• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. UMUM

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa daerah diharuskan menyusun dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk jangka waktu dua puluh tahun. Dasar penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebagai penjabaran dari Visi Misi Daerah yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Propinsi. Di dalam RPJP Daerah ini dijabarkan sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan dan program-program pembangunan.

RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan yang harus memberikan arahan dan memudahkan tujuan yang hendak dicapai secara terukur. Selain itu, RPJP Daerah disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005-2025 dan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang RPJP Propinsi Sumatera Barat Tahun 2005 - 2025. Dengan adanya keterkaitan dengan perencanaan yang lebih tinggi, akan mempermudah pengembangan “sharing” pembiayaan dengan pemerintah pusat dan pemerintah propinsi untuk program-program yang akan dilakukan.

Dengan telah terpilihnya secara langsung dan telah dilantiknya Bupati Kabupaten Pasaman Barat masa bakti 2005 –

2010, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2005 – 2025 serta dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya. Selanjutnya sebagaimana diamanatkan Undang – Undang No. 25 Tahun 2004 Pasal 13 Ayat (2), dokumen Rencana Pembangunan Jangka

(2)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 2

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pasaman Barat ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sebelum ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dokumen RPJP Daerah ini dibahas terlebih dahulu pada Musrenbang Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pasaman Barat.

1.2.

Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025, selanjutnya disebut RPJP Daerah, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan didalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam upaya untuk mengarahkan semua sumber daya yang dimiliki dan mengupayakan sumber daya lain (swasta) untuk terlibat didalam pelaksanaan program–program pembangunan yang ada dan untuk mencapai tujuan pembangunan yang sudah ditetapkan.

RPJP Daerah ini ditujukan untuk menjabarkan Visi, Misi, dan arah pembangunan Daerah Kabupaten Pasaman Barat sebagai pedoman bagi pemerintah dan masyarakat didalam penyelenggaraan pembangunan daerah 20 tahun kedepan. RPJP Daerah ini juga menjadi acuan dan pedoman bagi calon Kepala Daerah dalam menyusun visi, misi, dan program prioritas yang akan menjadi dasar dalam penyusunan Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) lima tahunan dan Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD).

1.3.

Landasan Penyusunan

RPJP Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2005 – 2025 disusun atas dasar landasan:

(3)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 3

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 4 ayat (1);

2. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Pasaman Barat;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;

4. Undang-undang Nomor 01 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

6. Undang–undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang–undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah;

8. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 9. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

10. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RJPD) Provinsi Sumatra Barat Tahun 2005 – 2025.

1.4.

Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan

Lainnya

RPJP Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2005–2025 mengacu pada RPJP Nasional, RPJP Propinsi dan memperhatikan RTRW Kabupaten. RPJP Daerah Kabupaten Pasaman Barat digunakan sebagai

(4)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 4

pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), penjabaran dari RKPD akan dituangkan lebih lanjut dalam Kebijakan Umum (KU) dan Prioritas Plafon Anggaran (PPA) APBD, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), penyusunan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Kepala Daerah, dan tolok ukur kinerja Kepala Daerah. Oleh karena itu, RPJP Daerah ini memuat arah kebijakan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Pasaman Barat, dimana program-program yang diusulkan diharapkan akan dibiayai oleh APBD dan sumber – sumber dana yang lain misalnya dari sektor swasta, APBN, APBD Propinsi maupun pasar uang (obligasi).

1.5.

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Umum

1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Landasan Penyusunan

1.4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.5 Sistematika Penulisan

BAB II ANALISIS KONDISI UMUM DAN POTENSI DAERAH

2.1 Kondisi Umum Daerah 2.1.1 Agama dan Budaya 2.1.2 Hukum dan Pemerintah 2.1.3 Ekonomi

2.1.4 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 2.1.5 Sumber Daya Manusia

2.1.6 Prasarana dan Sarana

2.1.7 Tata Ruang dan Pembangunan Wilayah 2.2 Prediksi Pembangunan Daerah

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

3.1 Visi 3.2 Misi

3.3 Arah Pembangunan Daerah

(5)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 5

BAB II

KONDISI UMUM DAN PREDIKSI PEMBANGUNAN DAERAH

Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Pasaman Barat dimulai dengan deskripsi dan analisis tentang kondisi umum daerah berikut tantangan dan potensi yang dihadapi dalam melaksanakan proses pembangunan daerah. Analisis ini penting artinya karena penyusunan rencana untuk masa mendatang akan didasarkan pada kondisi, tantangan dan potensi pembangunan daerah yang dihadapi pada saat sekarang. Kondisi yang akan dianalisis adalah agama dan budaya, hukum dan pemerintahan, ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, tata ruang dan pembangunan wilayah.

Dengan memahami kondisi tersebut, diharapkan akan menghasilkan faktor strategis yang dimiliki, baik faktor strategis yang berasal dari internal, maupun faktor strategis yang berasal dari eksternal. Kedua kelompok strategis tersebut dijadikan dasar untuk merumuskan arah, kebijakan dan program pembangunan jangka panjang.

2.1. KONDISI UMUM DAERAH 2.1.1. AGAMA DAN BUDAYA

A. KONDISI SAAT INI

1.Secara umum penduduk di Kabupaten Pasaman Barat sebagian besar beragama Islam dan selebihnya beragama Kristen Protestan dan Katolik. Sebagai sarana dalam menjalankan ibadah bagi umatnya di Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2007 terdapat 418 mesjid, 389 langgar dan 180 mushalla yang tersebar di 11

(6)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 6

Kecamatan serta 2 gereja dan 2 kapel di Kecamatan Luhak Nan Duo.

2.Masyarakat Pasaman Barat sebagian besar bersuku budaya Minangkabau, Mandailing dan Jawa disamping suku budaya Sunda, Madura dan sebagainya.

3.Perhatian masyarakat Pasaman Barat terhadap kegiatan keagamaan akhir-akhir ini terlihat mengalami peningkatan. Jumlah jemaah haji selalu meningkat setiap tahunnya.Tahun 2007 jumlah jemaah haji Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 180 orang meningkat 12% dari tahun sebelumnya. Tahun 2006 juga terjadi peningkatan sebesar 14% dimana pada tahun tersebut jumlah jemaah haji berjumlah 166 orang sedangkan di tahun 2005 jumlah jemaah haji di Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 147 orang. Disamping itu kegiatan keagamaan seperti kurban juga meningkat. Tahun 2005 peserta kurban di Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 2.896 orang meningkat 24% menjadi 3.598 orang pada tahun 2006. Tahun 2007 juga terjadi peningkatan peserta kurban sebesar hingga menjadi 4.303 orang.

B. TANTANGAN

1. Pasaman Barat kedepan akan berkembang menjadi masyarakat yang heterogen dan bahkan multi kultural. Tiga etnis di Pasaman Barat yaitu, Minangkabau, Mandailing dan Jawa akan menjadi etnis yang paling dominan dalam masyarakat Pasaman Barat. Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan tersebut antara lain keterbukaan wilayah dan komunikasi bagi pendatang untuk bermukim tetap dalam wilayah Pasaman Barat. Ditengah perbedaan tersebut, karakteristik umum masyarakat Pasaman Barat dihadpkan pada tantangan asimilasi budaya dan praktek agama islam yang fundamental.

(7)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 7

2. Berkembangnya arus informasi dan komunikasi ke depan menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Pasaman Barat yang heterogen. Budaya westernisasi yang kerap disalahartikan sebagai modernisasi dapat merusak sendi-sendi budaya dan akhlak beragama. Pengaruh budaya barat yang negatif seperti budaya meminum minuman keras dan pergaulan bebas harus disikapi dengan menanamkan akhlak beragama yang benar dan budaya timur yang lebih sopan dan beradab pada generasi muda.

C. POTENSI

1.Masyarakat Pasaman Barat memiliki potensi kecerdasan intelektual yang didasarkan pada ketaatan menjalankan ibadah pada generasi mudanya ini terbukti dengan cukup banyaknya sekolah Islam dan pondok pesantren. Tahun 2007 jumlah sekolah negeri maupun swasta Ibtidaiyah sebanyak 6 buah, Tsanawiyah sebanyak 49 buah dan Aliyah atau setara SLTA sebanyak 24 buah. 2.Pada dasarnya masyarakat Pasaman Barat selalu dinamis dalam

menyikapi perubahan. Perubahan yang terjadi (a) Peningkatan jumlah rumah ibadah rata-rata 2% setiap tahunnya (b) Sumber– sumber dana syariah yang sangat potensial dan menjanjikan belum lagi terkelola secara produktif, (c) Jumlah jemaah haji rata-rata 200 orang setiap tahun (d) Peraturan Daerah dan Peraturan Nagari tentang syariah sudah banyak namun belum lagi berjalan secara efektif.

