• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP DISTOSIA BAHU.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP DISTOSIA BAHU.docx"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di lahirkan setelah kepala janin di la

dapat di lahirkan setelah kepala janin di lahirkan.hirkan.

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan  penyelenggaraan

 penyelenggaraan pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan suatu suatu bangsa. bangsa. Selain Selain itu, itu, angkaangka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup

kelahiran hidup dan dan angka kematian angka kematian bayi sebesar bayi sebesar 34/1000 kelahiran34/1000 kelahiran hidup

hidup umumnya umumnya kematian kematian terjadi terjadi pada pada saat saat melahirkan. melahirkan. Namun Namun hasilhasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun  perlahan

 perlahan bahwa bahwa tercatat tercatat sebesar sebesar 102 102 per per seratus seratus ribu ribu kelahiran kelahiran hidup hidup dandan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.

angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.

Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan.

saat proses persalinan. Distosia bahu adDistosia bahu adalah suatu alah suatu keadaan diperlukannyakeadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala  bayi tidak

 bayi tidak berhasil berhasil untuk melahirkan untuk melahirkan kepala kepala bayi. bayi. Pada Pada persalinan persalinan dengandengan  presentasi

 presentasi kepala, kepala, setelah setelah kepala kepala lahir lahir bahu bahu tidak tidak dapat dapat dilahirkan dilahirkan dengandengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).

vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).

Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan.

(2)

dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi.

maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi.

Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria diagnosa diatas.

yang memenuhi kriteria diagnosa diatas. B.

B. TujuanTujuan 1.

1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu.Mengetahui pengertian dari distosia bahu. 2.

2. Mengetahui Etiologi dari distosia bahu.Mengetahui Etiologi dari distosia bahu. 3.

3. Mengetahui patofisiologis dari distosia bahuMengetahui patofisiologis dari distosia bahu 4.

4. Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu. 5.

5. Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu.Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu. 6.

6. Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahuMengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu 7.

7. Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu,Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu, 8.

8. Mengetahui Mengetahui penatalaksanaan serta asuhan penatalaksanaan serta asuhan kebidanan padakebidanan pada kasus Distosia Bahu

(3)

BAB II

KONSEP MEDIS A. Definisi

Distosia bahu adalah suatu keadaan di perlukannya tambahan manuver obsterik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan  presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat di lahirkan dengan

car pertolongan biasa dan tidak di dapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3 % dari selurh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu di definiskan sebagai  jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari

60 detik, maka insidennya menjadi 11%.

Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala di lahirkan maka  bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posserior memasuki  panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan  paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang atau sekitar spina iskhiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari fenomena obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah di lahirkan akan tidak dapat melakukan putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign).

B. Etiologi

Distosia bahu terutama di sebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan  bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal: pada makrosomia) di

sebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah

(4)

 panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

faktor resiko distosia bahu:

1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional (Keller, dkk). Terutama pada diabetes kehamilan atau diabetes tipe A, karena kemungkinan makrosomia. Pada bayi ini mempunyai resiko lingkar bahu-kepala lebih besar dari pada ibu non diabetes walaupun memiliki berat lahir yang sama.

2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada  bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir

separuh dari kekahian distosia bahu memiliki berat >4000 gram. 3) Lewat waktu, karena bayi terus tumbuh dan menjadi lebih besar

seiring peningkatan makrosomia antara minggu ke 40 dan ke 42 minggu. Terdapat rasio lingkar bahu kepala yang lebih besar sejalan pertumbuhan diameter diparietal yang lambat, tetapi tidak  pada diameter bahu dan dada.

4) Riwayat obstetri atau persalinan dengan bayi besar. 5) Ibu dengan obesitas

6) Multiparitas

7) Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu, terdapat kasusu distosia bahu rekuen pada 5 (12%) di anatara 42 wanita (Smith, dkk)

8) Cephalopelvic disproportion (bentuk pelvic yang memperpendek diameter anterior posterior dan atau deformitas pelvis misalnya akibat kecelakaan atau riketsia)

9) Fase aktif yang tidak tentu pada kala I, pada fase ini pasien hanya mengalami sedikit kemajuan. Hal ini dapat mengindikasikan disproporsi sefalopelvic, yang dalam persalinan hal ini dapat menjadi tanda bahwa distosia bahu akan terjadi.

