BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di lahirkan setelah kepala janin di la
dapat di lahirkan setelah kepala janin di lahirkan.hirkan.
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan
penyelenggaraan pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan suatu suatu bangsa. bangsa. Selain Selain itu, itu, angkaangka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup
kelahiran hidup dan dan angka kematian angka kematian bayi sebesar bayi sebesar 34/1000 kelahiran34/1000 kelahiran hidup
hidup umumnya umumnya kematian kematian terjadi terjadi pada pada saat saat melahirkan. melahirkan. Namun Namun hasilhasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan
perlahan bahwa bahwa tercatat tercatat sebesar sebesar 102 102 per per seratus seratus ribu ribu kelahiran kelahiran hidup hidup dandan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan.
saat proses persalinan. Distosia bahu adDistosia bahu adalah suatu alah suatu keadaan diperlukannyakeadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak
bayi tidak berhasil berhasil untuk melahirkan untuk melahirkan kepala kepala bayi. bayi. Pada Pada persalinan persalinan dengandengan presentasi
presentasi kepala, kepala, setelah setelah kepala kepala lahir lahir bahu bahu tidak tidak dapat dapat dilahirkan dilahirkan dengandengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan.
dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi.
maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria diagnosa diatas.
yang memenuhi kriteria diagnosa diatas. B.
B. TujuanTujuan 1.
1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu.Mengetahui pengertian dari distosia bahu. 2.
2. Mengetahui Etiologi dari distosia bahu.Mengetahui Etiologi dari distosia bahu. 3.
3. Mengetahui patofisiologis dari distosia bahuMengetahui patofisiologis dari distosia bahu 4.
4. Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu. 5.
5. Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu.Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu. 6.
6. Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahuMengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu 7.
7. Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu,Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu, 8.
8. Mengetahui Mengetahui penatalaksanaan serta asuhan penatalaksanaan serta asuhan kebidanan padakebidanan pada kasus Distosia Bahu
BAB II
KONSEP MEDIS A. Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan di perlukannya tambahan manuver obsterik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat di lahirkan dengan
car pertolongan biasa dan tidak di dapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3 % dari selurh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu di definiskan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari
60 detik, maka insidennya menjadi 11%.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala di lahirkan maka bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posserior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang atau sekitar spina iskhiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari fenomena obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah di lahirkan akan tidak dapat melakukan putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign).
B. Etiologi
Distosia bahu terutama di sebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal: pada makrosomia) di
sebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah
panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
faktor resiko distosia bahu:
1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional (Keller, dkk). Terutama pada diabetes kehamilan atau diabetes tipe A, karena kemungkinan makrosomia. Pada bayi ini mempunyai resiko lingkar bahu-kepala lebih besar dari pada ibu non diabetes walaupun memiliki berat lahir yang sama.
2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir
separuh dari kekahian distosia bahu memiliki berat >4000 gram. 3) Lewat waktu, karena bayi terus tumbuh dan menjadi lebih besar
seiring peningkatan makrosomia antara minggu ke 40 dan ke 42 minggu. Terdapat rasio lingkar bahu kepala yang lebih besar sejalan pertumbuhan diameter diparietal yang lambat, tetapi tidak pada diameter bahu dan dada.
4) Riwayat obstetri atau persalinan dengan bayi besar. 5) Ibu dengan obesitas
6) Multiparitas
7) Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu, terdapat kasusu distosia bahu rekuen pada 5 (12%) di anatara 42 wanita (Smith, dkk)
8) Cephalopelvic disproportion (bentuk pelvic yang memperpendek diameter anterior posterior dan atau deformitas pelvis misalnya akibat kecelakaan atau riketsia)
9) Fase aktif yang tidak tentu pada kala I, pada fase ini pasien hanya mengalami sedikit kemajuan. Hal ini dapat mengindikasikan disproporsi sefalopelvic, yang dalam persalinan hal ini dapat menjadi tanda bahwa distosia bahu akan terjadi.
10) Kala II persalinan yang memanjang, termasuk penurunan kepala yang lambat dan kegagalan kepala untuk turun tercermin dalam deep transverse arrest .