3.Kabupaten Pasaman Barat memiliki potensi budaya yang dikenal pucuk adat Pasaman Daulat Parit Batu. Disamping daerah Sasak juga sebagai daerah bekas penyebaran agama Islam di Pasaman Barat. Potensi ini turut memperkaya khazanah budaya di Kabupaten Pasaman Barat yang perlu digali dan dikembangkan.

(8)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 8

2.1.2 HUKUM DAN PEMERINTAHAN A. KONDISI SAAT INI

1. Fungsi sistem hukum terdiri atas fungsi penyelesaian sengketa, penghukuman dan perubahan sosial. Fungsi penyelesaian sengketa dilakukan tidak saja oleh lembaga peradilan negara seperti Pengadilan Negeri, tetapi juga oleh lembaga-lembaga yang terdapat dalam masyarakat seperti Kerapatan Adat Nagari. Fungsi penghukuman dilakukan oleh lembaga negara, yaitu Pengadilan Negeri. Fungsi perubahan sosial dapat dilihat melalui pembuatan norma-norma yang dirumuskan dalam Peraturan Daerah.

2. Budaya hukum adalah nilai-nilai atau persepsi masyarakat terhadap norma-norma hukum dan institusi-institusi hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Birokrasi Pemerintah Daerah. Budaya hukum juga berhubungan dengan keberlakuan norma-norma hukum dan norma-norma-norma-norma lain seperti adat istiadat dan agama yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu budaya hukum juga dikaitkan dengan tingkat kepatuhan penduduk terhadap norma-norma hukum. Munculnya bermacam gejala penyelesaian masalah dalam masyarakat dengan menggunakan kekerasan menandai bahwa di satu pihak ada kecenderungan rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat, dan di lain pihak lembaga-lembaga hukum di kabupaten Pasaman Barat seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan Negeri serta Lembaga-lembaga Pemasyarakatan juga memperlihatkan lemahnya kontrol dan penegakan hukum positif dan kesadaran nilai-nilai adat istiadat dan agama.

3. Sementara di Bidang Pemerintahan sesuai dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan tiga kabupaten baru di Propinsi Sumatera Barat, dimana salah satunya adalah Kabupaten Pasaman Barat. Maka mulai tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Pasaman Barat yang wilayahnya merupakan bagian dari Kabupaten Pasaman. Secara administratif Kabupaten Pasaman

(9)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 9

Barat berdasarkan UU No. 38 tahun 2003 terdiri dari tujuh kecamatan, tapi berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 4 tahun 2003 dan Perda No. 17,18 dan 20 terjadi penambahan empat kecamatan lagi, jadi total keseluruhan sebelas kecamatan 4. Pembangunan politik di Pasaman Barat secara umum sudah

semakin baik, hal ini dapat dilihat dari proses demokratisasi telah berjalan pada arah yang benar. Demikian pula antusias masyarakat berpolitik melalui organisasi partai politik cukup tinggi, seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat yang semakin kritis. Dengan dilakukannya Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Langsung maka hak-hak rakyat akan semakin terakomodasi. Namun demikian, sebagai tahapan awal dari era demokrasi akan banyak permasalahan yang muncul di sekitar Pemilihan Kepala Daerah baik mulai tahapan pengusulan sampai pelaksanaan pemungutan suara. Pemungutan suara yang aman akan menjamin Kepala Daerah yang representatif dan memiliki dukungan masyarakat. Masyarakat sipil (civil society) yang kuat akan dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.

B. TANTANGAN

1. Dengan semakin terbukanya Pasaman Barat dan pengaruh arus globalisasi informasi serta nilai-nilai universal, maka potensi kesalahpahaman identitas budaya atau agama juga akan semakin kuat. Pemerintah daerah perlu membangun kapasitas kelembagaan untuk mengantisipasi timbulnya konflik-konflik sosial.

2. Selain itu, akibat dari peningkatan kesadaran politik dan hak-hak yang dijamin oleh hukum pasca reformasi, warga masyarakat akan semakin kritis dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, melakukan demonstrasi, menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan mereka. Keadaan

(10)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 10

seperti ini diperkirakan juga akan dapat menjadi salah satu pemicu munculnya konflik vertikal antara warga dan aparatur pemerintah daerah di masa depan.

3. Penyebarluasan dan sosialisasi produk hukum daerah dan nasional pada kalangan birokrat dan masyarakat masih sangat terbatas, sehingga berpengaruh pada kesadaran hukum belum optimal. 4. Masih belum sampainya pada sasaran pembinaan dan pengawasan

terhadap produk hukum daerah yang dibentuk oleh Kabupaten Pasaman Barat dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan pembangunan di Pasaman Barat

5. Pelaksanaan dan penegakan hukum masih memerlukan pemaksimalan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

6. Lemahnya koordinasi di antara aparatur penegak hukum yang ada dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih.

7. Tantangan dalam bidang pemerintahan adalah bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ”good governance” dapat diterapkan. Beberapa masalah yang masih dihadapi adalah belum optimalnya kemampuan aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan serta penyelenggaraan urusan publik kepada masyarakat, belum efektifnya unit-unit organisasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, masih adanya KKN dalam penyelenggaraan pemerintahan, sulitnya koordinasi antar instansi dan lemahnya kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah.

C. POTENSI

1. Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat berdasarkan bingkai peraturan perundang-undangan nasional tentang desentralisasi memiliki kewenangan untuk mengatur daerah dan masyarakat. Kewenangan ini merupakan potensi yang perlu didayagunakan untuk membangun masyarakat Pasaman. Peraturan-peraturan daerah yang perlu diadakan antara lain dalam bidang pengelolaan

(11)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 11

lingkungan hidup, pemanfaatan sumber daya alam, investasi dan transformasi nilai-nilai adat dan agama dengan memperhatikan konsep hak asasi manusia dan kemajemukan masyarakat.

2. Berkembangnya kesadaran masyarakat terhadap supremasi hukum disertai dengan berkembangnya proses dan tuntutan reformasi politik dan hukum

3. Kesungguhan pemerintah untuk menegakkan hukum dan HAM

4. Terdapatnya berbagai organisasi kemasyarakatan yang bermanfaat untuk melakukan kontrol sosial.

5. Meskipun kuatnya pengaruh globalisasi informasi dan nilai-nilai asing, namun karakteristik masyarakat yang terbuka, dinamis, dan agamis merupakan modal dasar dalam pembangunan masyarakat yang patuh pada hukum, tegaknya Negara hukum dan pemerintahan yang bersih.

6. Tersedia kesempatan bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme.

7. Tersedia sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pemerintahan serta tingginya tuntutan masyarakat untuk mewujudkan good governance di lingkungan birokrasi

8. Berlakunya pengukuran dan evaluasi kinerja di lingkungan pemerintahan untuk menciptakan good governance.

9. Makin tertatanya kelembagaan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat (struktur organisasi Pemerintah Kabupaten).

10.Terbukanya kesempatan untuk meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintah melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan setempat

11.Berkembangnya komunikasi dan interaksi antar pelaku pembangunan baik pemerintah, masyarakat, organisasi swadaya, organisasi politik dan dunia usaha dalam melakukan kontrol sosial

12.Berkembangnya kerjasama antar organisasi di lingkungan pemerintahan secara horizontal dan vertikal atau pemerintah dengan masyarakat secara interaktif dan sejajar.

(12)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 12

2.1.3. EKONOMI

A. KONDISI SAAT INI

1. Struktur perekonomian Pasaman Barat dari tiga lapangan usaha yang dominan yaitu pertanian, industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Selama 4 tahun terakhir rata-rata ketiga sektor lapangan usaha tersebut berkontribusi sebesar 30,98% pada sektor pertanian, 23,19% pada sektor industri pengolahan dan 25,59% pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dari ketiga lapangan usaha ini, sektor pertanian mengalami kecenderungan penurunan laju pertumbuhan dari tahun ke tahun. Tahun 2004 laju pertumbuhan pertanian sebesar 10,85% menurun di tahun 2005 menjadi 8,55% dan di tahun 2006 menurun kembali menjadi sebesar 7,29%. Tahun 2007 laju pertumbuhan sektor pertanian mulai bertumbuh kembali sebesar 7,42% Sementara itu pada sektor lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran terus mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,18% terus meningkat menjadi 7,05% di tahun 2005 dan meningkat kembali di tahun 2006 menjadi sebesar 7,13% serta kembali meningkat di tahun 2007 sebesar 7,49%. Demikian halnya dengan sektor industri pengolahan yang juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2004 laju pertumbuhan industri pengolahan sebesar 4,99% terus meningkat menjadi 5,55% di tahun 2005 dan terus meningkat menjadi sebesar 5,73% di tahun 2006 dan di tahun 2007 sebesar 5,48%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Pasaman Barat ke depan akan menjadi kabupaten yang akan bergerak lebih banyak pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dan industri pengolahan yang berbasis pertanian seiring dengan meningkatnya permintaan, jumlah penduduk dan perkembangan ibukota kabupaten dan kecamatan menjadi sentra-sentra pusat kegiatan

(13)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 13

ekonomi lokal. Masih berfluktuasinya harga produksi hasil perkebunan pertanian di Pasaman Barat juga ikut memberikan kontribusi terhadap bergesernya peran sektor lapangan usaha pertanian terhadap sektor lapangan usaha perdagangan dan industri pengolahan. Pergeseran sektor lapangan usaha di masyarakat ini mengindikasikan mulai bertumbuhnya pusat-pusat kegiatan ekonomi lokal sebagai daerah yang menyediakan perdagangan dan jasa serta mulai bertumbuhnya sektor industri olahan pertanian sebagai dasar bertumbuhnya agroindusi. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Pasaman Barat sebesar 6,46% selama 4 tahun terakhir. Tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi Pasaman Barat sebesar 6,47% meningkat di tahun 2005 menjadi sebesar 6,54% dan di tahun 2006 menjadi sebesar 6,36%. Tahun 2007 laju pertumbuhan Kabupaten Pasaman Barat bertumbuh sebesar 6,41%. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pasaman Barat cukup baik dan berpotensi karena sedikit diatas pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat sebesar 6%.

2. Produksi buah-buahan yang mengalami peningkatan cukup signifikan, memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki potensi unggulan yang cukup besar di Kabupaten Pasaman Barat antara lain adalah jagung dan pisang. Produksi jagung di tahun 2007 sebesar 163.440 ton meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 7,18%. Tahun 2006 produksi jagung sebesar 152.488 ton atau meningkat sebesar 19,26% dan di tahun 2005 telah terjadi peningkatan produksi sebesar 24,5% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 127.862 ton. Produksi pisang di tahun 2007 sebesar 4.434.696 ton atau telah meningkat 45% dari tahun sebelumnya yang berproduksi sebesar 3.058.200 ton.

3. Produksi pertanian tanaman perkebunan di Kabupaten Pasaman Barat juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Produksi kelapa sawit di Pasaman Barat tahun 2005 mencapai 43.506,03 ton. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan produksi sebesar 46%

(14)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 14

sehingga produksi sawit mencapai 63.865,78 ton. Peningkatan ini terus berlanjut hingga di tahun 2007 produksi Sawit di Kabupaten Pasaman Barat yang telah mencapai 179.665,92 ton. Disamping sawit, kakao juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, berpotensi pemasaran yang luas dan ke depan diharapkan sebagai produk komoditi yang berdaya saing tinggi. Tahun 2005 produksi kakao 2.650,7 ton meningkat 52% di tahun 2006 menjadi 4.027,4 ton dan tetap meningkat berproduksi di tahun 2007 menjadi sebesar 4.747 ton.

4. PDRB per kapita di Kabupaten Pasaman Barat selama tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Tahun 2005 PDRB per Kapita Kabupaten Pasaman Barat sebesar Rp 9.194.951,92 dan meningkat 15,16% di tahun 2006 menjadi Rp. 10.589.260,81. Pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten Pasaman kembali meningkat menjadi sebesar Rp. 12.556.261,23 Peningkatan PDRB per kapita tersebut mengindikasikan sinyal positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasaman Barat

5. Pajak daerah Kabupaten Pasaman Barat tahun 2005 adalah sebesar Rp.1,08 miliar dan meningkat di tahun 2006 menjadi sebesar Rp.1,87 miliar dan pada tahun 2007 meningkat cukup besar menjadi Rp.4,42 miliar sedangkan Retribusi Daerah Pasaman Barat tahun 2005 adalah sebesar Rp.2,48 miliar dan meningkat di tahun 2006 menjadi sebesar Rp.3,29 miliar dan di tahun 2007 sebesar 3,97 miliar. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Pasaman Barat masih memiliki potensi peningkatan pajak dan retribusi daerah sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah untuk meningkatkan pembiayaan pembangunan. Indikasi ini perlu didukung dengan penggalian potensi pajak dan retribusi untuk hasil yang lebih optimal.

6. Berdasarkan data BPS, Jumlah usaha mikro di Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 25.295 unit atau 86,85% tahun 2006. Sementara jumlah usaha kecil di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2006

(15)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 15

berjumlah 3.716 unit atau 12,6% dan jumlah usaha menengah di Kabupaten Pasaman Barat berjumlah 117 unit usaha atau hanya 0,4% dari keseluruhan jumlah UMKM yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sebagian besar jenis usaha di Kabupaten Pasaman Barat masih berskala usaha mikro dan kecil dan masih sedikit yang berskala usaha menengah. 7. Mengacu pada konsep BPS (2006), tingkat kemiskinan di Pasaman

Barat mencapai 44,19%. Kecamatan dengan jumlah Rumah Tangga miskin terbanyak adalah di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie. Sementara menurut konsep BKKBN jumlah rumah tangga miskin terbanyak berada di kecamatan Koto Balingka dengan persentase rumah tangga miskin mencapai 57,15%. Rumah tangga miskin paling sedikit terdapat di Kecamatan Pasaman dengan persentase rumah tangga miskin mencapai 31,8%.

B. Tantangan

1. Tantangan yang dihadapi di bidang ekonomi saat ini adalah fluktuasi nilai tukar rupiah dan stabilitas perekonomian. Merosotnya nilai tukar rupiah ke depan dapat menggerus cadangan devisa yang berdampak pada berkurangnya ekspor. Tidak kalah pentingnya, sektor perbankan sebagai salah satu usaha jasa intermediasi pelaku usaha belum dapat memberikan stabilitas suku bunga pinjaman yang cukup stabil dan terjangkau pada tingkat usaha mikro dan kecil.

2. Dalam bidang pertanian, tantangan yang dihadapi adalah sangat terbatasnya lahan yang akan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Kondisi ini disebabkan semakin dibutuhkannya lahan pertanian namun di sisi lain tetap harus menjaga kelestarian hutan di Pasaman Barat. Penggunaan lahan di Pasaman Barat 34,65% digunakan sebagai kawasan hutan sementara 4,09 sawah irigasi dan 2,87% untuk sawah tadah hujan. Selanjutnya kegiatan

(16)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 16

pertanian lain seperti ladang menggunakan 1,94% dari total luas lahan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat dan 18,65% digunakan untuk perkebunan rakyat serta 18,18% untuk perkebunan besar.

3. Tantangan lainnya yang juga cukup serius dalam perekonomian di Pasaman Barat secara umum adalah relatif rendahnya daya saing produk di pasaran sebagai akibat dari kegiatan produksi yang kurang efisien sehingga harga jual di pasaran relatif tinggi. Faktor penyebab kurang efisiennya kegiatan produksi adalah karena relatif rendahnya produktivitas tenaga kerja, potensi sumber daya alam yang belum tergali dan relatif tinggi ongkos transportasi sebagai akibat dari kondisi geografis yang berbukit-bukit. Faktor lain yang juga menyebabkan relatif rendahnya daya saing produk daerah adalah karena mutu produk yang dihasilkan relatif rendah dan kurangnya penemuan produk baru, terutama disebabkan penggunaan teknologi yang masih tradisional serta belum berkembangnya kegiatan penelitian dan pengembangan pada dunia usaha terutama berkaitan dengan pertanian yang maju dan agrobisnis modern.

4. Propinsi Sumatra Barat menunjukkan indikasi bahwa kurang menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya baik itu Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kondisi ini tentu saja berimbas kepada kabupaten/kota sebagai bagian dari propinsi Sumatra Barat terutama Kabupaten Pasaman Barat. Propinsi Sumatra Barat berada di peringkat 19 dari 31 sebagai propinsi menurut rata-rata nilai investasi proyek PMDN yang disetujui pemerintah selama periode 2002-2007. Sedangkan dari sisi peringkat propinsi menurut rata-rata nilai investasi proyek PMA yang disetujui pemerintah selama periode 2002-2007 propinsi Sumatra Barat berada di peringkat 22 dari 31 propinsi. Sebaliknya propinsi tetangga seperti Riau berada di peringkat 5 untuk banyaknya nilai investasi PMDN

(17)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 17

dan peringkat ke-4 untuk banyaknya nilai investasi PMA. Demikian halnya dengan Propinsi Sumatra Utara berada pada posisi ke tujuh untuk banyaknya nilai investasi PMDN yang disetujui pemerintah dan posisi ke-11 untuk banyaknya nilai investasi PMA yang disetujui oleh pemerintah. Kurangnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Sumatra Barat memberikan tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat untuk lebih pro aktif mempromosikan daerahnya sebagai daerah tujuan investasi. Ini penting untu k dilakukan agar terjadi peningkatan produksi, konsumsi, daya saing, membuka lapangan kerja baru dan pengalihan teknologi dan inovasi yang lebih cepat.

C. POTENSI

1. Potensi perekonomian Pasaman Barat sebagian besar terletak pada sektor pertanian terutama subsektor perkebunan dan kelautan. Dimana untuk sub sektor perkebunan terutama komoditi perkebunan kelapa sawit, karet, cengkeh, kulit manis, cokelat, nilam, gardamunggu, pinang, jagung dan potensi perkebunan lainnya yang belum tergali atau belum dikembangkan. Potensi kelautan dari sisi nilai produksi cukup besar adalah ikan kerapu, pari, bawal, alu-alu, selar, kuwe, teri, kembung, tenggiri, layur, tuna, cakalang, tongkol, udang putih, udang dogol dan hiu. Potensi kelautan ini perlu dikembangkan dengan meningkatkan sarana dan prasarana alat tangkapan nelayan dan peningkatan keahlian nelayan dalam menggunakan alat-alat modern penangkapan ikan serta jaringan pemasaran yang akan dapat memberikan jaminan produksi yang stabil.

2. Produksi Pasaman Barat masih didominasi oleh komoditi pertanian yang sebahagian besar merupakan bahan mentah dan setengah jadi atau hasil olahannya. Kondisi ini memberikan potensi bagi Pasaman Barat untuk mengembangkan industri olahan dan

(18)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 18

manufaktur sehingga nilai tambah hasil produksi komoditi di Kabupaten Pasaman Barat dapat lebih baik.

3. Kabupaten Pasaman Barat sebagai jalur lintas menuju Propinsi Sumatra Utara berpotensi untuk memasarkan produksi dengan permintaan ke depan yang akan semakin meningkat. Perbaikan sarana jalan sebagai akses utama menuju Sumatra Utara mutlak dilakukan untuk mendukung kelancaran transportasi arus barang dan jasa ke propinsi Sumatra Utara. Untuk itu perlu kiranya peningkatan kerja sama dengan Kabupaten Mandailing Natal untuk meningkatkan sarana dan prasarana jalan ini.

4. Pasaman Barat memiliki potensi hutan, pegunungan yang sejuk dan panorama alam yang indah dan pantai yang juga tidak kalah indahnya. Potensi ini perlu ditindaklanjuti dengan mengembangkan potensi wisata alam gunung yang ramah lingkungan. Pengembangan penginapan dan sarana prasarana wisata pada Gunung Pasaman dapat menjadi dasar berkembangnya wisata alam di Pasaman Barat. Disamping itu juga diperlukan pemetaan potensi obyek wisata pantai dan pulau yang termasuk dalam wilayah pemerintah Kabupaten Pasaman Barat mengingat Pasaman Barat juga memiliki panjang pantai yang cukup baik. Dengan demikian Pariwisata akan memiliki multiplier

effect yang sangat besar bagi perekonomian. Oleh sebab itu

pariwisata sebagai potensi non migas dapat sebagai alternatif menopang perekonomian Kabupaten Pasaman Barat yang bertumpu pada kegiatan pertanian perkebunan dan kelautan serta dapat meningkatkan kegiatan perdagangan dan jasa.

5. Penduduk Pasaman Barat yang heterogen dan multi budaya menjadikan Pasaman Barat kaya akan potensi budaya yang beragam. Kesenian dan pertujukan kesenian daerah akan berkembang pesat seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Kabupaten Pasaman Barat. Disamping itu, pengembangan potensi budaya dapat meningkatkan proses

(19)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 19

asimilasi budaya di Pasaman Barat sehingga akan mengurangi dampak sosial di masyarakat.

2.1.4. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. KONDISI SAAT INI

1. Dari luas wilayah daratan Kabupaten Pasaman Barat 388.777 Ha, yang dijadikan sebagai lahan permanen hanya sekitar 3,53 % (13.710 Ha). Bagian wilayah lainnya sebagian digunakan untuk kegiatan pertanian,perkebunan,kehutanan dan kegiatan lainnya yang bersifat non – fisik. Dominasi penggunaan lahan yang cukup besar di kabupaten Pasaman Barat adalah Perkebunan Rakyat sebesar 159.965 Ha atau (41,15), sedangkan untuk penggunaan lahan di sektor kehutanan menduduki urutan kedua dengan luas berkisar 132.428 Ha atau (34,06 %). Dengan kondisi pemanfaatan lahan tersebut, maka Kabupaten Pasaman Barat dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya untuk kegiatan permukiman, budidaya pertanian maupun untuk sarana dan prasarana perkotaan.

2. Kabupaten Pasaman Barat memiliki banyak hutan yang dikategorikan dalam lima jenis peruntukan yaitu diantaranya untuk cagar alam dengan luas lahan sebesar 20.000. Peruntukan lainnya adalah hutan lindung dengan luas area 120.000 ha. Hutan produksi terbatas memiliki luas area sebesar 13.565 ha. peruntukan lainnya adalah hutan produksi, dimana luas areanya mencapai 18.600 ha

3. Pada sektor pertanian baru sekitar 60 % lahan sawah yang terjamin

irigasinya, walaupun irigasi tersebut belum seluruhnya irigasi teknis dan setengah teknis. Dengan kondisi irigasi tersebut IP (Indek Pertanian) padi di wilayah ini telah mencapai 256%,hal ini terlihat dari luas pertanaman pada musim hujan yang mencapai 16.425 ha (lebih dari 159% dari pertanaman musim kemarau) lahan sawah yang dapat diusahakan untuk menanam padi. Di samping

(20)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 20

lahan sawah irigasi, kabupaten Pasaman Barat juga memiliki potensi lahan sawah lebak sekitar 30.000 ha. Lahan sawah lebak adalah lahan rawa yang tergenang karena meluapnya sungai, sehingga pada saat mulai surut lahan rawa tersebut dapat diusahakan untuk tanaman padi maupun palawija. Disamping untuk pengembangan padi sawah, lahan rawa lebak juga potensial untuk pengembangan tanaman jeruk dan jagung komoditas palawija yang paling menonjol di wilayah ini adalah jagung. Total luas pertanaman jagung di Kabupaten Pasaman Barat adalah 17.326,5 ha dengan sentra produksi di tiga Kecamatan yaitu kecamatan Kinali, Pasaman, dan luhak nan Duo. Komoditas holtikultura yang perkembangannya menonjol di wilayah kabupaten Pasaman Barat yaitu jeruk, salak dan Alpukat. Luas Pertanaman jeruk di wilayah ini telah mencapai 2.505 ha. Pertanaman jeruk dikembangkan baik di lahan kering, maupun sawah lebak.

Tabel 2.1.

Produksi dan Produktivitas Jagung di Pasaman Barat, Menurut Kecamatan Tahun 2006

No Kecamatan Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha) 1 Sungai Beremas 223 1.120,0 5,02 2 Ranah Batahan 182 716,8 3,94 3 Koto Balingka 369 1.008,0 2,73 4 Sungai Aua 357 1.209,0 3,39 5 Lembah Melintang 280 1.164,8 4,16 6 Gunung Tuleh 420 2.352,0 5,60 7 Talamau 301 1.685,0 5,60 8 Pasaman 6.825 38.220,0 5,60

9 Luhak Nan Duo 4.590 25.704,0 5,60 10 Sasak Ranah Pasisie 951 4.312,0 4,53

11 Kinali 13.392 74.995,2 5,60

Sumber : Pasaman Dalam Angka, Tahun 2007

4. Kabupaten Pasaman Barat sangat potensial untuk pengembangan perkebunan dengan kondisi lahan dan agroklimat yang cukup sesuai ataupun sesuai marginal untuk beberapa komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang telah dikembangkan

(21)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 21

antara lain kelapa sawit, kakao, kopi, karet dan nilam Perkebunan kelapa sawit merupakan pertanaman yang luas diusahakan mencapai 145.068 ha. Komoditas karet juga diusahakan cukup luas sebagai perkebunan rakyat yaitu mencapai luasan sekitar 18.890 ha. Berdasarkan data ekspose Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Pasaman Barat tahun 2005, luas perkebunan kelapa sawit diwilayah ini telah mencapai 145.068 ha dan sebagian besar (134.419 ha) telah berproduksi (TM). Perkebunan kelapa sawit ini tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat. Pada saat ini telah terdapat 13 perusahaan insvestor yang mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat yang sebagian juga telah mengembangkan kebun plasma. 5. komoditi unggulan untuk Peternakan dan Perikanan Air Tawar di

Pasaman Barat meliputi Sapi yang pada tahun 2005 produksinya mencapai 12.108 Ekor, Ayam 170 Ekor, Ikan Sawah 151,2 Ton, Ikan Kolam 150,4 Ton serta Ikan Keramba yang baru mencapai 40,3 Ton.

Tabel 2.2.

Nilai Produksi dan Kontribusi Komoditi Unggulan Peternakan dan Perikanan Air Tawar Per Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2006 (Ekor, Ton dan %)

N o Kecamatan Komoditi Unggulan Sapi (Ekor) % Ayam (Ekor ) % Ikan Sawah (Ton) % Ikan Kolam (Ton) % Ikan Keramba (Ton) % 1 Sungai Beremas 6.00 0.05 4290 25.2 - 0.00 1.40 0.93 0.00 2 Ranah Batahan 876.0 7.23 7004. 4.12 - 0.00 6.60 4.39 7.20 17.8 3 Koto Balingka 86.00 0.71 5853. 3.44 - 0.00 4.00 2.66 4.30 10.6 4 Lembah 83.00 0.69 4583. 2.69 1.40 0.93 6.80 4.52 0.00 5 Sungai Aur 122.0 1.01 1052 6.18 - 0.00 1.60 1.06 0.00 6 Gnung Tuleh 386.0 3.19 9592. 5.64 - 0.00 4.40 2.93 0.00 7 Pasaman 1648. 13.6 1273 7.49 - 0.00 23.20 15.4 7.20 17.8 8 Sasak R.Pasisie 1078. 8.90 3022. 1.78 - 0.00 1.10 0.73 0.00 9 Luhak nan Duo 1780. 14.7 1231 7.24 - 0.00 6.80 4.52 10.80 26.8

10 Kinali 5408. 44.6 3090 18.1 - 0.00 8.90 5.92 5.40 13.4

11 Talamau 635.0 5.24 3067 18.0 149. 99.0 85.60 56.9 5.40 13.4

JUMLAH 12108 100. 1701 100. 151. 100. 150.4 100. 40.3 100.

(22)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 22

6. Komoditi Ikan Sawah, hanya dihasilkan oleh dua kecamatan yang ada di Pasaman Barat. Produksi terbesar disumbangkan oleh Kecamatan Talamau dengan memberikan kontribusi mencapai hingga 99,07% dari total produksi Pasaman Barat diikuti oleh Kecamatan Lembah Melintang 0,93% dan Kecamatan lainnya belum ada memproduksi. Untuk komoditi Ikan Keramba, memiliki potensi untuk berkembang dan memiliki potensi yang cukup besar, karena Pasaman Barat memiliki banyak sungai. Produksi komoditi ini terpusat hanya pada 6 kecamatan. Produksi terbesar tahun 2005 disumbangkan oleh Kecamatan Luhak nan Duo hingga 26,80%, diikuti oleh Kecamatan Pasaman dan Kecamatan Ranah Batahan yaitu masing-masing 17,87% Kecamatan lainnya rata-rata masih berproduksi 10%-13%. Hal ini merupakan suatu kondisi yang menyatakan Ikan Keramba masih merupakan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.

Tabel 2.3.

Nilai Produksi dan Kontribusi Komoditi Unggulan

Perikanan Laut Per Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2006 (Ton dan %)

No Kecamatan

Komoditi Unggulan

Tenggiri Tuna Tongkol Cakalang Selar Kembung Alu-Alu (Tete) Teri 1 Sei Beremas 327,0 281,0 215,3 353,0 380,0 383,0 349,0 434,0 2 Koto Balingka 25,0 2,1 24,0 13,5 25,0 42,5 17,0 5,70 3 Sei Aur 24,0 1,7 28,0 11,5 32,0 25,5 12,0 58,0 4 Sasak R.Pasisie 154,0 95,0 189,0 79,7 237,0 245,0 184,0 254,0 5 Kinali 33,0 3,2 45,0 16,2 45,0 37,0 26,5 7,6 JUMLAH 563,0 383,0 501,3 473,9 719,0 732,5 7,6 759,3 Sumber: Pasaman Barat Dalam Angka 2007

B. TANTANGAN

1. Produksi perikanan di Kabupaten Pasaman Barat dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana puncaknya terjadi pada

(23)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 23

tahun 2005. Tantangan ke depan yang patut mendapatkan perhatian adalah menjaga ketersediaan pakan alami dan kontrol terhadap kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan secara terus menerus tanpa adanya restocking (penebaran bibit ikan kembali) sehingga menyebabkan potensi sumber daya perikanan akan menurun.

2. Harga pakan yang selalu berfluktuasi dan masalah pemasaran hasil produksi merupakan tantangan yang perlu diantisipasi.

3. Perkembangan produksi hasil perkebunan yang meningkat dari tahun ke tahun menjadi tantangan untuk mencari pasar yang layak untuk meningkatkan pendapatan petani.

4. Di sektor kehutanan, konversi lahan dan perambahan hutan baik oleh rakyat maupun swasta menjadi ancaman serius di masa mendatang, karena keberadaan hutan ini akan menjaga keseimbangan lingkungan di masa sekarang dan akan datang. 5. Kerusakan lingkungan hidup akibat orientasi ekonomi yang lebih

besar dari pada kelestarian hutan akan menyebabkan berkurangnya sumber air, pangan , energi dan memperbesar peluang terjadinya bencana alam yang akan sangat merugikan pada perekonomian. Pada jangkauan yang lebih luas wilayah hutan di Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu atau bagian penyangga iklim global

C. POTENSI

1. Di sektor peternakan, Kabupaten Pasaman Barat memiliki komoditas berupa daging dan telur. Beberapa tahun terakhir produksi dari komoditas tersebut mengalami fluktuasi, namun dengan pembinaan yang intensif, sektor peternakan memiliki potensi yang besar untuk peningkatan produksinya.

2. Kawasan pesisir dan laut Pasaman Barat mempunyai potensi perikanan laut yang relatif besar yang belum termanfaatkan dengan tingkat optimal untuk kelestarian. Di pihak lain terumbu

(24)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 24

karang yang menjadi komponen habitat ikan laut ternyata kerusakannya juga cukup mengkhawatirkan. Ini artinya, peluang untuk meningkatkan kegiatan ekonomi daerah melalui sektor perikanan laut masih terbuka dan pada saat bersamaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut juga perlu mendapat perhatian.

3. Pada kawasan dataran rendah yang sudah dikembangkan namun masih punya potensi untuk pengembangan perkebunan dan kegiatan industri pengolahannya serta kegiatan perekonomian secara maksimal lainnya seperti peternakan.

4. Pasaman Barat juga ditemukan berbagai bahan tambang seperti bahan galian C, emas dan granit. Bahan-bahan tambang tersebut sebahagiannya ditemukan di kawasan hutan lindung atau cagar alam. Kegiatan-kegiatan penambangan atau pengambilan berbagai sumber daya mineral itu selain memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, dapat juga menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi hutan lingkungan hidup. Lebih-lebih lagi jika kegiatan pengambilan sumber daya tersebut dilakukan oleh penduduk tanpa izin dari instansi pemerintah yang berwenang, sehingga kegiatan tersebut sulit dikontrol.

2.1.5. SUMBER DAYA MANUSIA A. KONDISI SAAT INI

1. Jumlah penduduk Kabupaten Pasaman Barat akhir Tahun 2005 tercatat sebanyak 336.003 orang yang terdiri dari 169.449 orang laki-laki dan 166.554 orang perempuan. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada Tahun 2004 tercatat sebanyak 320,559 orang yang terdiri dari 161.567 orang laki-laki dan 158.992 orang perempuan, mengalami sedikit kenaikan sebesar 4,82%. Jika dilihat dari tingkat kepadatan penduduk rata-rata, Kecamatan Pasaman memiliki kepadatan penduduk tertinggi 182 jiwa/Km2. kemudian disusul oleh Kecamatan Kinali 136 jiwa/Km2.

(25)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 25

2. Bila dilihat pola laju perkembangan penduduk Kabupaten Pasaman Barat dari Tahun 2001 hingga tahun 2005, terlihat tren perkembangan penduduk cenderung berpola linier. Dari data dibawah ini pola peningkatan penduduk selama 5 tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,27 % akan tetapi apabila dilihat pada tahun 2003 kecenderungan ada peningkatan yang tinggi.

Tabel 2.4.

Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Pasaman Barat, Tahun 2001-2005

No Tahun Jumlah

Penduduk Laki-laki Perempuan

1 2001 294.745 148.175 146.570 2 2002 316.717 159.546 157.171 3 2003 320.559 161.567 158.992 4 2004 328.655 165.743 162.912 5 2005 336.003 169.449 166.554 Sumber : Pasaman Barat Dalam Angka, 2006

Sumber : Pasaman Barat Dalam Angka, 2006

-30.000 -20.000 -10.000 0 10.000 20.000 30.000 0- 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 - 74 75 + Laki-laki Perempuan

(26)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 26

3. Hasil perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP, BPS dan BAPPENAS pada tahun 2006 untuk nilai 2004-2005 (lihat gambar 4.1 dan tabel 4.1) menunjukkan bahwa :

a. Nilai IPM Kabupaten Pasaman Barat tahun 2004 sebesar 66,1

b. Nilai IPM Kabupaten Pasaman Barat tahun 2005 sebesar 67,1

c. Peringkat IPM Kabupaten Pasaman Barat pada level nasional berada pada posisi 305 pada tahun 2004 dan naik pada posisi 296 pada tahun 2005

d. Sedangkan secara regional untuk tingkat Propinsi Sumatra Barat berada pada peringkat 15 dari 19 daerah Kabupaten/Kota di Sumatra Barat pada tahun 2004 dan turun menjadi peringat 16 pada tahun 2005

e. Dilihat perkembangan (nilai shortfall) menunjukan dari tahun 2004-2005 terjadi peningkatan sebesar 2,66 point dari nilai IPM Kabupaten Pasaman Barat.

Sumber : UNDP, BPS, BAPPENAS (2006)

Gambar 2. : Perkembangan IPM Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, Tahun 2004-2005 66,1 67,0 56,0 58,0 60,0 62,0 64,0 66,0 68,0 70,0 72,0 74,0 76,0 78,0 Kep Men taw ai Pesi sir S elat an Solo k Saw ahlu nto/ Sjj Tana h D atar Pdg Paria man Agam Lim apul uh K oto Pasa man Solo k Se lata n Dha rmas Ry Pasa man Brt Kota Pad ang Kota Sol ok Kota Saw ahlu nto Kota Pdg Pjg Kota Buk it Tg . Kota Pyk Kota Par iam an IPM 2004 IPM 2005

(27)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 27

Tabel 2.5.

Peringkat IPM dan Nilai Shortfall Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, Nasional dan Regional, Tahun 2004-2005

Kabupaten/Kota Peringkat Nasional Peringkat Regional Shortfall

2004 2005 2004 2005 2004-05 Kep Mentawai 270 281 14 14 1,46 Pesisir Selatan 257 240 13 12 3,37 Solok 238 242 12 13 2,09 Sawahlunto/Sjj 314 292 16 15 3,70 Tanah Datar 112 108 7 7 2,45 Pdg Pariaman 222 217 11 11 2,59 Agam 130 133 9 9 2,04 Limapuluh Koto 216 225 10 12 2,06 Pasaman 224 181 12 10 5,54 Solok Selatan 343 345 17 17 2,05 Dharmas Ry 379 382 18 18 2,12 Pasaman Brt 305 296 15 16 2,66 Kota Padang 9 10 1 1 1,95 Kota Solok 65 65 6 5 2,15 Kota Sawahlunto 60 74 5 6 0,46 Kota Pdg Pjg 10 17 2 3 0,68 Kota Bukit Tg. 13 15 3 2 1,48 Kota Pyk 54 61 4 4 0,82 Kota Pariaman 117 122 8 8 2,15

Sumber : UNDP, BPS, BAPPENAS (2006)

Dari data dan uraian diatas menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Pasaman Barat masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Begitu juga untuk regional, pembangunan manusia di Kabupaten Pasaman Barat belum menjadi landasan dasar dalam kebijakan pembangunan daerah.

4. Bila dilihat dari data perkembangan angka harapan hidup di Kabupaten Pasaman Barat menunjukan indikasi yang buruk

(28)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 28

dibanding pencapaian daerah lain di Sumatra Barat. Pada tahun 2004 angka harapan hidup Kabupaten Pasaman Barat baru mencapai 63,35 tahun dan naik sebesar 0,42 tahun pada tahun 2005. Bila dilihat pada gambar 4.2. dibawah ini menunjukkan bahwa pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Pasaman Barat masih jauh tertinggal dibanding kabupaten/kota lain di Sumatra Barat.

Sumber : UNDP, BPS, BAPPENAS (2006)

Gambar 3 : Perkembangan Angka Harapan Hidup

Kabupaten/Kota di Sumatra Barat, Tahun 2004-2005

5. Untuk komponen angka melek huruf, pencapaian untuk Kabupaten Pasaman Barat dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lain di Sumatra Barat menunjukkan pencapaian yang lebih baik. Berada diatas Kabupaten Dhamasraya, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Padang Pariaman. Pencapaian ini dilihat dari sejarah pendidikan di Minangkabau, memang sejak dulu daerah-daerah di Kabupaten Pasaman Barat termasuk pelopor dalam pendidikan seperti daerah Talu, Ujung Gading, Air Bangis dan beberapa

63,35 63,77 58 60 62 64 66 68 70 72 Kep Men taw ai Pes isir Sela tan Sol ok Saw ahl unto /Sjj Tan ah D ata r Pdg Par iam an Aga m Lim apul uh K oto Pas am an Sol ok S ela tan Dha rmas Ry Pas aman Brt Kot a P adan g Kot a S olok Kot a S awah lunt o Kot a P dg P jg Kot a B ukit Tg. Kot a P yk Kot a P aria man AHH 2004 AHH 2005

(29)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 29

daerah lain. Sehingga budaya pendidikan tersebut berkembang dengan baik sampai saat ini.

Sumber : UNDP, BPS, BAPPENAS (2006)

Gambar 4 : Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, Tahun 2004-2005

6. Komponen ekonomi yang dihitung dari daya beli masyarakat (purchasing power parity) menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pencapaian kinerja ekonomi daerah. Dari data menunjukkan bahwa daya beli masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat masih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Propinsi Sumatera Barat. Dimana pada tahun 2004 sebesar Rp.599.500 menjadi Rp. 605.400 pada tahun 2005. Rendahnya komponen ekonomi di Kabupaten Pasaman Barat disebabkan masih lemahnya sarana dan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi. Masih terdapat 53 daerah yang masih terdisolir. Indikasi tersebut menyebabkan ketimpangan ekonomi antar daerah.

95,1 95,7 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 Kep Men taw ai Pesi sir S ela tan Solo k Saw ahlu nto/ Sjj Tan ah D atar Pdg Par iam an Aga m Lim apul uh K oto Pasa man Sol ok S elat an Dha rmas Ry Pasa man Brt Kota Pad ang Kot a So lok Kota Saw ahlu nto Kota Pdg Pjg Kot a B ukit Tg. Kota Pyk Kota Par iam an AMH 2004 AMH 2005

(30)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 30

B. TANTANGAN

1. Tantangan utama pelayanan kesehatan dasar adalah bagaimana meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan serta partisipasi masyarakat terhadap penyediaan pelayanan kesehatan. Namun bagian yang tersulitnya adalah masih ditemukan wilayah yang relatif sulit untuk dijangkau dalam setiap bentuk pelayanan yang diberikan.

2. Tantangan lainnya dalam meningkatkan kualitas kesehatan adalah bila sistem pelayanan kesehatan ditingkatkan melalui perluasan pengembangan Puskesmas dan Bidan Desa dengan fasilitas yang lebih memadai maka ke depan akan berindikasi terhadap pencapaian Angka Harapan Hidup.

3. Pelayanan Puskesmas diarahkan pada pelayanan pada tingkat penyakit yang dapat menyebabkan kematian seperti ISPA, gizi dan penyakit menular lainnya.

4. Masih tingginya angka masyarakat yang kekurangan gizi yang menandai diare.

5. Masih rendahnya angka IPM di daerah Kabupaten Pasaman Barat, dimana pada tahun 2005 berada pada peringkat 16 dari 19 kabupaten/kota di Sumatra Barat.

6. Tantangan utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, pemerataan sekolah, penambahan guru untuk daerah terpencil yang sulit diakses serta pemerataan kualitas tenaga pendidik di sekolah-sekolah . Ini baru persoalan kuantitas belum lagi persoalan kualitas yang lebih diarahkan terhadap mutu dari pendidikan. 7. Semakin bervariasinya kebutuhan akan keterampilan kerja

merupakan tantangan baru dari persoalan ketenagakerjaan yang perlu diatasi. Saat bersamaan semakin besarnya arus mobilitas tenaga kerja baik masuk dan ke luar dari kabupaten ini, khususnya yang memiliki pendidikan menengah dan tinggi. Selain dari

(31)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 31

keterampilan kerja, diperlukan pula peningkatan produktivitas tenaga kerja.

8. Rendahnya daya saing tenaga kerja, juga menjadikan tantangan tersendiri. Hal ini juga diiringi oleh belum sesuainya ketersediaan lapangan kerja yang memadai dengan jumlah penduduk usia produktif

9. Pengembangan usaha kecil dan menengah masih banyak menghadapi kendala internal seperti permodalan dan kendala eksternal seperti informasi pasar, sementara itu penduduk Kabupaten Pasaman Barat banyak bergerak pada sektor ini.

10.Belum adanya keterkaitan yang kuat antara pendidikan dan upaya pengembangan potensi ekonomi lokal.

C. POTENSI

1. Karakteristik masyarakat yang terbuka, dinamis dan agamis merupakan modal dasar dalam pembangunan sumber daya manusia.

2. Meningkatnya kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kesakitan dan kematian, serta peningkatan kualitas program keluarga berencana.

3. Meningkatnya budaya masyarakat untuk berperilaku hidup sehat secara mandiri, agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.

4. Makin terbukanya kewenangan daerah untuk melakukan kerja sama antar daerah dalam penanganan masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial yang diiringi oleh meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyediaan prasarana kesehatan melalui program kemitraan.

5. Semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang tercermin dari besarnya minat masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang diiringi dengan cukup banyak tersedianya

(32)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 32

kelembagaan pendidikan mulai dari usia dini sampai dengan perguruan tinggi serta adanya kemauan dan komitmen yang tinggi dari lembaga swasta dan yayasan untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan.

6. Semakin meningkatnya kualitas penyelenggaraan pendidikan melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan mutu keluaran pendidikan yang diiringi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam bidang pendidikan

7. Tingginya permintaan tenaga kerja dan berkembangnya berbagai pusat pertumbuhan ekonomi, menyebabkan tingginya kebutuhan akan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja terampil dan profesional.

8. Makin meningkatnya masyarakat Pasaman Barat untuk memiliki dan meningkatkan jiwa wirausaha, khususnya pada sektor perdagangan dan jasa.

9. Demikian juga, semakin tingginya pendidikan wanita menyebabkan semakin banyaknya tersedia wanita yang lebih terampil, dan merupakan potensi untuk meningkatkan eksistensi dan pengembangan ekonomi.

10. Cukup banyak tersedia sumber daya manusia dari angkatan kerja di berbagai lapangan pekerjaan.

11. Terbukanya peluang kerja sama antar daerah dan antar negara dalam bidang ketenagakerjaan (AKAD dan AKAN)

2.1.6. PRASARANA DAN SARANA A. Kondisi Saat Ini

1. Secara umum sarana dan prasarana transportasi darat belum optimal, ketersediaan jalan di wilayah Kabupaten Pasaman Barat untuk panjang jalan Negara tidak ada yang melintasi di Kabupaten Pasaman Barat. Sedangkan panjang jalan Provinsi yang melintasi 7 wilayah Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat adalah 156 Km.

(33)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 33

Panjang Jalan Kabupaten sampai tahun 2004 tercatat 645,8 Km dengan kondisi baik hanya 188,40 Km.

2. Dalam hal sumber energi, Pasaman Barat memiliki sumber energi lainnya yang dapat dikembangkan di masa mendatang untuk pembangkit tenaga listrik. Sistem Prasarana Energi Kabupaten Pasaman Barat merupakan hasil pemadu serasian antara pemanfaatan energi listrik, pemanfaatan sumberdaya air dan pengembangan pemanfaatan energi matahari (solar energy)

3. Pola penanganan sampah yang dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat saat ini sebagian besar adalah pola individual tidak langsung, dimana sampah dari masing-masing rumah tangga di kumpulkan lalu dibakar atau dibuang ke suatu tempat atau lubang. Menilik kondisi yang ada di Kabupaten Pasaman Barat bahwa permasalahan sampah belum terpikirkan oleh masyarakat Pasaman Barat, mengingat lahan yang cukup luas yang masih dimiliki di Kabupaten Pasaman Barat. Sampai saat ini Kabupaten Pasaman Barat masih belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) termasuk juga belum memiliki badan pengelola persampahan. Total timbunan sampah Kabupaten Pasaman Barat saat ini (2005) sebesar 902,80 m3

4. Wilayah pelayanan listrik Kabupaten Pasaman Barat belum seluruhnya mencakup wilayah Kabupaten Pasaman Barat, tingkat pelayanan listrik saat ini mencapai 20.978 Pelanggan (19.950 rumah tangga, bisnis, 359 sosial, 610 kantor 59). Sumber tenaga listrik yang melayani wilayah Kabupaten Pasaman Barat berasal dari berbagai pembangkit dengan menggunakan sistem interkoneksi

5. Pertimbangan potensi Perikanan dan Kelautan yang sangat tinggi di Kabupaten Pasaman Barat maka untuk pengembangan Pelabuhan di wilayah Kabupaten Pasaman Barat karena letaknya yang relatif jauh dari Pelabuhan terdekat (Teluk Bayur), maka

(34)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 34

pembangunan sarana pelabuhan laut Air Bangis perlu dilakukan dengan dukungan sarana dan prasarana yang cukup.

6. Sebagai daerah yang berada dalam lintasan bencana gempa bumi dan dikelilingi oleh perbukitan, sebagian jalan berada di kawasan rawan longsor dan bencana alam. Oleh karena itu tingkat kerusakan jalan karena bencana alam frekuensinya cukup tinggi disamping kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian manusia berupa tonase sarana angkutan yang melebihi kapasitas jalan. 7. Pengelolaan air limbah di Kabupaten Pasaman Barat hingga saat

ini masih bersifat individual dengan sistem setempat (on site

system) menggunakan cubluk dan septic tank, yang secara

periodik perlu dilakukan penyedotan lumpurnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas jamban yang layak diperkirakan sebanyak 90% dari total penduduk, baik yang dilengkapi septik tank maupun berupa cubluk. Sedangkan sisanya sebagian besar masih memanfaatkan badan air sebagai tempat pembuangan limbahnya. Pengeluaran air limbah total (rumah tangga, fasilitas sosial, perdagangan dan jasa, perdagangan dan jasa, industri rumah tangga) saat ini (2005) Kabupaten Pasaman Barat adalah sebanyak 32,936,947 liter.

8. Masyarakat Kabupaten Pasaman Barat hanya sebagian kecil yang dapat menikmati pelayanan air bersih melalui BPAM Kabupaten Pasaman Barat. Jumlah penduduk yang dilayani BPAM masih sangat kecil yaitu 5,6 % atau 17.700 jiwa dari jumlah penduduk Kabupaten Pasaman Barat 316.717 jiwa dengan jumlah sambungan 2.029 SR. Sedangkan sisanya masih memanfaatkan air tanah dangkal yang umumnya dari segi kuantitas dan kualitas untuk sementara masih cukup memadai.

9. Wilayah Kabupaten Pasaman Barat telah dilayani berbagai jaringan telekomunikasi, baik, jaringan telepon otomat, jaringan telepon seluler dan radio komunikasi. Jumlah Satuan Sambungan

(35)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 35

Telepon (SST) yang terdapat di Kabupaten Pasaman Barat (2.532 saluran).

B. TANTANGAN

1. Belum optimalnya ketersediaan sarana dam prasarana transportasi baik darat maupun laut di Kabupaten Pasaman Barat.

2. Tantangan dalam pengembangan sarana transportasi laut sebagai sarana transportasi dalam mengangkut hasil pertanian dan perkebunan serta industri keluar Kabupaten Pasaman Barat.

3. Tingkat kerusakan jalan karena bencana alam frekuensinya cukup tinggi disamping kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian manusia berupa tonase sarana angkutan yang melebihi kapasitas jalan.

4. Tantangan bagi kabupaten Pasaman Barat sehubungan dengan pengelolaan sampah adalah belum tersedianya Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) yang memadai dan belum memiliki badan pengelola persampahan.

5. Peningkatan kebutuhan terhadap tenaga listrik merupakan tantangan yang aktual. Di samping itu pembangkit listrik tenaga air debitnya semakin turun seiring dengan menurunnya kualitas lingkungan, terutama penebangan hutan yang menyebabkan menurunnya kandungan air tanah. Di samping itu diperlukan sumber energi listrik baru seperti pembangkit listrik tenaga uap, laut dan solar energy

6. Saat ini wilayah perdesaan masih banyak merupakan belum mendapatkan arus listrik hal ini menyebabkan proses produksi di perdesaan belum berjalan dengan baik. Di samping itu tegangan listrik yang masih rendah di sebagian wilayah perdesaan juga merupakan tantangan yang dihadapi dalam memecahkan masalah kelistrikan desa.

(36)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 36

7. Tantangan dalam pengelolaan air limbah Kabupaten Pasaman Barat yang belum optimal, pengelolaan masih dilakukan secara individual.

8. Tantangan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Pasaman Barat adalah meningkatnya volume yang dibutuhkan, sementara itu tidak semua desa di kabupaten Pasaman Barat mempunyai sumber air bersih sesuai dengan kebutuhan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan kerja sama antar daerah dalam melaksanakan sinergi dalam pengembangan fasilitas air bersih.

9. Tantangan dalam penyaluran saluran telepon ke seluruh wilayah Pasaman Barat, mengingat pertumbuhan pengguna jasa telekomunikasi di Kabupaten Pasaman Barat.

C. POTENSI

1. Potensi pengembangan prasarana transportasi berupa jalan darat masih tersedia berupa lahan untuk pembangunan ruas jalan yang baru.

2. Potensi pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan laut Air Bangis untuk menjadi salah satu pelabuhan nasional. Potensi pengembangan prasarana dan sarana pelabuhan laut perlu dilakukan mengingat semakin meningkatnya volume transportasi barang terutama hasil pertanian dan perkebunan.

3. Potensi dalam perbaikan berbagai fasilitas fisik dan infrastruktur lainnya sehubungan dengan daerah Kabupaten Pasaman Barat berada di daerah rawan bencana alam.

4. Potensi dalam pengelolaan dan penanganan sampah yang lebih efektif dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam pengelolaan sampah.

5. Potensi energi listrik di Pasaman Barat terutama berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Namun demikian masih

(37)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 37

terdapat potensi lainnya yang bisa dikembangkan, seperti tenaga surya, uap, ombak, panas bumi dan lain-lain. Diperkirakan ke depan, Pasaman Barat masih mempunyai potensi yang cukup dalam pengadaan energi listrik. Pemanfaatan potensi sumber daya energi alternatif seperti panas bumi akan dapat meningkatkan jumlah desa yang dialiri listrik dengan pemanfaatan teknologi tepat guna yang telah tersedia saat ini.

6. Potensi dalam pelayanan kelistrikan seiring dengan pertumbuhan pengguna jasa kelistrikan di Pasaman Barat.

7. Potensi pengolahan air limbah yang dilakukan dengan jalan mengoptimalkannya melalui pengadaan sarana penampungan. Di samping itu, pengolahan pada tahap berikutnya dapat dioptimalkan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna.

8. Potensi air bersih di Kabupaten Pasaman Barat masih tersedia di beberapa wilayah. Walaupun sebagian wilayah tidak memiliki sumber daya air bersih yang cukup untuk kebutuhan kotanya, namun dengan kerja sama dengan kabupaten tetangga kebutuhan ini dapat dipenuhi. Selain itu hal yang diperlukan adalah mekanisme kerja sama antar daerah sehingga terdapat sinergi dalam pengembangan wilayah. Konsep pengembangan wilayah lintas kabupaten dan kota mempunyai potensi untuk menciptakan sinergi antar kabupaten dan kota.

9. Potensi pengembangan jaringan telekomunikasi, hal ini didukung dengan banyak perusahaan operator seluler yang melakukan penetrasi pasar termasuk ke wilayah Kabupaten Pasaman Barat.

2.1.7. TATA RUANG DAN PEMBANGUNAN WILAYAH A. KONDISI SAAT INI

1. Pengembangan kawasan di Kabupaten Pasaman Barat dibagi menjadi dua, yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan budi daya.

(38)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 38

Adapun kriteria Kawasan Lindung diatur sesuai dengan Keppres No. 32 Tahun 1990 dan Keppres No. 57 Tahun 1989

2. Di sistem pusat-pusat kegiatan yang direncanakan, Simpang Empat sebagai Ibukota Kabupaten Pasaman Barat (pasal. 12, UU No. 38/2003) telah ditetapkan menjadi salah satu pusat kegiatan di Sumatra Barat, yaitu sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

3. Dari luas wilayah daratan Kabupaten Pasaman Barat 388.777 Ha, yang dijadikan sebagai lahan terbangun hanya sekitar 3,53 % (13.710 Ha). Bagian wilayah lainnya sebagian digunakan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, dan kegiatan lainnya yang bersifat non fisik.

4. Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung dilakukan pada kawasan yang selama ini telah ditetapkan sebagai hutan lindung di Kabupaten Pasaman Barat dengan Luas keseluruhan 92.894.43Ha dengan penyebaran Talamau (46 Ha), Gunung Tuleh (29.212,29 Ha), Ranah Batahan (1.126,15 Ha), Sei Beremas (1.877,82 Ha), Koto Balingka (2.570,82 Ha), Kawasan Pantai (4.033,65 Ha), Pasaman (31.810,54 Ha), Kajai-Jambak Labuhan Lurus-Kinali (17.664,44 Ha), Silaping-Air Bangis (6.502,47 Ha), Kinali-Kp. Baru Cubadak (4.870,73 Ha)

5. Dominasi penggunaan lahan yang cukup besar di kabupaten Pasaman Barat adalah Perkebunan Rakyat sebesar 166.126 Ha atau (42,73%), sedangkan untuk penggunaan lahan di sektor kehutanan menduduki urutan kedua dengan luas berkisar 99.455 Ha atau (25,58 %). Dengan kondisi pemanfaatan lahan tersebut, maka Kabupaten Pasaman Barat dapat dikembangkan sebagai kawasan budi daya untuk kegiatan permukiman, budi daya pertanian maupun untuk sarana dan prasarana perkotaan.

6. Kawasan pertanian dalam arti luas di Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan baik darat maupun laut. Kawasan ini perlu untuk diperhatikan mengingat Secara keseluruhan pada

(39)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025 39

tahun 2004, semua sektor mengalami pertumbuhan positif di Kabupaten Pasaman Barat, namun pertumbuhan sektor pertanian di atas nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten Pasaman Barat tahun 2004 sebesar (5,95%). Jika dilihat secara sub sektoral pada sektor pertanian, sub sektor tanaman pangan dan hortikultura mempunyai nilai pertumbuhan yang paling rendah yaitu sebesar 5,08% pada tahun 2004. Sub sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sub sektor tanaman perkebunan sebesar 11,22% sedangkan untuk sub sektor peternakan sebesar 5,56%, kehutanan sebesar 6,91% dan perikanan sebesar 4,75% 7. Wilayah Kabupaten Pasaman Barat yang memiliki sebelas

kecamatan, sebenarnya mempunyai tingkat pengembangan kawasan pariwisata yang berbeda satu sama lain. Kawasan pariwisata Kabupaten Pasaman Barat saat ini dibagi menjadi tiga yaitu; kawasan wisata alam, kawasan wisata budaya dan kawasan wisata bahari.

8. Sistem kawasan pemukiman penduduk Kabupaten Pasaman Barat saat ini diupayakan agar tidak dikembangkan ke arah timur ke daerah Pegunungan Bukit Barisan, mengingat areal ini harus dijadikan pelindung (buffer) untuk kelestarian lingkungan. Areal ini sebaiknya dijadikan wilayah Kawasan Lindung, sebagai basis sumber daya air dan daerah resapan air di wilayah hulu sungai.

B. TANTANGAN

1. Tantangan dalam pengembangan kawasan hutan lindung dan kawasan budi daya Kabupaten Pasaman Barat ke depan.

2. Tantangan dalam pengembangan Simpang Empat sebagai Pusat Pengembangan Kegiatan Lokal

3. Tantangan dalam hal pengoptimalan penggunaan lahan baik untuk kawasan budi daya maupun kawasan lindung

4. Keterbatasan lahan untuk pembangunan di Kabupaten Pasaman Barat menyebabkan kawasan lindung terancam untuk

Gambar

Gambar  2.  :  Perkembangan  IPM  Kabupaten/Kota  di  Sumatera  Barat, Tahun 2004-2005  66,1 67,056,058,060,062,064,066,068,070,072,074,076,078,0Kep MentawaiPesisir SelatanSolokSawahlunto/SjjTanah DatarPdg PariamanAgamLimapuluh KotoPasamanSolok SelatanDhar
Gambar  3  :  Perkembangan  Angka  Harapan  Hidup  Kabupaten/Kota  di  Sumatra  Barat,  Tahun   2004-2005
Gambar  4  :  Perkembangan  Angka  Melek  Huruf  Kabupaten/Kota  di  Sumatera Barat, Tahun 2004-2005

Referensi

Dokumen terkait

Penstrukturan Kursus Citra yang dilaksanakan ini dapat menambahbaik sistem penyampaian universiti dalam melengkapkan pendidikan pelajar bagi melahirkan graduan

Dimensi empathy (empati) dapat dilihat dari keramahan pegawai dalam proses layanan kesehatan dan kemudahan untuk dihubungi oleh masyarakat dalam

Pengendalian pemanfaatan ruang kota pada umumnya dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Rote Ndao Nomor

Mahasiswa menjawab semua pertanyaan tentang reaksi kualitatif anorganik yang terdapat dalam diktat petunjuk praktikum3. Yogyakarta, Juni 2013 Dosen Pengampu

a. Pengembangan instrumen tes ketepatan passing bawah jarak pendek pada pemain sepakbola ini dengan jarak bervariasi setiap sasarannya, yaitu antara 9 meter, 12 meter,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok penjualan sebagai dasar menentukan harga jual produk dalam menentukan laba pada satu periode pada

• Proses akulturasi yang berjalan dengan baik akan menghasilkan integrasi antara unsur kebudayaan asing dengan unsur kebudayaan sendiri. • Kegoncangan kebudayaan terjadi apabila