(5)

10) Kala II persalinan yang memanjang, termasuk penurunan kepala yang lambat dan kegagalan kepala untuk turun tercermin dalam deep transverse arrest .

11) Ada indikasi perlu rotsi midpelvis dan atau kelahiran dengan forcep atau vakum ekstraktor

C. Manifestasi klinik

Gejala klinis dari distosia bahu pada ibu, yakni: 1. Panggul yang tampak sempit

2. Usia

3.  Nyeri pada panggul

Gejala Klinis dari distosia bahu pada janin, yakni: 1. Adanya kelainan yang terdapat pada janin 2. Bayi besar >3500 gram

3. Bayi melakukan putaran paksi luar D. Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang

menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang dengan tulang belakang bahu umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan

menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi depan terhadap sinfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

E. Komplikasi

Komplikasi maternal:

 Perdarahan pasca pesalinan  Fistula Ractovaginal

 Simfisiolisis atau diatheis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”

 Robekan perineum derajat III atau IV  Rupture uteri

(6)

Komplikasi Fetal:

 Brachial plexus palsy  Fraktura clavicle

 Kematian janin

 Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen

 Fraktura humerus

F. Penatalaksanaan

1. Tetap tenang. Anda tahu apa yang harus di lakukan dan akan menangani situasi ini dengan efektif. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat di perlukan.

2. Bersikap relax. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk  berkonsentrasi dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif 3. Memanggil dokter. Bila bidan/perawat masih terus meolong sampai

 bayi ini lahir sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani  perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.

4. Siapkan perlatan resusitasi

5. Menyiapkan perlatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan 6. Beritahu ibu prosedur yang akan di lakukan

7. Atur posisi Mc. Robert

Teknik ini di temukan pertama kali oleh Gonik dkk, tahun 1963 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkan di University of Texas di Housten, Manauver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga  paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis ke arah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran  panggul tak berubah, rotasi cephalas panggul cenderung untuk

menyebabkan bahu depan yang terhimpit.

8. Cek posisi bahu, ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima  jari tangan di letakan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan

(7)

satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf  brachialis.

9. Meminta pendampingan persalinan untuk menekan daera suprapubik untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan  pleksus syaraf brachialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk di letakkan di atasa simpisi. Selanjutnya di tekan ke arah luar bawah perut.

10. Bila persalinan belum di lahirkan, istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik) agar anda lebih memahami situasi, mendapat kesempatan, dan sedikit ruang untuk melahirkan bahu: kosongkan kandung kemih karena dapat mengganggu turunnya bahu, pastikan untuk melakukan atau memperluas episitomi, dan melakukan VT untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan di usahakan memeriksa kemungkinan: Tali pusat pendek, bertambah besarnya janin  pada daerah thirak dan abdomen oleh karena tumor, lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptre uteri., locked twins dan conjoined twins.

11. Mencoba kembali melahirkan bahu seperti langkah-langkah di atas bila distosia bahu ringan-sedang, janin akan dapat di lahirkan

12. Manauver Woods (“Wood crock screw maneuver”)

Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan  prisnsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180o. lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudia melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang di sertai dengan penekanan daerah supra  pubik.

(8)

13. Manuver Rubin

Terdiri dari 2 langkah:

a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka di lakukan langkah berikutnya.

 b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk di  jangkau dan kemudian di tekan ke depan ke arah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.

Manuver Rubin II

 Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah  Bahu anak yang paling mudah di jangkau di dorong

ke arah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior terjepit.

14. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janinseperti langkah 12-13.