11) Ada indikasi perlu rotsi midpelvis dan atau kelahiran dengan forcep atau vakum ekstraktor
C. Manifestasi klinik
Gejala klinis dari distosia bahu pada ibu, yakni: 1. Panggul yang tampak sempit
2. Usia
3. Nyeri pada panggul
Gejala Klinis dari distosia bahu pada janin, yakni: 1. Adanya kelainan yang terdapat pada janin 2. Bayi besar >3500 gram
3. Bayi melakukan putaran paksi luar D. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang dengan tulang belakang bahu umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi depan terhadap sinfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
E. Komplikasi
Komplikasi maternal:
Perdarahan pasca pesalinan Fistula Ractovaginal
Simfisiolisis atau diatheis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
Robekan perineum derajat III atau IV Rupture uteri
Komplikasi Fetal:
Brachial plexus palsy Fraktura clavicle
Kematian janin
Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
Fraktura humerus
F. Penatalaksanaan
1. Tetap tenang. Anda tahu apa yang harus di lakukan dan akan menangani situasi ini dengan efektif. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat di perlukan.
2. Bersikap relax. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif 3. Memanggil dokter. Bila bidan/perawat masih terus meolong sampai
bayi ini lahir sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
4. Siapkan perlatan resusitasi
5. Menyiapkan perlatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan 6. Beritahu ibu prosedur yang akan di lakukan
7. Atur posisi Mc. Robert
Teknik ini di temukan pertama kali oleh Gonik dkk, tahun 1963 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkan di University of Texas di Housten, Manauver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis ke arah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalas panggul cenderung untuk
menyebabkan bahu depan yang terhimpit.
8. Cek posisi bahu, ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari tangan di letakan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan
satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brachialis.
9. Meminta pendampingan persalinan untuk menekan daera suprapubik untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brachialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk di letakkan di atasa simpisi. Selanjutnya di tekan ke arah luar bawah perut.
10. Bila persalinan belum di lahirkan, istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik) agar anda lebih memahami situasi, mendapat kesempatan, dan sedikit ruang untuk melahirkan bahu: kosongkan kandung kemih karena dapat mengganggu turunnya bahu, pastikan untuk melakukan atau memperluas episitomi, dan melakukan VT untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan di usahakan memeriksa kemungkinan: Tali pusat pendek, bertambah besarnya janin pada daerah thirak dan abdomen oleh karena tumor, lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptre uteri., locked twins dan conjoined twins.
11. Mencoba kembali melahirkan bahu seperti langkah-langkah di atas bila distosia bahu ringan-sedang, janin akan dapat di lahirkan
12. Manauver Woods (“Wood crock screw maneuver”)
Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prisnsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180o. lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudia melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang di sertai dengan penekanan daerah supra pubik.
13. Manuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah:
a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka di lakukan langkah berikutnya.
b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk di jangkau dan kemudian di tekan ke depan ke arah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.
Manuver Rubin II
Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah Bahu anak yang paling mudah di jangkau di dorong
ke arah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior terjepit.
14. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janinseperti langkah 12-13.
15. Melahirkan bahu belakang
a. Operator memasuka tangan ke dalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas di depan dada dengan mempertahankan posisi
fleksi siku.
b. Tangan janin dan lengan di luruskan melalui wajah janin c. Lengan posterior di lahirkan
16. Kleidotomi: pemahatan klavikula di lakukan engan menenkan klavikula anterior ke arah SP.
17. Manuver Zavanelli
Manuver zavanelli: mengembalikan kepala ke alam jalan lahir dan anak di lahirkan melalui SC.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala ke dalam vagina.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian Asuhan Keperawatan Intranatal Care Pada Ny. ... G..., P..., A... Dengan... Di ...
I. Data Umum
1. Inisial klien : Ny. D Inisial suami : Tn. A
2. Usia : 25 Th Usia : 26 Th
3. Status perkawinan : Nikah Suku : Indonesia
4. Pekerjaan : Perawat Pekerjaan : Perawat
5. Pendidikan terakhir : Ners Pendidikan terakhir : Ners
6. Suku : Indonesia Agama : Islam
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jl. Beringin
II. DATA UMUM KESEHATAN
TB/BB : 140cm/ 55 kg BB sebelum hamil : 42 kg
Masalah Kesehatan khusus : DM Tipe A Obat – obatan :
-Alergi (obat/makanan/bahan tertentu) : Makanan belemak Diet Khusus :
-Alat bantu yang digunakan : Kacamata Lain – lain :
Frekuensi BAB/BAK : 2x sehari
Masalah BAB/BAK : Konstipasi dan Poliuria Kebiasaan waktu tidur :
-III. DATA UMUM KEBIDANAN
Kehamilan sekarang direncanakan (ya/tidak)* Status Obstetri: G1 P1 A0 H1
HPHT: 27 Januari Taksiran partus : 25 Oktober Jumlah anak di rumah:
- No Jenis Kelamin Umur kehamilan Cara Lahir Penolong Persalinan Penyulit persalinan BB Lahir Keadaan saat ini Umur
Mengikuti kelas prenatal (ya/tidak) : Tidak Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : Masalah kehamilan yang lalu : Tidak Ada Masalah kehamilan sekarang : Konstipasi Rencana KB: Ya
Makanan bayi sebelumnya : Tidak Ada
Pelajaran yang diinginkan saat ini : (lingkari)
Relaksasi/pernafasan/manfaat ASI/cara memberi minum botol/senam nifas/ metoode KB/perawatan perineum/perawatan payudara/lain-lain
Jelaskan
... ...
Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu: Orang Tua dan suami Masalah dalam persalinan yang lalu: Tidak Ada
IV. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
Mulai persalinan (kontraksi) tanggal/jam : 26 Oktober/09.00 Pengeluaran pervaginam (tanggal/jam) : 26 Oktober/01.00
Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatannya) :
Denyut jantung janin : Frekuensi: kontraksi muncul dalam waktu tiap 3 menit Kualitas: Sangat Nyeri
Irama... Pemeriksaan fisik :
Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
TTV : TD. 140/60 mmHg, N 60x/mnt, S 37oC P 24x/mnt Kepala dan leher : Normal
Jantung : Normal Paru : Normal Payudara: Normal
Abdomen : (secara umum dan pemeriksaan obstetrik) : Ekstremitas : Tidak
Refleks :
Pemeriksaan dalam pertama : pukul 09.00 oleh: Bidan Hasil: Terdapat pembukaan 2
Ketuban: Pecah, : tgl/jam : 25 Oktober/05.00 Warna:
Laboratorium:
V. DATA PSIKOSOSIAL
Penghasilan keluarga setiap bulan : Rp. 6.000.000/bulan
Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang : senang, gelisah, cemas, takut Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang :senang tapi cemas
Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang : senang LAPORAN PERSALINAN
I. Pengkajian awal
Tanggal : 26 Oktober Jam: 07.00
TTV : TD 140/60.mmHg, N : 92x/mnt, S : 37oC, P : 23x/mnt Pemeriksaan palpasi abdomen
Leopold I : Leopold II: Leiopold III : Leopold IV :
Hasil pemeriksaan dalam : Pemeriksaan perineum : Dilakukan klisma (ya/tidak) : Pengeluaran pervaginam :
Kontraksi uterus (frekuensi, lamanya, kekuatan) : 1x dalam 3 menit, sangat nyeri
DJJ :
Status janin : Hidup II. Kala Persalinan
Kala I
Mulai persalinan : 25 Oktober/jam 18.30 Tanda dan gejala : Ketuban pecah, nyeri Lama Kala I :
Keadaan psikososial : Kebutuhan khusus klien : Tindakan :
Pengobatan :
Observasi kemajuan persalinan :
Tanggal/jam Kontraksi
uterus
DJJ Keterangan
Kala II
Kala II dimulai : 25 Oktober/jam 21.00
TTV : TD 140/60 mmHg. N 90x/mnt, S 37.oC, P 24x/mnt Lama kala II :
Kebutuhan khusus klien: Tindakan :
Perineum (utuh/episiotomi/ruptur)*, jika ruptur, tingkat ruptur : Bonding ibu dan bayi (inisiasi menyusu dini):
TTV bayi : TD...mmHg, N...x/mnt, S...oC, P...x/mnt
Pengobatan :
Catatan kelahiran : Bayi lahir jam : 10.00 Cara Persalinan: Normal Jenis Kelamin : Perempuan
Nilai APGAR menit I. menit V... BB/PB/Lingkar Kepala : 3.500gram/40cm/15cm Karakteristik khusus bayi:
Kaput suksadaneum/cephal hematoma : Anus : berlubang
Perawatan tali pusat : Perawatan mata : Kala III
Mulai jam :
TTV : TD 140/60 mmHg, N 90x/mnt, S 37oC, P 24 x/mnt Tanda dan gejala : Nyeri
Plasenta lahir jam : 10.25 Cara lahir plasenta : Normal Karakteristik plasenta : Diameter : ... cm Ketebalan : ... cm
Panjang tali pusat : ...
