• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005:88).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005:88)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para ahli. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005:88).

Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age. Karena pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Osbon, White, dan Bloom dalam Suyadi (2017: 33) menyatakan bahwa perkembangan intelektual kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, pada usia 0-8 tahun mencapai 80% dan pada usia 0-18 tahun mencapai 100%. Selanjutnya, penelitian itu juga mengukur perkembangan fisik pada anak usia 0 tahun mencapai 25%, kemudian pada usia 6 tahun mencapai 85%, dan pada usia 12 tahun telah mencapai final mencapai 100% Adi W Gunawan dalam Suyadi (2017: 33).

(2)

Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Dalam Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa “ pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Selanjutnya pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa “1) pendidikan Anak usai dini diselenggarakan sebelum janjang pendidikan dasar; 2) pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non-formal, danatau informal; 3) pendidikan anak usia dini jalur formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat; 4) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non-formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat; 5) pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkunga; 6) ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagai mana di maksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan kajian teori diatas bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun, yang sering disebut masa keemasan atau golden age dalam bertumbuh dan berkembang. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

(3)

agar siap untuk memasuki pendidikan lebih lanjur. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur formal, non-formal dan informal.

B. Karakteristik Belajar Anak Usia Dini

Setiap anak memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus, salah satu karakteristik anak usia dini adalah unik. Begitu juga dengan cara belajar anak. Setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Karena setiap anak tumbuh dan berkembang secara berbeda-beda. Menurut (Elfan fanhas Fatwa Khoemay dan Nur Hamzah, 2019) karekteristik anak usia dini yaitu:

1. Anak usia dini memiliki sifat egosentris yang tinggi.

Anak cenderung melakukan, melihat dan menilai dari sudut pandang mereka sendiri. Penilaian, moral dan subjektifitas masih sangat kental menguasai emosi mereka. Sifat egosentisme biasanya muncul pada kehendak anak yang mesti terwujud. Anak pada saat menginginkan sesuatu, maka dengan cara apapun anak dilakukannya, memaksa, bertindak kasar seperti berebut mainan, hingga meminta orang dewasa (orang tuanya) yang memenuhi kehendaknya tersebut. Jika tidak terpenuhi, maka anak akan barontak dengan menangis, teriak, marah dan lain-lain.

2. Anak memiliki Curiosity (rasa ingin tahu) tinggi

Sejalan dengan pertumbuhan sel otak mereka yang begitu pesat dan cepat, anak memanifestasikan potensi tersebut dengan selalu merasa ingin tahu dengan segala hal. Anak terhadap curiositnya

(4)

senantiasa mencoba berbagai macam yang belum pernah mereka alami sebelumya, dengan memegang, memencet, memukul, menciumnya, melemparkannya, mempretelinya dan masih banyak lagi. Apa saja yang mereka lihat tentang bendan dan aktivitas sekitarnya hmpir selalu mereka akab mencobanya dan bertanya akan hal tersebut. Dari sinilah kemudian terjadi proses trial and eror.

3. Anak memiliki imanginasi dan fantasi yang tinggi 4. Pembelajar Ulung

5. Usia AUD adalah usia dimana proses perkembangannya baik fisik, kognitif, social-emosional, moral, Bahasa, dan motorik sangat drastis dan cepat. AUD dikenal sebagai individu pembelajar ulung karena kemampuannya dalam menyerap, menguasai, dan menerapkan pembelajaran. Contoh saja dari aspek penguasaan Bahasa, umur I tahun, anak sudah menguasai 40 kata dan beberapa bulan kemudian menjadi ratusan. Menurut Tompskin bahwa kosakata anak aka bertambah sebanyak 3000 pertahun. Terhadap hal ini, bandingan dengan perolehan belajar pada kita sebagai orang dewasa.

6. Anak adalah seorang pembelajar yang memiliki daya konsentrasi pendek.

7. Anak adalah pembelajar yang ulung, tetapi uniknya mereka sangat sulit untuk fokus pada satu hal tertentu saja. Paling lama

(5)

mereka hanya dapat berkonsentrasi sekitar 5 menit, dan selebihnya, mereka akan fokus kepada sesuatu yang lain di sekelilingnya.

8. AUD merupakan individu penjelajah

9. Rentang usia anak usia dini disebut juga dengan usia penjelajah. Terutama ketika mulai menginjak usia 18 bulan. Anak dengan bekal perkembangan motorik, emosi, dan kognitifnya mulai mengembangkan sikap sosial.

10. Ciri Emosi

Kaitan dengan emosi anak usia dini, menurut Hurlock (978) beberapa ciri emosional muncul pada diri anak adalah rasa kasih sayang, gembira, sedih, takut, iri hati dan amarah. Menurut Goelman bahwa ciri emosi pada anak usia dini adalah bahwa ia bersifat sementara alias tidak menetap, cepat berubah dari satu emosional ke emosional berikutnya dan tidak selamanya demikian.

Dapat disimpulakan dari pemaparan diatas bahwa karakteristik anak yaitu mamiliki egosentris dalam artian anak kadang tidak dapat bersaba, dan anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan lingkungan sekitar, anak memiliki daya imaginasi dan fantasi yang tinggi terhadap benda yang ada di sekitar, anak merupakan pembelajar ulung dalam artian anak mampu menyerap cepat pembelajaran semisal Bahasa, anak adalah seorang pembelajar yang memiliki daya konsentrasi pendek, anak

(6)

merupakan individu penjelajah, ciri-ciri emosi anak yaitu rasa kasih saying gembira dan iri dan sedih.

Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini menurut Novan Ardy Wiyani dan Barnawi (2012: 89) bahwa karakteristik anak usia dini adalah anak belajar melalui bermain, anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya, anak belajar secara ilmiah, anak paing baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek perkembangan, bermakna dan menarik. Hal tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran yang berorientasi pada anak usia dini disesuaikan dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat berkembang dengan baik dan dicapai, serta kegiatan belajar dapat menyenangkan anak dan menantang anak.

Anak usia 5-6 tahun menurut Piaget dalam Jhon W. Santrock (2007:49) berada pada tahapan Praoprasional, yang berlangsung sekitar usia 2-7 tahun, tahap Praoprasional adalah tahap perkembangan Piaget, pada tahap ini, anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatkan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik, istilah Piaget untuk tindakan mental yang terinternalisasi, yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara fisik.

(7)

Berdasarkan pemeparan menegenai karakteristik belajar anak usia dini, maka dapat disimpulkan bahwa anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Sehingga diperlukan stimulus yang tepat agar pertumbuhan dan perkembangan anak berkembang secara maksimal. Pemberian stimulus harus di sesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik anak usia dni, pemberian rangsangan harus diberikan dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

C. Motivasi Belajar Anak

a) Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif”yang artinya kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati langsung, tetapi dapat di interpetasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. ( Hamzah B. Uno: 2008). Sedangkan menurut Jhon W Santrock motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Robet E Slavin mengartikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntut, dan mempertahamkam perilaku dari waktu ke waktu. Dalam bahasa sederhana motivasi adalah sesuatu

(8)

yang menyebabkan seseorang melangkah, membuat seseorang teteap melangkah dan menentukan kemana anda coba melangkah.

Menurut Sardiman dalam Choirun Nisam Aulina (2018 : 2) menyebutkan bahwa motivasi adalah usaha seseorang untuk ingin dan mau melakukan sesuatu, atau sebaliknya jika seseorang itu tidak senang terhadap sesuatu maka ia berusaha untuk menghindari atau meniadakan hal tersebut.

Motivation refers to the “student's willingness, need, desire and compulsion to participate in, and be successful in, the learning process; it seeks to increase the factors that move a student toward becoming more involved in the class and the subject matter” (Bomia et al., 1997, p. 3). Dari definisi tersebut dapat diartkan bahwa motivasi adalah kemauaan, kebutuhan, dan paksaan siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran agar siswa terlibat dalam pembelajaran dan materi pembelajaran.