15. Melahirkan bahu belakang

a. Operator memasuka tangan ke dalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan  posterior atas di depan dada dengan mempertahankan posisi

fleksi siku.

 b. Tangan janin dan lengan di luruskan melalui wajah janin c. Lengan posterior di lahirkan

16. Kleidotomi: pemahatan klavikula di lakukan engan menenkan klavikula anterior ke arah SP.

17. Manuver Zavanelli

Manuver zavanelli: mengembalikan kepala ke alam jalan lahir dan anak di lahirkan melalui SC.

(9)

Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala ke dalam vagina.

(10)

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian Asuhan Keperawatan Intranatal Care Pada Ny. ... G..., P..., A... Dengan... Di ...

I. Data Umum

1. Inisial klien : Ny. D Inisial suami : Tn. A

2. Usia : 25 Th Usia : 26 Th

3. Status perkawinan : Nikah Suku : Indonesia

4. Pekerjaan : Perawat Pekerjaan : Perawat

5. Pendidikan terakhir : Ners Pendidikan terakhir : Ners

6. Suku : Indonesia Agama : Islam

7. Agama : Islam

8. Alamat : Jl. Beringin

II. DATA UMUM KESEHATAN

TB/BB : 140cm/ 55 kg BB sebelum hamil : 42 kg

Masalah Kesehatan khusus : DM Tipe A Obat – obatan :

-Alergi (obat/makanan/bahan tertentu) : Makanan belemak Diet Khusus :

-Alat bantu yang digunakan : Kacamata Lain –  lain :

Frekuensi BAB/BAK : 2x sehari

Masalah BAB/BAK : Konstipasi dan Poliuria Kebiasaan waktu tidur :

-III. DATA UMUM KEBIDANAN

Kehamilan sekarang direncanakan (ya/tidak)* Status Obstetri: G1 P1 A0 H1

HPHT: 27 Januari Taksiran partus : 25 Oktober Jumlah anak di rumah:

(11)

- No Jenis Kelamin Umur kehamilan Cara Lahir Penolong Persalinan Penyulit  persalinan BB Lahir Keadaan saat ini Umur

Mengikuti kelas prenatal (ya/tidak) : Tidak Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : Masalah kehamilan yang lalu : Tidak Ada Masalah kehamilan sekarang : Konstipasi Rencana KB: Ya

Makanan bayi sebelumnya : Tidak Ada

Pelajaran yang diinginkan saat ini : (lingkari)

Relaksasi/pernafasan/manfaat ASI/cara memberi minum botol/senam nifas/ metoode KB/perawatan perineum/perawatan payudara/lain-lain

Jelaskan

... ...

Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu: Orang Tua dan suami Masalah dalam persalinan yang lalu: Tidak Ada

IV. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

Mulai persalinan (kontraksi) tanggal/jam : 26 Oktober/09.00 Pengeluaran pervaginam (tanggal/jam) : 26 Oktober/01.00

Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatannya) :

Denyut jantung janin : Frekuensi: kontraksi muncul dalam waktu tiap 3 menit Kualitas: Sangat Nyeri

Irama... Pemeriksaan fisik :

Kenaikan BB selama hamil : 10 kg

TTV : TD. 140/60 mmHg, N 60x/mnt, S 37oC P 24x/mnt Kepala dan leher : Normal

(12)

Jantung : Normal Paru : Normal Payudara: Normal

Abdomen : (secara umum dan pemeriksaan obstetrik) : Ekstremitas : Tidak

Refleks :

Pemeriksaan dalam pertama : pukul 09.00 oleh: Bidan Hasil: Terdapat pembukaan 2

Ketuban: Pecah, : tgl/jam : 25 Oktober/05.00 Warna:

Laboratorium:

V. DATA PSIKOSOSIAL

Penghasilan keluarga setiap bulan : Rp. 6.000.000/bulan

Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang : senang, gelisah, cemas, takut Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang :senang tapi cemas

Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang : senang LAPORAN PERSALINAN

I. Pengkajian awal

Tanggal : 26 Oktober Jam: 07.00

TTV : TD 140/60.mmHg, N : 92x/mnt, S : 37oC, P : 23x/mnt Pemeriksaan palpasi abdomen

Leopold I : Leopold II: Leiopold III : Leopold IV :

Hasil pemeriksaan dalam : Pemeriksaan perineum : Dilakukan klisma (ya/tidak) : Pengeluaran pervaginam :

(13)

Kontraksi uterus (frekuensi, lamanya, kekuatan) : 1x dalam 3 menit, sangat nyeri

DJJ :

Status janin : Hidup II. Kala Persalinan

Kala I

Mulai persalinan : 25 Oktober/jam 18.30 Tanda dan gejala : Ketuban pecah, nyeri Lama Kala I :

Keadaan psikososial : Kebutuhan khusus klien : Tindakan :

Pengobatan :

Observasi kemajuan persalinan :

Tanggal/jam Kontraksi

uterus

DJJ Keterangan

Kala II

Kala II dimulai : 25 Oktober/jam 21.00

TTV : TD 140/60 mmHg. N 90x/mnt, S 37.oC, P 24x/mnt Lama kala II :

(14)

Kebutuhan khusus klien: Tindakan :

Perineum (utuh/episiotomi/ruptur)*, jika ruptur, tingkat ruptur : Bonding ibu dan bayi (inisiasi menyusu dini):

TTV bayi : TD...mmHg, N...x/mnt, S...oC, P...x/mnt

Pengobatan :

Catatan kelahiran : Bayi lahir jam : 10.00 Cara Persalinan: Normal Jenis Kelamin : Perempuan

 Nilai APGAR menit I. menit V... BB/PB/Lingkar Kepala : 3.500gram/40cm/15cm Karakteristik khusus bayi:

Kaput suksadaneum/cephal hematoma : Anus : berlubang

Perawatan tali pusat : Perawatan mata : Kala III

Mulai jam :

TTV : TD 140/60 mmHg, N 90x/mnt, S 37oC, P 24 x/mnt Tanda dan gejala : Nyeri

Plasenta lahir jam : 10.25 Cara lahir plasenta : Normal Karakteristik plasenta : Diameter : ... cm Ketebalan : ... cm

Panjang tali pusat : ...

Jumlah pembuluh darah :... arteri... vena Insersio tali pusat : ...

(15)

Pengeluaran darah per vaginam : ...ml Karakteristik perdarahan :... Keadaan psikososial : ... Kebutuhan khusus :... Tindakan :... Pengobatan :... Kala IV Mulai jam : 10.15 TTV : TD 140/60 mmHg, N : 90x/mnt, S : 37oC, P : 24x/mnt Kontraksi uterus :

Pengeluaran darah pervaginam : 700ml Karakteristik : cair

(16)

A. Diagnosa keperawatan

NO DIAGNOSA

1

Nyeri akut (00132)

Definisi :  pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi.

Domain 12 : kenyamanan Kelas 1 : kenyamanan fisik

2

Resiko Perdarahan (00206)

Definisi rentan mengalami penurunan volume darah, yang dapat mengganggu kesehatan.

3

Resiko Cedera (Janin) (0035)

Definisi :rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang  berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat

mengganggu kesehatan

Domain 11 :keamaan/perlindungan Kelas 2 : cedera fisik

4

Resiko Cedera Maternal (Ibu)

 penurunan tonus otot/pada kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan  janin, keletihan maternal.

(17)

17

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1. Nyeri akut (00132)

Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan  jaringan actual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi.

Domain 12 :kenyamanan Kelas 1 : kenyamanan fisik Batasan karakteristik :

1) sikap melindungi area nyeri 2) indikasi nyeri yang dapat di

amati

3)  perubahan posisi untuk menghindari nyeri

1. Nyeri maggie akan di tangani atau di atasi dengan efektif

1. menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

2. meninjau kembali teknik  pernafasan

3. menganjurkan perubahan  posisi

4. melakukan tindakan untuk mengupayakan

kenyamanan

5. mengupayakan lingkungan yang tenang

6. memberi obat nyeri sesuai  program

1. agar klien bisa mengurangi rasa nyeri yang di rasakan

2. untuk mendapatkan hasil yang maksimal 3. agar klien merasa

nyaman dan mengurangi rasa nyeri

4. agar nyeri tidak terus menerus di rasakan oleh klien

5. agar klien mampu  beristirahat yang nyaman hingga bisa mengurangi rasa nyeri

6. untuk mempercepat  proses penyembuhan

(18)