Jumlah pembuluh darah :... arteri... vena Insersio tali pusat : ...
Pengeluaran darah per vaginam : ...ml Karakteristik perdarahan :... Keadaan psikososial : ... Kebutuhan khusus :... Tindakan :... Pengobatan :... Kala IV Mulai jam : 10.15 TTV : TD 140/60 mmHg, N : 90x/mnt, S : 37oC, P : 24x/mnt Kontraksi uterus :
Pengeluaran darah pervaginam : 700ml Karakteristik : cair
A. Diagnosa keperawatan
NO DIAGNOSA
1
Nyeri akut (00132)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi.
Domain 12 : kenyamanan Kelas 1 : kenyamanan fisik
2
Resiko Perdarahan (00206)
Definisi rentan mengalami penurunan volume darah, yang dapat mengganggu kesehatan.
3
Resiko Cedera (Janin) (0035)
Definisi :rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat
mengganggu kesehatan
Domain 11 :keamaan/perlindungan Kelas 2 : cedera fisik
4
Resiko Cedera Maternal (Ibu)
penurunan tonus otot/pada kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
17
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut (00132)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi.
Domain 12 :kenyamanan Kelas 1 : kenyamanan fisik Batasan karakteristik :
1) sikap melindungi area nyeri 2) indikasi nyeri yang dapat di
amati
3) perubahan posisi untuk menghindari nyeri
1. Nyeri maggie akan di tangani atau di atasi dengan efektif
1. menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
2. meninjau kembali teknik pernafasan
3. menganjurkan perubahan posisi
4. melakukan tindakan untuk mengupayakan
kenyamanan
5. mengupayakan lingkungan yang tenang
6. memberi obat nyeri sesuai program
1. agar klien bisa mengurangi rasa nyeri yang di rasakan
2. untuk mendapatkan hasil yang maksimal 3. agar klien merasa
nyaman dan mengurangi rasa nyeri
4. agar nyeri tidak terus menerus di rasakan oleh klien
5. agar klien mampu beristirahat yang nyaman hingga bisa mengurangi rasa nyeri
6. untuk mempercepat proses penyembuhan
18 4) gangguan tidur
Faktor yang berhubungan : 1) agen cedera (misalnya,
biologis, zat kimia, fisik, dan psikologis)
nyeri yang di rasakan klien
2. Resiko Perdarahan (00206) Definisi: rentan mengalami penurunan volume darah, yang
dapat mengganggu kesehatan. Domain:
11/Keamanan/Perlindungan Kelas: 2. Cedera Fisik
1. Status Maternal: Intrapartum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam Nyeri akut dapat diatasi dengan
Kriteria Hasil:
1. Dasar denyut jantung janin (120-160) (4) 2. Perlambatan denyut
jantung periodik (4) 3. Variabilitas denyut
jantung janin (4)
4. Warna cairan ketuban (4) 5. Jumlah cairan ketuban (4) 6. Posisi janin (4)
Pencegahan Perdarahan
1. Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada pasien
2. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk Potrombin Time (PT), Partial Thrombloplastin Time (PTT), fibrinogen. Degradasi fibrin split products, dan trombosit hitung dengan cara yang tepat.
3. Monitor tanda-tanda vital
Rasional 1. Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang parah. 2. Komponen koagulasi darah berperan untuk proses penyembuhan luka untuh mencegah terjadinya perdarahan. 3. Untuk mengetahui tekanan darah pasien
19 7. Bagian presentasi janin
(4)
8. Kadar pH darah kulit kepala janin (4)
9. Respon stimulus kulit kepala janin (4)
10. Oksimetri denyut janin (4) 11. Pola denyut jantung janin
episodik (4)
12. Akselerasi denyut jantung janin dengan gerakan (4) 13. Akselerasi denyut jantung
janin dengan stimulasi (4) Catatan: - 1= tidak pernah menunjukkan - 2= jarang menunjukkan - 3= kadang-kadang menunjukkan - 4= sering menunjukkan ortostatik termasuk tekanan darah
4. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap (contoh: cek semua sekresi darah yang terlihat jelas maupun yang tersembunyi/for-frank or occult blood)
5. Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
7. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor
setiap saat. 4. Mencegah terjadinya perdarahan sejak dini 5. Pemberian obat dapat membantu mengurangi terjadinya perdarahan yang lebih parah. 6. Untuk mengurangi perdarahan yang akan timbul pada klien
7. Agar tidak menimbulkan
20 - 5= secara konsisten
menunjukkan
tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan.
8. Berikan obat-obatan jika di perlukan. komplikasi yang tidak di inginkan (misalnya syok) 8. Untuk mengatasi perdarahan klien
21 3. Resiko Cedera Pada Janin
(0035)
Definisi :rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat mengganggu kesehatan
Domain 11
:keamaan/perlindungan Kelas 2 :cedera fisik Faktor resiko :
1) gangguan fungsi kognitif
1. Status janin yang meragukan tidak akan terjadi atau akan di atasi dan bayi akan lahir dengan selamat
1. Mengkaji reaksi denyut jantung janin terhadap kontraksi untuk mendeteksi deselarasi atu bradikardia
2. Jika status janin meragukan, mengatur posisi maggie nyeri ke samping, menghentikan pemberian sitosin, meningkatkan IV rumatan, mulai memberi oksigen, dan memberi tahu kepada
1. Untuk mencegah terjadinya kelainan yang terjadi pada janin.
2. Untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak di inginkan yang bisa saja di alami oleh janin
22 2) gangguan fungsi psikomotor
3) disfungsi imun
23 4. Resiko Cedera Maternal (Ibu)
penurunan tonus otot/pada kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan
maternal.
1. Pergerakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam Nyeri akut dapat diatasi dengan Kriteria Hasil: - Cara berjalan (4) - Gerakan sendi (4) - Bergerak dengan mudah (4) Catatan:
1. Pantau masukan dan keluaran cairan R/ membandingkan apakah pemasukan dan pengeluaran seimbang sehingga tidak terjadi dehidrasi.
2. Pantau tanda vital. Catat laporan pusing dan perubahan posisi R/ peningkatan frekuensi nadi dan suhu, dan perubahan
1. Agar dengan mudah memberikan tindakan dalam mengatasi dehidrasi klien 2. Untuk memberikan intervensi selanjutnya pada klien dengan teapt sesuai dengan
24 - 1= tidak pernah menunjukkan - 2= jarang menunjukkan - 3= kadang-kadang menunjukkan - 4= sering menunjukkan 5= secara konsisten menunjukkan
tekanan datah ortastatik dapat mendandakan penurunan volume
sirkulasi.
3. Kaji elastisitas kulit R/ kulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi.
4. Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva R/ membran mukosa atau bibir kering dan penurunan indikator lanjut dari dehidrasi. 5. Catat kondisi serviks.
Pantau tanda amnionionitis. Catat peningkatan suhu atau jumlah sel darah putih: catat bau dan rabas vagina
keluhan yang di alami
3. Untuk lebih memastikan saja, bahwa klien benar- benar mengalami
dehidrasi
4. Di jadikan sebagai data penunjang pada pemeriksaan klien
dehidrasi
5. Untuk mengetahui apa saja yang harus di lakukan pada klien kedepannya
25 R/ serviks kaku atau tidak
siap tidak akan di latasi, menghambat penurunan janin/kemajuan persalinan. Terjadi amniositis secara langsung di hubungkan dengan lamanya persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah ketuban.
6. Catat penonjolan, posisi janin dan presentase janin R/ di gunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi
persalinan yang lama. 7. Anjurkan klien berkemih
dalam 1-2 jam. Kaji terhadap penuhan kandung kemih di atas simfisis
6. Sebagai data klien yang mengakibatkan persalinan yang lama
7. Untuk menghambat aktivitas uterus, hingga janin di dalam perut mudah
26 pubis R/ kandung kemih
dapat menghambat aktivitas uterus dan mempengaruhi penurunan janin.
8. Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransi R/ ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan
dilatasi serviks.
9. Bantu dengan persiapan sectio caesarea sesuai indikasi untuk mal posisi, CPD. Atau cincin bandl R/ melahirkan sectio caesarea segera di indikasikan untuk turun 8. Untuk membantu klien dalam melangsungan proses persalinan normal 9. Untuk bisa membantu klien melahirkan anaknya tanpa ada resiko yang bisa terjadi pada ibu maupun
27 untuk cincin distres janin
karena CP.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di lahirkan setelah kepala janin di lahirkan.
B. Saran
Di harapkan dPt menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan. Di dalam menentukan
asuhan keperawatan terlebih mengenai “Distosia Bahu” kita harus lebih banyak berdiskusi dengan klien secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta
Marmi.2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka Belajar: Jakarta
Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: