bracteata merupakan tanaman berjenis daun three

foliate.

(A) (B) (C)

Gambar 15. Jumlah Daun tanaman M. bracteata pada Kisaran: (A) 3-15 Daun; (B) 16-25 Daun; (C) 26-40 Daun

(24)

Gambar 15 A merupakan jumlah daun pada kisaran 3-15 daun, Gambar 15b merupakan jumlah daun tanaman M. bracteata pada kisaran 16-25 daun, sedangkan pada Gambar 15 C merupakan jumlah daun pada kisaran 26-40 daun.

Berdasarkan data hasil penelitian tanaman M. bracteata dengan jumlah populasi 1 287 tan/ha dapat direkomendasikan untuk kegiatan reklamasi pada tanah T2. Tanaman M. bracteata dengan jumlah populasi 715 tan/ha dapat dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi pada kelompok T1 dan T3. Hal ini berdasarkan pertimbangan perkembangan pertumbuhan panjang tanaman. Nilai persentase penutupan tanah yang diperoleh tidak dimasukkan sebagai bahan pertimbangan karena data yang diperoleh berdasarkan data perambatan dari tanaman M. bracteata dan C. pubescens.

Rekomendasi secara umum kegiatan penanaman yang memanfaatkan tanaman M. bracteata sebagai tanaman penutup pada perkebunan-perkebunan dapat memanfaatkan jumlah populasi M. bracteata sebanyak 715 tan/ha. Pemilihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional baik biaya produksi maupun biaya pemeliharaan pada perkebunan, sedangkan penanaman pada lahan yang kritis dapat memanfaatkan jumlah populasi tanaman sebanyak 1287 tan/ha. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi apabila terdapat beberapa tanaman yang mati saat di lapang.

Hairiah and Noordwijk (1986), menyatakan tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman perintis yang tidak hanya dapat tumbuh subur pada tanah pemukiman (pH 6), akan tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah masam dan tidak subur seperti pada daerah Nigeria Selatan (pH 4.3). Ile et al., (1996) menambahkan bahwa tanaman mucuna berpotensi untuk meningkatkan hasil produksi jagung selanjutnya pada tanah masam ultisol (pH 4.3). Tanaman M. bracteata memiliki korelasi positif terhadap hasil produksi jagung, akan tetapi dalam penerapannya harus disertai dengan pengapuran.

(25)

Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan

Centrosema pubescens

Secara umum teknik prosedur di lapang tidak bisa diabaikan begitu saja. semua prosedur-prosedur mulai dari bibit tanaman yang digunakan, dosis pupuk yang diaplikasikan, hingga ukuran lubang tanam harus sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Lubang tanam merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman. Jika ukuran lubang tanam tidak sesuai dengan standar maka hasil pertumbuhan suatu tanaman menjadi tidak optimal. Gambar 16 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman C. pubescens pada bagian A merupakan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm, sedangkan Gambar 16B merupakan tanaman yang ditanam hanya dengan ditugal. Gambar 16A menunjukkan bahwa tanaman sudah memiliki banyak cabang dan tanaman telah merambat menutupi permukaan tanah, sedangkan Gambar 16B menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tersebut terhambat, akan tetapi dilihat dari segi fisiologi tanamannya, bentuk daun pada Gambar 16B lebih baik dibandingkan pada Gambar 16A.

Gambar 16. Tanaman C. pubescens dengan Ukuran Lubang Tanam: (A) 30cm x 60cm; (B) Ditugal

Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat pertumbuhan vegetatif tanaman C. pubescens memiliki perkembangan yang baik dengan menggunakan lubang tanam berukuran 30 cm x 60 cm daripada hanya dengan ditugal karena dengan menggunakan ukuran lubang tanam, benih tanaman masih memiliki ruang untuk tumbuh. Sedangkan jika menggunakan tugal,

(26)

ruang benih untuk tumbuh sangat terbatas mengingat dalam satu lubang tanam rata-rata jumlah benih yang dimasukkan berkisar antara 50-100 benih

C. pubescens.

Gambar 17A menunjukkan bahwa tanaman C. pubescens dapat merambat ke segala arah pada kondisi lahan yang datar. Bagian B terlihat bahwa tanaman C. pubescens dapat memanjat pada lereng-lereng dan pada akhirnya dapat menutupi permukaan lereng sehingga dapat mengurangi terjadinya longsor. Mengingat kondisi area penelitian merupakan bekas penambangan yang sering terjadi longsor.

Gambar 17. Perambatan Tanaman C. pubescens: (A) Lahan Datar; (B) Bagian Lereng

Tampobolon (1993) menyatakan bahwa agar pertumbuhan tanaman sentro dapat tumbuh optimum di lapang dosis pupuk N yang dapat digunakan adalah sebesar 75 kg N/ha. selain itu disebutkan bahwa saat tanaman berumur 4 bulan besar penutupan tanah tanaman sentro dapat mencapai 84.6%. Nilai ini hampir sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa saat tanaman berumur 3 bulan atau 12 MST besar penutupan yang dihasilkan tanaman sentro sebesar 88.90%.

Sutaedi (2005) menyatakan bahwa tanaman Centrosema pubescens dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. Saat musim kemarau tanaman memiliki panjang sebesar 33.33 cm, sedangkan pada musim hujan tanaman Centrosema pubescens memiliki panjang tanaman sebesar 23.33 cm.

(27)

Pengaruh Kelompok Mineral Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Centrosema pubescens

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang terhadap laju pertumbuhan tanaman baik tanaman M. bracteata dan C. pubescens pada setiap minggunya dapat terlihat bahwa pertumbuhan tanaman pada tanah T3 dan T1 lebih baik daripada pada tanah T2. Sedangkan jika dilihat berdasarkan hasil analisis anova dan manova, kelompok mineral tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata dan C. pubescens.

Terlepas dari hasil analisis statistik untuk kelompok mineral tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan nilai kelompok T1 dan T3 memiliki nilai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kelompok T2 adalah nilai tingkat permeabilitas tanah pada kedua tanah tersebut lebih baik daripada pada tanah T2. Pada tanah T1 memiliki tingkat permeabilitas sebesar 17.66 cm/jam, tanah T3 sebesar 20.37 cm/jam, sedangkan pada tanah T2 nilai permeabilitas tanah hanya sebesar 1.31 cm/jam. Tingginya tingkat permeabilitas akan berpengaruh terhadap besarnya laju infiltrasi tanah. Semakin tinggi laju infiltrasi memiliki arti bahwa kemampuan air untuk meresap ke dalam tanah semakin tinggi. Mengingat bahwa air merupakan salah satu faktor penting yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa air diperlukan tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, serta sebagai pengangkut serta mentranslokasikan makanan-makanan dan unsur hara.

Simatopang (2005) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dengan dosis minimal 10 ton/ha dapat menurunkan besarnya aliran permukaan. Hal ini karena pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga permeabilitas tanah dapat meningkat dan aliran permukaan dapat diminimalisir.

Tanah merupakan sumber unsur hara bagi tanaman, selain itu tanah juga berperan sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, serta merupakan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan (Arsyad, 2005). Namun tanah menjadi tidak berfungsi saat mengalami kerusakan. Hilangnya beberapa unsur hara dari daerah perakaran menyebabkan

(28)

merosotnya kesuburan tanah. Hal ini dapat mengakibatkan tanah menjadi tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan produktifitasnya menjadi sangat rendah.

Lahan pada lokasi penelitian merupakan salah satu contoh dari tanah yang mengalami kerusakan atau tergolong kategori lahan kritis. Salah satu contoh pentingnya adalah laju pertumbuhan M. bracteata dan C. pubescens pada lokasi penelitian tidak menunjukkan hasil yang maksimal dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Mengingat bahwa baik tanaman

M. bracteata maupun C. pubescens merupakan salah satu jenis tanaman LCC

yang memiliki daya berkecambah yang tinggi serta toleran terhadap musim kemarau maupun kelembapan tinggi.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan lahan pada lokasi penelitian termasuk dalam jenis lahan kritis. Pertama adalah tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kuarsa 90% pada fraksi pasir serta mineral kaolinit 90% pada fraksi liat (Lampiran 7). Dominansi kedua mineral menunjukkan bahwa tanah tersebut sangat miskin hara potensial. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan hasil analisis kimia terlihat bahwa kandungan unsur hara makronya tergolong sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman hanya bergantung dari kegiatan pemupukan mengingat bahwa hara yang tersedia dalam tanah tergolong sangat rendah atau hampir mendekati tidak ada sama sekali.

Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal adalah reaksi tanah (pH). Reaksi tanah adalah suatu ciri atau parameter yang menunjukkan keadaan masam-basa dalam tanah. Menurut Syarief (1986), reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Reaksi tanah yang netral, berada pada pH 6.5-7.5 memiliki kandungan unsur hara yang optimum. Kondisi pH tanah yang kurang dari 6.0 menyebabkan ketersediaan unsur molibdinum, fosfor, kalium, belerang, kalsium, dan magnesium menurun dengan cepat. Tanah pada lokasi penelitian memiliki pH yang sangat masam yaitu berkisar antara 3.9-4.4.

(29)

Menurut Buckman dan Brady (1974), nilai pH dibawah 5.0–5.5 unsur Al, Fe, dan Mn menjadi larut dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan tanaman mengalami keracunan. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Vlamis (1953), menyatakan bahwa meskipun nilai pH rendah, pertumbuhan tanaman tidak akan terhambat apabila kandungan Al rendah. Sebaliknya pertumbuhan akan terhambat apabila Al cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian kandungan Al pada lokasi penelitian sangat tinggi. Pada tanah T1 kandungan Al sebesar 47.4 ppm, Tanah T2 sebesar 17.4 ppm, sedangkan pada tanah T3 sebesar 14.6 ppm. Salah satu cara yang dapat mengendalikan kelarutan Al adalah melalui pengapuran. Menurut Kamprath (1970), rekomendasi yang dapat diberikan untuk kegiatan pengapuran sebesar 1 x Al-dd. Nilai ini berdasarkan pada nilai rekomendasi untuk tanaman yang toleran terhadap Al. Berdasarkan perhitungan kebutuhan kapur yang diperlukan untuk kelompok T1 adalah sebesar 4.74 ton CaCO3/ha, kelompok T2 sebesar

1.74 ton CaCO3/ha, serta pada kelompok T3 sebesar 1.46 ton CaCO3/ha. Besar pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh unsur hara dan pH juga dipengaruhi oleh Kapasitas Tukar Kation (KTK). Supardi (1983) menyatakan bahwa kapasitas tukar kation merupakan kemampuan ion Huntuk menggantikan kation-kation yang diperlukan oleh tanaman. Suatu tanah yang mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Sebaliknya pada tanah-tanah yang ber-KTK rendah tidak dianjurkan diberikan dalam jumlah banyak karena kationnya akan mudah tercuci. Tanah pada lokasi penelitian memiliki nilai KTK yang tergolong sangat rendah. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan nilai KTK tanah adalah meningkatkan kadar bahan organik tanah.

Gambar

Gambar 6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010
Gambar 7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang;
Gambar 8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1
Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembelajaran dengan kegiatan bermain peran dengan tema Profesi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak pada siklus I ini tentunya sesuai dengan masalah yang

Penelitian ini diperoleh melalui teknik simple random samping, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Dauscus carota L) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio).. Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan INDRA

Gisela Nina Sevani, dalam penelitiannya yang berjudul Aplikasi Reminder Pengobatan Pasien Berbasis SMS Gateway Aplikasi berbasis Web yang dibuat dengan MySQL sebagai media

Manfaat praktis : bagi praktisi pendidikan terutama Guru, sekolah, Dosen pihak Universitas serta mahasiswa sendiri mengenai hubungan antara kebersyukuran dengan

Sebelum Microsoft meluncurkan sebuah piranti lunak yang mampu melakukan kapabilitas Microsoft Excel, sebuah piranti lunak lainnya sudah terlebih dulu muncul dan memiliki nama,

Teras reaktor terdiri dari banyak kanal bahan bakar dan dideretkan berbentuk kisi kubus di dalam tangki kalandria, bahan pendingin mengalir masing-masing di dalam pipa tekan,

Sebagaimana kita dalam mendidik, tanpa melupakan tujuan awal dari pendidikan itu sendiri dan terutama kesejahteraan anak didik kita sehingga anak didik kita menjadi