• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin Dengan Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi The Knowledge Mother Labor Relations With The Position Meneran Lithotomy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin Dengan Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi The Knowledge Mother Labor Relations With The Position Meneran Lithotomy"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

208

Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin Dengan Pelaksanaan Posisi

Meneran Litotomi

The Knowledge Mother Labor Relations With

The Position Meneran Lithotomy

Nevia Zulfatunnisa ‘ 1, Sely silfa deri2

Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta

nevia.zulfa@gmail.com, sellysilvaderi@yahoo.co.id

Abstract: Childbirth is the process of expenditureof the products of conception who has enough

month or they can life outside content. Central Java in the year 2014 AKI equal to 126,55 / 100.000 birth live and cause of mother mortality at the of copy as much 30%.The causes of childbirth long one of themis technique straining wrong, the technique straining wrong among others can cause childbirth long. Theoretically position Lithotomi represent the most position suited for bearing foetus head scorpion of II Childbirth. (Varney, 2008). Antecedent study date of 17 January 2016 in RSUD of Town Surakarta at December 2015 got by result 140 childbirth partus spontas.Purpose Know relations knowledge mother maternity to the implementation of the position meneran lithotomy in a public hospital the area of a city surakarta .This research using design research observational analytic with the approach cross sectional many samples from 30 mother maternity a quota sampling , an instrument used the questionnaire and use test chi square and will mixed with spss version 17.Ruslt Knowledge of meneran lithotomy in the category of enough 16 respondents ( 53,3 % ) .The implementation of the meneran lithotomy in the category not true 17 respondents ( 56,7 % ) . Relations between knowledge mother significant maternity to the implementation of the position meneran lithotomy with the results of testing statistics produce a correlation coefficient ( rk ) as much as 0,439 with (x2 count ) as much as 7,178 . Testing performed on significance level of 5 percent with df = 2 in order to obtain the value of test for comparison ( x2tabel 5,991 ) as much as .A comparison of the it can be seen that x2hitung > x2 a table ( 7,178 > 5,991 ) so that was decided that h0 rejected or ha accepted .Conclusion There was a correlation between knowledge mother maternity to the implementation of the position meneran lithotomy.

Keywords: the knowledge maternity mother, childbirth, position lithotomy

Abstrak:Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau

dapat hidup diluar kandungan. Jawa Tengah pada tahun 2014 AKI sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup dan penyebab angka kematian ibu pada saat persalinan sebanyak 30%. Faktor penyebab persalinan lama salah satunya yaitu Teknik mengejan yang salah, akibat teknik mengejan salah antara lain dapat menyebabkan persalinan lama. Secara teoritis posisi Lithotomi merupakan posisi yang paling cocok untuk melahirkan kepala janin pada kala II persalinan. (Varney, 2008). Studi pendahuluan pada tanggal 17 Januari 2016 di RSUD Kota Surakarta pada bulan Desember 2015 didapat hasil 140 ibu bersalin partus spontas.Tujuanpenelitian inin untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi di RSUD Kota Surakarta.penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional banyak sampel sebanyak 30 ibu bersalin dengan teknik Quota Sampling, instrumen yang digunakan kuesioner dan menggunakan uji chi square dan akan diolah dengan SPSS versi 17. Hasil PenelitianPengetahuan tentang meneran litotomi dalam kategori cukup 16 responden (53,3%). Pelaksanaan meneran litotomi dalam kategori tidak benar 17 responden (56,7%). Hubungan signifikan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi dengan hasil Pengujian statistik menghasilkan koefisien korelasi (rk) sebesar 0,439 dengan nilai uji

(X2

hitung) sebesar 7,178. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan df =2 sehingga

diperoleh nilai uji pembanding (X2

tabel) sebesar 5,991. Apabila dibandingkan terlihat bahwa

X2

hitung> X2tabel (7,178> 5,991) sehingga diputuskan bahwa H0 ditolak atau Ha

diterima.KesimpulanAda hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi.

(2)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

209

I. PENDAHULUAN

Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2007, angka kematian ibu sebesar 228/100000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebesar 263/100000 kelahiran hidup. Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka kematian ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata tersebut meningkat dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000 (Depkes RI, 2012).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2014 AKI sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan AKI pada tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup. Penyebab angka kematian ibu semakin meningkat diantaranya disebabkan saat persalinan 30% (Depkes RI, 2012).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Faktor penyebab persalinan memanjang atau partus lama yaitu tenaga, jalan lahir dan janin, sampai saat ini yang dapat dimanipulasi atau dikendalikan adalah tenaga atau power. Teknik mengejan yang benar akan membantu mendukung proses persalinan menjadi lebih optimal (Wiknjosastro, 2006). Akibat teknik mengejan salah antara lain dapat menyebabkan persalinan lama, pembuluh mata dapat pecah terkadang disertai kebutaan sementara, jika terjadi persalinan lama akan menimbulkan keletihan maternal, oedema, infeksi, perdarahan atonia uteri, rupture uteri imminens sampai rupture uteri, distress janin, dan kematian ibu dan janin (Rachman, 2006)

Secara teoritis posisi Lithotomi merupakan posisi yang paling cocok untuk melahirkan kepala janin pada kala II persalinan dimana

conjugata vera pintu masuk pelvis memendek sedangkan ruangan pintu keluar pelvis meningkat, Pentingnya posisi adalah mengarahkan usaha penekanan pada arah yang benar, tetapi banyak wanita dengan posisi ini melengkungkan punggungnya dari pada membungkukkan punggungnya karena itu mengurangi tekanan yang dapat mereka hasilkan. Pengetahuan ibu bersalin juga berpengaruh

dengan keberhasilan melaksanakan posisi meneran litotomi ini (Varney, 2008). Manfaat posisi meneran litotomi Secara psikologis, pilihan posisi melahirkan yang lazim dilakukan membuat ibu merasa lebih mantap karena yang ada dalam persepsinya posisi melahirkan memang seperti itu. Dokterpun leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir menghadap ke depan. Karena mudah mengukur perkembangan pembukaan sehingga persalinan bisa diprediksi lebih akurat. Bila diperlukan tindakan episiotomi, dokter lebih leluasa melakukannya dengan hasil pengguntingan lebih bagus, terarah, dan sayatan bisa diminimalkan Posisi kepala bayi pun lebih mudah dipegang dan diarahkan. Begitu juga dengan posisi kepala bayi yang relatif lebih mudah dipegang dan diarahkan. Dengan demikian, bila ada perubahan posisi kepala, bisa langsung diarahkan menjadi semestinya.(Wiknjosastro, 2006)

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2016 di RSUD Kota Surakarta pada bulan Desember 2015 didapat hasil dari data medis dan wawancara petugas kesehatan, sebesar 140 ibu bersalin partus spontas. 108 ibu bersalin spontan dengan menggunakan posisi meneran litotomi, 20 ibu bersalin menggunakan metode McRobert, 12 ibu bersalin menggunakan posisi miring kiri. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi di rsud kota surakarta ? Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

penelitian observasional analitikdengan

pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2016. Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah ibu bersalin spontan jumlah populasi sebanyak 130 orang. Sampel yang digunakan adalah 30 ibu bersalin spontan di RSUD Kota Surakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam

(3)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

210

penelitian ini adalah Quota Sampling.

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner pengetahuan tentang posisi meneran litotomi dan ceklis posisi litotomi. Uji validitas dan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Koefisien kolerasi biserial dan KR-20. Analisa data menggunakan

SPSS 17.0 dengan uji Chi-square

III. HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Umur Ibu

Umur Frekuensi Presentase < 20 tahun 2 6.7% 20-35 tahun 27 90.0%

>35 tahun 1 3.3%

Total 30 100.0%

Berdasarkan tabel 1. Menunjukan gambaran bahwa mayoritas responden dengan umur 20-35 tahun yaitu ada 27 responden (90,0%), sedangkan minoritas responden dengan umur > 35 tahun yaitu ada 1 responden (3,3%).

Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Frekuensi Presentase

IRT 21 70.0

Swasta 8 26.7

PNS 1 3.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 2. Menunjukan gambaran bahwa mayoritas responden dengan pekerjaan IRT yaitu ada 21 responden (70,0%), sedangkan minoritas responden dengan pekerjaan PNS yaitu ada 1 responden (3,3%).

Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Pendidikan Frekuensi Presentase

SD 2 6.7

SMP 7 23.3

SMA 20 66.7

PT 1 3.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 3. menunjukan gambaran bahwa mayoritas responden dengan Pendidikan SMA yaitu ada 20 responden (66.7%), sedangkan minoritas

responden dengan pendidikan SD yaitu ada 2 responden (6,7%).

Karakteristik responden berdasarkan Sumber Informasi tentang Posisi Meneran Litotomi

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Informasi Frekuensi Presentase Tidak Mendapat Info 12 40.0 Media Cetak 0 0.0 Media Elektronik 0 0.0 Teman 0 0.0 Tenaga Kesehatan 18 60.0 Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 4. Menunjukan gambaran bahwa mayoritas responden dengan mendapat informasi dari tenaga kesehatan yaitu ada 18 responden (60.0%), sedangkan minoritas responden tidak medapatkan inforamsi yaitu ada 12 responden (40,0%).

Karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan Tentang Meneran Litotomi

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang

Meneran Litotomi

Pegetahuan Frekuensi Presentase

Kurang 12 40.0

Cukup 16 53.3

Baik 2 6.7

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5. Menunjukan gambaran bahwa mayoritas responden dengan pengetahuan tentang meneran litotomi dalam kategori cukup yaitu ada 16 responden (53,3%), sedangkan minoritas responden dengan tingkat pengetahuan dalam kategori baik yaitu ada 2 responden (6,7%).

Karakteristik responden berdasarkan Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Meneran

Litotomi

Pelaksanaan Frekuensi Presentase Tidak Benar 17 56.7

Benar 13 43.3

(4)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

211

Berdasarkan tabel 6. Menunjukan

gambaran bahwa mayoritas responden dengan pelaksanaan meneran litotomi dalam kategori tidak benar yaitu ada 17 responden (56,7%), sedangkan minoritas responden dengan pelaksanaan dalam kategori benar yaitu ada 13 responden (43,3%).

Hasil uji analisis hubungan antara Pengetahuan ibu tentang posisi meneran litotomi dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5. Tabel Distribusi Silang

Pegetahua n Pelaksanaan Total Uji Statistik Tidak Benar Benar X 2 Koefisien Kontingen si Kurang 10 2 12 7,17 8 0,439 83.3 % 16.7% 100.0 % Cukup 7 9 16 43.8 % 56.3% 100.0 % Baik 0 2 2 0.0% 100.0 % 100.0 % Total 17 13 30 56.7 % 43.3% 100.0 %

Berdasarkan tabel 5. mengambarkan nilai-nilai hubungan secara deskriptif dan analitik. Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa responden dengan pengetahuan kurang sebagian besar dengan pelaksanaan meneran litotomi dalam kategori tidak benar (88,3%), kemudian responden dengan pengetahuan cukup sebagian besar dengan pelaksanan meneran litotomi dalam kategori benar (56,3%), dan responden dengan pengetahuan baik semua dengan pelaksanaan meneran litotomi dengan benar (100.0%). Diskripsi data tersebut terlihat adanya kecederungan bahwa semakin baik pengetahuan maka pelaksaaan posisi meneran litotomi akan benar.

Pengujian statistik menghasilkan koefisien kontingensi (rk) sebesar 0,439

dengan nilai uji (X2hitung) sebesar 7,178

Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan df =2 sehingga diperoleh nilai uji pembanding (X2tabel) sebesar 5,991.

Apabila dibandingkan terlihat bahwa X2hitung> X2tabel (7,178 > 5,991) sehingga

diputuskan bahwa H0 ditolak atau Ha

diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi. Koefisien korelasi (rk) sebesar

0,439 berarti bahwa tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel termasuk sedang.

IV. PEMBAHASAN

1. Pegetahuan Ibu Bersalin Tentang Posisi Meneran Litotomi

Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Posisi Meneran Litotomi didefinisikan hasil dari tahu dan oleh seseorang ibu bersalin mengenai posisi meneran litotomi. Hasil penelitian diketahui gambaran karateritik ibu melahirkan Di RSUD Kota Surakarta bahwa mayoritas responden dengan umur 20-35 tahun yaitu ada 27 responden (90,0%), sedangkan minoritas responden dengan umur > 35 tahun yaitu ada 1 responden (3,3%). Menurut Notoatmodjo (2007) bertambahnya umur seseorang dapat mempengaruhi pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Beberapa yang mempengaruhi pengetahuan.

Pendidikan mayoritas responden dengan pendidikan SMA yaitu ada 20 responden (66.7%), sedangkan minoritas responden dengan pendidikan SD yaitu ada 2 responden (6,7%). Menurut Notoatmodjo (2007) Pendidikan akan mempengaruhi daya serap seseoarang terhadap informasi yang diterimanya. Dengan pendidikan yang cukup baik terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa , lebih baik dan matangpada diri individu.

Pekerjaan mayoritas responden dengan pekerjaan IRT yaitu ada 21 responden (70,0%), sedangkan minoritas responden dengan pekerjaan PNS yaitu ada 1 responden (3,3%). Menurut Notoatmodjo (2007) status pekerjaan seseorang juga akan menentukan tersedianya fasilitasyang akan diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehungga status pekerjaan akan mempengaruhipengetahuan seseorang. Informasi tentang meneran litotomi dari tenaga kesehatan yaitu ada 18 responden (60.0%), sedangkan

(5)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

212

minoritas responden tidak medapatkan

inforamsi yaitu ada 12 responden (40,0%). Menurut Notoatmodjo (2007) informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang luas.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu bersalin tentang posisi meneran litotomi sebagian besar dalam kategori kurang 2 responden (6,7%), kategori cukup yaitu ada 16 responden (53,3%), kategori baik yaitu ada 2 responden (6,7%). Dari distribusi ini dapat dipahami bahwa mayoritas ibu bersalin di RSUD Kota Surakarta memiliki pengetahuan yang cukup.

Menurut Notoatmodjo, (2007) Tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif terdapat 6 tingkatan. Pengetahuan tentang Posisi Meneran Litotomi diharapkan dapat sampai dalam 3 tingkatan yaitu Tahu

(Know), Memahami

(Comprehension),danAplikasi (application)

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu merupakan ibu reproduktif, dimana dari segi usia merupakan usia yang baik untuk melahirkan. Informasi tentang meneran litotomi hanya didapatkan ibu dari petugas kesehatan yaitu bidan, sedangkan dari media cetak dan elektronik jarang ditemukan. Hal ini karena pembicaraan tentang posisi ketika melahirkan jarang dibahas dan diketahui oleh masyarakat umum kecuali diberikan pengetahuan dari petugas kesehatan.

2. Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi mayoritas dalam kategori tidak benar yaitu ada 17 responden (56,7%), sedangkan minoritas responden dengan pelaksanaan dalam kategori benar yaitu ada 13 responden (43,3%). Ibu bersalin yang dalam kategori tidak benar dikarena ibu tidak melalukan salah satu dari ceklis litotomi, ibu juga panik pada saat melakukan posisi litotomi, dan kurangnya sumber informasi tentang posisi litotomi. Sedangkan ibu bersalin dalam kategori benar dikarenakan pengetahuan ibu bersalin tentang posisi

meneran litotomi dengan baik, dan ibu dapat melakukan semua posisi litotomi sesuai dengan ceklis.

Menurut Notoatmodjo (2007) Pelaksanaan merupakan suatu perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : Faktor presdiposisi (presdisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan kepercayaan. Setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu subjek tertentu. Seorang ibu akan melakukan Posisi Meneran Litotomi jika mengetahui bagaimana pentingnya Posisi Meneran Litotomi, keluarga atau petugas kesehatan menyarankan tentang Posisi Meneran Litotomi. Hasil tahu yang didapat ibu mengenai Posisi Meneran Litotomi. Faktor pendukung (enabling

factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-failitas atau sarana-sarana kesehatan. Seperti tempat tidur bersalin untuk posisi meneran litotomi. Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau keluarga, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku kesehatan. Peran petugas yang mendukung atau keluarga yang tidak mendukung begitu pula sebaliknya sangat mempengaruhi ibu bersalin melakukan Posisi Meneran Litotomi. Jika dapat terkondisi peran petugas dan keluarga yang mendukung Posisi Meneran Litotomi maka jelas ibu akan melakukan Posisi Meneran Litotomi.

Dalam pelaksanaan melahirkan banyak ibu yang panik karena rasa nyeri ketika melahirkan sehingga ketika dibimbing oleh dokter atau bidan ketika proses persalinan mereka banyak yang tidak mengikuti arahan dengan benar. Sedangkan mereka yang mengikuti arahan dengan benar disebabkan karena mampu menahan rasa nyeri serta memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan salah satunya adalah pengetahuan tentang posisi meneran litotomi.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi.

Pengujian statistik menghasilkan koefisien korelasi (rk) sebesar 0,439

dengan nilai uji (X2hitung) sebesar 7,178.

(6)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

213

signifikansi 5% dengan df =2 sehingga

diperoleh nilai uji pembanding (X2 tabel)

sebesar 5,991. Apabila dibandingkan terlihat bahwa X2hitung> X2tabel (7,178>

5,991) sehingga diputuskan bahwa H0

ditolak atau Ha diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan Ibu Bersalin dalam Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi. Koefisien korelasi (rk)

sebesar 0,439 berarti bahwa tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel termasuk sedang.

Menurut Manuaba (2010) Akibat kurang pengetahuan ibu bersalin dengan posisi meneran litotomi dapat menyebabkan proses persalinan lebih lama dan juga berpeluang mengakibatkan robekan pada perineum juga dapat membuat posisi bayi tertekan oleh masa bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Luluk Susiloningtyas (2012) dari hasil penelitian didapatkan pengaruh yang sangat signifikan dan positif antara cara meneran terhadap kelancaran proses persalinan kala II, di mana angka probabilitas (ρ) = 0,000 pada tingkat kesalahan 5%. Sedangkan dibandingkan dengan penelitian ini di dapat X2hitung> X2tabel (7,178> 5,991),

dengan taraf signifikansi 5% dengan df =2 , dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara Pengetahuan dengan Pelaksanaan Ibu Bersalin dalam Pelaksanaan Posisi Meneran Litotomi. Adapun perbedaan penelitian ini dalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan jumlah responden. Menurut Wiknjosastro (2006) Riwayat paritas memiliki hubungan bermakna dengan pelaksanaan meneran litotomi , hal ini disebabkan karena ibu yang pernah melahirkan sebelumnya lebih banyak mendapatkan informasi tentang persalinan dan pelaksanaan posisi meneran litotomi dari pengalaman sebelumnya . Posisi melahirkan yang lazim dilakukan membuat ibu merasa lebih mantap karena yang ada dalam persepsinya posisi melahirkan memang seperti itu. Tenaga kesehatan juga lebih leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir menghadap ke depan. Karena mempermudah mengukur perkembangan pembukaan sehingga

persalinan bisa diprediksi. Bila diperlukan tindakan episiotomi, tenaga kesehatan lebih leluasa melakukannya dengan hasil pengguntingan lebih bagus, terarah, dan sayatan bisa diminimalkan

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Nurmalika (2013) melakukan penelitian mengenai “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Posisi Meneran” Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang posisi meneran mayoritas sebanyak 34 responden (68%) tingkat pengetahuan cukup. Sejalan dengan penelitian ini bahwa mayoritas pengetahuan ibu bersalin tentang posisi meneran sebanyak 16 responden (53,3%). Adapun perbedaan penelitian ini yaitu tempat penelitian, waktu penelitian, populasi dan jumlah responden.

Hasil penelitian menunjukan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar memiliki sikap negatif dalam pelaksanaan posisi meneran litotomi dan selebihnya memiliki sikap positif. Responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebagian besar memiliki sikap negatif dan selebihnya dengan sikap positif dalam pelaksanaan posisi meneran litotomi. Responden yang memiliki pengetahuan baik semuanya memiliki sikap yang positif. Secara deskriptif distribusi tersebut menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan yang lebih baik cenderung akan baik dalam Pelaksanaan posisi meneran litomi.

V. SIMPULAN Simpulan

1. Pengetahuan ibu bersalin tentang posisi meneran litotomi mayoritas dalam kategori cukup yaitu ada 16 responden (53,3%).

2. Pelaksanaan posisi meneran litotomi mayoritas dalam kategori tidak benar yaitu ada 17 responden (56,7%).

3. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan posisi meneran litotomi dengan nilai X2hitung> X2tabel (7,178 >

(7)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

214

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2012. Angka kematian ibu

ditargetkan menurun dari

http://www.digilib. unimus.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Desember 2015. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit

Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S.2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurmalika. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang Posisi Meneran Di BPS Anik Soeroso Surakarta Tahun 2013.

Karya Tulis Ilmiah

Rachman. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC

Susiloningtyas, L. 2012. Pengaruh Cara

Meneran Terhadap Kelancaran Persalinan Kala II. Karya Tulis Ilmiah

Varney, M. 2008. Ilmu kebidanan. sekelva publiser Bandung.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden  Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Tabel 5. Tabel Distribusi Silang

Referensi

Dokumen terkait

Dimana ada suatu dampak jika kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu tidak terpenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat “patologis” (keadaan tidak seimbang

3) Agrosilvo-pasturalsystems , yaitu sistem pengelolaan lahan yang memiliki tiga fungsi produksi sekaligus, antar lain sebagai penghasil kayu, penyedia tanaman pangan dan

Guru menjelaskan tentang proses yang terjadi pada saat langkah isap, kompresi, ekspansi (kerja) dan buang pada motor bensin 4 langkah.. Guru menjelaskan

Menentukan titik pada bidang kartesius Menentukan titik pada bidang kartesius

Instrumen kecepatan rendah telah terlebih dahulu dipakai ketimbang henpis dengan turbin udara tetapi kini tidak lagi rutin dipakai dalam preparasi kavitas karena

[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan Page Reasuransi quota share adalah suatu perjanjian reasuransi dengan suatu persentase

Sementara itu, Raka Joni (2007) lebih jauh lagi menyatakan bahwa kekisruhan konseptual-akademis dalam penetapan bingkai pikir penyelenggaraan pendidikan profesional

khusus olahraga di SMP Negeri 3 Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian di lapangan dapat dijelaskan