Jadi dapat diartikan bahwa motivasi adalah suatu dorongan pada seseorang sehingga menimbulkan keinginan untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan maupun keinginannya.

a) Pengertian Belajar

Belajar dalam pengertian umum dan sederhana diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah

(9)

proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Menurut James O. Whittaker ( Aunur Rahman Belajar dan pembelajaran ) mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Skinner dalam Bimo Walgito (2005: 184) menyebutkan bahwa belajar adalah learning is a process of progressive behavior adaptation. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi prilaku yang bersifat progresif yang artinya menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Bimo Walgito (2005: 185) belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior of performance). Ini berarti setelah belajar individu mengalami perubahan dalam perilakunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menuju kearah yang lebih baik.

(10)

b) Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Dimyati & Mujiono dalam Choirun Nisam Aulina (2018:3) motivasi belajar adalah suatu dorongan ataupun kekuatan mental yang dapat mengaktifkan suatu prilaku manusia, termasuk dalam prilaku dalam belajar. Menurut Hamzah B. Uno dalam Wahdanian Devi.S (2016:11) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Jadi motivasi belajar adalah dorongan pada seseorang untuk memperoleh pengetahuan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri anak, baik berasal dari dalam maupun luar anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai

Menurut Wlodkowski dan Janes dalam Misrawati (2015:2) Motivasi belajar adalah sesuatu nilai dan dorongan untuk belajar. Jadi motivasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran untuk mendorong seorang anak belajar. Motivasi belajar memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Sardiman A. M, dalam

(11)

Wahdanian Devi.S (2016:11) menyebutkan bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, yang memiliki peran yang khas dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang, antusias, dan semangat dalam belajar.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan pada seseorang untuk memperoleh pengetahuan dengan menumbuhkan gairah, merasa senang, antusias dan semangat dalam belajar sehingga tujuan dalam pembelajaran yang dimaksud tercapai.

c) Indikator Motivasi Belajar

Pengukur motivasi belajar anak dapat dilihat dari insikator-indikator dalam motivasi belajar anak. Sebagai mana menurut Sudjana dalam Choirun Nisam Aulina (2018: 4) motivasi belajar anak dapat dilihat dalam hal : minat dan perhatian anak terhadap pembelajaran, semangat anak untuk melakukan tugas belajarnya, tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas belajarnya, rasa senang dalam mengerjakan tugas diberikan dan reaksi yang ditunjukan terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Indikator motivasi belajar dalam penelitian ini yaitu: 1. Minat dan perhatian anak terhadap materi pembelajaran. 2. Semangat anak untuk melakukan tugas belajarnya.

(12)

anak bertanya kepada guru atau temannya ketika tidak mengerti.

3. Tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas belajarnya dapat dilihat dari anak menyelesaikan tugasnya tanpa bantuan orang lain.

4. Rasa senang dalam mengarjakan tugas dapat dilihat dari anak asyik mengerjakan tugasnya tanpa teralihkan konsentrasinya.

5. Reaski yang ditunjukan anak terhadap stimulus yang diberikan guru. Seperti ketika guru mengajukan pertanyaan kepada anak, anak tersebut memberikan respon atau reaksi terdapar pertanyaannya contohnya menanyakan perasaaan anak selama mengukuti kegiatan pembelajaran, bertanya tentang pembelajaran yang dilakukan guru dengan anak. d) Fungsi Motivasi Belajar

Berbagai kegiatan yang dilakukan semua orang semuanya dilator belakangi dengan motivasi. Motivasi juga yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu dengan semangat dan sungguh-sungguh. Sehubungan dengan hal ini, Sardiman A. M. (2006: 85) memberi fungsi motivasi menjadi 3 yaitu:

1) Mendorong seseorang untuk berbuat atau sebaga penggerak untuk melepaskan energi. Dalam hal ini motivasi sebagai

(13)

motor penggerak dari semua kegiatan yang telah dan akan dilakukan

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan. 3) Menyeleksi perbuatan, yaitu dengan menentukan perbuatan

apa yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan.

Jadi dapat disimpulkan dari uraian diatas fungsi motivasi yaitu untuk mendorong seorang anak kearah kegiatan sesuai dengan tujuan dari pembelajaran anak.

e) Faktor- Faktor yang mempengaruhi Motivasi belajar anak Motivasi belajar sangat penting untuk dimiliki anak kerena dapat membangkitkan gairah belajar dan semangat belajar, sehingga perannya begitu penting. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Wahdanian Devi.S (2016: 17- 18) terdapat enam unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Cita-cita atau Aspirasi Anak

Motivasi belajar sudah muncul pada anak sejak usia dini. Keberhasilan untuk mencapai suatu keinginan, menumbuhkan kemauan anak untuk giat melakukan kegiatan yang menjadi cita-cita anak. Cita cita tersebut dapat memperkuat motivasi yang berasal dari luar maupun motivasi dari dalam diri anak.

(14)

2) Kemampuan Anak

Keinginan seorang anak perlu dibersamai dengan kemampuan untuk mencapainya, karena kemauan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3) Kondisi anak

Kondisi anak yang meliput kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar pada anak itu sendiri. Kondisi sakit, lapar, dan mengantuk anak mengganggu perhatian anak pada saat proses pembelajaran. Melihat hal tersebut, kondisi anak harus diperhatikan sebagaimana mestinya agar tetap berkonsentrasi dengan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

4) Kondisi Lingkungan Anak

Anak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar, oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, aman, nyaman, rukun dan tertib sangat perlu ditingkatkan mutu dan kualitasnya agar motivasi belajar anak mudah untuk berkembang.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam belajar dan pembelajaran Anak memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup mereka. Pengalaman dengan teman

(15)

sebayanya juga berpengaruh pada motivasi dan perilaku anak.

6) Upaya pendidikan dalam membelajarkan anak

Upaya yang dilakukan pendidik dalam membelajarkan anak dapat terjadi di sekolah dan diluar sekolah. Sementara upaya pembelajaran di sekolah juga tidak terlepas dari kegiatan diluar sekolah.

Berdasarkan pokok-pokok bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau keinginan seorang anak untuk memperoleh pengetahuan supaya tujuan pemebalajaran yang dimaksud dapat tercapai.

Motivasi belajar anak dapat ditingkatkan melalui berkebun karena berkebun merupakan kegiatan yang melibatkan anak secara langsung untuk bereksplorasi dan menyatu dengan alam hal ini senada dengan pendapat Solehuddin (2003:43), bahwa kesempatan anak untuk mengeksperisakan atau memanipulasi objek atau ide merupakan hal utama dalam proses pembelajaran.

D. Berkebun

a) Pengertian Berkebun

Berkebun atau garden memiliki makna sebagai : a) suatu bidang tanah yang digunakan untuk menanam bunga, sayur mayur, buah-buahan dan tanaman apotek hidup, b) sebidang tanah yang ditanami

(16)

bunga, pepohonan, tanaman hias dan digunakan untuk rekreasi atau hiasan. Garden sering juga digunakan untuk banyak makna, seperti: kebun umum atau kebun pertanian, c) pekarangan atau halaman penuh rumput, e) daerah yang diolah dengan baik atau subur. The American Heritage Dictionary of English Language dalam Fikrah (2017:103). Menurut Sutrisno & Harjono (Tiana Ratnasari Dkk) kegiatan berkebun adalah kegiatan menanam tumbuhan yang sekaligus dapat secara langsung memperoleh pengetahuan tentang kehidupan tumbuhan dan keterampilan psikomotorik dalam menanam tumbuhan.

Berkebun merupakan eksperimen nyata yang mana eksperimen nyata dilaksanakan dalam bentuk sebenarrnya dengan menggunakan benda dan peralatan yang nyata

Dapat disimpulkan bahwa berkebun atau garden adalah pengelolaan sebidang tanah untuk menumbuhkan berbagai jenis tanaman dengan diolah secara baik seperti di siram, dirawat, dan di beri pupuk. Berkebun dapat memperoleh pengetahuan tentang kehidupan tumbuhan secara langsung. Kegiatan berkebun dijadikan alternatif pembelajaran pada anak usia dini karena di asumsikan banyak memiliki manfaat bagi pencapaian aspek perkembangan anak termasuk pada proses belajar mengajar. Menurut Mirawati (2017:10) kegiatan berkebun memberikan kontribusi terhadap perkembangan fisik-motorik, Bahasa, kognitif, sosial-emosi dan juga moral-keagamaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan berkebun

(17)

mampu memberikan hasil positif terhadap berbagai aspek perkembangan anak secara terpadu.

b) Manfaat kegiatan berkebun

Kegiatan ini memiliki tujuan utama yaitu belajar bagaimana tumbuhan butuh untuk dirawat, dipupuk dan bagaimana cara menanam di kebun. Anak dapat mengenal berbagai jenis tumbuhan, cara menanamnya dan manfaat tumbuhan tersebut. Anak akan diajari bagaimana untuk membedakan peralatan-peralatan berkebun dan cara penggunaannya. Mereka juga akan belajar pentingnya air, cahaya matahari, jarak tanam, temperatur dan nutrient (tanah) untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Pada kegiatan berkebun, lebih baik jika dilakukan secara berkelompok untuk mengefisienkan waktu (Judd and Tedesco, 2011). Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dari kegiatan berkebun diantaranya (Hachey and Butler, 2009):

1) Berpusat pada siswa: secara intrinsik memotivasi dan memberi penghargaan (reward) pada anak.

2) Praktik langsung: meningkatkan kemampuan sensori. 3) Inklusif: menghubungkan anak-anak dari berbagai

budaya, semua usia dan semua tingkat kemampuan. 4) Ikatan sosial: kegiatan ini memungkinkan anak-anak

(18)

5) Emosional: membangun keyakinan diri (self efficacy) dan harga diri atau evaluasi diri (self esteem).

6) Stimulasi fisik: membantu perkembangan motorik kasar. 7) Integratif: memungkinkan untuk menggabungkan sains,

matematika, membaca, studi social dan seni.

8) Estetika: memberikan kesempatan untuk mengagumi makhluk ciptaan Tuhan dan hasil karya masing-masing anak.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat kegiatan berkebun untuk anak usia dini sangat banyak diantaranya meningkatkan motorik halus dan kasar, untuk meningkatkan kemandirian anak, untuk menumbuhkan rasa sayang terhadap tumbuhan meningkatkan tanggung jawab.

c) Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan Berkebun

Kegiatan berkebun merupakan suatu proses untuk meningkatkan motivasi belajar anak usia dini, karena dengan berkebun anak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dari mulai menyiapkan tanah,mencampurkan tanah dengan pupuk, memasukan tanah kedalam pot plastik, menanam dan proses perawatan. Beberapa tahapan kegiatan berkebun menurut Mirawati (2017:10) yaitu:

1) Perencanaan Kegiatan Berkebun

Pada tahap ini guru mengajak anak merencanakan kegiatan berkebun, membahas apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan

(19)

berkebun, tanaman apa saja yang kira-kira akan ditanam oleh anak dan selanjutnya anak dan guru menyiapkan alat dan bahan yang akan di perlukan dalam kegiatan berkebun, guru memberitahukan kepada anak langkah-langkah kegiatan berkebun yang baik. Perencanaan kegiatan berkebun ini biasanya dimulai dengan membacakan cerita pada anak terkait proses berkebun yang baik dan menyenangkan.

2) Pelaksanaan kegiatan Berkebun

Pada tahap ini guru dan anak melakukan kegiatan berkebun sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Anak diingatkan kembali terkait dengan langkah-langkah menanam tanaman yang baik oleh guru. Pelaksanaan kegiatan berkebun ini memerlukan waktu yang relative lama. Dalam proses berkebun tidak berhenti setelah anak menanam tanaman saja, namun juga berlanjut pada proses pemeliharaan tanaman yang telah ditanam, misalnya dengan menyiram tanaman secara teratur, memberikan pupuk, dan lain sebagainya.

3) Tahap Evaluasi kegiatan Berkebun

Tahapan ini dilakukan untuk mereview pelaksanaan kegiatan berkebun yang telah dilakukan oleh anak. Evaluasi juga dilakukan untuk memantau pertumbuhan tanaman yang ada di kebun. Dan memantau sejauh mana anak antusias dan

(20)

termotivasi dalam belajar dengan kegiatan berkebun yang di lakukan.

A. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Misrawati yang berjudul “ Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini Melalui penerapan Metode Proyek” pada tahun 2015 menggunakan metode proyek hasil penelitian ini menunjukan bahwa menggunakan metode proyek mampu meningkatkan motivasi belajar anak usia dini.

Penelitian ke dua dari Hakim dan Harry Gunawan yang berjudul “ Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Metode Permainan dari Bahan Bekas pada kelompok B di Kelompok Bermain Dharma Mulya Tenggarung Sebetang Tahun Pelajaran 2016-2017. Pada tahun 2016 menggunakan metode permainan dari bahan bekas, hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi belajar meningkat dengan permainan dari bahan bekas.

Penelitian ke tiga dari Mirawati dan Rini Nugraha yang berjudul” Meningkatkan keterampilan proses sains anak usia dini melalui aktivitas berkebun” pada tahun 2017 menggunakan metode berkebun, hasil penelitian ini menunjukan bahwa menggunakan metode berkebun mampu meningkatkan keterampilan proses sains anak usia dini.

Penelitian ke empat dari Marlin Dwi Susanti yang berjudul” Pemanfaatan Media Pembelajaran terhadap motivasi belajar anak TK” pada tahun 2015

(21)

menggunakan media pembelajaran dapat memotivasi belajar anak TK. Hasil penelitian ini menunjukan

Penelitian yang kelima dari Yasbiati, Rosalina Giyartini dan Anisa Lutfiana yang berjudul” Upaya Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Melalui Kegiatan Bercocok Tanam di BAMBIM AL-ABROR Kecamatan Mangkubumi Kota Tasimalaya” pada tahun 2017 menggunakan metode bercocok tanam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa menggunakan metode bercocok tanam mampu meningkatkan kecerdasan naturalist di BAMBIM AL-ABROR.

Penelitian ke enam dari Bani Krisna Budi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kepedulian Lingkungan Melalui Metode Berkebun pada Anak Usia Dini Kelompok Bermain Tunas Bangsa Desa Kedungbanteng Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2012-2013” pada tahun 2013 menggunakan metode berkebun. Hasil penelitian menunjukan bahwa berkebun dapat meningkatkan kepedulian lingkungan pada anak usia dini.

Penelitian ke tujuh dari Tiara Ratnasari dkk yang berjudul “Pengaruh Penerapan Kegiatan Berkebun Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak” pada tahun 2016 menggunakan metode berkebun. Hasil penelitian menunjukan bahwa berkebun dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik anak.

(22)

Penelitian ke delapan dari Mirawati yang berjudul The Little Gardener Science Learning for Children” pada tahun 2018 menggunakan kegiatan berkebun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan berkebun dapat menjadi alternativ pembelajaran bagi anak usia dini.

Penelitian ke Sembilan dari Khoirun Nisak Auliana yang berjudul Penerapam “Metode Whole Brain Teaching dalam meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini” pada tahun 2018 menggunakan metode Whole Brain Teaching. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode Whole Brain Teaching dapat meningkatkan motivasi belajar anak.

Dari seluruh penelitian yang relevan terdapat kesamaan dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar dan berkebun. Ada yang berbeda metodenya tapi sama aspek pengembangannya, dan ada yang sama metodenya tapi berbeda aspek perkembangannya. Dari seluru penelitian yang relevan semuanya dapat meningkatkan motivasi belajar dengan kegiatan proyek, permainan dari bahan bekas, dan pemanfaatan media lainnya semuanya dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Meskipun sama antara aspek dan medianya terdapat perbedaan yang sangat jelas yaitu nama tempat, anak yang diteliti, karakter anak yang di teliti, sedangkan karakter anak dari yang satu ke yang lainnya tidak mungkin menjadi sama .

B. Kerangka Pikir

Masa anak-anak adalah masa dimana belajar menggunakan permainan atau bermain sambil belajar. Untuk mendorong aktivitas belajar tersebut anak

(23)

butuh dorongan atau dukungan dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat agar kegiatan belajar yang dilakukan anak memperoleh hasil yang diinginkan. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang mendorong anak untuk belajar sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia anak untuk mencapai aspek perkembangan.

Motivasi belajar merupakan landasan awal untuk mendorong anak proses belajar anak, motivasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sehingga setiap anak memiliki motivasi belajar yang bebeda-beda. Anak dikatakan termotivasi dalam berlajar apabila anak beminat dan perhatian terhadap materi di tunjukan dengan mendengarkan instruksi guru, memperhatikan apa yang guru contohkan, tidak keluar ketika pembelajaran berlangsung, bertanya kepada guru atau teman ketika pembelajaran kurang di fahami, mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh sampai selesai, anak menyelesaikan tugas dengan benar tanpa bantuan, tidak mudah teralihakan konsentrasinya terhadap kegiatan lain, menjawab apa yang guru tanyakan tentang proses pembelajaran.

Faktanya di KOBER Nurul Huda anak-anak masih kurang mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Masalah yang muncul yaitu sebagian anak jarang masuk ke kelas, saat pembelajaran berlangsung anak terlihat kurang fokus dalam proses pembelajaran, kurang memperhatikan yang disampaikan guru, dan berbicara ketika pembelajaran berlangsung.

(24)

Keadaan tersebut perlu diadakan sebuah rangsangan agar motivasi belajar tumbuh pada anak tersebut. Salahsatu bentuk motivasi yang dapat ditunjukan secara nyata yaitu anak ikut serta dalam proses pembelajaran. Salah satu kegiatan yang bias membuat anak ikut serta secara langsung yaitu dengan berkebun. Anak menyusun rencana berkebun, anak menyiapkan alat dan bahan untuk berkebun, anak menanam tanaman, dan anak merawat tanaman dengan menyiram setiap hari dan diberi pupuk, secara tidak langsung anak diajarkan untuk bertanggung jawab merawat tanamannya sendiri.

Kurangnya motivasi belajar anak

Kegiatan berkebun

 Motivasi belajar kurang dari kegiatan awal sampai akhir.  Sebagian anak 7 dari 11 orang

kurang memperhatikan dan mendengarkanintruksi,

penjelasan yang disampaikan guru.

 kurang tertarik mengerjaakan kegiatan yang diberikan dengan menunjukan sikap malas, dan bosan. Dan cenderung meminta

bantuan guru dan

mengandalkan temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

Faktor Eksternal: kurang memanfaatkan alat untuk bermain, kurang mendukungnya orang tua suapaya anak masuk kelas.

Faktor Internal: Dari diri anak itu sendiri.

(25)

C. Hipotesis Tindakan

Kegiatan berkebun dapat meningkatkan motivasi belajar anak Kelompok B di KOBER Nurul Huda Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya.

Referensi

Dokumen terkait

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa: (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang

Bagi masyarakat khususnya Desa Sidoluhur untuk bisa meningkatkan potensi desa dengan baik agar tercapai taraf hidup yang lebih baik dengan adanya sistem

Dari hasil Regresi Data Panel dengan metode Random Effect Model disimpulkan bahwa konsentrasi spasial industri kecil menengah secara signifikan dipengaruhi oleh variabel

Memperhatikan potensi yang ada dan permasalahan yang dihadapi di wilayah Kecamatan Parigi seperti yang disajikan di atas, maka perlu dijalin kerjasama kemitraan antara masyarakat

4 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. Perlu diketahui bahwa prinsip yang kedelapan yang diteliti oleh Eva, menurut penulis, jika prinsip

Faktor-faktor yang digunakan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage , kualitas auditor, proporsi dewan komisaris independen

confirmed that the degradation effects, such as uneven corrosion wastages (grooving and pitting) and cracks, could significantly reduce the ultimate strength of

Hasil panen pada percobaan menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang sapi 15 ton/ha lebih tinggi pada varietas Turangga dibandingkan varietas Patriot dalam parameter