18 4) gangguan tidur

Faktor yang berhubungan : 1) agen cedera (misalnya,

 biologis, zat kimia, fisik, dan  psikologis)

nyeri yang di rasakan klien

2. Resiko Perdarahan (00206) Definisi: rentan mengalami  penurunan volume darah, yang

dapat mengganggu kesehatan. Domain:

11/Keamanan/Perlindungan Kelas: 2. Cedera Fisik

1. Status Maternal: Intrapartum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam Nyeri akut dapat diatasi dengan

Kriteria Hasil:

1. Dasar denyut jantung  janin (120-160) (4) 2. Perlambatan denyut

 jantung periodik (4) 3. Variabilitas denyut

 jantung janin (4)

4. Warna cairan ketuban (4) 5. Jumlah cairan ketuban (4) 6. Posisi janin (4)

Pencegahan Perdarahan

1. Monitor dengan ketat resiko terjadinya  perdarahan pada pasien

2. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk Potrombin Time (PT), Partial Thrombloplastin Time (PTT), fibrinogen. Degradasi fibrin split  products, dan trombosit hitung dengan cara yang tepat.

3. Monitor tanda-tanda vital

Rasional 1. Untuk mencegah terjadinya  perdarahan yang  parah. 2. Komponen koagulasi darah  berperan untuk  proses penyembuhan luka untuh mencegah terjadinya  perdarahan. 3. Untuk mengetahui tekanan darah pasien

(19)

19 7. Bagian presentasi janin

(4)

8. Kadar pH darah kulit kepala janin (4)

9. Respon stimulus kulit kepala janin (4)

10. Oksimetri denyut janin (4) 11. Pola denyut jantung janin

episodik (4)

12. Akselerasi denyut jantung  janin dengan gerakan (4) 13. Akselerasi denyut jantung

 janin dengan stimulasi (4) Catatan: - 1= tidak pernah menunjukkan - 2= jarang menunjukkan - 3= kadang-kadang menunjukkan - 4= sering menunjukkan ortostatik termasuk tekanan darah

4. Monitor tanda dan gejala  perdarahan menetap (contoh: cek semua sekresi darah yang terlihat  jelas maupun yang tersembunyi/for-frank or occult blood)

5. Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi

6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K 

7. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor

setiap saat. 4. Mencegah terjadinya  perdarahan sejak dini 5. Pemberian obat dapat membantu mengurangi terjadinya  perdarahan yang lebih parah. 6. Untuk mengurangi  perdarahan yang akan timbul pada klien

7. Agar tidak menimbulkan

(20)

20 - 5= secara konsisten

menunjukkan

tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi  perdarahan.

8. Berikan obat-obatan jika di perlukan. komplikasi yang tidak di inginkan (misalnya syok) 8. Untuk mengatasi  perdarahan klien

(21)

21 3. Resiko Cedera Pada Janin

(0035)

Definisi :rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat mengganggu kesehatan

Domain 11

:keamaan/perlindungan Kelas 2 :cedera fisik Faktor resiko :

1) gangguan fungsi kognitif

1. Status janin yang meragukan tidak akan terjadi atau akan di atasi dan bayi akan lahir dengan selamat

1. Mengkaji reaksi denyut  jantung janin terhadap kontraksi untuk mendeteksi deselarasi atu  bradikardia

2. Jika status janin meragukan, mengatur  posisi maggie nyeri ke samping, menghentikan  pemberian sitosin, meningkatkan IV rumatan, mulai memberi oksigen, dan memberi tahu kepada

1. Untuk mencegah terjadinya kelainan yang terjadi pada  janin.

2. Untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak di inginkan yang bisa saja di alami oleh  janin

(22)

22 2) gangguan fungsi psikomotor

3) disfungsi imun

(23)

23 4. Resiko Cedera Maternal (Ibu)

 penurunan tonus otot/pada kontraksi otot, obstruksi mekanis  pada penurunan janin, keletihan

maternal.

1. Pergerakan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam Nyeri akut dapat diatasi dengan Kriteria Hasil: - Cara berjalan (4) - Gerakan sendi (4) - Bergerak dengan mudah (4) Catatan:

1. Pantau masukan dan keluaran cairan R/ membandingkan apakah  pemasukan dan  pengeluaran seimbang sehingga tidak terjadi dehidrasi.

2. Pantau tanda vital. Catat laporan pusing dan  perubahan posisi R/  peningkatan frekuensi nadi dan suhu, dan perubahan

1. Agar dengan mudah memberikan tindakan dalam mengatasi dehidrasi klien 2. Untuk memberikan intervensi selanjutnya pada klien dengan teapt sesuai dengan

(24)

24 - 1= tidak pernah menunjukkan - 2= jarang menunjukkan - 3= kadang-kadang menunjukkan - 4= sering menunjukkan 5= secara konsisten menunjukkan

tekanan datah ortastatik dapat mendandakan  penurunan volume

sirkulasi.

3. Kaji elastisitas kulit R/ kulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi.

4. Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva R/ membran mukosa atau bibir kering dan penurunan indikator lanjut dari dehidrasi. 5. Catat kondisi serviks.

Pantau tanda amnionionitis. Catat  peningkatan suhu atau  jumlah sel darah putih: catat bau dan rabas vagina

keluhan yang di alami

3. Untuk lebih memastikan saja,  bahwa klien benar- benar mengalami

dehidrasi

4. Di jadikan sebagai data penunjang pada  pemeriksaan klien

dehidrasi

5. Untuk mengetahui apa saja yang harus di lakukan pada klien kedepannya

(25)

25 R/ serviks kaku atau tidak

siap tidak akan di latasi, menghambat penurunan  janin/kemajuan persalinan. Terjadi amniositis secara langsung di hubungkan dengan lamanya  persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah  pecah ketuban.

6. Catat penonjolan, posisi  janin dan presentase janin R/ di gunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi

 persalinan yang lama. 7. Anjurkan klien berkemih

dalam 1-2 jam. Kaji terhadap penuhan kandung kemih di atas simfisis

6. Sebagai data klien yang mengakibatkan  persalinan yang lama

7. Untuk menghambat aktivitas uterus, hingga janin di dalam perut mudah

(26)

26  pubis R/ kandung kemih

dapat menghambat aktivitas uterus dan mempengaruhi penurunan  janin.

8. Tempatkan klien pada  posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransi R/ ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola  persalinan normal dan

dilatasi serviks.

9. Bantu dengan persiapan sectio caesarea sesuai indikasi untuk mal posisi, CPD. Atau cincin bandl R/ melahirkan sectio caesarea segera di indikasikan untuk turun 8. Untuk membantu klien dalam melangsungan  proses persalinan normal 9. Untuk bisa membantu klien melahirkan anaknya tanpa ada resiko yang bisa terjadi  pada ibu maupun

(27)

27 untuk cincin distres janin

karena CP.

(28)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat  promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di lahirkan setelah kepala janin di lahirkan.

B. Saran

Di harapkan dPt menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan. Di dalam menentukan

asuhan keperawatan terlebih mengenai “Distosia Bahu” kita harus lebih banyak berdiskusi dengan klien secara langsung.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan  Kesehatan Maternal dan Neonatal . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:

Jakarta

Marmi.2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka Belajar: Jakarta

Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan  Kesehatan Maternal dan Neonatal . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:

Referensi

Dokumen terkait

sudah asuk PAP atau belum.. TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat janin. Dihitung dengan cara TFU bila kepala sudah. masuk panggul dikurangi 11 dan bila

3)Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang; kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka

Tujuan : Menentukan bagian terendah janin yang terdapat pada bagian bawah uterus,.. apakah sudah masuk atau belum Pintu

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau kepala yang lebih keras tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit

Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah

Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit

Sedangkan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas